Anda di halaman 1dari 3

Refleksi Patologik Refleksi patologik adalah refleksi refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orangorang yang sehat,

kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan reflektorik defendif atau postural yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan ditekan oleh aktivitas susunan piramidal. Anak kecil umur antar 4 6 tahun masih belum memiliki susunan piramidal yang sudah bermielinisasi penuh, sehingga aktivitas susunan piramidalnya masih belum sempurna. Maka dari itu gerakan reflektorik yang dinilai sebagai reflek patologik pada orang dewasa. Tidak selamanya patologik jika dijumpai pada anak-anak kecil. Tetapi pada orang dewasa reflek patologik selalu merupakan tanda lesi UMN (Sidharta, 2010). Adapun reflek-reflek patologik yang sering diperiksa di dalam klinik adalah: 1. Extensor plantar response atau tanda Babinski Reaksi yang terdiri dari pengembangan dan ekstensi jari-jari kaki serta elevasi ibu jari kaki atas pengggoresan telapak kaki bagian lateral. Metoda-metoda perangsangan yang berbeda tetapi menghasilkan refleks yang sama: a. Refleks Chaddock Cara memberikan perangsangan: penggoresan terhadap kulit dorsum pedis bagian lateralnya atau penggoresan terhadap kulit di sekitar malleolus eksterna (Sidharta, 2010). b. Refleks Oppenheim Pengerutan dari proksimal ke distal secara keras dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan terhadap kulit yang menutupi os tibia atau pengurutan itu dilakukan dengan sendi interfalangeal jari telunjuk dan jari tengah dari tangan yang mengepal (Sidharta, 2010). c. Refleks gordon Cara membangkitkan ekstensor plantar response itu ialah dengan memencet betis secara keras (Sidharta, 2010). d. Refleks Scaeffer Cara membangkitkan respons tersebut ialah dengan memencet tendon achilles secara keras (Sidharta, 2010). e. Refleks Gonda Respons patologik tersebut diatas timbul pada penekukan (plantar fleksi) maksimal jarijari kaki keempat (Sidharta, 2010). f. Refleks Bing Dibangkitkan dengan memberikan rangsang tusuk pada kulit yang menutupi metatarsal kelima (Sidharta, 2010).

2. Refleks patologik di tangan Lesi di susunan piramidal menimbulkan refleks patologik di kaki dan juga di tangan. Adapun refleks patologik di tangan/lengan ialah: a. Refleks Tromner Stimulus: mencolek-colek jari tengah Respons: jari telunjuk, terutama ibu jari dan jari-jari lainnya berfleksi setiap kali ujuung jari tengah itu tercolek . b. Refleks Hoffman Stimulus: goresan kuku pada kuku jari tengah pasien dengan ujung kuku ibu jari si pemeriksa. Respons:Ibu jari, jari telunjuk, serta jari-jari lainnya berfleksi sejenak setiap kali kuk jari tengah pasien digores. c. Refleks Wartenberg Stimulus: ketukan pada jari si pemeriksa yang ditempatkan pada falangs kedua dan distal jari-jari pasien. Respons: fleksi jari-jari pasien dapat dilihat/dirasakan oleh si pemeriksa. d. Refleks Mayer Stimulus: lengan pasien dipegang oleh si pemeriksa menekukkan jari tengah pasien secara maksimal ke arah telapak tangan. Respons: pada orang sehat ibu jari akan beroposisi; kalau ada kerusakan di susunan piramidal ibu jari tidak beroposisi. e. Refleks Leri Sikap: lengan diluruskan dengan bagian ventralnya menghadap ke atas Stimulus: tangan pasien ditekuk secara maksimal di pergelangan tangan oleh si pemeriksa Respons: pada orang sehat lengan bawah akan menekuk di sendi siku; jika susunan piramidal mengalami kerusakan gerakan fleksi di siku itu tidak bangkit. f. Refleks Grewel pronasi-abduksi Sikap: lengan pasien setengah difleksikan di siku dengan lengan bawahnya dalam posisi antara pronasi dan supinasi Stimulus: tangan pasien secara maksimal dan mendadak dipronasikan oleh si pemeriksa Respons: pada orang sehat timbul gerakan reflektorik yang terdiri dari abduksi lengan atas; jika terdapat lesi di susunan piramidal gerakan reflektorik itu tidak timbul. 3. Rfleks patologik petanda regresi

Gerakan reflektorik yang bangkit secara fisiologik pada bayi tidak lagi dijumpai pada anakanak yang sudah besar. Bilamana pada orang dewasa dapat ditimbulkan kembali gerakan reflektorik tersebut, maka fenomen itu menandakan kemunduran fungsi susunan saraf pusat. Adapun yang menandakan proses regeresi itu ialah: a. Refleks menetek Stimulus sentuhan pada bibir menimbulkan gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolah-olah menetek (Sidharta, 2010). b. Snout Reflex Jika dilakukan perkusi pada bibir atas maka bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi otot-otot di sekitas bibir atau di bawah hidung (Sidharta, 2010). c. Refleks memegang Penekanan atau penempatan jari si pemeriksa pada telapak tangan pasien menyebabkan tangan pasien mengepal (Sidharta, 2010). d. Refleks palmometal Jika dilakukan penggoresan dengan ujung pensil atau ujung gagang palu refleks terhadap kulit telapak tangan bagian tenar akan menyebabkan kontraksi m. Mentalis dan orbikularis oris ipsilateral (Sidharta, 2010). e. Refleks leher tonik Kepala diputar ke samping kemudian lengan dan tungki yang dihadapi menjadi hipertonik dan bersikap dalam ekstensi, sedangkan lengan dan tungkai dibalik wajah menjadi hipertonik dalam sikap fleksi (Sidharta, 2010).

Sidharta, Priguna. 2010. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Jakarta: Dian Rakyat

Anda mungkin juga menyukai