Anda di halaman 1dari 2

KEPERCAYAAN ORANG LIO TERHADAP PELANGI

Dalam pandangan orang Lio (Flores NTT), munculnya pelangi merupakan peristiwa yang sangat mendatangkan berkah. Pelangi dalam bahasa Lio sering disebut Nipa Moa. Nipa berarti Ular dan Moa berarti Haus (kehausan) Jauh sebelum mengenal teknologi canggih, masyarakat Lio kerap melihat Nipamoa sebagai fenomena alam yang sangat luar biasa dipandang sehingga masyarakat beranggapan bahwa kemunculannya sebagai berkah yang diberihkan Yang Maha Kuasa untuk kesuburan tanah disekitar. Sejak Ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, masyarakat Lio sering mengkaitkan dan menghubungkan nipamoa dengan tata cara bercocok tanam agar mendatangkan hasil yang melimpah dari sawah dan ladang. Sehingga kadang masyarakat beranggapan bahwa Nipamoa sebagai sesosok mahluk yang berwujud mirip ular dalam pewayangan yang turun dari langit. Mitos mengenai nipamoa itu sendiri bahkan telah membahana dari generasi ke generasi sehingga sulit ditampik dari kebiasaan kehidupan masyarakat Lio. Pembuktian mengenai legenda mahluk yang mirip ular ini tentunya didasari pengalaman nyata dari masyarakat Lio itu sendiri sehingga munculah berbagai spekulasi tentang nipamoa. Meskipun selalu dikaitkan dengan sosok mahkluk yang mirip ular namun hal ini tidak serta merta melahirkan perspektif yang menyeramkan pula, justru sebaliknya masyarakat selalu beranggapan bahwa nipamoa adalah suatu keagungan dan kecantikan semesta serta dihiasi keindahan berbagai warna - warni yang tertampak seperti dalam lagu-lagu kanak-kanak yang sering terdengar. Konon, menurut cerita masyarakat setempat, pada saat kemunculan nipamoa, yang pertama sekali diperhatikan adalah posisi dan arah turunnya pelangi serta posisi aliran air (kali) sehingga muncul pula berbagai dugaan dari masyarakat. Berikut ini Sebagai contoh untuk menguatkan dugaan masyarakat tersebut adalah: Pada saat hujan turun, misalnya di wilayah Kelimutu secara tidak terduga tiba-tiba Nipamoa muncul disekitar danau Kelimutu, maka munculah berbagai pemikiran masyarakat bahwa Nipamoa tersebut turun dan minum air di danau kelimutu dan tempat itu telah diberihkan berkah. Bahkan ada pula orang - orang tertentu yang menyatakan diri berpapasan secara langsung dengan sosok mahkluk mirip ular yang turun dari langit yaitu nipamoa seperti dalam dongeng (Fiksi), sehingga orang tersebut dianggap mempunyai kesaktian yang luar biasa yang didapat dari atau dalam bahasa Lio disebut Sakasera. Dari sederet fenomena tentang nipamoa, hal yang paling menakjubkan adalah adanya sinkronisasi mutlak antara nipamoa dan pola bercocok tanam

masyarakat setempat. sedangkan menurut para ahli sains pelangi merupakan proses terjadinya matahari yang pertama karena adanya cahaya matahari. Cahaya matahari adalah cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna putih cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Mata manusia sanggup mencerap paling tidak tujuh warna yang dikandung cahaya matahari, yang akan terlihat pada pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. Di dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu sisi dan biru serta ungu di sisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang. Pelangi tidak lain adalah busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air. Ketika cahaya matahari melewati butiran air, ia membias seperti ketika melalui prisma kaca. Jadi di dalam tetesan air, kita sudah mendapatkan warna yang berbeda memanjang dari satu sisi ke sisi tetesan air lainnya. Beberapa dari cahaya berwarna ini kemudian dipantulkan dari sisi yang jauh pada tetesan air, kembali dan keluar lagi dari tetesan air. Cahaya keluar kembali dari tetesan air ke arah yang berbeda, tergantung pada warnanya. Warna-warna pada pelangi ini tersusun dengan merah di paling atas dan ungu di paling bawah pelangi. Pelangi hanya dapat dilihat saat hujan bersamaan dengan matahari bersinar, tapi dari sisi yang berlawanan dengan si pengamat. Posisi si pengamat harus berada di antara matahari dan tetesan air dengan matahari dibekalang orang tersebut. Matahari, mata si pengamat dan pusat busur pelangi harus berada dalam satu garis lurus Dengan demikian analisa mengenai kepercayaan orang lio terhadap pelangi saya memilih teori van persee mengenai tiga tahapan budaya. Karena berdasarkan fungsi keberadaan nipamoa tetap sinkron dengan bercocok tanam di daerah tersebut. Masyarakat lio tetap mempercayai mitos nipamoa meskipun filosofi proses terjadinya pelangi ada sejak lama.

Anda mungkin juga menyukai