Anda di halaman 1dari 9

PERMASALAHAN ETIK DI IGD RSUD

PROF DR MARGONO SOEKARJO


PURWOKERTO
Disusun Oleh:
Paramita Deniswara G4A015017
Nurul Apriliani
G4A015019
Puti Hasana Kasih
G4A015022
Mulia Sari G4A015024
Supardi
G4A015130
Rizky Tejo Hutomo G4A015131
KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2016

DESKRIPSI KASUS
Suatu

siang datang seorang bapak membawa bayinya


yang berumur 3 hari ke VK IGD dengan keluhan bayi
tersebut merintih dan muntah mengeluarkan cairan
kekuningan sejak 1 hari sebelumnya. Saat pasien
sampai di VK IGD, bayi diperiksa oleh para bidan
sementara bapaknya menunggu diluar, setelah
diperiksa kemudian bayi dimasukkan kedalam
inkubator yang terdapat di VK IGD untuk diobservasi
selama beberapa waktu. Beberapa saat kemudian,
bidan memanggil bapak bayi tersebut untuk mengurus
beberapa administrasi, namun bapak tersebut tidak
ada, setelah ditunggu kira-kira satu jam wali bayi
tersebut tetap tidak muncul.

Padahal

ada beberapa administrasi yang harus


dilengkapi (untuk proses pemindahan bayi ke ruang
perawatan karena bayi tersebut harus diobservasi
diruang perawatan bayi) dan juga tidak ada
perlengkapan bayi (seperti bayu ganti dll). Para
bidanpun berusaha menghubungi walinya tapi tidak
bisa. Para bidan saat itu bingung harus bagaimana,
disatu sisi bayi tersebut harus dipindahkan ke ruang
perawatan bayi untuk observasi dan penanganan
lebih lanjut, namun disisi lain bidan juga tidak bisa
memindahkan bayi tanpa administrasi yang lengkap.
Hingga malam hari, pukul 21.00 WIB wali bayi
tersebut belum juga muncul.

CONTD

Beberapa

Contd

bidan juga khawatir karena esok


pagi akan dilakukan penilaian akreditasi di
VK IGD, mereka takut adanya bayi disana
tanpa wali dan kelengkapan administrasi
akan menjadi masalah untuk penilaian
akreditasi. Akhirnya para bidan sepakat
untuk memindahkan bayi tersebut ke kamar
bersalin dan ditempatkan di baby carrier
(karena tidak ada inkubator di kamar
bersalin). Selama berada di kamar bersalin
kondisi
bayi
tetap
stabil
dan
tetap
diobservasi rutin oleh bidan. Pada pukul
01.30 WIB wali bayinya baru datang dengan
alasan pulang kerumah untuk mengambil
baju.
Akhirnya
setelah
mengurus
administrasi bayipun dipindahkan ke ruangan
perawatan bayi.

Permasalahan yang
Terdapat Pada Kasus

Orangtua

bayi meninggalkan bayinya


sendiri di IGD
Bidan yang dilema mengenai tindakan apa
yang harus dilakukan terhadap bayi
tersebut karena tidak ada walinya
Bidan yang bertugas saat itu terkesan
lebih mengutamakan masalah akreditasi
dibandingkan keselamatan bayi

Pembahasan Masalah
Dalam

kasus ini seharusnya bapak tersebut tidak datang


sendirian, melainkan ditemani oleh anggota keluarga lain.
Sehingga jika terjadi sesuatu atau terdapat keperluan lain, ada
orang yang dapat menggantikan bapak tersebut menjaga bayinya.
Terkait masalah administrasi, pada hal ini seharusnya sedari awal
bidan lebih awas terhadap keberadaan bapak/orangtua si bayi,
dan tidak membiarkan si bapak menghilang. Jikapun bapak
tersebut lupa membawa keperluan si bayi, sebenarnya dalam hal
ini bidan bisa menyarankan kepada si bapak untuk menghubungi
keluarga lain via telfon dan minta tolong untuk dibawakan
keperluan tersebut. Sehingga bayi tersebut tidak perlu
ditinggalkan sendirian, tanpa ada anggota keluarga yang
menemani. Sehingga proses administrasi ataupun perawatan bayi
dapat berjalan optimal.
Pada kasus ini komunikasi tenaga medis (bidan atau dokter),
terhadap keluarga pasien kurang.

Meskipun

saat itu bidan tetap


mempertimbangkan kondisi bayi
namun bidan terlihat lebih berat
pada
masalah
akreditasi.
Seharusnya
bidan
lebih
mengutamakan perawatan dari
bayi bukan akreditasi.
Pada kasus ini komunikasi dokter
ke bidan juga kurang, dalam hal
ini dokter sebagai leader harusnya
bisa menghandle timnya (para
bidan)
agar
tidak
bertindak
Contd seperti itu.

KESIMPULAN
Seorang

bayi yang ditinggalkan sendirian oleh


bapaknya dalam waktu yang cukup lama,
sementara tidak ada wali lain yang menemani,
selain itu administrasi dari pasien tersebut belum
lengkap. Bidan yang saat itu bertugas pun
dianggap teledor dan lebih berat terhadap
masalah akreditasi.
Penanganan pasien ini sebenarnya bisa berjalan
lebih baik jika dari awal terdapat komunikasi
yang baik antara dokter, bidan, dan keluarga/wali
dari bayi tsb.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai