Anda di halaman 1dari 11

Halaman 1 dari 10

ANALI SA REDAMAN SERAT OPTI K TERHADAP KI NERJ A SI STEM


KOMUNI KASI SERAT OPTI K MENGGUNAKAN METODE OPTI CAL LI NK
POWER BUDGET

Endy Kusuma Wadhana
1)
,Ir. Heru Setijono, M.Sc
2)
Bidang minat rekayasa fotonika, J urusan Teknik Fisika,Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember-Surabaya 60111
E-mail:
1)
ndy_kusuma@yahoo.co.id

Abstrak
Pada penelitian ini telah dilakukan analisis redaman serat optik terhadap sistem komunikasi serat optik
di jalur Rungkut ke Malang ruas Gempol di PT. Telkom Indonesia, Divisi SKSO Arnet SBT menggunakan
kabel serat optik Single Mode Step Index tipe G.652. Alat bantu yang digunakan untuk pengambilan data pada
penelitian ini adalah Power Meter, J DSU MTS 8000, dan perangkat NMS (Network Monitoring System) yang
berfungsi untuk Monitoring level daya dari Rungkut ke Malang. Digunakan metode link power budget untuk
mengetahui kinerja dari sistem komunikasi kabel serat optik akibat dari redaman yang terjadi di sepanjang kabel
serat optik berdasarkan nilai daya ouput yang diterima di Receiver. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa
pada jalur Rungkut ke Malang ruas Gempol redaman tertinggi di sepanjang kabel serat optik jatuh di daerah
gempol pada jarak 32.050 km, dengan nilai redaman total 10.119 dB, dan redaman per kilometer 0,34 dB/km,
berdasarkan hasil dari pengamatan menggunakan alat J DSU MTS 8000 redaman tersebut diakibatkan oleh
tekukan kabel (Mikro Bending) pada jarak 26,734 km. Nilai redaman tertinggi tersebut masih berada dibawah
nilai dari standart ITU (International Telecomunication Union) no. T-REC-G.651-199802-I yaitu 0.35
dB/km. Dari nilai redaman serat optik, maka hasil analisa link power budget yang didapatkan adalah nilai R
X

dari hasil perhitungan lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai daya yang bekerja pada perangkat NMS
(Network Monitoring System) pada saat pengukuran, dengan nilai error 0.1%, maka kinerja dari sistem
komunikasi serat optik pada jalur tersebut dalam keadaan normal dan dapat digunakan untuk beroperasi karena
daya output masih bisa diterima oleh Receiver di perangkat.


Kata kunci : Serat Optik, Redaman Serat, SKSO, Link power budget.

I . PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Meningkatnya kebutuhan akan komunikasi data,
terutama sistemkomunikasi serat optik yang pada
akhir-akhir ini berkembang pesat mendorong untuk
membuat dan mengembangkan berbagai metode dan
teknologi yang dapat digunakan untuk
mengakomodasi kebutuhan dalam kapasitas besar
dan kecepatan tinggi dari sistemtersebut. Seiring
dengan peningkatan dan pengembangan
menggunakan kabel serat optik sebagai media
transmisi data, maka juga sering terjadi faktor
hilangnya informasi yang diakibatkan oleh rugirugi
yang terjadi disepanjang kabel serat optik, salah satu
rugirugi tersebut adalah rugi daya yang diakibatkan
oleh redaman di sepanjang kabel serat optik, yang
mengakibatkan perubahan daya dari pemancar optik
(Transmitter) hingga mencapai di penerima optik
(Receiver).
Permasalahan redaman dan daya optik juga
mempunyai hubungan dengan perencanaan
pemasangan instalasi sistemkomunikasi kabel serat
optik ketika sistem tersebut mengalami gangguan
disepanjang kabel serat optik , dalamhal ini terjadi
pada PT. Telkom divisi Arnet SBT, dari data
redaman dan daya yang terjadi di PT. Telkomdivisi
Arnet SBT ini, maka dilakukan penelitian untuk
menganalisa kinerja sistemkomunikasi serat optik
yang diakibatkan oleh redaman dan daya yang
bekerja di sepanjang kabel serat optik.

1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
permasalahan yang dihadapi dalampenelitian adalah
Bagaimana cara melakukan perhitungan dan
perbandingan redaman serat dari jenis kabel serat
optik G.652 yang merujuk pada rekomendasi ITU.T
tentang spesifikasi penggunaan kabel serat optik
sehingga didapatkan suatu analisa redaman kabel
terhadap kinerja dari sistemkomunikasi serat optik
pada jalur konfigurasi Rungkut Malang Ruas
Gempol dengan jalur konfigurasi Rungkut
Sukodono di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
divisi Arnet Surabaya Timur, serta bagaimana cara
menganalisa rugi daya yang diterima oleh receiver
menggunakan perhitungan link power budget agar
sesuai dengan nilai daya (R
x
sensitivity) pada
spesifikasi di perangkat. jalur konfigurasi Rungkut
Malang Ruas Gempol, di PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk divisi SKSO Arnet Surabaya Timur


Halaman 2 dari 10

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan
perhitungan rugi daya yang terjadi di sepanjang
kabel serat optik pada sistemkomunikasi serat optik
(SKSO), serta melakukan analisis kinerja dari sistem
komunikasi serat optik menggunakan metode link
power budget, di PT. TelkomIndonesia-J atim, divisi
Arnet Surabaya Timur. Dan membandingkan data
perhitungan dan data pengukuran yang didapatkan
di lapangan.

1.4 Batasan Masalah
Untuk mempertajam dan memfokuskan
permasalahan dalampenelitian ini, beberapa batasan
masalah yang diambil diantaranya adalah adalah
sebagai berikut:
1. Parameter yang digunakan pada analisa
redaman serat adalah : redaman di sepanjang
kabel serat optik, nilai daya T
x
dan daya R
x

dengan panjang gelombang 1550 nmdi J alur
konfigurasi Rungkut Malang ruas Gempol
dan jalur konfigurasi Rungkut Sukodono di
PT. Telkom Indonesia-Jatim, divisi Arnet
Surabaya Timur.
2. Analisa menggunakan link power budget
yang bertujuan untuk mencari nilai daya dari
transsiver (T
X
) hingga menuju ke receiver
(R
X
).
3. Penelitian ini hanya menganalisa kinerja dari
SKSO akibat pengaruh redaman serat optik,
redaman sambungan, redaman konektor yang
mengakibatkan penurunan daya pada Kabel
serat optik. Komponen dan Faktor Faktor
pendukung lain pada sistemkomunikasi serat
optik yang mempengaruhi kegagalan dari
sistemdiabaikan.
4. Data yang diambil adalah data redaman pada
jalur konfigurasi Rungkut-Malang ruas
Gempol serta jalur konfigurasi Rungkut-
Sukodono, untuk titik ukur redaman
menggunakan jalur kontingensi Rungkut-
Gempol dan Rungkut Sukodono,
sedangkan titik ukur daya dilakukan di jalur
konfigurasi Rungkut-Gempol, Rungkut-
Sukodono serta Rungkut-Malang ruas
gempol.
5. Data redaman dari Gempol ke Malang
menggunakan data dari PT. Telkom yang
berada di Malang, dan nilai R
x
Sensitivity
adalah -27 dBm.
6. Alat bantu pengukuran untuk redaman
menggunakan J DSU MTS-8000 sedangkan
pengukuran daya menggunakan optikal
power meter, untuk melakukan perhitungan
link power budget maka daya yang
digunakan adalah daya yang bekerja pada
sistem yang terdapat pada perangkat yang
dimonitoring oleh NMS (Network
Monitoring System).
7. Analisa ini dilakukan menggunakan link
power budget.

1.5 Sistematika penulisan laporan
Laporan penelitian disusun secara sistematis
dibagi dalambeberapa bab diantaranya :
a. BAB I Pendahuluan.
Berisi tentang latar belakang perumusan
masalah, pendekatan ilmiah yang diambil,
tujuan dan kontribusi yang diberikan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, hingga sistematika penulisan
laporan.
b. BAB II Dasar Teori.
Tinjauan pustaka yang melatar-belakangi
perumusan masalah dan pendekatan-
pendekatan ilmiah yang diambil untuk
analisa sistem.
c. BAB III Metodologi Penelitian.
Berisi tentang diagram alir penelitian,
peralatan yang digunakan beserta
spesifikasi dan rangkaian eksperimen yang
digunakan dalamproses pengambilan data,
serta terdapat langkah-langkah yang
digunakan untuk mencapai tujuan dari
penelitian.
d. BAB IV Analisa dan pembahasan.
Analisa hasil , pengukuran dan perhitungan
sistemyang telah dibuat.
e. BAB V Kesimpulan dan saran.
Bagian penutup yang teridiri dari
kesimpulan (hal-hal yang telah dikerjakan)
dan saran (hal-hal yang belum dan
memungkinkan untuk dikerjakan) untuk
penelitian yang lebih lanjut.

BAB II DASAR TEORI

Serat Optik

Serat optik merupakan media saluran
transmisi berbahan dasar kaca atau plastic (S
i
O
2
)
yang digunakan untuk penyaluran gelombang
dielektrik yang bekerja berdasarkan waktu, dengan
menggunakan cahaya sebagai media penyampaian
informasi, sumber cahaya yang digunakan adalah
laser karena laser mempunyai sifat pola penyebaran
kecil, kecerahan dan koherensi tinggi. Bentuk dari
serat optik adalah silender, karaketristik bahan
struktur penyusun serat optik mempengaruhi sifat
sifat transmisi pemandu gelombang optik. Hal ini
akan berpengaruh dalam perambatan sinyal optik


Halaman 3 dari 10
sepanjang serat optik, Efisiensi dari serat optik
ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun
gelas. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit
cahaya yang diserap oleh serat optik.
Perambatan atau propagasi gelombang
sepanjang pemandu gelombang dapat digambarkan
dalambentuk kumpulan gelombang terpandu yang
dinamakan mode (moda) terpandu. Tiap moda
terpandu merupakan pola garis medan listrik dan
medan magnet yang diulang ulang sepanjang serat
pada interval sama terhadap panjang gelombang.
(Keiser . 1987) Pembagian Serat optik dapat dilihat
dari 2 macamperbedaan :

1. Berdasarkan mode yang dirambatkan
a. Single mode
Serat optik dengan core yang sangat kecil,
diameter mendekati panjang gelombang
sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak
dipantulkan ke dinding cladding.
b. Multi mode
Serat optik dengan diameter core yang agak
besar yang membuat laser di dalamnya akan
terpantul-pantul di dinding cladding yang dapat
menyebabkan berkurangnya bandwidth dari
serat optik jenis ini.
2. Berdasarkan indeks bias core
a. Step indeks
Pada serat optik step indeks, core memiliki
indeks bias yang homogen.
b. Graded indeks
Pada graded indeks ini indeks bias core
semakin mendekat ke arah cladding maka
semakin kecil. J adi pada graded indeks, pusat
core memiliki nilai indeks bias yang paling
besar. Serat graded indeks memungkinkan untuk
membawa bandwidth yang lebih besar, karena
pelebaran pulsa yang terjadi dapat
diminimalkan.

Pada umumnya serat optik terdiri dari dua bahan
dengan karakter optis yang berbeda untuk cladding
dan core. Seperti tertera pada Gambar 2.1, yang
mencantumkan struktur dasar dari pembentuk serat
optik. Komposisi core menduduki 85 % dari total
fiber yang memandu cahaya, yang tersusun dari
bahan silikon oksida, dan dilapisi dengan serat kaca,
dan pada umumnya core memiliki index bias yang
lebih tinggi daripada cladding. [Schott, 2002]










Gambar 2.1 konstruksi sederhana serat optik
[Agilent Technologies, 1996]

SistemKomunikasi Serat Optik
Sistemkomunikasi serat optik menggunakan
sinyal-sinyal informasi dalambentuk energi cahaya
yang disalurkan melalui serat optik. Sinyal
informasi yang dikirirmkan tersebut, dapat berupa
sinyal audio, video ataupun data dalam bentuk
sinyal elektrik dan kemudian diubah menjadi sinyal
optik sebelum ditransmisikan melalui serat optik.
Untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal optik
diperlukan suatu sumber optik yang dapat
menghasilkan cahaya yang intensitasnya dapat
diatur sesuai dengan sinyal elektrik yang
mengendalikannya. Begitu pula pada sisi penerima,
diperlukan Detektor optik yang dapat mengubah
sinyal optik menjadi sinyal elektrik sesuai dengan
aslinya. Blok diagram sederhana dari sistem
komunikasi serat optik ditunjukan berdasar gambar
3.2.












Gambar 3.2 Alur SistemKomunikasi Serat Optik

BAB II I. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang kami gunakan
dalamproses analisa redaman serat terhadap kinerja
sistem komunikasi kabel laut serat optik adalah
sebagai berikut:

1. Studi literatur mengenai konsep :
a. Konfigurasi Sistem Komunikasi Serat
Optik,.
b. Pengukuran redaman serat menggunakan
J DSU MTS-8000 dan perhitungan anggaran
daya optik yang diakibatkan oleh redaman
serat menggunakan Optikal Power Meter
dan NMS (Network Monitoring System) .
c. Faktor-faktor redaman yang terjadi pada
Kabel Serat Optik.
d. Analisa redaman serat yang terjadi pada
konfigurasi Rungkut-Malang Ruas Gempol


Halaman 4 dari 10
terhadap kinerja SistemKomunikasi Kabel
Serat Optik dengan menggunakan metode
Link power budget
e. Penerapan teknologi Wavelength Division
Multiplexing (WDM) pada SKSO.

2. Penentuan Variabel penelitian,
a. Variabel pertama berupa, daya T
X
dan
daya R
X
jalur konfigurasi Rungkut
Malang, daya T
X
dan daya R
X
jalur
konfigurasi Rungkut Gempol, daya T
X

dan R
X
pada jalur konfigurasi Rungkut
Sukodono.
b. Variabel kedua adalah variabel yang
berupa nilai redaman yang diakibatkan
oleh redaman serat, redaman
sambungan, redaman konektor, dari
redaman tersebut diketahui nilai
redaman total dan redaman per
kilometer yang terjadi di sepanjang
kabel serat optik pada jalur kontingensi
Rungkut-Gempol, jalur konfigurasi
Rungkut-Malang dan jalur konfigurasi
Rungkut Sukodono.

3. Penentuan sampel penelitian, Penelitian ini
adalah bentuk penelitian yang dilakukan
secara eksperimental, dikarenakan pada
penelitian ini dilakukan berdasarkan
pendekatan ilmiah yang mengacu kepada
standart operasional procedure yang
diterapkan oleh PT. Telkom Indonesia
Divisi Arnet Surabaya Timur. Pada langkah
penentuan sampel ini, sampel yang
digunakan adalah :
1. Menentukan Konfigurasi Link kabel.
2. Menentukan titik ukur event di sepanjang
kabel serat optik.

4. Penentuan alat pengambil dan/atau pengolah
data. Alat bantu pengukuran untuk redaman
menggunakan JDSU MTS-8000 sedangkan
pengukuran daya menggunakan optikal
power meter, untuk melakukan perhitungan
link power budget maka daya yang
digunakan adalah daya yang bekerja pada
sistemyang terdapat pada perangkat yang
dimonitoring oleh NMS (Network
Monitoring System).

3.1 Alat Ukur yang digunakan :
1. Alat Ukur Redaman : Berdasarkan fungsi
yang digunakan pada penelitian ini alat ukur yang
digunakan menggunakan J DSU MTS8000 alat
ukur ini terdapat banyak fungsi, salah satu fungsi
nya adalah untuk mengukur redaman akibat event
yang terjadi di sepanjang kabel serat optik, alat ukur
ini ini bekerja berdasarkan domain waktu yang
merupakan tangkapan dari sinar pantul ketika laser
ditembak kedalam kabel serat optik untuk
mengidentifikasi inti karakteristik dari fiber optik
karakterisasi. Pada pengukuran redaman serat
dilakukan secara link point to point yang di ukur
dari ujung ke ujng secara original ke end dan end ke
original, itemyang dapat diukur pada alat ukur ini
adalah koefisien atenuasi, refleksi, dan poin
kesalahan, berdasarkan fungsi jarak.


Gambar 3.3 JDSU MTS-8000

2. Alat Ukur Daya
Level daya dengan satuan dBm ini
merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat
mempengaruhi redaman kabel, semakin kecil daya
diberikan pada sistemkomunikasi serat optik maka
semakin kecil daya yang ditangkap oleh detektor
optik yang mengakibatkan waktu dalam
penyampaian informasi semakin lama. Untuk
pengukuran level daya pada penelitian Tugas Akhir
ini menggunakan 2 unit yaitu unit pertama yang
berfungsi sebagai transivier adalah menggunakan
Optical Light Source dan unit kedua befungsi
sebagai receivier menggunakan Opticial Power
Meter

Gambar 3.4 Alat Ukur Daya

3. Kabel Serat Optik yang digunakan.
Pada pengukuran redaman kabel ini
menggunakan jenis kabel single mode yang merujuk
pada rekomendasi ITU.T single mode dibedakan
menjadi berbagai jenis diantaranya G.655 dan G.652
yang membedakan jenis kabel ini adalah pada
pengaruh redaman dan dispersi yang terjadi, jika


Halaman 5 dari 10
jenis kabel G.652 redaman yang terjadi kecil,
sedangkan nilai dispersi besar, juga diameter Core
G.652 lebih kecil. Sedangkan untuk jenis kabel
G.655 nilai redaman yang terjadi cenderung lebih
besar jika dibandingkan dengan jenis G.652
dikarenakan material penyusun G.655 berbeda,
sedangkan untuk nilai dispersi kecil, diameter core
pada G.655 lebih besar jika dibandingkan dengan
diameter core G.652.








Gambar 3.5 Patch cord serat optik


Gambar 3.6 Flowchart metodologi penelitian

3.2 Rangkaian Eksperimental :
Pada rangakaian eksperiment ini adalah
merupakan suatu gambaran dari penelitian yang
dilakukan, setelah mengidentifikasi dari peralatan
yang digunakan maka untuk rangkaian eksperiment
ini terdapat pada gambar 3.7


Gambar 3.7 Rangkaian Eksperiment

Pada gambar 3.15 adalah merupakan rangkaian
yang dilakukan di lapangan, pada rangkaian ini
terdapat skema J DSU yang digunakan untuk
mengukur redaman, didalam perangkat J DSU ini
terdapat OTDR yang berfungsi untuk
mengidentifikasi event yang terjadi pada kabel serat
optik, prinsip kerja dari OTDR ini adalah cahaya
ditembakkan menggunakan laser, kemudian sinar
dari laser diteruskan menuju kabel serat optik
berdasarkan funsi waktu terhadap simpangan yang
terjadi akibat perubahan fase akan terpantul kembali
ke cermin, di dalam OTDR dan tertangkap oleh
photodetektor, dari photodetektor diolah kembali
oleh osciloscope sehingga sinar yang oleh detektor
optik bisa terbaca oleh osciloscope.
Proses pengukuran redaman serat ini dilakukan
berdasarkan jumlah core yang kosong di tiap OTB
(Optical Terminal Box), dari OTB A akan
dihubungkan ke OTB B yang mempunyai jarak
tertentu, untuk menghubungkan OTB A ke OTB
B memnggunakan konektor serta kabel serat optik
satu core (Patch core).

BAB IV
ANALISA DATA dan PEMBAHASAN

Bab IV pada penelitian tugas akhir ini
merupakan metode pengolahan dan
pendefinisian hasil dari pengukuran yang terdiri
dari data awal hasil pengukuran, data hasil
perhitungan, analisa data, dan pembahasan.

4.1 Data Pengukuran.
Dari metodologi penelitan maka dilakukan
pengukuran daya dan redaman, pengukuran
dilakukan pada jalur Rungkut ke Waru dan
Rungkut ke Sukodono, hasil dari kedua
pengukuran digunakan untuk mengetahui
karakteristik kabel yang digunakan.

Tabel 4.1 Nilai rata rata hasil pengukuran daya
Rungkut ke Gempol menggunakan Powe Meter
JDSUMTS-8000
(OTDR)
Lokasi
Pengukuran II
Kabel Fiber
Optik
Pacth
Core
Light Source

1550 nm
Power Meter
(dBm)


1 2 3 4 5 6
Optical Terminal Box A


1 2 3 4 5 6
Optical Terminal Box A


Halaman 6 dari 10
Pin / Tx (Light
Source)
( Rungkut )
Pout / Rx (Power
Meter)
( Gempol )
No. Core
Daya Input
(dBm)
Daya Output
( dBm)
1. 37 4.33 - 6.82
2. 38 4.33 -8.12
3. 11 4.33 -8.40
4. 12 4.33 -7.59
5. 15 A 4.33 -7.03
6. 16 A 4.33 -7.06
7. 17 A 4.33 -7.58
8. 18 A 4.33 -7.93


Tabel 4.2 Nilai rata rata hasil pengukuran daya
Rungkut ke Sukodono menggunakan Power Meter
Pin / Tx (dBm)
(Rungkut)
Pout / Rx (dBm)
(Sukodono )
No. Core
Daya Input
(dBm)
Daya Output
( dBm)
1. 37 4.33 - 6.82
2. 38 4.33 -10.10

4.2 Pengukuran Redaman.
Pengukuran redaman dilakukan menggunakan
alat ukur JDSU MTS-8000, dalam alat ukur
JDSU pengukuran dilakukan menggunakan
panjang gelombang 1550 nm, Parameter yang
digunakan untuk mengukur redaman pada alat
ukur JDSU MTS-8000, adalah Indexs of
refraction yang diatur pada nilai 1.465, nilai
panjang gelombang pada nilai 1550 nm, jenis
fiber yang digunakan adalah Single Mode.
Metode yang terdapat pada alat ukur JDSU
MTS 800 adalah sellmeir ST. Pengukuran
redaman ini dilakukan pada jalur Rungkut ke
Gempol, dan Rungkut ke Sukodono.
Pengamatan dilakukan pada nilai redaman yang
dihasilkan pada tiap nomer port pada link yang
digunakan, penagamatan redaman dilakukan
berdasarkan event yang terjadi di sepanjang
kabel serat optik.

Tabel 4.3 Hasil pengukuran Redaman
(Rungkut ke Gempol) pada jarak terjauh
Menggunakan JDSU MTS 8000.
Keterangan No. Core/
Port
Kabel Redaman Patahan
J arak Asli
(Meter)
J arak
Lokasi
kejadian
(Meter)
Redaman
Total
(dB)
(dB) (dB/km)
1. 37 32009.83 2938.74 10.119 0.272 0.182
2. 38 32009.83 2938.74 8.523 0.275 0.188
3. 11 32050.65 2755.07 10.911 0.250 0.211
4. 12 32050.65 2765.27 8.797 0.258 0.223
5. 15A 37438.34 4877.49 9.180 0.398 0.204
6. 16A 37438.34 4877.49 8.981 0.310 0.195
7. 17A 37387.32 4877.49 10.220 0.357 0.204
8. 18A 37387.32 4877.49 9.201 0.448 0.206

Tabel 4.4 Hasil pengukuran Redaman
(Rungkut ke Sukodono) pada jarak terjauh
Menggunakan JDSU MTS 8000.
Keterangan
Kabel Serat Optik
No. Core/
Port
J arak Asli
(Meter)
J arak
Lokasi
kejadian
(Meter)
Redaman
Total
(dB)
Redaman
(dB)
Patahan
(dB/km)
1. 11 17737.03 923.46 6.321 0.561 0.291
2. 14 8405.51 3242.31 1.865 0.606 0.217

Perhitungan menggunakan hasil Power Meter.
Pada Sub bab ini berisi tentang perhitungan
redaman, dengan perhitungan link power budget.
Dengan menggunakan persamaan 1. maka data
pehitungan dapat dilihat pada tabel 4.5

Loss =(P
in
P
out
) / L............................
Tabel 4.5 hasil perhitungan redaman Rungkut ke
Gempol menggunakan Powe Meter
No Core/ Port Daya I nput
(dBm)
Daya
Output
( dBm)
J arak
(Km)
Redaman/km
(dB)
1. 37 4.33 -6.82 32.00
0.34
2. 38 4.33 -8.12 32.00
0.38
3. 11 4.33 -8.40 32.05
0.39
4. 12 4.33
-7.59
32.05
0.37
5. 15A. 4.33 -7.03 37.43 0.30
6. 16A 4.33 -7.06 37.43 0.30
7. 17A 4.33 -7.58 37.38 0.31
8. 18A 4.33 -7.93 37.38 0.32

Tabel 4.6 hasil perhitungan redaman Rungkut ke
Sukodono menggunakan Powe Meter
No Core/
Port
Daya
I nput
(dBm)
Daya
Output
( dBm)
J arak
(Km)
Redaman/km
(dB)
1. 11 4.33 -6.82 17.73 0.59


Halaman 7 dari 10
Loss/km =
f
/L (dB)
2. 14 4.33 -10.10 84.05 1.63
Sehingga didapatkan garfik hubungan redaman
dengan jarak pada gambar 3. 8










Gambar 3.8 Grafik Hubungan Redaman dengan jarak
Perhitungan secara teoritis.
Dengan menggunakan persamaan 2. maka
perhitungan ini dapat diketahui, untuk hasil dari
nilai perhitungan terdapat pada tabel 4.7

) ( ) ( ) ( dB LossKabel Km el PanjangKab dB f =
) ( ) ( dB or Losskonekt ktor J umlahKone dB c =

gan LossSambun
Kabel J arakTotal
dB s =
|
.
|

\
|
1
2
) (


...............................................................................(2)

Tabel 4.7 hasil perhitungan redaman Rungkut ke
Gempol berdasarkan standart ITU.T (Rungkut ke
Gempol)
Core. Panjang kabel
(Km)
f
(dB)
C
(dB)
S
(dB)
Loss
(dB)
Loss/Km
(dB)
37
32.00983
8 1 2.25 11.55 0.36
38 32.00983
8 1 2.25 11.55 0.36
11 32.05065
8.01 1 2.25 11.56 0.36
12 32.05065
8.01 1 2.25 11.56 0.36
15A 37.43834
9.35 1 2.65 13.30 0.35
16A
37.43834
9.35 1 2.65 13.30 0.35
17A
37.38732 9.34 1 2.65 13.29 0.35
18A
37.38732 9.34 1 2.65 13.29 0.35

Tabel 4.8 hasil perhitungan redaman Rungkut ke
Gempol berdasarkan standart ITU.T (Rungkut ke
Sukodono)
Core. Panjang kabel
(Km)
f
(dB
C
(dB)
S
(dB)
Loss
(dB)
Loss/Km
(dB)
11
17737.03
4.43 1 1.18 6.91 0.38
14
8405.51
2.1 1 0.48 3.88 0.46


Dari perhitungan dan pengukuran, maka
diperbandingkan, hasil dari data perbandingan ini
tedapat pada tabel 4.9








Tabel 4.9 Perbandingan Nilai Redaman
No. Nomer
Core
Perhitungan
Redaman/km
Berdasarkan
alat Power
Meter
Redaman/km
berdasarkan
alat ukur
redaman
Perhitungan
Redaman/km
menurut
Standart
I TU.T
J arak
kabel
(Km)
1. 37
0.34
0.31 0.36
32.00983
2. 38
0.38
0.26 0.36
32.00983
3. 11
0.39
0.34 0.36
32.05065
4. 12
0.37
0.27 0.36
32.05065
5. 15A 0.30 0.24 0.35
37.43834
6. 16A 0.30 0.23 0.35
37.43834
7. 17A 0.31 0.27 0.35 37.38732
8. 18A 0.32 0.24 0.35 37.38732
11. 11 0.59 0.36 0.38
17737.03
12. 14 1.63 0.22 0.46
8405.51


Gambar 3.8 Grafik perbandingan nilai redaman

Perhitungan Link power budget.
Untuk mencari perhitungan link poweer budget,
terhadap nilai daya receiver, menggunakan
persamaan 3.


Dimana :
P
S
=Loss daya Total (
total
) yang diperbolehkan
pada sistem.
P (R
x
) =Daya pada receiver.
P (T
x
) = Daya Transmitter pada perangkat
Perbandingan nilai redaman hasil pengukuran, perhitungan
dengan standart ITU. T
pengukuran
pengukuran
Core18A
Core17A
Core16A
Core 15A
Core12
Core11
Core38
Core37
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
32.01 32.01 32.05132.051 37.438 37.438 37.387 37.387 17737 8405.5
Jarak (Km)
R
e
d
a
m
a
n

(
d
B
)
perhitungan
pengukuran
standartITU.T

loss
= (
f
+
c +

s
+Loss Pigtel
) (dB)

+ = ) arg ( in M Loss P P Tx Rx
Hubungan redaman total dengan jarak pada Core 37
0
2
4
6
8
10
12
14
1.94 4.44 5.18 9.47 11.1 21.3 23.3 24.3 24.7 24.9 26.3 26.7 29.1 32
Jarak (Km)
R
e
d
a
m
a
n
(
d
B
)
nilai redaman
hasil
perhitungan
padaCore37
Linear(nilai
redaman hasil
perhitungan
padaCore37)


Halaman 8 dari 10

Loss
= jumlah loss yang terjadi di sepanjang kabel
serat optik.
Margin =nilai yang digunakan untuk mengkompensasi
redaman yang terjadi pada kabel serat optik.
Data yang dipergunakan untuk perhitungan link
power budget terdapat pada tabel 4.10
Tabel 4.10 Data Spesifikasi sistem
Core
no
Tx (dBm)
Pengukuran
NMS
Rx(dBm)
Pengukuran
NMS
Loss
(dB)
J arak
total
(Km)
Margin
(dB)
37 13.98 -18.92 29 91.00983 6
38 13.98 -18.92 29 91.00983 6
11 13.98 -18.92 29.01 91.05065 6
12 13.98 -18.92 29.01 91.05065 6
15A 13.98 -18.92 30.75 96.43834 6
16A 13.98 -18.92 30.75 96.43834 6
17A 13.98 -18.92 30.74 96.38732 6
18A 13.98 -18.92 30.74 96.38732 6
Sehingga data perhitungan yang diperoleh
diperbandinglkan dengan hasil pengukuran di NMS,
daaata tersebut terdapat pada tabel 4.11

Core Rx Pengukuran (NMS)
(dBm)
Rx Perhitungan
(dBm)
Rx Sensitivity
(dBm)
37
-18.28
-21.02
- 27
38
-18.9
-21.02
- 27
11
-18.88
-21.03
- 27
12
-18.9
-21.03
- 27
15A
-20.22
-22.77
- 27
16A
-20.38
-22.77
- 27
17A
-20.4
-22.76
- 27
18A
-20.4
-22.76
- 27
Dan grafik hasil perbandingan terdapat pada
gambar 3.8














Gambar 3.8 Grafik perbandingan Link power budget.
4.3 Analisis Hasil penelitian
Pada analisis redaman ini, membahas
mengenai redaman kabel serat optik yang terjadi di
sepanjang jalur yang digunakan untuk melakukan
penelitian, nilai redaman yang dihasilkan adalah
nilai dari hasil pengukuran dan perhitungan dari
nilai tersebut akan dibandingkan dengan standart
nilai redaman yang digunakan oleh PT. Telkom,
seperti tercantum pada bab 3, yaitu mengenai
penentuan alat ukur, untuk pengambilan data
redaman ini menggunakan dua buah alat ukur, alat
ukur yang pertama adalah alat ukur daya
menggunakan power meter dan light source, dan
alat ukur kedua adalah menggunakan OTDR
didalamAlat JDSU MTS-8000. pengambilan data
level daya di sepanjang kabel serat optik
menggunakan power meter dan laser source secara
Original ke End dan dari End ke Original, bertujuan
untuk mengetahui kondisi fisik dari kabel serat
optik, dalam hal ini dapat dilihat dari nilai daya
input yang dipancarkan oleh power meter dengan
nilai daya output yang diterima oleh power meter,
pembacaan alat ukur ini menggunakan satuan dBm
(Desibel milliwat) karena data yang diambil adalah
merupakan fungsi dari daya per desibel daya yang
dihasilkan. Pengambilan data level daya ini
dilakukan dengan 10 kali pengambilan data pada
tiap core baik secara Original ke End dan dari End
ke Original , core yang digunakan pada jalur
Rungkut-Gempol berjunlah 8 core sedangkan core
yang digunakan pada jalur Rungkut-Sukodono
berjumlah 2 core. Pengambilan core yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan pemilihan dari
beberapa core yang terpasang di OTB. Core yang
digunakan jalur Rungkut-Gempol pada penelitian ini
adalah sebagai bahan evaluasi ketika setelah
dilakukan perbaikan jalur Rungkut ke Gempol.
Sedangkan untuk core yang digunakan pada jalur
Rungkut-Sukodono adalah pemilihan dari jumlah
beberapa jumalh core yang kosong yang mempunyai
status idle (core yang kosong, dan sewaktu
diperlukan, core ini siap untuk dipasang), pada hasil
pengukuran level daya ini didapatkan hasil, baik
pengukuran secara Original ke End dan dari End ke
Original untuk nilai daya input dari light source
adalah 4.33 dBm, pengambilan data input ini
dilakukan dengan cara pengukuran light source
dengan power meter menggunakan patch cord dan
adapter (sambungan patch cord) sebelum alat ini
digunakan untuk mengukur pada jalur Rungkut-
Gempol dan Rungkut-Sukodono. Setelah daya input
didapatkan maka pengukuran kedua dilakukan untuk
mengukur nilai dari daya disepanjang kabel serat
optik pada jalur Rungkut-Gempol dan jalur
Rungkut-Sukodono, dari nilai hasil pengukuran
sebanyak 10 kali secara Original ke End dan dari
End ke Original pengukuran yang dihasilkan dirata-
rata sehingga didapatkan salah satu pembahasan dari
hasil hasil yang telah didapat pada core no. 37 yang
Grafik Perbandingan link power budget antara pengukuran
dengan perhitungan
Core 18A
Core 17A
Core16A
Core 15A
Core12
Core11
Core38
Core 37
-21
-20.5
-20
-19.5
-19
-18.5
-18
-17.5
-17
91.01 91.01 91.05191.05196.43896.438 96.38796.387
Jarak (Km)
L
e
v
e
l

d
a
y
a


R
x
(
d
B
m
)
perhitungan
pengukuran


Halaman 9 dari 10
mempunyai nilai input daya yang dipancarkan dari
rungkut oleh light source bernilai 4.33 maka daya
yang diterima oleh power meter bernilai -6.82 dBm,
penangkapan oleh power meter didapatkan nilai
minus (-) mempunyai arti bahwa pada nilai daya -
6.82 dBmlevel daya yang bekerja disepanjang kabel
adalah berkisar 0.1 mW, berdasarkan perhitungan
pada sub bab 4.2.1 redaman yang dihasilkan oleh
daya bernilai 0.34 dB/kilometer, pada nilai dari
redaman yang dihasilkan dari pengukuran daya jika
disesuaikan oleh standart nilai redaman yang
diterapkan oleh PT. Telkomdengan pada tabel 3.1
bernilai 3 dB/ kmdapat dinyatakan sistemtersebut
untuk redaman 0.34 dB/kmmendekati nilai normal,
sehingga tidak diperlukan penambahan alat untuk
mengkompensasi redaman, dikarenakan dengan
nilai redaman 0.34 dB/km selebihnya jika sistem
beroperasi, maka akan dikompensasi oleh margin
dari daya yang bekerja pada perangkat. Begitu juga
sama dengan core no. 38 hingga sampai core no.
18A. Pada perhitungan redaman serta perbandingan
dengan alat ukur di lapangan dari daya dari core no.
37 hingga core no. 18A redaman tertinggi terjadi
pada core no. 11, dikarenakan pada saat
pembandingan dengan hasil alat ukur redaman
menggunakan OTDR di alat J DSU MTS-8000 pada
jarak 32.050 Kmjalur Rungkut-Gempol yang terjadi
didapatkan patahan hingga bernilai 0.211 dB,
sehingga redaman total yang terjadi sebesar 10.911
patahan tersebut diakibatkan karena pada saat
perbaikan jaringan kabel, kabel serat optik yang
digunakan berbeda jenis, untuk jenis kabel sebelum
jarak 5.183 Km menggunakan kabel G.652
sedangkan untuk setelah jarak 5.183 Km,
menggunakan kabel jenis G.653. Dari perbedaan
fisik dari jenis G.652 dan G.653 terdapat pada
diameter core yang disambung (Splice), yang
mengakibatkan pola penyebaran berkas tidak merata
akbibat dari nilai indeks bias dari core dan cladding
berbeda, untuk diameter core dan cladding jenis
G.652 bernilai 50 m dan diameter core dan
cladding jenis G.653 bernilai 62.5 m.
Sedangkan pada analisa redaman
berikutnya, pengukuran redaman kedua dilakukan
menggunakan OTDR di J DSU MTS-8000,
pengukuran dilakukan secara Original ke end,
dikarenakan pada penelitian diberi perijinan untuk
melakukan pngambilan data secara Original ke End.
dari hasil pengukuran di OTDR didapatkan hasil
redaman Total dan redaman per kilometer di setiap
core, untuk melakukan perbandingan hasil
pengukuran redaman dengan hasil perhitungan
redamaan secara teoritis, maka redaman total dan
redaman perkilometer baik dari pengukuran maupun
dari perhitungan secara teoritis diambil pada jarak
maksimumhingga berakhir pada titik ukur end. Dari
hasil perhitungan redaman secara teoritis didapatkan
pada jalur Rungkut ke Gempol hasil untuk core no.
37 bernilai redaman total 0.39 dB, core no. 38
bernilai 0.35dB, core 11 bernilai 0.35 dB, core 12
bernilai 0.36 dB, core 15A bernilai 0.35 dB, core
16A bernilai 0.3 dB, core 17A bernilai 0.33 dB,
core 18A bernilai 0.36 dB. Seangkan dari hasil
perhitungan teoritis jalur Rungkut ke Sukodono
didapatkan hasil untuk core no. 11 bernilai 0.59 dB,
dan core no. 14 bernilai 1.43 dB.
Dari hasil perhitungan tersebut, analisa
redaman di sepanjang kabel serat optik
diperbandingkan dengan hasil redaman dari alat
ukur serta hasil redaman dari perhitungan daya. Dari
hasil perbandingan tersebut diperoleh, hasil dari
pengukuran dilapangan lebih kecil daripada hasil
perhitungan secara toeritis, hal ini menunjukkan
bahwa instalasi jaringan kabel serat optik pada jalur
Rungkut ke Gempol serta rungkut ke Sukodono
layak untuk dioperasikan. Pada tabel 4.17
didapatkan hasil nilai redaman/Kmredaman terbesar
disepanjang kabel serat optik untuk jalur Rungkut ke
gempol terjadi pada core no. 11. dikarenakan pada
core no. 11. pada jarak 29.295 Kmterjadi patahan
dengan total redaman 10.758 dB. Patahan tersebut
yang mengakibatkan degradasi sinar, sehingga
ketika sampai pada jarak 32.050 Kmtotal redaman
yang dihasilkan menjadi 10.911, hal ini diakibatkan
oleh banyak faktor salah satu faktor penyebabnya
adalah perbedaan jenis kabel serat optik yang
digunakan, solusi untuk mengkompensasi redaman
pada core no. 38 ini adalah disambung (splice)
ulang, atau diberikan varibale attenuator untuk
mengkompensasi daya yang hilang. Sedangkan
pada jalur Rungkut ke Sukodono didapatkan hasil
untuk nilai redaman yang tertinggi terdapat pada
core no. 14, setelah dilakukan pengecekkan ulang,
pada core no. 14 redaman terbesar jatuh pada jarak
8.405 Km, jika dibandingkan dengan core no. 11
jalur rungkut ke sukodono, jika redaman jatuh pada
jarak 8.405 Kmmaka pengiriman sinar jatuh pada
daerah sepanjang, setelah dikonfirmasi ke
sepanjang, konektor yang berada pada OTB yang
digunakan untuk melakukan true connect ke
Sukodono tidak berfungsi, sehingga redaman jatuh
pada daerah Sepanjang, namun dari hasil
perbandingan pengukuran redaman di lapangan
dengan perhitungan secara teoritis, didapatkan hasil
pada pengukuran dilapangan jalur Rungkut ke
Sukodono mempunyai nilai yang kecil jika
dibandingkan dengan perhitungan teoritis hal ini
instalasi jaringan kabel untuk lokasi Rungkut
menuju ke Sukodono, serta Rungkut menuju ke
Sepanjang layak untuk dioperasikan.

4.2.3 Analisis link power budget.


Halaman 10 dari 10
Analisis link power budget digunakan untuk
mengetahui tingkat kinerja dari pemasangan
jaringan kabel yang baru sebelumdioperasikan ke
dalam perangkat. Analisis ini bertujuan untuk
menyesuaikan apakah sistem jika disesuaikan
dengan redaman yang terjadi di sepanjang kabel
serat optik dan daya yang bekerja pada perangkat
transmisi, bisa bekerja dengan baik maupun
sebaliknya. Pengambilan daya T
x
dan daya R
x

dilakukan dari pengamatan di NMS (Network
Monitoring System) yang berada di ruang transmisi.
Pada penelitian ini link power budget
digunakan untuk menghitung daya dari transmitter
hingga sampai pada receiver optik dan hasil akhir
dari perhitungan ini akan dibandingkan dengan nilai
R
x
sensitivity didalam perangkat Transmisi,
pehitungan link power budget dilakukan pada jalur
Rungkut ke Malang menggunakan ruas Gempol.
Sedangkan untuk jalur Rungkut ke Sukodono tidak
dilakukan analisa link power budget, dikarenakan
pada jalur Rungkut ke Sukodono tidak terdapat
NMS (Network Monitoring System), salah satu dari
area wilayah pengoperasisan NMS mencakup pada
daerah transmisi Rungkut-Malang yang berada pada
topologi jaringan Ring 5 wilayah operasional
TelkomArnet SBT.
Perhitungan link power budget dilakukan
dengan cara penjumlahan dari redaman (
Loss
) di
sepanjang kabel serat optik dengan nilai Margin
yang digunakan untuk mengkompensasi redaman
yang terjadi, pada perhitungan redaman kabel
didapatkan hasil pada sub bab 4.2.1, dari nilai hasil
perhitungan redaman tersebut ditambahkan dengan
nilai redaman yang terjadi pada jalur Gempol ke
Malang, untuk nilai redaman dari Gempol ke
Malang adalah 17.45 dB yang didapatkan
berdasarkan asumsi dari operator di Telkom
Malang, dikarenakan wilayah dan wewenag dari
Tekom Rungkut hingga mencapai Gempol,
sedangkan untuk jarak jaringan kabel dari Rungkut
ke malang didapatkan dari penjumlahan jarak kabel
dari Rungkut ke Gempol dengan Gempol Ke
Malang, pada jarak Rungkut ke Gempol diketahui
dari alat ukur OTDR di J DSU-MTS 8000, jarak
yang diambil adalah jarak maksimum dari total
pengukuran. Sedangkan untuk jarak dari Gempol ke
Malang didapatkan nilai 59 Km, jarak tersebut
didapatkan dari hasil konfirmasi TelkomRungkut
kepada TelkomMalang.
Data dari hasil perhitungan link power
budget didapatkan untuk core 37 dengan daya yang
bekerja sebesar 13.98 dBm dan jarak transmisi
91.009 Kmserta redaman total 26.9 dB maka daya
yang diterima receiver sebesar -18.92 dBm, yang
berarti pada kinerja sitemdaya yang bekerja sebesar
0.01 mW. J ika daya dari hasil perhitungan link
power budget dibandingkan dengan nilai R
X

sensitivity (-27 dBm) nilai daya hasil perhitungan
tersebut lebih kecil, maka jika sistem tersebut
digunakan untuk transmisi dalamkeadaan normal.
Dari pengukuran serta perhitungan link
power budget yang didapatkan pada jalur Rungkut-
Malang didapatkan hasil pada tabel 4.19, dari tabel
tersebut jika dilihat nilai R
x
pada core 37 hingga
core 18A digunakan untuk transmisi ke Malang,
maka pada perhitungan link power budget dengan
menggunakan daya transmitt 13.98 dBm pada
perangkat, maka kinerja dari sistemtersebut layak
untuk dioperasionalkan dengan kondisi normal.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Hasil analisis redaman kabel serat
optic terhadap kinerja systemkomunikasi serat optic
menggunakan metode link power budget, maka
dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. jika ditinjau dari fungi pengukuran redaman di
sepanjang kabel serat optik, pada hasil dari
pengukuran dilapangan, alat ukur yang sesuai
untuk mengukur redaman adalah menggunakan
OTDR di JDSU MTS-8000, dikarenakan pada
alat ukur OTDR pengukuran lebih valid karena
didalam perangkat OTDR terdapat parameter
Dead Zone, Dynamics Range, Event Zone, serta
End Of Fiber. Jika menggunakan alat ukur
power meter, hanya mengetahui kondisi dari
kabel serat optik.
2. Berdasarkan hasil dari perbandingan nilai
redaman yang dihasilkan dari pengukuran
dilapangan dengan perhitungan secara teoritis
pada jalur Rungkut-Gempol, didapatkan hasil
untuk nilai redaman tertinggi terdapat pada core
no. 11 dengan nilai total redaman 10.911 dB
pada jarak 32.050 Km, dan redaman per
kilometer bernilai 0.39 dB, hal ini diakibatkan
oleh beberapa faktor salah satu diantaranya
adalah perbedaan kabel yang digunakan pada
saat penyambungan berlangsung. Sedangkan
pada jalur Rungkut-Sukodono nilai redaman
tertinggi terdapat pada core no. 14 dengan nilai
total redaman 14.606 dB dan redaman
perkilometer adalah 0.48 dB, redaman tertinggi
terjadi karena sewaktu dilakukan pengecekan
ulang, konektor yang digunakan untuk
melakukan true connect ke sukodono
mengalami kerusakan, sehingga pada saat
pembacaan di alat ukur, pengukuran redaman
jatuh pada daerah sepanjang.
3. Pada hasil perbandingan pengukuran dilapangan
serta perhitungan secara teoritis, hasil yang


Halaman 11 dari 10
didapatkan nilai dari pengukuran lebih kecil jika
dibandingkan dengan hasil perhitungan, dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa instalasi
jaringan kabel Rungkut-Gempol dan jalur
Rungkut-Sukodono, berdasarkan analisis
redaman pada jalur tersebut dalam keadaan
normal dan dapat digunakan untuk beroperasi.
4. Dari hasil perhitungan untuk melakukan analisis
kinerja dari sistemmenggunakan core 37 hingga
18A pada jalur Rungkut-Malang ruas gempol ,
didapatkan bahwa nilai R
X
dari hasil
perhitungan lebih kecil bila dibandingkan
dengan nilai R
X
sensitivity di perangkat, jika
core tersebut digunakan untuk transmisi maka
kinerja dari sistemkomunikasi serat optik dalam
keadaan normal, dikarenakan nilai margin masih
dapat untuk mengkompensasi redaman yang
terjadi.
5.1 Saran
Saran dari penelitian mengenai analisa redaman
serat optik ini adalah pada saat melakukan
perencanaan dari pemasangan jaringan kabel yang
baru maupun penyambungan ulang maka
diusahakan untuk menggunakan kabel yang sejenis.
Sedangkan untuk penelitian selanjutkan diharapkan
agar melakukan penelitian untuk memprediksi umur
dan keandalan dari penggunaan kabel serat optik.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Meyer, J urgen R. Introduction to Classical and
Modern Optics. Prentice Hall, Inc United
States of America. 1989
[2] Keiser, Gerd. Optical Fiber Communication.
,Mc Grow Hill.1989
[3] PT. Telkom, Tbk, Dasar SistemTransmisi
Serat Optik, Bandung , 2000
[4] Penelitian oleh Akhmad Ludfy Engineer Lab
Transport TelkomRisti. Divisi R n D dengan
judul Redaman dan Dispersi : Parameter
Budget Link Transmisi NGN.
[8] Oguz C- elikel, Mehmet Ku c-u kog lu,
Murat Durak, Farhad Samadov. TUBITAK-
Ulusal Metroloji Enstitusu (UME)41470,
Gebze, Kocaeli, Turkey. 2004 Determination
of attenuation coefficients of single mode
optical fiber standards to be used in OTDR
calibrations.
[9] S. SHIBATA and S. TAKAHASHI, Ibaraki
Electrical Communication Laboratory, Nippon
Telegraph and Telephone Public Corporation,
Tokai, Ibaraki, Japan. 1976 EFFECT OF
SOME MANUFACTURING CONDITIONS
ON THE OPTICAL LOSS OF COMPOUND
GLASS FIBERS
[10] Nufus. Hayatun, Perhitungan Rugi-Rugi Pada
Sistem Komunikasi Serat Optik Di STO
Manyar Surabaya, Tugas Akhir : Fisika-ITS
Surabaya, 1999
Biodata Penulis
Nama : Endy Kusuma Wardhana
NRP : 2408100.508
TTL : Mojokerto, 7 Agustus 1987
Alamat : Jl. Made Rejo, no. 04
perumnas made. Lamongan .
Riwayat Pendidikan :
1992 1999 : SDN Made IV Lamongan.
1999 2002 : SLTPN 1 Lamongan.
2002 2005 : SMA N 2 Lamongan.
2005 2008 : D3. Teknik Instrumentasi ITS
2008 Sekarang : S1 Lintas J alur Teknik Fisika-ITS

Anda mungkin juga menyukai