Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit penyebab kematian ke 5 di seluruh dunia, Menurut WHO di prediksikan pada tahun 2020 akan menjadi penyebab kematian ke 3 di seluruh dunia. Data prevalensi PPOK pada populasi dewasa saat ini bervariasi pada setiap negara di seluruh dunia. Tahun 2000, prevalensi PPOK di Amerika dan Eropa berkisar 5 9% pada individu di atas 45 tahun. Data penelitian lain menunjukkan prevalensi PPOK bervariasi dari 7,8%32,1% dibeberapa kota Amerika Latin. Prevalens PPOK di Asia Pasifik rata-rata 6,3% yang terendah 3,5% di Hongkong dan Singapura dan tertinggi 6,7% di Vietnam, Indonesia sendiri pada penelitian COPD working group tahun 2002 di 12 negara Asia Pasifik menunjukkan estimasi prevalens PPOK Indonesia sebesar 5,6%. Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung disease (GOLD) 2009, PPOK adalah penyakit yang dapat di cegah dan di obati dengan efek ekstrapulmoner yang signifikan yang dapat menyebabkan berbagai derajat keparahan pada tiap pasien. PPOK merupakan panyakit yang memburuk secara lambat, dan obstruksi saluran nafas yang terjadi bersifat ireversibel oleh karena itu perlu dilakukan usaha diagnostik yang tepat, agar diagnosis yang lebih dini dapat ditegakkan bahkan sebelum gejala dan keluhan muncul, sehingga progresivitas penyakit dapat dicegah Prevalens PPOK diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia yang berdampak pada jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lebih banyak. Serta pergeseran pola penyakit infeksi yang menurun sedangkan penyakit degenerative meningkat, serta meningkatnya factorfaktor lingkungan yang dapat mencetus timbulnya bermacam penyakit. Lingkungan tersebut mencetus timbulnya suatu penyakit karena terjadi perubahan anatomikfisiologik tubuh. Pada tingkat awal perubahan itu mungkin merupakan homeostatis martial, kemudian dapat timbul homeostatis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling akhir terjadi kematian sel. Salah satu factor lingkungan adalah industrialisasi, kebiasaan merokok dan populasi udara, yang mana merokok merupakan salah satu faktor risiko terbesar PPOK.

1.2.

Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh lansia dengan PPOK. 1.2.2. Tujuan Khusus
a.

Mengetahui gambaran PPOK (definisi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan) pada lansia. Mengetahui asuhan keperawatan PPOK pada lansia. Mengetahui pengkajian fungsional pada penderita PPOK dengan menggunakan indeks Katz Mengetahui pengkajian mental pada penderita PPOK dengan

b. c. d.

menggunakan SPMSQ dan MMSE. 1.3. Manfaat a. b. c. Dapat memberikan informasi tentang penyakit PPOK Dapat memberikan informasi tentang pengkajian status fungsional dan mental menggunakan indeks Kartz, SPMSQ, dan MMSE pada pasien PPOK Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan lansia dengan PPOK

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau yang biasa di kenal dengan COPD adalah penyakit paru yang dapat di cegah dan di obati dengan efek ekstrapulmoner yang signifikan yang dapat menyebabkan berbagai derajat keparahan pada tiap pasien, di tandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible, bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun dan berbahaya, disetai efek ekstrapan yang berkontribusi terhadap derajat berat penyakit. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang di kenal dengan COPD adalah : bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronchiale. Pada bronkitis kronik merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan batuk disertai dahak selama paling sedikit tiga bulan dalam dua tahun berturut-turut, dan pada emfisema terjadi pelebaran rongga udara distal sampai bronkiolus terminal disertai destruksi septa alveolar Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu 2.2. Etiologi Keterbatasan aliran udara kronik yang khas pada PPOK disebabkan oleh suatu campuran dari penyakit saluran napas kecil (bronkiolitis obstruktif) dan destruksi parenkim (emfisema), dengan kontribusi relatif yang bervariasi pada setiap orang. Inflamasi kronik menyebabkan perubahan struktural dan penyempitan saluran napas kecil. Destruksi parenkim paru, juga oleh proses inflamasi, menyebabkan hilangnya perlekatan alveolar pada saluran napas kecil dan menurunkan recoil elastis paru, sebaliknya perubahan-perubahan ini mengurangi kemampuan saluran napas untuk tetap terbuka selama ekspirasi. Keterbatasan aliran udara paling baik diukur dengan spirometri

Pada dasarnya etiologi penyakit ini belum di ketahui, penyakit ini di kaitkan dengan factor-faktor resiko yang terdapat pada penderita antara lain : a. b. c. d. e. f. g. 2.3. Merokok yang berlangsung lama. Fator ini adalah factor penyebab yang di Polusi udara Infeksi paru yang berulang Umur Jenis kelamin Defisiensi alfa-1 antitripsin Defisiensi anti oksidan anggap paling dominan.

Klasifikasi Stage Mild COPD/ Karateristik FEV1/FVC < 70% FEV1 80% prediksi dengan atau tanpa gejala FEV/1FVC < 70% 50% < FEV1 < 80% prediksi dengan atau tanpa gejala FEV1/FVC < 70% 30% < FEV1 < 50% prediksi dengan atau tanpa gejala FEV1/FVP < 70% FEV1 < 30% prediksi atau FEV1 < 50% prediksi disertai gagal napas kronik atau gagal jantung kanan

I.

PPOK ringan II. Moderate COPD/ PPOK sedang III. Severe COPD/ PPOK berat IV. Very severe COPD/ PPOK sangat berat 2.4. 2.5. Patofisiologi Faktor Resiko

Disseluruh dunia, merokok merupakan faktor resiko yang paling umum untuk PPOK, meskipun pada banyak negara, populasi udara yang di hasilkan dari pembakaran kayu dan bahan bakar lain juga teridentifikasi sebagai faktor resiko PPOK 2.5.1. Faktor genetik 2.5.2. Faktor
Sebagaimana pemahaman tentang pentingnya faktor risiko untuk PPOK berkembang, begitu pula dengan pengenalan bahwa semua faktor risiko PPOK secara esensial dihasilkan dari interaksi antara gen dan lingkungan.

Oleh karena itu, dua orang dengan riwayat merokok yang sama, hanya satu orang yang dapat mengalami PPOK akibat dari perbedaan predisposisi genetik terhadap penyakit, atau berapa lama mereka hidup.2 Sebanyak 85% hingga 90% pasien dengan PPOK memiliki riwayat merokok. Namun, hanya 15% dari perokok yang akan mengidap PPOK, mengindikasikan sepertinya terdapat faktor konstitusional atau genetik yang menentukan risiko berkembangnya obstruksi saluran napas pada seseorang.7 Defisiensi herediter berat 1-anti-trypsin merupakan satu-satunya faktor resiko terkait genetik yang diketahui sampai saat ini.2,7,8 Pada masyarakat normal volume alfa-1 antitripsin yaitu lebih dari 2,5 g/L. Defisiensi ini seringnya terjadi pada masyarakat di Eropa Utara.2 Alfa-1 antitripsin merupakan reaktan fase akut yang meningkat saat terjadi reaksi peradangan dan pemberian estrogen. Integritas struktural elastin paru bergantung pada antienzim ini, yaitu dengan melindungi paru dari protease yang dihasilkan leukosit. Kurangnya alfa-1 antitripsin menyebabkan proteksi terhadap jaringan paru berkurang dan terjadi peleburan dinding alveolus yang bersebelahan sehingga terjadi emfisema paru.2 Perkembangan emfisema panlobular dan berkurangnya fungsi paru yang cepat dan prematur terjadi pada perokok dan bukan perokok dengan defisiensi berat 1-anti-trypsin.2,7,8 Walaupun defisiensi 1-anti-trypsin relevan hanya dengan sedikit bagian populasi dunia, hal itu tetap mengilustrasikan adanya interaksi antara gen dan paparan lingkungan yang menyebabkan PPOK.2

2.4.2. Paparan Inhalasi Setiap tipe partikel, tergantung pada ukuran dan komposisi, dapat mengkontribusi paparan berat risiko yang berbeda, dan total risiko akan bergantung pada integral paparan yang terinhalasi. Dari banyaknya inhalasi debu yang dapat ditemui selama hidup, hanya rokok okupasional,
2

tembakau,

dan

bahan

kimia

yang

diketahui

menyebabkan PPOK.

Angka kejadian dan kematian pada bronkitis kronis dan emfisema banyak dijumpai pada daerah industri. Eksaserbasi pada bronkitis berhubungan dengan polusi dari Sulfur dioksida (SO2).6

2.4.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Paru Pertumbuhan paru berhubungan dengan proses-proses yang terjadi selama kehamilan, kelahiran, dan paparan Berkurangnya pencapaian fungsi paru pada masa anak-anak. yang maksimal dapat

mengidentifikasi indiviu tersebut memiliki risiko yang meningkat terhadap berkembangnya PPOK. Semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan paru selama kehamilan dan masa anak-anak potensial dalam meningkatkan risiko seseorang mengalami PPOK. Sebagai contoh, suatu studi mengkonfirmasi hubungan positif antara berat lahir dan FEV1 pada masa dewasa.2

2.4.4. Stress Oksidatif Paru secara berkesinambungan terpapar pada oksidan yang dihasilkan baik secara endogenos dari fagosit maupun secara eksogenos dari polutan udara atau rokok tembakau.2 Ketika keseimbangan antara oksidan dan antioksidan berubah, akan terjadi stress oksidatif. Stress oksidatif tidak hanya menghasilkan efek membahayakan secara langsung pada paru tetapi juga mengaktivasi mekanisme molekuler yang menginisiasi inflamasi paru.2

2.4.5. Jenis Kelamin Peranan jenis kelamin dalam menentukan risiko PPOK masih tidak jelas. Dahulu, kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa prevalensi dan mortalitas sekarang PPOK ini lebih besar sama pada antara laki-laki laki-laki dibanding dan perempuan. yang Penelitian dari negara maju menunjukkan bahwa prevalensi PPOK hampir perempuan, kemungkinan merefleksikan perubahan pola merokok tembakau.

Beberapa penelitian menganggap bahwa perempuan lebih mungkin terkena efek rokok tembakau daripada laki-laki.2

2.4.6 Infeksi Infeksi dapat berkontribusi pada ptogenesis dan progresi PPOK, dan kolonisasi bakteri berhubungan dengan inflamasi saluran udara, dan memiliki peran yang signifikan dalam eksaserbasi. Riwayat infeksi saluran napas semasa kecil berhubungan dengan berkurangnya fungsi paru dan meningkatkan gejala-gejala respiratori pada masa dewasa. Mungkin ada peningkatan diagnosis infeksi berat pada anak yang memiliki penyakit dasar hiperesponsif saluran napas, yang dianggap sebagai faktor risiko untuk PPOK. Infeksi HIV mempercepat onset emfisema yang berhubungan dengan rokok. Inflamasi paru yang diinduksi HIV memiliki peran dalam proses tersebut. Riwayat tuberkulosis diketahui berhubungan dengan obstruksi saluran napas pada orang dewasa berusia lebih dari 40 tahun.2

2.4.7. Status Sosial Ekonomi Terdapat bukti bahwa risiko berkembangnya PPOK berhubungan secara terbalik dengan status sosial ekonomi. Hal itu masih tidak jelas, bagaimanapun, jika pola ini merefleksikan keterpaparan terhadap polutan udara indoor dan outdoor, kepadatan, nutrisi buruk, atau faktor lain yang berhubungan dengan status sosial ekonomi rendah.2

2.4.8. Nutrisi Peranan nutrisi sebagai faktor risiko independen untuk PPOK tidak jelas. Malnutrisi dan penurunan berat badan dapat menurunkan kekuatan dan ketahanan otot pernapasan, melalui mengurangi massa otot pernapasan dan kekuatan serat otot yang tersisa. Hubungan kelaparan dan status anabolik/katablik dengan perkembangan emfisema telah terbukti dalam penelitian eksperimental pada hewan. CT scan paru pada

perempuandengan

malnutrisi

kronik

akibat

anorexia

nervosa

menunjukkan perubahan mirip emfisema.2

2.4.9. Asma Asma mungkin merupakan faktor risiko bagi PPOK, walaupun buktinya tidak konklusif. Dalam suatu laporan kohor longitudinal dari Tucson Epidemiological Study of Airway Obstructive Disease, orang dewasa dengan asma ditemukan memiliki risiko 12 kali lipat lebih tinggi mendapat PPOK daripada orang yang tidak menderita asma. Penelitian longitudinal lain pada orang denan asma menemukan bahwa sekitar 20% subjek menunjukkan tanda-tanda fungsional PPOK, keterbatasan aliran udara irreversibel, dan koefisien transfer menurun.2

2.6.

Tanda dan Gejala Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok: a. b. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater). Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).

Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Kelemahan badan Batuk Sesak napas Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi Mengi atau wheezing Ekspirasi yang memanjang Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut Penggunaan otot bantu pernapasan Suara napas melemah Kadang ditemukan pernapasan paradoksal Edema kaki, asites dan jari tabuh

Lampiran Patofisiologi

-Merokok -Polusi udara - Infeksi paru yang berulang -Jenis kelamin

Iritasi bronkus

Paralisis silia

bronkospasme

Hipertrofi & hiperplasi kelenjar mukus

Stastis mukus

Obstruksi saluran nafas yang reversibel

Mukus

Infeksi kuman (Sekunder)

Iritasi bronkus

Erosi epitel, pembentukan jaringan parut, metaplasi skuamosa serta penebalan mukosa

Obstuksi permanen

BAB III TINJAUAN KASUS 3.1. Kasus Tn. D asal desa Tanggul Jahe Rt 04 Rw 01 Malang, usia 70 tahun, masuk rumah sakit Ben Buyar diantarkan anaknya tanggal 30 Desember 2012 karena sesak nafas yang terus menerus. Keadaan umum, mimik klien cemas, lemah dan gelisah tetapi klien masih bisa di ajak bicara. Keluarga mengatakan Tn. D batuk terus menerus terutama pada malam hari dan terdengar bunyi ngik-ngik ,sehingga menyebabkan beliau susah tidur, beliau juga sering merokok ketika dirumah, padahal sudah di tegur untuk berhenti. Tn. D semakin sering merokok sejak istrinya meninggal 7 tahun yang lalu. Selain itu keluarga mengatakan klien tidak nafsu makan selama di rumah. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan BB : 50 kg, TB: 167 cm, N: 88x/menit, TD: 140/110mmHg, RR: 30x/menit, T: 37.5C Adanya nafas pendek (dispnea) dan

terdengar ronki di paru kanan. Bentuk dada tampak seperti tong (Barrel Chest). Klien mengatakan pernah terkena bronkitis 5 tahun yang lalu. pada pemeriksaaan penunjang di peroleh PH 7.1, PO2 75 mmHg, Pco2 48 mmHg, leukosit 11,8x10^3/UL. Sputum (+)

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pengkajian IV.1.1. Pengkajian Riwayat a. b. c. d. e. f. g. h. i. Nama Umur Alamat Jenis kelamin Suku Agama Status perkawinan Pendidikan Penanggung jawab : Tn. D : 70 tahun : Desa Tanggul Jahe Rt 04 Rw 01 Malang : pria ::: duda :: anak Tn D

IV.1.2. Pengkajian Psikogerontik IV.1.2.1. Masalah Emosional

Pertanyaan tahap 1 a. Apakah klien mengalami sukar tidur? Iya, karena klien batuk terus-menerus terutama pada malam hari.

b. Apakah klien merasa gelisah ? Iya, karena klien sesak nafas dan tidak tahu cara mengatasinya c. Apakah klien murung atau menangis sendiri? Tidak d. Apakah klien sering was-was atau kawatir ? Tidak Pertanyaan tahap 2 a. Apa keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam 1 bulan terakhir? Tidak b. Apa ada masalah atau banyak fikiran? Tidak c. Apa ada gangguan atau masalah dengan orang lain? Tidak d. Apa menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter? Tidak e. Apa cenderung mengurung diri? Tidak IV.1.2.2. Tingkat Kerusakan Intelektual

Dengan menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status Quessioner) Benar Salah No. Pertanyaan 1. Tanggal berapa hari ini? 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Hari apa sekarang ? Apa nama tempat ini? Dimana alamat anda? Berapa umur anda? Kapan anda lahir? Siapa presiden Indoneseia saat ini? Siapa nama Presiden Indonesia sebelumnya? Siapa nama ibu anda? Kurangi 3 dari 20 dan terus kurangi 3 dari

masing-masing hasil angkanya sampai habis! Total Interpretasi Salah 0-3 Salah 4-5 Salah 6-8 Salah 9-10 IV.1.2.3. : fungsi intelektual utuh : fungsi intelektual kerusakan ringan : fungsi intelektual kerusakan sedang : fungsi intelektual kerusakan berat 6

Identifikasi Aspek Kognitif Aspek kognitif Orientasi Nilai Nilai Kriteria

Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam) max. klien 5 4 Menyebutkan dengan benar (tahun, 5 Registrasi 3 4 2 musim, tanggal, hari, bulan) sekarang Dimana kita sekarang berada? (negara, kota, RS, lantai) Anda menyebutkan 3 nama objek (kursi, meja, kertas) kemudian minta Perhatian dan kalkulasi 5 1 klien mengulangnya setelah anda tanya Minta klien berhitung mulai dari 100, kemudian di kurangi 7 dan hentikan setelah jawaban ke 5 atau sebagai alternatif pengganti, eja kata DUNIA Mengingat Bahasa 3 2 1 3 2 2 1 2 dari belakang ke depan Minta klien menyebutkan benda-benda yang disebutkan pada poin registrasi Menanyakan pada klien tentang benda (sambil menunjukkan benda) Minta klien untuk mengulangi kata tak ada jika, dan, atau, tetapi Minta klien untuk mengikuti perintah 3 langkah : ambil secarik kertas dengan 1 1 tangan kanan anda, lipat menjadi dua, dan taruh di lantai Perintah klien untuk melakukan hal berikut (baca dan ikuti perintah ini

1 1 30

0 1 20

tutup mata anda) Perintah klien untuk menulis satu kalimat Perintah klien untuk menyalin gambar

Total

IV.1.3. Pengkajian ADL No. Kriteria Bantuan Mandiri 1. Makan 2. Minum 3. Berpindah dari kursi roda ke tempat 4. tidur dan sebaliknya, termasuk duduk di tempat tidur Kebersihan diri mencuci muka, menyisir rambut dan menggosok 5. 6. 7. 8. 9. 10. Total gigi Mandi Berjalan di permukaan datar Naik turun tangga Berpakaian Mengontrol defekasi Mengontrol berkemih 80 Ketergantung an moderat Penilaian 0-20 : ketergantungan penuh 21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung 62-90 : ketergantungan moderat 91-99 : ketergantungan ringan 100 : mandiri Keterangan

IV.1.4. Pengkajian Posisi dan Keseimbangan No. Tes koordinasi 1. Berdiri dengan postur normal 2. Berdiri dengan postur normal, menutup mata 3. Berdiri dengan kaki rapat Keterangan Nilai 4 4 4

4. 5. 6. 7.

Berdiri dengan satu kaki Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi netral Berdiri, lateral, dan fleksi trunk Berjalan, tempatkan tumit salah satu kaki di

3 2 2 2 3 3 4 4 4 3 3 45

depan jari kaki yang lain 8. Berjalan sepanjang garis lurus 9. Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai 10. Berjalan menyamping 11. Berjalan mundur 12. Berjalan mengikuti lingkaran 13. Berjalan pada tumit 14. Berjalan dengan ujung kaki Jumlah Keterangan 4 : mampu melakukan aktivitas dengan lengkap 3 : mampu melakukan aktivitas dengan bantuan 2 : mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal 1 : tidak mampu melakukan aktivitas Nilai 42-54 : mampu melakukan aktivitas 28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan 14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal 14 4.2. : tidak mampu melakukan

Pemeriksaan Fisik 4.2.1. Keadaan umum Tingkat kesadaran GCS TTV : compos mentis : 4-5-6 : N: 88x/menit TD: 140/110mmHg RR: 30x/menit T: 37.5C.

BB & TB Keluhan 4.2.2. Head To Toe a. Kepala


: BB : 50 kg & TB : 167 cm : sesak nafas

Warna Kebersihan Distribusi Kerontokan Rambut Keluhan Jika ya, jelaskan

: hitam/beruban/campuran : bersih/kotor : jarang/lebat/sedang : ya/tidak : ya/tidak : gatal-gatal

b. Mata

Bentuk Konjungtiva Sklera Strabismus Penglihatan Peradangan Katarak Penggunaan kaca mata Keluhan Jika ya, jelaskan

: simetris/asimetris : anemis/tidak : ikterik/tidak : ya/tidak : kabur/terang : ya/tidak : ya/tidak : ya/tidak : ya/tidak : tidak bisa melihat dengan jelas/kabur

c. Hidung

Bentuk Peradangan Penciuman

: simetris/asimetris : ya/tidak : terganggu/tidak : : ya/tidak :

Jika terganggu, jelaskan


Keluhan lain

Jika ya, jelaskan d. Mulut dan Tenggorokan


Kebersihan Mukosa Peradangan/stomatitis Gigi Radang gusi Kesulitan mengunyah Kesulitan menelan

: baik/buruk/sedang : kering/lembab : ya/tidak : caries/tidak, ompong : ya/tidak : ya/tidak : ya/tidak : ya/tidak

e. Telinga
Bentuk Kebersihan Peradangan Pendengaran

: simetris/asimetris : baik/buruk/sedang : ya/tidak : terganggu/tidak : tidak bisa mendengar dengan jelas : ya/tidak

Jika terganggu, jelaskan


Keluhan lain

Jika ya, jelaskan f. Leher


Posisi trachea Pembesaran kelenjar thyroid JVD Kaku kuduk

:-

: simetris/asimetris : ya/tidak : ya/tidak : ya/tidak

g. Dada
Bentuk dada Retraksi Suara nafas Wheezing Ronchi Suara jantung tambahan Ictus cordis Keluhan

: normal chest/barrel chest/pigeon chest : ya/tidak : vesikuler/tidak : ya/tidak : ya/tidak : ada/tidak : ICS 5 : ya/tidak :

Jika ya, jelaskan h. Abdomen


Bentuk Nyeri tekan Kembung Supel

: distended/flat/lainnya : ya/tidak : ya/tidak : ya/tidak

Bising usus Massa Keluhan

: ada/tidak, frekwensi :15 X/menit : ya/tidak di regio : : ya/tidak :

Jika ya, jelaskan i. Genetalia


Kebersihan Haemoroid Hernia Keluhan

: baik/tidak : ya/tidak : ya/tidak : ya/tidak :

Jika ya, jelaskan j. Ektermitas


Massa/tonus otot

: 5 (skala 1-5)

Kekuatan otot 0 : lumpuh 1 : ada kontraksi 2 : melawan kontraksi 3 : melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan 4 : melawan grafitasi dengan tahanan sedikit 5 : melawan grafitasi dengan kekuatan maksimum
Postur tubuh Gaya berjalan

: scoliosis/lordosis/kiposis : gait/normal

Rentang gerak

: maksimal/terbatas : Klien bisa bergerak bebas : ya/tidak : : ya/tidak : ya/tidak, Jenis : pitting edema/tidak : ya/tidak, jenis.... : ya/tidak : ya/tidak : ya/tidak : ya/tidak

Jelaskan
Deformitas

Jelaskan
Tremor Edema Penggunaan alat bantu Nyeri persendian Paralysis Flebitis Klaudikasi

Refleks Kanan Biceps Triceps Patela Achiles + + + + Kiri + + + +

Ket. : Refleks + : normal Rekleks - : menurun/meningkat k. Integume

Kebersihan Warna Kelembaban Lesi/luka Perubahan tekstur

: baik/buruk/sedang : pucat/tidak : kering/lembab : ya/tidak : ya/tidak

Gangguan pada kulit : ya/tidak, jelaskan 4.3. 4.4. Analisa data Diagnosa a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan tertahannya sekresi. b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi sputum d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penyakit kronis. e. Defisit pengetahuan tentang PPOM berhubungan dengan kurangnya informasi 4.5. Intervensi (NIC NOC)

BAB V PENUTUP 5.1. 5.2. Kesimpulan Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai