Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sistem Telekomunikasi memiliki kaitan erat dengan proses pertukaran

informasi jarak dekat dan jarak jauh. Informasi tersebut dapat berupa data, suara,

maupun video yang dikirimkan melalui media transmisi. Media transmisi tersebut

dapat berupa kabel maupun tanpa kabel (gelombang elektromagnetik). Pengiriman

informasi dibutuhkan Transmitter dan Receiver dengan kualitas yang bagus agar

informasi yang diterima sesuai dengan yang dikirimkan dapat di terima dengan

baik. Kualitas jaringan merupakan parameter penting untuk menjaga kestabilan

proses pengiriman informasi.

Salah satu perusahaan yang menyediakan layanan telekomunikasi di

Indonesia adalah PT.Telkom Indonesia. Layanan ini merupakan yang terdiri dari

komunikasi suara, data, maupun video dengan produk yang disebut Indihome.

Media transmisi yang digunakan Indihome ini adalah berupa wifi dan kabel serat

optic yang menggunakan sisi kecepatan cahaya untuk mentransfer data. Fiber Optik

sendiri adalah media transmisi yang dibuat dari serat kaca dan plastic yang

menggunakan bias cahaya dalam mentransmisikan data. Jenis media ini sudah

menggantikan eranya media copper(tembaga) dengan alasan bahwa fiber optic

memiliki kelebihan bisa mentransmisikan data dengan kapasitas besar karena murni

terbuat dari kaca dan plastic sehingga signal tidak di terpengaruh pada gelombang
elektromagnetik dan frekuensi radio karena fiber optic pada proses pengiriman

datanya menggunakan kecepatan cahaya.

Penelitian ini redaman kabel fiber optic yang menuju ke rumah pelanggan

Indihome menurut jarak tarik kabel dari tiang ODP ke setiap rumah yang terhubung

dengan ODP. Untuk mengetahui apakah jarak tarik kabel mempengaruhi nilai

redaman,kualitas jaringan,dan menentukan apakah jarak tarik yang panjang atau

yang pendek yang memiliki kualitas jaringan atau nilai redaman yang bagus. Pada

penelitian ini akan menggunakan media alat ukur OPM(Optical Power Meter)

untuk mengetahui nilai redaman kabel fiber optic. Pemilihan lokasi tempat

penelitian ini akan dilakukan di tiang ODP FG23 MERAUKE yang bertempat di

gg At Taqwa. Berdasarkan uraian latar belekang di atas, maka penulis melakukan

penelitian dengan judul “ANALISA NILAI REDAMAN KABEL FIBER OPTIC

MENURUT JARAK TARIK KABEL DARI TIANG ODP MERAUKE KE

RUMAH PELANGGAN INDIHOME PT.TELKOM MERAUKE.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas , maka rumusan masalah yang akan di

teliti yaitu apakah panjang tarikan kabel berpengaruh pada redaman dan kualitas

penerimaan?

1.3 Batasan Masalah

Penulisan laporan ini memiliki batasan supaya pembahasan masalah tidak

menyimpang.Adapun pembahasan masalah pada penelitian ini hanya membahas

seputar alur tarik kabel dari tiang ODP sampai ke rumah pelanggan indihome saja.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui nilai redaman kabel fiber optic.

2. Apakah ada perbedaannya pada setiap tarikan kabel yang dibagi dari

ODP menuju rumah pelanggan yang berdampak kepada kualitas produk

indihome.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh jarak tararikan kabel terhadap redaman.

2. Memperbaiki layanan indihome dalam hal jarak tarikan kabel.


1.6 Sistematika Penulisan

Laporan akhir ini terdiri atas lima bab yang disusun dengan dengan

perincian sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang,rumusan masalah,batasan masalah,

tujuan penelitian,manfaat penelitian,serta sistematika penulisan laporan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan tentang informasi yang bersifat umum atau teori

pendukung yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas.

BAB III Metodologi

Bab ini akan membahas tahap-tahap penelitian serta perangkat-perangkat yang

dibutuhkan dalam percobaan.

BAB IV Pembahasan

Bab ini membahas mengenai hasil dari pengukuran redaman kabel fiber optic

yang di ukur pada setiap rumah pelanggan indihome yang terdaftar di ODP FG

23 Merauke.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan akhir dari penulisan laporan yang berisi kesimpulan dan

saran dari penulis untuk perbaikan laporan akhir pada waktu yang akan datang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka

Serat optik merupakan media transmisi yang menggunakan media cahaya

sebagai penyalur informasi (data) yang menawarkan kecepatan data yang lebih

besar sepanjang jarak yang lebih jauh. Sistem komunikasi serat optik dengan cepat

mampu bersaing menggantikan sistem-sistem lain dengan keunggulan yang

dimilikinya yaitu memiliki bandwith yang besar, redaman transmisi kecil, ukuran

kecil, kemudahan penambahan kapasitas, performansi yang lebih baik, tingkat

ketersediaan yang tinggi dan jaringan transport yang handal. Keunggulan serat

optik dalam mentransmisikan data dalam kapasitas yang besar tidak terlepas dari

beberapa kendala yang dapat mengakibatkan terganggunya proses transmisi.

Transmisi dengan menggunakan kabel optik mengalami banyak redaman. Pada

dasarnya redaman di dalam serat optik disebabkan oleh redaman kabel serat optik

yang digunakan, redaman konektor ataupun redaman sambungannya. Beberapa

redaman tersebut akan berpengaruh terhadap proses transmisi itu sendiri. Oleh

karena itu untuk mengoptimalkan jaringan kabel serat optik yang terpasang,

diperlukan sebuah alat yang digunakan untuk memonitor seberapa besar redaman

yang terjadi di sepanjang saluran kabel optik yang dinamakan dengan OTDR

(Optical Time Domain Reflectometer).


2.1 Teori Dasar

2.2.1 Teknologi Jaringan

Sistem telekomunikasi sangat erat kaitannya dengan proses pertukaran

informasi melalui jarak yang jauh. Informasi tersebut dapat berupa data, suara,

maupun video yang dikirimkan melalui sebuah media transmisi. Media transmisi

tersebut dapat berupa kabel maupun tanpa kabel (gelombang elektromagnetik).

Pengiriman informasi membutuhkan transmitter dan receiver dengan kualitas yang

bagus agar informasi yang diterima sesuai dengan yang dikirimkan sehingga

informasi yang dikirimkan dapat diterima dengan baik. Kualitas jaringan

merupakan parameter penting untuk menjaga kestabilan proses pengiriman

informasi. Salah satu perusahaan yang menyediakan layanan telekomunikasi di

Indonesia adalah PT. Telkom Indonesia. Layanan tersebut merupakan layanan yang

terdiri dari komunikasi suara, data, maupun video (triple play service) dengan

produk yang disebut IndiHome. Layanan tersebut melewati akses broadband dan

didapatkan hanya dengan berlangganan satu jenis media koneksi saja. Hal itu

membutuhkan perangkat teknologi akses yang dapat menyalurkan layanan triple

play service hingga sampai pada pelanggan. merupakan teknologi jaringan yang

menggunakan fiber optik seluruhnya dengan parameter kualitas jaringannya adalah

Rx Power. Kedua perangkat teknologi yang digunakan untuk layanan IndiHome

tersebut dapat dibedakan dari besar kecepatan transfer data layanan yang digunakan

pelanggan. (sumber : Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036 Vol.1 No.3

2016: 27-34 27 Vol.1 No.3 2016 @2016 kitektro ANALISIS KUALITAS


JARINGAN AKSES INDIHOME UNTUK TEKNOLOGI GPON DAN MSAN DI

STO DARUSSALAM)

2.2.2 Kinerja Kabel Fiber Optik dan Cara Penyambungannya

Dalam sistem perkembangan informasi dan komunikasi yang demikian cepat,

jaringan serat optik sebagai media transmisi yang banyak digunakan dan dipercaya

dapat memenuhi kebutuhan layanan saat ini dan dimasa mendatang. Serat optik

merupakan media transmisi yang menggunakan media cahaya sebagai penyalur

informasi (data) dimana menawarkan kecepatan data yang lebih besar sepanjang

jarak yang lebih jauh dan berbagai keunggulan lain. Sistem komunikasi serat optik

dengan cepat mampu bersaing menggantikan sistem-sistem komunikasi lain dengan

kelebihan serat optik yaitu memiliki bandwidth yang besar, redaman transmisi

kecil, kemudahan penambahan kapasitas, serta tingkat ketersediaan yang tinggi dan

jaringan transport yang handal.

A. Perambatan Gelombang Optik

Dalam perambatan gelombang fiber optic terdapat yang namanya pandu

gelombang yaitu sebuah media yang dapat digunakan untuk mengarahkan atau

memandu perambatan radiasi gelombang sinyal cahaya sepanjang lintsan tertentu.

Gelombang elektromagnetik bisa saja merambat di udara, seperti gelombang radio,

tetapi untuk tujuan-tujuan tertentu gelombang perlu dipandu untuk

meminimalisasikan loss wave dari suatu pemancar ke receiver. [1]


Sumber : Jurnal PROtek Vol. 03 No. 1, Mei 2016

Prinsip konsep pandu gelombang ini berdasarkan pada hukum Snellius

untuk perambatan cahaya pada media transparan. Pemandu gelombang optik

dibentuk dari dua lapisan utama, yaitu core (inti) dan cladding (selimut). Pada

perinsipnya konsep pandu gelombang ini berdasarkan pada hukum Snellius untuk

perambatan cahaya pada media transparan. Pemandu gelombang optik dibentuk

dari dua lapisan utama, yaitu core (inti) dan cladding (selimut).

B. Sistem Komunikasi Serat Optik

Umumnya sistem komunikasi serat optik terdiri dari pemancar sebagai

sumber pengirim informasi, detektor penerima informasi, dan media transmisi

sebagai sarana untuk melewatkan sinyal informasi. Pengirim bertugas untuk

mengolah informasi yang akan disampaikan agar dapat dilewatkan melalui suatu

media sehingga informasi tersebut dapat sampai dan diterima dengan baik dan

benar ditujuan/penerima. Perangkat yang ada di penerima bertugas untuk

menterjemahkan informasi kiriman tersebut sehingga maksud dari informasi dapat

dimengerti.[4] Pada sistem komunikasi serat optik, media transmisinya adalah

berupa serat optik, dengan informasi yang dilewatkan didalamnya berupa sinyal-

sinyal pulsa cahaya. Disatu sisi, hal itu berbeda dengan komunikasi radio dan
komunikasi microwave yang menggunakan panjang gelombang yang lebih pendek.

Sebuah komunikasi optik terdiri dari pemancar yang mengkode pesan menjadi

sinyal optik, kemudian pada sisi penerima sinyal tersebut dibawa ke tujuan,

selanjutnya pada receiver pesan tersebut diolah dari sinyal optik yang diterima.

C. Karakteristik Transmisi Serat Optik

Media transmisi serat optik memiliki karakteristik untuk membedakan jenis

serat optik yang akan digunakan pada transmisi optik. Beberapa transmisi optik

sebagai berikut : Redaman (atenuasi) serat optik merupakan karakteristik penting

yang harus diperhatikan mengingat kaitannya dalam menentukan jarak pengulang

(repeater), jenis pemancar dan penerima optik yang harus digunakan. Redaman

sinyal cahaya yang merambat di sepanjang serat merupakan pertimbangan penting

dalam desain sebuah sistem komunikasi optik, karena menentukan peran utama

dalam menentukan jarak transmisi maksimum antara pemancar dan penerima.

Redaman (α) sinyal atau rugi-rugi serat optik didefenisikan sebagai perbandingan

antara daya output optik (Pout) terhadap daya input optik (Pin) sepanjang serat L,

dimana dapat ditunjukkan pada Persamaan 1.

dimana :
L = Panjang serat optik (km)
Pin = Daya input optik (Watt)
Pout = Daya output optik (Watt)
α = Redaman
Untuk itu terdapat range redaman yang masih diijinkan yaitu 0.3-0.4 dB/km

untuk panjang gelombang 1310 nm dan 0.17-0.25 dB/km untuk panjang gelombang

1550nm. Selain itu, koefisien redaman mungkin juga dipengaruhi spektrum panjang

gelombang yang diperoleh dari hasil pengukuran pada panjang gelombang yang

berbeda. Redaman fiber saat ini dapat ditampilkan pada kurva dimana fiber dapat

dibagi atas 3 window atau band : Short Wavelength Band (first window) Jalur ini

berada pada 800 – 900 nm yang merupakan awal ditemukannya fiber optik pada

tahun 1970an dan awal 1980an. Jalur ini dapat menghemat biaya dalam hal sumber

optik dan detekornya. Medium wavelength band (second window) Jalur ini berada

pada 1310 nm dimna digunakan pada pertengahan tahun 1980. Pada kondisi ini

dispersinya 0 (pada fiber single mode). Biaya sumber dan detector optinya lebih

mahal namun redam fibernya adalah 0,4 dB/km Long wavelength band (third

window) Jalur ini berada pada 1510 nm dan 1600 nm yang mulai digunakan pada

tahun 1990an hingga sekarang, dengan redaman terendah yang berada pada panjang

gelombang 1550 nm. Sebagai tambahan, penguat optik digunakan pada jalur ini.

D. Komponen Sistem Komunikasi Serat Optik

Pada dasarnya kinerja suatu sistem komunikasi serat optik, dapat ditinjau

dari 4 (empat) komponen, yaitu perangkat dan sumber pengirim, perangkat dan

detektor penerima, serat optik dan konektor optik.


1. Sumber Pengirim

Sumber pengirim merupakan komponen dalam sistem komunikasi serat

optik yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi sinyal cahaya. Terdapat 2 (dua)

tipe sumber pengirim optik yang digunakan untuk mengirim cahaya informasi

melalui serat optik, yaitu light emitting diode (LED) dan laser diode (LD). LED

biasanya dipakai pada serat optik multimode, karena memiliki spektrum cahaya

yang lebar, sedangkan LD yang memiliki spektrum cahaya yang lebih sempit

biasanya digunakan untuk komunikasi menggunakan serat optik single mode.[6]

2. Detektor Penerima

Detektor optik berfungsi sebagai penerima dalam sistem komunikasi optik.

Sebuah detektor optik atau photodetector adalah kebalikan dari apa yang dikerjakan

oleh bagian pengirim, yaitu sumber optik. Detektor optik dapat menghasilkan

gelombang sesuai aslinya dengan meminimalisasi loses yang timbul selama

perambatan sehingga dapat menghasilkan sinyal elektrik yang maksimum dengan

daya optik yang kecil. Terdapat 2 (dua) tipe detector

optik, yaitu PIN (positive-intrinsic negative) dan APD (avalanched photo diode).

Untuk komunikasi jarak pendek lebih efisien jika menggunakan ditektor PIN

diode, karena PIN baik digunakan untuk bit rate rendah dan sensitivitasnya tinggi

untuk LED. Sumber cahaya LD terlihat memiliki daya lebih besar, stabil, konstan

pada bit rate berapapun, sedangkan sumber cahaya LED mempunyai daya pancar

yang lebih kecil dan pada bit rate 100 Mbps dayanya mulai menurun. Dioda PIN
kurang sensitif dibandingkan dengan APD, tetapi desainnya memungkinkan untuk

diintegrasikan dengan suatu penguat FET. Dengan begitu, suatu modul terpadu

yang mempunyai fleksibilitas penggunaan yang tinggi dapat diperoleh. APD

memerlukan penggunaan suatu konverter (dengan range tegangan kerja dari

25~80V) dan lebih sesuai untuk digunakan pada sistem jarak jauh.

3. Konektor Serat Optik

Konektor optik merupakan salah satu perlengkapan kabel serat optik yang

berfungsi sebagai kabel serat optik sebagai penghubung serat. Konektor ini mirip

dengan konektor listrik dalam hal fungsi dan tampilan luar tetapi konektor pada

serat optik memiliki ketelitian yang lebih tinggi. Konektor diperlukan apa bila

sewaktu-waktu serat akan dilepas saat diperlukan suatu penggantian transmitter

atau receiver maupun untuk melakukan suatu kegiatan perawatan maupun

pengukuran. Syarat-syarat

konektor yang baik adalah:

4. Kabel Serat Optik

Serat optik adalah sebuah kaca murni yang panjang dan tipis serta

berdiameter sangat kecil (mikron). Serat optik menggunakan prinsip pemantulan

sempurna dengan membuat kedua indeks bias dari core dan cladding berbeda,
sehingga cahaya (informasi) dapat memantul dan merambat di dalamnya. Struktur

bagian serat optik terdiri dari core, cladding dan coating.

E. Jenis-Jenis Serat Optik

Jaringan fiber optik terdiri dari beberapa jenis serat, yang biasanya dapat

dengan mudah diketahui dengan melihat transmitter (media transmisi data) yang

digunakannya. Berikut ini jenis-jenis serat optik :


a. Single Mode

Kabel jaringan fiber optik jenis single mode memiliki inti (core) yang relatif

kecil, dengan diameter sekitar 0.00035 inch atau 9 micron. Jenis kabel fiber optik

yang satu ini menggunakan tranmitter laser semikonduktor yang mengirimkan sinar

laser inframerah dengan panjang gelombang mencapai 1300-1550 nm. Disebut

‘single mode’ karena penggunaan kabel fiber optik ini hanya memungkinkan

terjadinya satu modus cahaya saja yang dapat tersebar melalui inti pada suatu

waktu.

b. Multi Mode

Muliti mode merupakan jenis kabel fiber optik yang memiliki inti (core)

yang lebih besar dibanding milik kabel fiber optik jenis single mode yakni

berdiameter sekitar 0.0025 inch atau 62.5 micron. Dengan ukuran yang lebih besar,

maka penggunaan kabel fiber optik jenis ini memungkinkan ratusan modus cahaya

tersebar melalui serat secara bersamaan. Kabel fiber optik multi mode ini

menggunakan LED sebagai media transmisinya, serta lebih ditujukan untuk

kepentingan komersil.
Berdasarkan susunan indeks biasnya serat optik memiliki profil indeks bias

dan mode gelombang yang berbeda terjadi pada perambatan cahaya, maka jenis

susunan indeks bias dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Single Mode Step Index

Pada jenis single mode step index baik core maupun cladding nya dibuat

dari bahan silica glass. Ukuran core yang jauh lebih kecil dari cladding-nya dibuat

demikian agar rugirugi transmisi berkurang akibat fading. Single mode step index

mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Serat optik single mode step index memiliki diamater core yang sangat kecil

jika dibandingkan dengan cladding nya.

b. Ukuran diameter core antara 8 μm – 12 μm

c. Cahaya

hanya

merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan serat sumbu optik.

d. Memiliki redaman yang sangat kecil.

e. Memiliki bandwidth yang lebar.


f. Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi.

2. Multi Mode Step Index

Pada serat optik multi mode step step index pulsa disisi terima akan lebih

besar dibandingkan dengan pulsa disisi kirim. Pelebaran pulsa mengakibatkan

adanya perbedaan bitbit data yang ditransmisiskan. Pada jenis multi mode step

index ini, diameter core lebih besar diameter cladding-nya. Dampak dari besarnya

diameter core menyebabkan rugi-rugi dispersi waktu transmitter nya besar. Serat

optik

multi

mode

graded

index

digunakan dalam transmisi jarak pendek dengan laju data yang rendah dan memiliki

loss yang besar.

Multi mode step index mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Indeks bias core konstan.

b. Ukuran core antara 50 – 125 mm dan dilapisi cladding yang tipis.


c. Penyambungan kabel lebih mudah karena memiliki core yang besar.

d. Banyak terjadi dispersi.

e. Lebar pita frekuensi terbatas/sempit

. f. Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah.

g. Harga relatif murah.

3. Multi Mode Graded Index

Pada jenis serat optik multi mode graded index ini core terdiri dari sejumlah

lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeka bias yang tertinggi

terdapat pada pusat core dan berangsur-angsur turun hingga yang terendah terdapat

pada batas antar core dan cladding. Akibatnya dispersi waktu berbagai mode cahaya
yang merambat berkurang sehingga cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaan.

Gambar diatas ini menunjukan perambatan gelombang dalam multimode graded

index. Multi mode graded index mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehingga

rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat.

b. Dispersi minimum sehingga baik untuk digunakan untuk jarak

menengah.

c. Ukuran diamater core antara 50 μm – 100 μm, lebih kecil dari multi

mode step index dan dibuat dari bahan sillica glass.

d. Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang

berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan

berangsurangsur turun sampai ke batas core cladding.

e. Digunakan untuk jarak menengah dan lebar pita frekuensi besar.

f. Harga relatif mahal dari SI, karena faktor pembuatannya lebih sulit.

Untuk mendukung sistem yang mentransmisikan informasi dengan

kapasitas tinggi, pemilihan serat optik yang tepat sebagai media transmisi juga

diperhatikan. Ada dua tipe serat optik yang digunakan pada sistem DWDM, yaitu:

a. Non DispersionShifted Fiber (NDSF)

b. Non Zero DispersionShifted Fiber (NZDSF)

Keunggulan dan Kekurangan Kabel Serat Optik


a. Keunggulan

1. Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwidh) yang lebar

2. Redaman sangat rendah dibandingkan dengan kabel tembaga

3. Kebal terhadap gangguan gelombang elektromagnetik.

4. Dapat menyalurkan informasi digital dengan kecepatan tinggi dan berat serat

optik kecil dan juga ringan

5. Tidak mengalirkan arus listrik

6. Keamanan atau kerahasiaan informasi terjaga dengan baik

7. Crosstalk rendah.

8. Tahan terhadap temperatur tinggi.

9. Tahan terhadap oksidasi.

b. Kekurangan

1. Konstruksi serat optik lemah dan rentan.

2. Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar yang

berlebihan.

3. Tidak dapat dialiri arus listrik secara langsung, sehingga tidak dapat

memberikan catuan pada pemasangan repeater.

4. Instalasinya lebih kompleks.


A. Teknik Penyambungan Kabel Serat Optik

Teknik penyambungan serat optik dengan metode penyambungan fusi

(fusion splicing) adalah penyambungan serat optik yang dilakukan dengan cara

melakukan pemanasan pada ujung sambungan dan menggunakan lelehannya

sebagai perekatnya sehingga terbentuk suatu sambungan continu. Hal–hal yang

Perlu Diperhatikan Dalam Proses Penyambungan

1. Sebelum melakukan splicing usahakan semua peralatan dan tangan kita

sebersih mungkin sebab adanya kotoran pada serat optik dapat

menyebabkan redaman pada serat.

2. Jangan menginjak tube karena dapat merusak core yang ada didalamnya

sehingga bisa menyebabkan core pecah atau retak.

3. Jangan menggulung core dengan ukuran diameter yang kecil karena bisa

membuat core patah.

4. Setelah melakukan pemotongan, hasil pemotongan langsung dimasukan

kedalam wadah khusus agar core tidak masuk kedalam kulit yang

dikhawatirkan mengganggu kesehatan.

5. Selalu perhatikan perlindungan pada kaset agar air tidak bisa masuk

kedalam kaset yang dapat merusak serat optik.

6. Ikuti prosedur dan langkah-langkah yang ada


Alat dan Bahan yang digunakan

Peralatan yang digunakan untuk penyambungan kabel serat optik adalah

sebagai berikut :

1. Optical Fiber Fusion Splicer Type 39

2. Sumber listrik

3. Perangkat pemotong

4. Meteran

5. Gunting

6. Kain majun/Tisu

7. Minyak pembersih gel

8. Kabel serat optik

Prosedur Penyambungan Kabel

1. Langkah pertama yang harus dilakuakn adalah mengukur panjang kabel yang

akan kita kupas untuk proses penyambungan, 120 cm untuk kabel udara dan 180
cm untuk kabel tanah maupun kabel duct. Untuk kabel udara, sebelum

dilakuakan pengupasan kulit kabel, kabel dipisahkan terlebih dahulu antara

kabel dengan penyangga kabel (metalic messenger) sepanjang 200 cm. Alat

yang digunakan untuk memisahkan antara kabel dengan penggantung kita

gunakan separator.

2. Lakukan pengupasan coating kabel yang telah di ukur kemudian pisahkan

cladding kabel.
3. Kemudian lakakukan pengupasan cladding sehingga terlihat core serat optik

seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

4. Setelah melakukan pengupasan core lakukan pemotongan menggunakan fiber

cleaver sehingga menghasilkan potongan yang baik.


5. Setelah melakukan pengupasan dan pemotongan pada kabel serat optik atau inti

core, kemudian lakukan penyambungan dan pengukuran nilai sambungan

menggunakan fusion splicer sehingga dapat mengetahui seberapa bagus hasil

pemotongan kabel tersebut.

6. Setelah penyambungan menggunakan fusion plicer dengan nilai redaman yang

kecil maka dapat dilanjutkan dengan pemasangan slongsong dan kemudian

dipanaskan sehingga pada ujung serat yang telah disambung tidak mudah patah

kembali.

Demikian langkah-langkah penyambungan serat optik dengan

menggunakan fusion splicer, kemudian langkah selanjutnya lakukan pengukuran

terhadap kabel serat optic. (sumber: Jurnal PROtek Vol. 03 No. 1, Mei 2016)
2.2.3 Faktor Redaman Pada Serat Optik

Dalam industri telekomunikasi, sistem/infrastruktur jaringan memegang

peranan sangat penting bagi proses penyediaan jasa telekomunikasi dan tercapainya

kesinambungan pelayanan (CoS, Continuity of Services) yang tinggi yang dapat

diberikan ke pelanggan. Kebutuhan kapasitas dan kecepatan akan komunikasi

broadband yang berkualitas (Internet, video on demand, wireless broadband, dan

lain-lain) telah membawa perubahan mendasar dalam infrastruktur telekomunikasi

yang harus disikapi oleh setiap operator dengan membangun media transmisi

backbone sebagai bagian dari sistem yang andal. Saat ini serat optik menjadi satu-

satunya media yang diharapkan mampu mendukung kebutuhan tersebut bahkan

untuk tahun-tahun mendatang. Ia telah mengatasi berbagai keterbatasan yang

ditemui pada penerapan media transmisi lain baik yang wireless lewat udara (radio

microwave dan satelit), maupun wirelined (kabel tembaga, UTP, dan lain-lain).

Kemampuannya melewatkan informasi hingga orde Tera bit per detik, sekilas

memang sangat kontras dengan kekuatan fisiknya. Meskipun sejumlah penelitian

terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas serat optik dalam hal kemampuan

membawa kapasitas informasi yang lebih besar dan lebih cepat lagi (Matthewson,

1986; Glaesemann et al, 1999; Alcoa Fujikura, 2001; Arrowsmith, 2003; OFS

Furukawa, 2007), penelitian yang dilakukan mengenai kualitas serat optik selama

ini masih bersifat laboratoris, sedangkan ada banyak faktor yang memengaruhi

kualitas serat optik yang sudah tergelar/terpasang di lapangan, salah satunya adalah

faktor redaman. Redaman sangat berpengaruh terhadap kualitas sistem secara

keseluruhan, yang dalam sistem digital diukur dalam istilah BER (Bit Error Rate),
yaitu berapa banyaknya error bit tiap detik. Dari sampel data gangguan jaringan

backbone sebuah perusahaan telekomunikasi yang diambil dari 2 tahun pengamatan

gangguan terhadap jaringan serat optik terpasang sejak tahun 2004 di wilayah Jawa,

Sumatra, dan Kalimantan, gangguan serat optik memberikan kontribusi lebih dari

60% total gangguan jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

faktor-faktor yang signifikan berpengaruh terhadap kualitas redaman serat optik

terpasang beserta komponen-komponen di dalamnya serta megetahui apakah

terdapat hubungan/interaksi antar faktor tersebut. (sumber : INASEA , Vol. 15

No.1, April 2014: 52-61 )

2.2.4 Rugi Rugi Serat Optik

Komunikasi serat optik memberikan dampak yang besar terhadap berbagai

segi pengiriman data informasi mulai dari lingkup kecil sampai telekomunikasi

antar benua yang pemakaiannya sedang berkembang pesat. Seiring dengan

berjalannya waktu terdapat kendala dalam sistem komunikasi serat optik,

diantaranya disebabkan redaman dan dispersi sehingga dapat mengganggu proses

transmisi. Permasalahan redaman dan dispersi optik juga mempunyai hubungan

dengan perencanaan dan pemasangan instalasi sistem komunikasi kabel serat optik,

maka perlu dilakukan suatu perhitungan power link budget sebelum serat optik

digunakan dalam sebuah jaringan telekomunikasi agar suatu sistem komunikasi

optik dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Rugi-rugi serat optik timbul berdasarkan dari mana rugi-rugi tersebut

ditimbulkan yaitu rugi-rugi yang timbul dari bahan serat optik itu sendiri dan rugi-

rugi yang timbul akibat penggunaan serat optik tersebut sebagai media transmisi.
Rugi-rugi yang timbul dari bahan serat optik itu sendiri

Umumnya, hilangnya energi cahaya didalam serat optik disebabkan oleh dua

hal yaitu inti dari bahan serat optik yang kotor (tidak cukup jernih) dan cahaya yang

dibelokkan kearah yang salah . Rugi-rugi yang timbulkan dari bahan serat optik itu

sendiri yaitu:

1. Rugi-rugi Absorpsi (penyerapan) Rugi-rugi ini ditimbulkan oleh zat pengotor

yang masih tersisa didalam bahan inti yang akan menyerap sebagian dari energi

cahaya yang merambat didalam serat optik

2. Rugi-rugi Pancaran Rayleigh Pancaran Rayleigh (Rayleigh scatter) adalah efek

terpencarnya cahaya akibat terjadinya perubahan kecil yang bersifat lokal pada

indeks bias bahan inti dan bahan mantel, bersifat lokal karena perubahan hanya

terjadi pada lokasi-lokasi tertentu saja didalam bahan dan ukuran daerah yang

terkena pengaruh perubahan ini sangat kecil yaitu kurang dari satu panjang

gelombang cahaya yang terhambur.

Rugi-rugi yang timbul serat optic sebagai media transmisi

Adapun rugi-rugi yang ditimbulkan serat optik sebagai media transmisi yaitu:

1. Rugi-rugi Pembengkokan (Bending Losses)

Pada umumnya terdapat 2 tipe pembengkokkan yang mungkin ditemui yaitu:

macrobending dan microbending. Macrobending adalah pembengkokan serat optik

dengan radius yang panjang bila dibandingkan dengan radius serat optik,

Sedangkan microbending adalah pembengkokan-pembengkokan kecil pada serat

optik akibat ketidakseragaman dalam pembentukan serat [4][5]. Rumus rugi-rugi


pembengkokan dapat dilihat pada Persamaan (1). Lp = Ltp – Lp’ (1) dimana: Lp

= loss pembengkokan Ltp = loss kabel yang tidak dibengkokan Lp’ = loss kabel

yang dibengkokan .

2. Rugi-rugi Penyambungan (Splicing Loss)

Rugi-rugi yang timbul karena adanya gap antara dua serat optik yang disambung

sehingga sinar dari bahan serat optik ke serat optik lainnya tidak dapat dirambatkan

seluruhnya. Untuk menghitung besarnya rugi-rugi sambungan ini dapat dilihat dari

Persamaan (2): L (dB) = 10 Log (Pout/ Pin) (2)

3. Rugi-rugi Kopling

Rugi-rugi kopling ini adalah rugi-rugi yang terjadi akibat adanya ruang

kosong/udara (celah) antara serat optik dengan sumber optik dan antara serat optik

dan detektor cahaya . ( sumber : SINGUDA ENSIKOM VOL.11 NO.29/APRIL

2015)
2.2.5 Optical Distribution Point

Optical Distribution Point yaitu sebuah perangkat yang berfungsi untuk


melindungi kabel Fiber Optic.Dan fungsi utama dari ODP adalah membagi 1 core
optk ke bebrapa pelanggan.
Jenis-jenis ODP :
1.ODP Pole
Jenis ODP ini biasasnya diletakan pada tiang Telkom,untuk di daerah ODP
ini suadah ada hamper di seluruh tiang Telkom di jalan sudah ada juga di
beberapa komplek perumahan.Berikut gambarnya :

2.ODP Closure

ODP Clousure hanya boleh dipasang pada kabel SCPT dan kabel SSW
baik pada pertengahan gawang maupun di dekat Tiang. Jenis ODP ini juga
sudah banyak di Jalan A. untuk bentuknya dapat dilihat dari gambar
berikut
3.ODP Pedestal

ODP Pedestal ini biasanya dipasang pada permukaan tanah, ODP ini dapat
dengan mudah kita temukan di area perkantoran atau perkomplekan.
untuk bentuknya dapat dilihat sebagai berikut

Biasanya ODP ini dilindungi oleh suatu tong yang berwarna hijau,
bentuknya sih agak mirip dengan tong sampah. Untuk bagian dalamnya
memiliki bentuk yang hampir sama dengan ODP Pole.
(sumber: www.tkjcycberart.org)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penalitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan observasi atau pengukuran

langsung di lokasi penelitian yang berlokasi di PT.TELKOM Merauke di jalan

Ermasu. Sedangkan waktu penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini diperlukan tahapan-tahapan yang berfungsi sebagai rancangan

penelitian. Ada beberapa tahapan yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Pra-Lapangan

a) Survei Lapangan

Melakukan observasi lapangan seperti memilih lokasi yang tepat

untuk mendukung penelitian.

b) Pengumpulan Data

1. Wawancara

Melakukan wawancara dengan pimpinan PT.TELKOM untuk

meminta perizinan dalam pengambilan data.

2. Data Sekunder

Data yang dipakai pada penelitian ini adalah berupa data sekunder

dimana data yang diperlukan merupakan data yang diambil

langsung dari lapangan.


3. Pengukuran

Setelah tahap wawancara dan penentuan data yang digunakan pada

penelitian maka selanjutnya adalah melakukan tahap pengukuran,

dimana pada tahap ini akan akan dilakukan pengukuran di lapangan

untuk mengambil data yang diperlukan untuk penelitian.

2. Tahap Pengolahan Data

Tahap ini dibagi atas empat bagian yaitu :

a) Olah data

1. Melakukan observasi lapangan dengan menentukan tempat

penelitian.

2. Melakukan wawancara dengan pihak PT.TELKOM Merauke

untuk meminta perizinan pengambilan data.

3. Melakukan pengukuran pada lokasi penelitian yang telah di

tentukan pada saat observasi.

b) Analisis

Pada tahap penelitian ini peneliti melakukan analisis data, dimana

data yang diperoleh akan di analisa dengan melakukan perbandingan

data yang di hitung per masing-masingnya.

c) Hasil dan Kesimpulan

Tahap ini peneliti menampilkan hasil dari data yang telah di analisa

dan memberikan kesimpulan dan saran dari data yang telah di analisa

pada penelitian yang telah dilakukan.


d) Penulisan laporan

Tahap ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses, dimana

pada tahap ini peneliti menuangkan hasil penelitiannya ke dalam

bentuk tulisan.
3.3 Kerangka Pikir

Permasalahan
Apakah panjang tarikan kabel berpengaruh pada
kualitas penerimaan?

Metode
1.Observasi
2.Wawancara
3.Penentuan lokasi

Kajian
1. Menganalisa kualitas redaman fiber optic
2. Mencocokan nilai redaman dengan nilai standarnya

Hasil
Menghasilkan informasi hasil data ukur lapangan berupa
data kualitas redaman pada kabel fiber optik.

Kesimpulan
Hasil dari pengukuran data kualitas redaman kabel fiber
optic dapat di tarik kesimpulan dengan menganalisa hasil
kualitas redaman.

Laporan
Hasil dari data redaman yang di ambil di lapangan akan di
bandingkan per jarak tariknya dalam bentuk laporan analisa
data.
3.4 Alur Penelitian

Permasalahan
Apakah panjang tarikan kabel berpengaruh pada
kualitas penerimaan?

Survey Lapangan
 Memilih lokasi penelitian
 Menentukan lamanya penelitian
 Menentukan data apa yang akan di
ambil

Pengambilan Sampel
 Melakukan pengukuran
 Mencatat hasil dari data ukur

Analisa Data
 Menganalisa masing masing dari hasil
data ukur
 Mencocokan per hasil analisa data ukur
dengan standar data Telkom

Kesimpulan & Saran

Hasil

Anda mungkin juga menyukai