Anda di halaman 1dari 40

Home BUDIDAYA BAWANG MERAH Sat, 09/17/2011 - 06:36 | by bpp.

plemahan

I. PENDAHULUAN

I..Latar Belakang

Bawang merah adalah merupakan sayuran penting di Indonesia, selain untuk bumbu masak, bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat-obatan. Dengan banyaknya penggunaan bawang merah menjadikan bawang pasar bawang merah sangat terbuka luas, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Rata-rata produksi bawang merah di Indonesia masih tergolong rendah, jika dibandingkan dengan potensi hasil, sebagai contoh produksi rata-rata bawang merah ex. Philipina adalah 4,4 ton/ha 14 ton/ha, sedangkan potesi hasil adalah 20 ton/ha 25 ton/ha. Oleh karena itu berbaikan sistim budidaya adalah sangatlah penting.

Morfologi bawang merah adalah : berakar serabut, berbatang sejati dengan bentuk pipih dan batang semu dengan bentuk pelepah daun, daun berbentuk bulat berlubang dan umbi berwarna merah. Tanaman bawang merah adalah merupakan salah satu tanaman sayuran berumur pendek, dan dapat hidup didataran rendah dengan ketinggian 10 s/d 250 dpl, namun demikian tanaman bawang merah dapat diusahakan pada dataran tinggi dengan ketinggian 800 s/d 1.200 dpl.

Dengan morfologi diatas tanaman bawang merah tergolong tanaman yang rentan terhadap hama dan penyakit, dan mempunyai karakter peka terhadap hama dan penyakit. Sehingga keberhasilan petani dalam budidaya bawang merah adalah tergantung pada produksi dan harga produk. Dengan perilaku harga yang sangat fluktuatif serta daya simpan yang pendek, maka perlu dilakukan pengamatan produktifitas serta permintaan pasar yang tepat.

Secara umum produksi bawang merah dipengaruhi : bibit yang unggul dan berkualiatas, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan dan penanganan pasca panen. Agar diperoleh produksi yang tinggi, maka perlu dilakukan upayaupaya perbaikan dalam berbudidaya bawang merah, sehingga diperoleh bawang merah yang bermutu baik.

2..Syarat Tumbuh Bawang Merah

Beberapa syarat tumbuh bawang merah :

1. Tanah lempung berpasir atau berdebu , tanah alluvial atau latosol berpasir dengan struktur bergumpal

2.

Tanah banyak mengandung bahan organik dan subur

3.

Drainase baik dan PH tanah netral antara 5,5 s/d 6,5

4. Suhu udara baik antara 25oC 32oC, kelembapan rendah, hari panjang (lama penyinaran >12 jam)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah :

1.

Bibit

Terdapat beberapa macam varietas bawang merah diantaranya adalah : Thailand, Philip dan bauji, berikut beberapa karakter masing-masing varietas ;

No

Varietas

Anakan

Besar umbi

Ketahanan OPT

Curah hujan

Daya simpan

Produksi ton/ha

1.

Philips

20 umbi

+ - 5 cm

Kurang tahan

6 bulan

25

2.

Thailand

25 umbi

+ - 5 cm

Agak tahan

Agak tahan

6 bulan

20 ton/ha

3.

Bauji

10 umbi

+ - 5 cm

Agak tahan

Cukup tahan

3 bulan

10 ton/ha

2.

Mutu bibit

Bibit yang bermutu adalah bibit yang seragam, murni dan sehat, berikut cirriciri bibit yang baik :

a.

Masa dormanse yang tepat

b.

Bila ditekan terasa keras/tidak gembos

c.

Bakal tunas tidak rusak

d.

Batang sejati tidak rusak

e.

Tidak terserang penyakit

f.

Tidak membawa penyakit

g.

Berasal dari tanaman sehat

h.

Pertumbuhan serempak.

3.

Lama penyimpanan bibit bawang merah

Lama penyimpanan bibit bawang merah adalah waktu yang diperlukan untuk menyimpan benih sampai bibit siap tanam atau masa dormanse,menurut Wibowo (1987), bibit bawang merah yang baik adalah pada penyimpanan 4 8 bulan dan jika sudah dicirikan : bila bibit dibelah sudah tumbuh tunah yang berwarna hijau yang panjangnya setengah panjang umbi.

4.

Penggunaan Pupuk

Penggunaan pupuk pada tanaman adalah sebagai upaya penambahan unsure hara tanah/bahan makanan bagi tanaman, sehingga tanaman terpenuhi kebutuhan makannya dan pada akhirnya dapat berproduksi maksimal. Terdapat beberapa macam pupuk diantaranya adalah : pupuk anorganik, pupuk organik dan pupuk hayati.

Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari sintesa kimiawi yang pada umumnya merupakan pupuk tunggal, contoh Urea, ZA, Superphost, KCl dll

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari limbah organik, baik limbah ternak maupun limbah pertanian. Keuntungan penggunaan pupuk organik adalah dapat penambah unsure hara, kandungan unsure hara lebih lengkap (hara makro dan mikro), dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah/tanah menjadi gembur dan meningkatkan daya ikat air

Pupuk hayati adalah merupakan pemanfaatan bikroba yang bermanfaat bagi tanaman, dengan penggunaan mikroba tersebut akan dapat membantu tanaman dalam menyerap unsure hara yang berasal dari tanah dan udara serta akan menetralisir sisa metabolisme akar, sehingga tanaman menjadi lebih sehat dan pertumbuhan menjadi optimal (contoh adalah penggunaan PGPR)

5.

Pengendalian organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Hama dan penyakit adalah sangat berperan dalam keberhasilan budidaya bawang merah, dan sering merupakan faktor utama turunnya produksi,

bahkan pada tingkat tertentu dapat menjadikan gagal panen, untuk akan dilakukan pembahasan khusus.

II. BUDIDAYA BAWANG MERAH

Budidaya bawang merah merupakan usaha yang sangat menguntungkan dan sekaligus mengandung resiko tinggi terhadap kerugian. Kegagalan dalam budidaya bawang merah dapat terjadi pada : pola tanam, pemilihan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, perawatan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pemanenan dan penanganan pasca panen. Rata-rata produksi bawang merah di pulau jawa adalah 7,42 9,94 ton/ha, hal ini masih dibawah rata-rata potensi hasil bawang merah (Deptan, 2004). Untuk itu penanganan yang terintegrasi pada masing-masing tahap adalah sangat menentukan keberhasilan petani bawang merah.

1..Pola Tanam

Pola tanam bawang merah disesuaikan dengan tujuan penanaman, yaitu bawang merah konsumsi dan bawang merah bibit.

Rotasi tanam sangatlah penting serta pengelolaaan tanam secara serempak akan menjamin kesuburan tanah dan pengendalian hama dan penyakit. Produktifitas lahan yang tinggi perlu diupayakan dengan menjaga tanah tidak boleh dibiarkan memiliki salinitas tinggi dan drainase jelek.

Contoh pergiliran tanaman :

No.

Bulan

Tanaman

Tujuan

1.

Desember - Maret

Padi

Tanaman pangan

2.

Maret - Mei

Padi/Jagung

Tanaman pangan

3.

Juni - Agustus

Bawang merah

Konsumsi

4.

September - Nopember

Bawang merah

Bibit

2..Pemilihan Bibit

Pada umumnya bawang merah bawang merah diperbanyak dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Umbi bibit yang baik adalah harus diperoleh dari tanaman yang sudah cukup tua umurnya, yaiti sekitar 70 80 hari setelah tanam. Umbi bibit sebaiknya berukuran sedang (5 10 gram/umbi). Penampilan umbi harus segar dan sehat (padat dan tidak keriput) dan warnanya cerah (tidak kusam). Umbi bibit siap ditanam jika sudah disimpan selama 2 4 bulan setelah panen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Cara penyimpanan umbi bibit yang

baik adalah dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau disimpan di gudang khusus dengan menggunakan pengasapan.

Faktor yang cukup menentukan kualitas umbi bibit bawang merah adalah ukuran umbi. Berdasarkan ukuran umbi dapat digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu :

Umbi ukuran besar

; Diamater > 1,8 cm atau > 10 gram

Umbi ukuran sedang : Diameter 1,5 1,8 cm atau 5 10 gram

Umbi ukuran kecil

: Diameter < 1,5 cm atau < 5 gram

Secara umum umbi yang baik adalah yang berukuran sedang. Umbi berukuran sedang adalah merupakan umbi ganda dengan rata-rata terdiri dari 2 siung umbi, sedang umbi besar rata-rata memiliki 3 siung umbi.

Banyaknya umbi bibit yang diperlukan dapat diperhitungkan berdasarkan jarak tanam dan berat umbi bibit. Kebutuhan umbi bibit tiap hektarnya berkisar 600 1.200 kg.

3..Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah pada umumnya dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya bawang merah .

a..Pemanfaatan lahan berat (struktur liat)

Tanah liat memiliki daya pegang yang kuat terhadap air, maka pembuatan got/saluran drainase memegang peranan penting bagi pertumbuhan bawang merah. Pembuatan got keliling, got antar bedengan , kedalaman got dan lebar bedengan harus mampu menjamin kelembaban tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh bawang merah. Pada umumnya pengolahan tanah pada tanah liat adalah dengan menggunakan sistim cemplong dengan pengolahan sebagai berikut :

a.

Tanah dicangkul atau dibajak tipis

b.

Pembuatan got keliling dengan lebar 40 cm dan kedalaman 90-100 cm.

c. Cemplong (got) jarak antar bedengan 60 cm dan dalam 30 40 cm dan tanah dinaikkan ke atas petak. Sedangkan lebar bedengan 2900 cm.

d. Cecel (kecrik) pada tanah yang telah dinaikkan dari tanah hasil cemplong yng telah dikeingkan.

e. Cecel II (kecrik II) pada tanah yang telah dikecrik I sehingga diperoleh gumpalan tanah yang lebih kecil.

f. Perataan tanah dengan cangkul sehingga diperoleh hasil tanah yang bertekstur remah.

g. Sosrok, membuat jarak tanam yang disesuaikan dengan diameter umbi bibit, makin besar umbi bibit maka makin jarang jarak tanam.

b..Pemanfaatan lahan ringan (struktur berpasir)

Tanah ringan memiliki sifat kemampuan ikat pada air lebih kecil, maka pemanfaatan lah dapat menggunakan sistim bedeng dengan kedalaman saluran drainase yang lebih dangkal dan lebar saluran drainase yang lebih sempit, namun pembuatan got keliling harus lebih dalam dari pada saluran drainase antar bedengan guna menampung lapisan tanah atas yang ikut larut selama pengairan lahan tanaman bawang merah.

a.

Tanah dicangkul/dibajak sedalam 30 cm, dan dipetak-petak

b.

Bedengan dibuat dengan ukuran 1 2 m dan panjang disesuaikan.

c. Dibuat parit tepi (saluran drainase) disekeliling petak dengan ukuran lebar 60 cm dan kedalaman 50 cm.

d.

Got (saluran air) dalam petak, lebar 50 cm dan dalam 40 cm.

e.

Tanah diratakan dan dibuat bagian tengan agak tinggi (geger welut)

f. Membuat jarak tanam disesuaikan dengan diameter bibit, makin besar bibit maka lebih besar jarak tanam.

4..Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman maka perlu dilakukan perlakuan pemotongan ujung umbi. Pemotongan ujung umbi bibit ini ini dimaksudkan untuk

membuang penghambat tumbuh tunas umbi yang berada pada ujung umbi. Pemotongan ujung umbi ditentukan atas dasar lama penyimpanan bibit atau masa dormance. Besar pemotongan ujung umbi ditentukan oleh varietas dan lama penyimpanan, semakin lama masa penyimpanan maka semakin sedikit pemotongan ujung umbinya.

Berikut contoh besar pemotongan ujung umbi:

No.

Varietas

Lama penyimpanan

bulan

Panjang pemotongan ujung

umbi

1.

Ex. Philipina

12

Dipotong 30 %

3-4

Dipotong 20 %

4-6

Dipotong 10 %

7-8

Dibuang kuncupnya

2.

Bauji

Dipotong 20 %

Dipotong 10%

3-4

Dibuang kuncupnya

a..Pembuatan lubang tanam

Pembuatan lubang tanam dengan menggunakan sosrok dengan kedalaman disesuiakan dengan panjang bibit, semakin panjang ukuran bibit maka semakin dalam pembuatan lubang, demikian sebaliknya,

b..Pembenaman

Pembenaman umbi diupayakan sampai bagian umbi masuk kedalam lubang yang telah disiapkan sebelumnya. Jarak tanam pada musim kemarau 15 x 15 cm dan pada musim hujan 15 x 20 cm.

c..Perlakuan bibit.

Sebelum umbi dibenamkan dapat dilakukan pencampuran dengan PGPR, 2 jam sebelum tanam bibit bawang merah yang siap ditanam disemprot merata dengan larutan PGPR dengan dosis 10 cc/ltr air. Hal ini digunakan sebagai perangsang tumbuh juga untuk mengendalikan penyakit akar dan moler.

5..Pemupukan

Dosis pemupukan bervariasi tergantung dengan situasi setempat, jika kelebihan Urea atau ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, akan tetapi jika kurang, pertumbuhan terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.

Pemupukan dapat diberikan sebanyak tiga kali, yaitu satu kali pupuk dasar dan dua kali pupuk susulan :

No

Pemupukan

Jenis

Dosis

Aplikasi

1.

Dasar

Organik/bokashi

2 5 ton/ha

Sebelum/saat tanam

Urea

20 40 kg/ha

Sebelum/saat tanam

ZA

70 150 kg/ha

Sebelum/saat tanam

SP-36/superphost

150 250 kg/ha

Sebelum/saat tanam

atau

NPK (15-15-15)

200 kg/ha

Sebelum/saat tanam

2.

Susulan I

Urea

50 90 kg/ha

14 hari setelah tanam

ZA

100 200 kg/ha

14 hari setelah tanam

KCl

100 140 kg/ha

14 hari setelah tanam

Atau

NPK (15-15-15)

200 kg/ha

14 hari setelah tanam

3.

Susulan II

Urea

30 70 kg/ha

28 hari setelah tanam

ZA

70 150 kg/ha

28 hari setelah tanam

KCL

120 - 170 kg/ha

28 hari setelah tanam

Atau

NPK (15-15-15)

150 kg/ha

28 hari setelah tanam

Total pemupukan

Jenis

Jumlah

Organik/bokashi

2 5 ton/ha

Urea

100 200 kg/ha

ZA

240 500 kg/ha

SP-36/Superphost

150 250 kg/ha

atau

NPK (15-15-15)

550 kg/ha

6..Perawatan

Perawatan meliputi pembenahan bibit, penyiangan, pendangiran,pembenahan tembok/galeng bedeng, pengairan dan pemberantasan OPT.

a..Pembenahan bibit

Pembenahan umbi bibit segera dilakukan jika terdapat bibit yang tidak berada pada lubang tanam akibat pendistribusian air (ebor), atau bibit yang terbalik dan bibit yang tidak dapat tumbuh karena kesalahan pemotongan ujung (bodong), hal ini bibit dapat dipotong ulang atau diganti bibit yang telah dipersiapkan sebelumnya.

b..Penyiangan

Penyiangan perlu dilakukan jika terdapat tumbuhan pengganggu. Hal ini agar tanaman agar tanaman terlindungi dari gangguan rumput-rumput liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman bawanng merah :

Gulma/rumput dapat menganggu tanaman utama karena :

Terganggunya perakaran tanaman

Terganggunya penyerapan unsure hara/persaingan makan

Terganggunga ekologi mikro (sinar matahari terganggu dan kelembapan tinggi)

Dapat menjadi inang hama dan penyakit bawang merah

c..Pendangiran

Pendangiran dilakukan dengan tujuan agar tanah disekitar pertanaman tetap gembur sehingga penetrasi akar menjadi mudah, mengatur kelembaban tanah dan mempertiinggi jumlah pori-pori tanah sehingga udara dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan pernafasan bawang merah.

Pendangiran sebaiknya dilakukan pada fase pertumbuhan batang, yaitu setelah umur 20 hari setelah tanam, yaitu dengan cara 2 s/d 3 sebelum dan sesudah pendangiran pemberian air dihentikan. Dan pendangiran tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan ke II, agar pupuk terbenam kedalam tanah.

Dalam melakukan pendangiran perlu dilakukan secara hati-hati agar tanaman tidak terungkit keluar atau tanaman menjadi layu, dan diupayakan kedalaman cukup serta tanah hasil pendangiran dibumbunkan dipangkal batang tanaman bawang merah, agar batang berubah menjadi besar dalam bentuk umbi.

d..Pembenahan tembok galeng

Pembenahan tembok galeng pada bedengan perlu dilakukan agar :

Mencegah erosi permukaan akar

Mencegah larutnya pupuk dari media tanam

Mencegah rusaknya petakan media tanam

Dapat menampung air yang diberikan pada saat ebor.

Pembenahan tembok galeng ini perlu dilakukan setiap saat terjadi kerusakan sampai menjelang masa panen.

e..Pengairan

Pemberian air dilakukan berdasar fase pertumbuhan bawang merah, seperti diketahui bawang merah terdapat tiga fase pertumbuhan :

1..Fase pertumbuhan awal (0 10 hari setelah tanam)

Pada fase pertumbuhan awal pengairan diberikan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman di pagi hari diusahakan sepagi mungkin di saat daun bawang merah masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dapat dihentikan jika prosentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %.

Air yang digunakan diusahakan bebas dari penyakit bawang merah juga dihindari air dengan salinitas tinggi, dan tinggi permukaan air dalam canal (got) dipertahankan 20 cm dari permukaan bedeng tanaman.

2..Fase pertumbuhan vegetative (11 35 hari setelah tanam)

Penyiraman atau pengairan dilakukan satu hari sekali yaitu pada pagi hari, dan jika ada hujan rintik-rintik dan ada serangan thrips dilakukan penyiraman pada siang hari.

3..Fase pembentukan umbi (36 50 hari setelah tanam)

Pada fase ini dibutuhkan air yang cukup untuk pembentukan umbi, maka pada musim kemarau perlu dilakukan pengairan sehari dua kali, yaitu pada pagi dan sore hari.

4..Fase pematangan umbi (51 65 hari setelah tanam)

Pada fase ini tidak dibutuhkan banyak air maka penyiraman dapat disesuaikan dengan keadaan tanaman.

Anda mungkin juga menyukai