Anda di halaman 1dari 27

DASAR TEORI

2.1 Jaringan Telekomunikasi


Jaringan akses pada dasarnya merupakan jaringan yang mampu
menghubungkan pelanggan dengan sentral telepon, namun karena perkembangan
teknologi, jaringan akses tidak hanya digunakan untuk pengiriman informasi
berupa suara melainkan juga digunakan untuk akses internet berupa data. Selain
itu, pengertian jaringan akses juga merupakan penghubung antar perangkat-
perangkat telekomunikasi yang terintegrasi satu sama lainnya. Jaringan
telekomunikasi tersusun dari beberapa perangkat utama yaitu transmisi, switching
dan sentral [3].

2.1.1 Perangkat Transmisi


Dalam proses telekomunikasi, perangkat yang berfungsi untuk
menyalurkan sinyal informasi adalah perangkat transmisi. Perangkat
transmisi ini terdiri dari beberapa jenis yaitu kabel udara dan cahaya
dengan media kabel serat optik. Masing-masing media memiliki
keunggulan dalam penyaluran sinyal informasi digunakan sesuai
dengan kebutuhan penyaluran informasi. [7]

2.1.2 Perangkat Switching


Perangkat ini merupakan perangkat telekomunikasi yang
berfungsi sebagai penyambungan agar komunikasi yang dilakukan
dapat terhubung dengan tujuan. Fungsi switching dalam telekomunikasi
adalah sebagai interkoneksi yang membuka trafik pada jaringan. Pada

19
jaringan telekomunikasi tersebut, switching diletakkan antara nodes
dan terminal agar dapat mengalokasikan sebuah kanal. [7]

2.1.3 Perangkat Sentral


Perangkat sentral merupakan tempat berkumpulnya sinyal yang
pengirim sebelum menuju kepada penerima. Pada perangkat sentral ini,
nantinya sinyal informasi akan diubah-ubah sesuai dengan perangkat
yang menerima sinyal apakah itu elektrik, optik, maupun
elektromagnetik. [7]

2.2 Jaringan Akses Telekomunikasi


Proses telekomunikasi sangat erat kaitannya dengan hubungan jarak jauh
antara pengirim dan penerima. Jaringan akses merupakan suatu sistem yang
menghubungkan proses telekomunikasi. Jaringan akses yang digunakan dalam
istilah telekomunikasi ada empat (4) yaitu Jaringan Akses Lokal Kabel (Jarlokab
atau Jarkab), Jaringan Lokal Akses Radio (Jarlokar), Jaringan Lokal Akses Fiber
Optik (Jarlokaf), dan Jaringan akses Hybrid [2].
Jaringan akses telekomunikasi sudah mengalami proses perkembangan dari
komunikasi yang hanya dapat melayani komunikasi suara hingga komunikasi
dengan kecepatan tinggi, hal ini dibuktikan dengan adanya layanan jaringan akses
internet. Jaringan akses internet sangat di butuhkan di zaman teknologi saat ini.
Internet sendiri memiliki arti yang cukup luas dan merupakan singkatan dari kata
interconnection-networking yang jika diterjemahkan merupakan jaringan
interkoneksi yang lebih luas hingga mencapai seluruh dunia. Internet sangat erat
kaitannya dengan pengiriman data dan terdapat dua jenis dari pengiriman data
internet yaitu downstream dan upstream. Downstream merupakan kecepatan
pengiriman data saat mengambil atau mendownload data-data dari server internet.
upstream merupakan kecepatan pengiriman data pada saat mengirimkan data-data

20
dari server internet. downstream dan upstream memiliki satuan kecepatan
pengiriman data yaitu bit per second (bps).

2.2.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga


Jaringan akses sangat erat kaitannya dengan media yang
menyalurkan informasisalah satunya merupakan kabel tembaga.
Jaringan akses dengan media kabel tembaga ini terhubung antara
sentral dengan pelanggan blok Main Distribution Frame (MDF) hingga
Rumah Kabel (RK), selanjutnya menuju Distribution Point (DP).
Jaringan akses dengan media tembaga disebut dengan Jarlokat. Kabel
tembaga digunakan untuk sistem telekomunikasi berbasis suara
(telepon) namun berkat perkembangan teknologi, kabel tembaga harus
memenuhi beberapa kebutuhan yang tidak hanya melayani komunikasi
suara melainkan komunikasi data yang memerlukan bandwidth yang
lebar. Kabel tembaga dikombinasikan dengan kabel serat optik agar
dapat mendukung sistem telekomunikasi yang cepat dan kualitas yang
bak sesuai dengan standar.
Jarlokat memiliki perangkat Digital Subscriber Line Access
Multiplexer (DSLAM) yang berfungsi sebagai jembatan antara kabel
tembaga dengan kabel serat optik sebagai piranti yang diletakkan pada
sentral telepon. Piranti yang berbentuk jaringan komputer berfungsi
untuk menerima sinyal dari pelanggan dalam jumlah yang besar hingga
ribuan. DSLAM akan menerima pelanggan yang menggunakan
teknologi Digital Subscriber Line (DSL) kemudian sinyal tersebut akan
diteruskan ke jaringan utama yang berkecepatan tinggi menggunakan
teknologi multiplexing [4].

21
Gambar 2-1 Konfigurasi Dasar JARLOKAT

2.2.2 Jaringan Lokal Akses Fiber Optik


Jaringan Lokal Akses Fiber Optik adalah teknologi penggunaan
kabel serat optik sebagai media transmisi dalam jaringan akses. Serat
optik dipilih sebagai media transmisi karena kemampuannya yang
dapat mengirimkan data berkapasitas besar dengan kecepatan tinggi
untuk jarak jauh sehingga mampu memenuhi permintaan bandwidth
yang sangat besar. Proses pengiriman informasi menggunakan media
serat optik adalah dengan melakukan peralihan sinyal elektrik menjadi
sinyal optik (cahaya). Hal itu dilakukan agar sinyal dapat
ditransmisikan melalui serat optik.
Kabel serat optik pada umumnya merupakan kabel yang terdiri
dari beberapa struktur di dalamnya. Serat optik single core memiliki
bagian-bagian yang disebut dengan inti (core), selubung (cladding),
dan jaket (coating). Inti (core) terbuat dari bahan silica (SiO2) atau
plastic. Bagian core fiber optik merupakan bagian yang terpenting
dalam penyaluran sinyal optik atau cahaya karena perambatan sinyal
optik terjadi di dalam core. Core serat optik sangatlah kecil hingga
berkisar antara 8 micron sampai 62,5 micron. Core dengan cladding
memiliki bahan yang hamper sama, tetapi dengan bias yang berbeda.

22
Bias dari cladding lebih kecil daripada inti, hal itu dimaksudkan agar
cahaya tetap berada pada core. Coating merupakan pelindung luar dari
serat optik yang melindungi core dari kotoran dan kerusakan lain.[2]

Gambar 2-2 Struktur Serat Kabel Optik

Jenis serat optik yang lebih umum digunakan di Indonesia


sesuai dengan standar ITU-T G.652.D dan ITU-T G.657.A khususnya
penyedia layanan telekomunikasi yaitu PT. Telkom Indonesia. Serat
optik jenis ini digunakan untuk kabel distribusi dan kabel feeder.
Setiap kabel memiliki rugi-rugi dalam penginstalasian hingga proses
pengiriman sinyalnya. Serat optik ITU-T G.652.D dan ITU-T G.657.A
rugi-ruginya adalah ≤ 0,35 dB/km untuk panjang gelombang 1310
nano meter (uplink) serta ≤ 0,28 dB/Km untuk panjang gelombang
1490 nano meter (downlink) [5].
Media telekomunikasi memiliki bagian yang disebut dengan
pengirim (Tx) dan penerima (Rx) yang berfungsi sebagai masukan
sinyal listrik dan keluaran sinyal listrik. Sebagaimana fungsinya, serat
optik menyalurkan sinyal dalam bentuk cahaya. Jika cahaya masuk
pada ujung serat optik dengan sudut kritis dan sinyal itu datang dari
sebuah medium yang mempunyai indeks bias lebih kecil dari udara
menuju inti serat optik yang mempunyai indeks bias yang lebih besar
maka sinar seluruhnya akan merambat pada sepanjang inti (core) dan
itu merupakan prinsip kerja serat optik berdasarkan hukum

23
Snellius. Serat optik juga memiliki jenis transmisi atau mode
pemancaran cahaya di dalam inti yaitu jenis tunggal yaitu single mode
dan ganda yaitu multi mode.
Serat optik saat ini sudah banyak diimplementasikan pada
jaringan khususnya jaringan komputer baik lokal maupun untuk
jaringan internet. Pengiriman data dari serat optik yang sangat cepat
maka serat optik digunakan sebagai media transmisi dari jaringan
broadband dengan bandwidth yang besar. Teknologi akses serat optik
yang menggunakan serat optik sebagai media transmisinya adalah
Gigabit Passive Optical Network (GPON). GPON ini dikategorikan
sebagai jaringan broadband yang berkecepatan tinggi [3].

Gambar 2-3 Konfigurasi Dasar JARLOKAT

2.3 Alat Kerja Fiber Optik

2.3.1 Optical Power Meter


Optical Power Meter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kekuatan dalam sinyal optik. Pada unit display, daya optik
diukur dan mengatur panjang gelombang ditampilkan. Meter listrik

24
dikalibrasi menggunakan standar kalibrasi dapat dilacak seperti standar
NIST (National Institute of Standart and Technology).

Gambar 2-4 Optical Power Meter

2.3.2 Optical Light Source


Optical Light Source (OLS) merupakan suatu alat yang berfungsi
sebagai pemancar sinyal optik. Pada OLS terdapat beberapa setting
yaitu lambda/atau panjang gelombang:

• 850 nm digunakan untuk mengukur multi mode


• 1310 nm digunakan untuk mengukur single mode dengan
jarak yang relatif pendek (10 km).
• 1550 nm digunakan untuk mengukur single mode dengan
jarak jauh backbone (diatas 10 km)

25
Gambar 2-5 Optical Light Source

Alat ukur ini dipakai untuk mengetahui continuitas suatu link


optik atau meluruskan suatu terminasi optik.

2.3.3 Optical Time Domain Reflectometer


Optical Time-Domain Reflectometer atau biasa disingkat
menjadi OTDR, merupakan suatu peralatan optoelektronik yang
digunakan untuk mengukur parameter-parameter seperti pelemahan
(attenuation), panjang, kehilangan pencerai dan penyambung, dalam
sistem telekomunikasi serat optik. OTDR pada dasarnya terdiri dari
satu sumber optik dan satu penerima (receiver), modul akuisisi data,
media penyimpanan data, dan layar monitor.

Secara umum fungsi dari OTDR adalah mengukur redaman,


mengukur loss sambungan, mengukur loss antar dua titik, mengukur
jarak kabel, dan melokalisir gangguan. Prinsip kerja alat ukur OTDR
adalah sebagai berikut (PT Telekomunikasi Indonesia, 2013) :

26
a. OTDR memancarkan pulsa-pulsa cahaya dari sebuah sumber dioda laser ke
dalam sebuah fiber optik
b. Sebagian sinyal-sinyal dibalikan ke OTDR, sinyal diarahkan melalui sebuah
coupler ke detektor optik dimana sinyal tersebut diubah menjadi sinyal
listrik dan ditampilkan pada layar CRT.
c. OTDR mengukur sinyal balik terhadap waktu.
1) Waktu tempuh dikalikan dengan kecepatan cahaya dalam fiber
c t
digunakan untuk menghitung jarak = 
n 2
Dimana:
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (299,792,458 m/s)
n = indeks bias
t = waktu
2) Tampilan OTDR menggambarkan daya relatif dari sinyal balik terhadap
jarak.

Pemakaian alat ukur OTDR dipergunakan saat sedang instalasi atau dalam
melakukan pemeliharaan kabel fiber optik. Saat instalasi OTDR dipakai untuk
memastikan loss sambungan, konektor, dan loss karena tekukan atau tekanan
terhadap kabel. Dalam pemeliharaan dipergunakan untuk pengecekan periodik
untuk memastikan tidak ada degredasi fiber dan untuk melokalisir gangguan.

Dalam mempergunakan OTDR perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Jangan melihat langsung laser ke mata karena berbahaya bagi mata.


b. Konektor harus bersih agar didapat hasil yang benar.
c. Tegangan catuan yang diijinkan.
d. Penanganan kabel konektor.
e. Kondisi lingkungan alat.
f. Kemampuan spesifik dari peralatan.

27
g. Sebelum bekerja dengan OTDR harus diperhatikan spesifikasi teknik yang
dimiliki perangkat serta melalukan pembersihan terhada konektor.

Gambar 2-6 OTDR

2.3.4 Patchcord
Perangkat kabel ini memiliki struktur yang simplex satu (1)
core dan ada pula yang duplex dua (2) core, Single mode dan Multi
mode. Patchcord mempunyai banyak sekali jenis konektor, karena
masing-masing perangkat / alat yang digunakan mempunyai tipe yang
berbeda pula disesuaikan dengan kebutuhan patchcord sendiri adalah
kabel fiber optik dengan panjang tertentu yang sudah terpasang
konektor di ujungnya. Patchcord untuk menghubungkan antar
perangkat atau komunikasi dan patchcord sendiri merupakan kabel
fiber indoor yang dipakai hanya untuk di dalam ruangan saja.

28
Gambar 2-7 Patchcord

2.3.5 Konfigurasi Umum Jaringan Internet Triple Play pada IndiHome


Pada awalnya layanan-layanan PT. Telkom Indonesia
pemakaiannya sangat terbatas disebabkan oleh biaya peralatan yang
mahal dengan penggunaan perangkat aktif yang memerlukan tenaga
listrik contohnya pada optical switch. Perangkat teknologi
sebelumnya yaitu DSLAM atau MSAN masih memerlukan
peralatan seperti optical switch mulai digantikan dengan GPON
untuk meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya yang mahal.
PT. Telkom Indonesia telah membuat program untuk
layanannya saat ini yaitu Indihome menggunakan serat optik
sepenuhnya melalui perangkat teknologi GPON, namun untuk
penggunaan perangkat teknologi lama seperti MSAN, masih
dipertimbangkan untuk tidak ditinggalkan karena masih disesuaikan
dengan kebutuhan pelanggan itu sendiri. Di dalam jaringan
IndiHome pada Gambar 2.1 berikut ini merupakan pembagian
antara jaringan MSAN dan GPON dari sentral menuju pelanggan.

29
Gambar 2-8 Konfigurasi MSAN dan FTTH [8]

Pada Gambar 2.8 di atas merupakan konfigurasi dari rute


pengiriman data yang dilewati baik melalu teknologi MSAN maupun
GPON pada Fiber to The Home (FTTH). Pada Gambar 2.8 terlihat
bahwa dari penyedia layanan hingga OLT didukung dengan media
serat optik, namun untuk keluaran perangkat merupakan titik
perbedaan antara MSAN dan GPON dapat terlihat jelas dimana pada
MSAN masih menggunakan cooper (tembaga) sebagai media
penyaluran datanya sedangkan pada GPON telah sepenuhnya
menggunakan serat optik hingga ke rumah pelanggan.

2.4 Gigabit Passive Optical Network


Gigabit Passive Optical Network (GPON) merupakan teknologi broadband
Access yang berbasis kabel serat optik yang diperlukan untuk memberikan
layanan multimedia (voice, data, video maupun yang lain). GPON

30
menggunakan standar ITU-T G.984 dan merupakan bentuk khusus dari Fiber
To The Home (FTTH). Model paketisasi data menggunakan GPON
Encapsulation Method (GEM) dengan metode akses yang digunakan adalah
Time Division Multiple Access (TDMA) [9].

2.4.1 Konfigurasi GPON


Pada dasarnya GPON merupakan teknologi dari jaringan
FTTH yang seluruh jaringannya menggunakan serat optik dan
terhubung dari penyedia layanan hingga kerumah pelanggan.
Keunggulan GPON adalah berupa saluran sinyal ataupun bandwidth
dengan mencapai hingga 2,488 Gbps untuk downstream secara stabil.

Gambar 2-9 Sistem GPON [10]

Berdasarkan Gambar 2.9 di atas sistem utama GPON yang


mendukung jaringan FTTH terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut:
a. Optical Line Terminal (OLT)
Optical Line Terminal (OLT) merupakan perangkat awal yang berfungsi
sebagai interface antara penyedia layanan berupa data, video, dan suara
dengan sistem teknologi GPON dan memberikan informasi melalui
Element Management System (EMS) kepada sistem operasi. Pada Gambar
2.9 dapat dilihat perangkat OLT yang memiliki spesifikasi yaitu panjang
gelombang downstream 1490 nm, panjang gelombang upstream 1310 nm

31
dan untuk sinyal RF analog yaitu untuk panjang gelombang pengiriman video
1550 nm.

b. Optical Distribution Network (ODN)


Konfigurasi untuk jaringan optik membutuhkan ODN sebagai perantara
atau terminasi antara perangkat OLT dan Optical Network Termination
(ONT). Komponen yang digunakan pada ODN menggunakan komponen
yang pasif seperti kabel serat optik, splices, konektor, splitter. Splitter
merupakan komponen yang sangat berperan dalam penyaluran sinyal
optik dan membaginya secara merata. Splitter tidak memerlukan energi
eksternal, itu sebabnya splitter merupakan komponen pasif.

c. Optical Network Termination/Unit (ONT/ONU)


Interface antara jaringan optik dengan pelanggan yang merupakan
komponen aktif untuk merubah sinyal optik dari ODN ke sinyal listrik. ONT
memiliki bentuk yang sama seperti modem Asymetric Digital Subscriber Line
(ADSL) yang mengantarkan layanan broadband ke pelanggan. Optical
Network Termination/Unit ONT/ONU diletakkan pada sisi pelangan untuk
jaringan FTTH.

Berdasarkan Gambar 2.9 di atas, pada arah downstream, sinyal TDMA dari
OLT memuat semua informasi pelanggan dalam slot yang ditentukan dan
disebarkan ke semua ONU yang terhubung oleh OLT. Setiap ONU hanya
mengakses pada port yang telah ditentukan untuk transmisi karena semua
informasi downstream disebarkan ke semua ONU seperti pengaman sinyal
dengan encryption. Pada arah sinyal upstream dari setiap ONU ditransmisikan secara
sinkron dengan metode Time Division Multiple Access (TDMA) untuk
menghindari collision, karena jarak antara OLT dan semua ONU berbeda-beda [10].

32
2.4.2 Prinsip Dasar GPON
Pada jaringan FTTH, sinyal yang dikirimkan berupa sinyal
optik melalui perangkat yang disebut dengan OLT kepada berbagai
ONT yang terdapat pada pelanggan melalui splitter yang berfungsi
untuk membagi-bagi serat optik tunggal kepada beberapa ONT.
Splitter ini merupakan salah satu elemen pasif yang berbasis
sistem Passive Optical Network (PON) yang merupakan sistem
jaringan point-to-multipoint dari serat optik ke arsitektur premise
network dimana unPowered optical splitter (splitter fiber) merupakan
serat optik tunggal [9].
Dasar arsitektur GPON menggunakan menggunakan sistem
Time Division Multiplexing (TDM) sehingga mendukung layanan
T1, E1, dan DS3. Sistem kerja dari pada GPON terpusat pada ONT.
Sistem pengiriman data GPON memiliki 3 mode Power yaitu mode 1
pada daya output normal, mode 2 dan 3 akan mengirimkan 3 – 6 dB
lebih rendah dari pada mode 1 dan nantinya OLT akan memberikan
isyarat pada ONT agar menurunkan dayanya apabila OLT mendeteksi
sinyal dari ONT terlalu kuat atau sebaliknya. OLT akan memberi
perintah ONT untuk menaikkan daya jika terdeteksi sinyal terlalu
lemah [9].

2.5 Multi Service Access Node


Multi Service Access Node (MSAN) merupakan suatu perangkat jaringan
akses yang menyediakan layanan broadband dan narrowband dalam
jaringan PSTN dan NGN (The Next Generation Network). MSAN
menyediakan fungsi broadband akses multiplexer sebagai IP DSLAM yang

33
berdasarkan dengan teknologi Internet Protocol (IP), Asynchrounous Transfer
Mode (ATM), atau Time Division Multiplexing (TDM) melalui jaringan akses
tembaga maupun serat optik. Maka dari itu MSAN diimplementasikan untuk
menyediakan solusi untuk layanan triple play dengan kecepatan tinggi [4].

2.5.1 Komponen MSAN


Komponen dari pada perangkat MSAN merupakan perpaduan
yang baik dari layanan broadband dan narrowband yang membaur
menjadi satu kesatuan antara keduanya dari sebuah single platform
seperti [1]:
a. Layanan
1. Suara: Plain Old Telephone Service (POTS), Voice Internet
Protocol (VoIP), Interner Service Digital Network (ISDN).
2. Data: Time Division Multiplexing (TDM), leased line (Leased line:
2 MBit/s, nx64 Kbit/s, substrate), DSL

b. Transmisi
Transmisi data yang digunakan untuk perangkat MSAN
meliputi Synchronous Digital Hierarchy (SDH), dan Ethernet.

c. Topologi
MSAN dapat mendukung beberapa teknologi yang menggunakan
topologi yaitu star, ring, dan bus.

d. Fleksibel Service Acces


MSAN memiliki fleksibilitas untuk akses layanan dalam hal
menyediakan akses tembaga untuk voice dan DSL service
menggunakan combo card serta optik untuk layanan Ethernet.

34
2.6 Parameter Kualitas Jaringan MSAN
Sebuah layanan memiliki spesifikasi standar untuk menentukan apakah
layanan yang diberikan baik atau buruk. Kualitas jaringan akses internet
pada layanan IndiHome menampilkan nilai redaman, dan kekuatan sinyal
pada proses transmisi. MSAN yang merupakan teknologi yang masih
memiliki komponen tembaga didalam topologinya memiliki parameter dalam
kualitas jaringan yaitu Signal to noise Ratio (SNR), dan attenuation (redaman).

2.6.1 Signal to noise Ratio


Signal-to-noise Ratio (SNR) merupakan perbandingan antara
kekuatan sinyal dengan kekuatan noise yang dihasilkan oleh suatu
jaringan. Pada sistem jaringan, noise merupakan gangguan, oleh sebab
itu perbandingannya harus lebih besar nilai kekuatan sinyal daripada
nilai kekuatan noise. Jika nilai kekuatan sinyal lebih besar dari pada
noise, maka data yang dikirimkan atau informasi yang dikirimkan
dapat diterima dengan kualitas yang baik. Semakin tinggi nilai
SNR, maka semakin tinggi pula kualitas dari jaringan tersebut. Pada
persamaan berikut ini merupakan hubungan daya sinyal dan noise [11].
SNR = 10 Log10 (S/N) dB (1)
keterangan:
S: daya sinyal (Watt)
N: daya noise (Watt)
Berikut ini merupakan standar acuan nilai SNR pada software
IBooster berdasarkan lampiran Nomor: 02/000/COO=COO4100030/2009
tanggal: 16 Maret 2009:

35
Table 2-1 Standar SNR menurut software IBooster [12]

Standar Keterangan
 25 dB Bagus Sekali
 13 dB Buruk

Pada Tabel 2.1 di atas merupakan nilai daripada standar SNR yang
telah di tetapkan PT. Telkom Indonesia. Nilai SNR yang berada dibawah
13 dB akan mengalami penurunan kualitas, namun jika nilai diantara 13
dB dan 25 dB, kriteria kualitas jaringannya adalah bagus.

2.6.2 Redaman
Redaman atau attenuation merupakan salah satu kinerja
jaringan yang berfungsi sebagai penunjuk seberapa jauh kualitas sinyal
dari modem pelanggan sampai kepada perangkat jaringan akses
internet. Redaman berkaitan dengan melemahnya sinyal yang
diakibatkan oleh jarak yang ditempuh dan akan terjadi jika jarak media
transmisi terlalu jauh. Redaman ini dapat dihasilkan dari perbandingan
antara daya masukan dengan daya keluaran. Berdasarkan lampiran KR
Nomor: KR. 02/000/COO=COO4100030/2009 Tanggal: 16 Maret
2009, PT. Telkom Indonesia menetapkan standar parameter redaman
untuk transmisi asimetris adalah ≤ 65 dB [3].
Untuk menghitung nilai redaman dapat dilakukan melalui
persamaan berikut ini [11].

36
Attenuation = 10 log10 (P1/P2) dB (2)

Keterangan:
P1: daya sinyal kirim (watt)
P2: daya sinyal terima (watt)
Redaman merupakan kebalikan dari pada SNR. Jika nilai
redaman semakin besar, maka sinyal yang akan dihasilkan akan
semakin kecil. Semakin rendah nilai redaman semakin besar pula
sinyal dan kemungkinan mendapatkan kualitas pada jaringan
transmisi. Satuan pengukuran redaman adalah decibel (dB) yang
merupakan satuan perbedaan antara kekuatan daya pancar sinyal.

2.7 Parameter Kualitas Jaringan GPON


Kecepatan yang ditawarkan GPON sangat tinggi dibandingkan dengan
MSAN, namun untuk kestabilannya belum bisa dipastikan sebelum melihat
kualitas yang dihasilkan oleh teknologi GPON, apakah sesuai dengan yang telah
diberikan PT.Telkom Indonesia. Kualitas GPON berbeda dengan kualitas jaringan
pada MSAN, GPON hanya menampilkan kualitas perhitungan Link Power Budget
yang akan menghitung nilai Rx Power (daya keluaran pada penerima) secara
keseluruhan yang dimulai dari STO hingga ke pelanggan.

2.7.1 Rx Power
Berdasarkan standar dari ITU-T G.984 maka dilakukan
perhitungan untuk kualitas dari teknologi GPON yang
parameternya disebut dengan Link Power Budget. Pengukuran Link
Power Budget bertujuan untuk mengetahui batasan redaman total yang
diijinkan antara daya keluaran pemancar dan sensitivitas penerima.
Link budget adalah estimasi kebutuhan daya yang diperhitungkan untuk

37
memastikan level daya penerima (rx Power) lebih besar atau sama
dengan level threshold (daya minimum). Rx Power merupakan nilai
daya terima yang akan dihasilkan dari pengukuran secara total. Rx
Power satuan pengukurannya adalah decibel milliwatt (dBm)
merupakan satuan kekuatan sinyal/daya pancar.
Menurut peraturan dari PT. Telkom Indonesia jarak yang
telah ditentukan tidak lebih dari 20 km sedangkan untuk total redaman
tidak boleh lebih dari 28 dB dan sinyal yang diterima tidak boleh
kurang dari -28 dBm [5].
Pengukuran untuk mengetahui nilai Rx Power, PT. Telkom
Indonesia melalui anak perusahaannya yaitu PT. Telkom Akses
menyediakan sebuah aplikasi yaitu IBooster yang dapat mengukur Rx
Power secara total. Standar yang ditetapkan pada aplikasi tersebut
untuk nilai Rx Power adalah tidak boleh kurang dari -25 dBm.
Nilai Rx Power sesuai standar atau Rx Power > -25 dBm, maka aplikasi
akan tampak seperti pada Gambar 2.10 yang menandakan bahwa
jaringan stabil.

Gambar 2-10 Pengukuran Rx Power pada IBooster [12]

38
Nilai download dari Rx Power yang dihasilkan pada
pengukuran menggunakan IBooster dapat dilihat pada anak panah
yang mengarah pada ONT/ONU pada Gambar 2.10 di atas bernilai -
17,567 dBm, hal itu berarti nilai Rx Power pada salah satu pelanggan
dalam kondisi yang baik. Nilai upstream yang dihasilkan dari
pengukuran dapat dilihat pada anak panah yang mengarah kepada
OLT yang menuju jaringan Metro Ethernet.

2.8 Parameter Kinerja jaringan


Kinerja jaringan yang buruk dapat dilihat dari seberapa mudah jaringan akses
internet mengalami kegagalan dalam pengiriman data maupun informasi.
Parameter kinerja jaringan yang akan digunakan dalam penelitian ini
merupakan throughput, packet loss, dan delay. Penelitian ini akan
menganalisis parameter kinerja jaringan tersebut dengan standar umum yang
sering digunakan yaitu ITU-T.

2.9 Komponen Perangkat MSAN dan GPON

2.9.1 Optical Line Terminal (OLT)


Optical Line Terminal (OLT) adalah perangkat yang berfungsi sebagai
titik akhir (end-point) dari layanan jaringan optik pasif (PON). Perangkat ini
mempunyai dua fungsi utama, yaitu:

1. Melakukan konversi antara sinyal listrik dan sinyal optik.


2. Mengkoordinasikan multiplexing pada perangkat lain di ujung jaringan
biasa disebut dengan Optical Network Terminal (ONT) atau Optical
Network Unit (ONU).

39
OLT merupakan penyedia interface antara sistem Passive Optical
Network (PON) dengan penyedia layanan (service provider) data, video, dan
telepon. Gambar 2.9 merupakan perangkat OLT di lapangan. Untuk
spesifikasi OLT dapat dilihat pada tabel 2.2

Gambar 2-11 Optical Line Terminal

Table 2-2 Spesifikasi Perangkat OLT (Luthfi Bahtiar, 2014)

Property Remarks
Interface type SC/PC
upstream: 1,244Gbps
Interface Rate
downstream: 2,488 Gbps
upstream: 1310 nm
Central Wavelenght
downstream: 1490 nm
Transmission Optical Power 1,5 dBm to 5dBm

40
Maximum Receiver Sensitifity -28 dBm
Overload Optical Power -8 dBm
Standarts ITU-T G.984.2

2.9.2 Optical Distribution Cabinet (ODC)


Perangkat outdoor dalam jaringan akses fiber optik yang
pertama adalah Optical Distribution Cabinet (ODC). ODC adalah suatu
ruang yang berbentuk kotak atau kubah (dome) yang terbuat dari
material khusus yang berfungsi sebagai tempat instalasi sambungan
jaringan optik single-mode, yang berisikan connector, splice, maupun
splitter dan dilengkapi ruang manajemen fiber dengan kapasitas
tertentu pada jaringan akses optik pasif (PON). ODC berfungsi
sebagai tempat terminasi antara kabel feeder dengan kabel
distribusi. Splitter dapat disimpulkan terdapat di dalam ODC dari
sentral atau OLT yang dibagi ke ODP.

Gambar 2-12 Optical Distribution Cabinet

41
2.9.3 Multi Service Access Node (MSAN)
Perangkat aktif yang digunakan untuk mengoptimalkan media
akses tembaga. MSAN memberikan layanan voice, data dan video.
Layanan yang diberikan tergantung pada service yang disediakan oleh
operator telekomunikasi yang bersangkutan. MSAN didesign sebagai
perangkat indoor maupun outdoor.

Gambar 2-13 Perangkat MSAN

2.9.4 Power Link Budget


Power Link Budget adalah hasil dari total redaman optik yang
diizinkan sepanjang sumber titik optik sampai di titik penerima, hasil
yang didapat dari redaman kabel. Perhitungan redaman total, daya
terima, serta margin daya tersebut yang dikenal sebagai analisa Power
Link Budget. Link Budget dilakukan untuk mendapatkan jaringan yang
optimal pada perancangan ini. Perhitungan dilakukan berdasarkan
standarisasi ITU-T G.984 dan juga peraturan yang diterapkan oleh PT.
Telkom, yaitu jarak tidak lebih dari 20 km dan redaman total tidak
lebih dari 28 dB. [10]

42
Tujuan menghitung Link Budget untuk memastikan daya yang
cukup agar sampai ke penerima untuk mempertahankan kualitas yang
optimal selama pemakaian sistem. Untuk menghitung redaman
berdasarkan daya yang telah diketahui dalam pengukuran redaman
menggunakan Optical Power Meter, maka digunakan persamaan (2.1)
sebagai berikut. [10]
a = PTx − PRx (2.1)
Dimana :
a = attenuation (dB)
PTx = Daya yang dipancarkan (dBm)
PRx = Daya yang diterima (dBm)

Untuk menghitung total loss pada kabel fiber optik digunakan


persamaan (2.2) sebagai berikut.
af = L  lf (2.2)
Dimana :
af = Redaman total pada kabel (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km)

Untuk menghitung loss konektor digunakan persamaan (2.3) sebagai berikut.


ac = Nc lc (2.3)
Dimana :
ac = Redaman total yang ditimbulkan oleh konektor (dB)
Nc = Total konektor yang dipakai
lc = Redaman konektor (dB)

Untuk menghitung loss splice digunakan persamaan (2.4) sebagai berikut.

43
as = Ns  ls (2.4)

Dimana :
as = Redaman total yang ditimbulkan oleh splice (dB)
Ns = Total splice/sambungan
Ls = Redaman splice/sambungan (dB)

Untuk mencari perhitungan Power Link Budget digunakan persamaan (2.5)


sebagai berikut.
atot = (L  lf ) + (Nc  lc) + (Ns  ls ) + SP (2.5)
Dimana :
atot = Redaman total (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Nc = Total konektor yang dipakai (dB)
lc = Redaman yang ditimbulkan oleh konektor (dB)
Ns = Total splice/sambungan (dB)
ls = Redaman yang ditimbulkan oleh splice (dB)
SP = Redaman splitter (dB)

Nilai redaman pada masing-masing komponen jaringan fiber optik


yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.3.

44
Table 2-3 Nilai Redaman

No Perangkat Redaman
1 Kabel Fiber Optik 0,35 dB/Km
2 Splitter 1:4 7,25 dB
3 Splitter 1:8 10,38 dB
4 Konektor 0,25 dB
5 Splicing 0,10 dB

45

Anda mungkin juga menyukai