Anda di halaman 1dari 17

Analisis Konsep Trigonometri dalam Penentuan Arah Kiblat

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Sains Dosen pengampu: Wenty Dwi Yuniarti, M. Kom

Disusun oleh: Nama NIM : Ahmad Aufal Marom : 11211049

Program Studi Konsentrasi Ilmu Falak Jurusan Akhwal As-Syakhsiyah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2012

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Kiblat merupakan kata bentukan bahasa Arab yang dimaksudkan kepada arah yang merujuk ke suatu tempat di mana bangunan Kabah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Menurut hukum syariat, menghadap ke arah kiblat diartikan sebagai seluruh tubuh atau badan seseorang menghadap ke arah Kabah yang terletak di Makkah yang merupakan pusat tumpuan umat Islam bagi menyempurnakan ibadah-ibadah tertentu. Pada awalnya, kiblat mengarah ke Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa Jerusalem di Palestina, namun pada tahun 624 M ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, arah Kiblat berpindah ke arah Kabah di Makkah hingga kini atas petunjuk wahyu dari Allah SWT. Beberapa ulama berpendapat bahwa turunnya wahyu perpindahan kiblat ini karena perselisihan Rasulullah SAW di Madinah. Menghadap ke arah kiblat menjadi keharusan dan anjuran bagi umat Islam dunia yang hendak menunaikan ibadah, baik ibadah wajib maupun sunah. Oleh sebab itu, menjadi penting adanya kaidah dalam menentukan arah kiblat yang benar-benar tepat atau paling tidak mendekatinya. Awalnya, umat islam di Indonesia menentukan arah kiblatnya hanya dengan menghadap barat saja, dengan alasan Saudi Arabia tempat Kabah didirikan ada di sebelah barat Indonesia. Hal itu hanya dilakukan dengan perkiraan dengan asumsi bahwa arah kiblat sama persis dengan tempat terbenamnya matahari. Dengan demikian arah kiblat itu identik dengan arah barat. Dalam perkembangannya, diketahui bahwa berdasarkan letak geografis Saudi Arabia terletak di sebelah Barat Laut dari Indonesia. Sehingga ada sebagian umat Islam tang memiringkan arah kiblatnya agak ke utara. Hingga ditemukan kompas yang mana alat itu cukup membantu dan praktis digunakan untuk menentukan arah kiblat. Selanjutnya, dan yang sampai sekarang relatif banyak digunakan adalah dengan
2

perhitungan dengan mempergunakan ilmu ukur yang diketahui koordinat kabah dan tempat yang akan di ukur kiblatnya. Sistem ini menggunakan Trigonometri yang hasilnya lebih akurat daripada cara-cara sebelumnya.1 Trigonometri ini kemudian berkembang menjadi Ilmu ukur segitiga bola (Spherical Trigonometri) yang mengasumsikan bumi adalah bulat seperti bola. Namun, metode yang menganggap bumi bulat ini bukanlah sepenuhnya benar, karena diketahui bahwa bumi tidaklah bulat penuh. Selain itu, metode ini juga menganggap bahwa permukaan bumi ini rata yang pada kenyataannya adalah bergelombang. Oleh karena itu, penulis merasa perlu adanya analisis tentang bagaimana aplikasi konsep trigonometri dalam perhitungan arah kiblat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep arah kiblat secara umum? 2. Bagaimana konsep umum trigonometri dan segitiga bola? 3. Bagaimana penerapan trigonometri dan segitiga bola ke dalam perhitungan arah kiblat?

C. Tujuan Penelitian Menentukan tujuan merupakan langkah dalam penelitian agar penelitian dapat berjalan dengan terencana dan searah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui konsep arah kiblat dan ruang lingkupnya dalam ilmu falak 2. Mengetahui konsep umum trigonometri dan segitiga bola
1

Maskufa, Ilmu Falak, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, h. 132-133

3. Mengetahui penerapan trigonometri dan segitiga bola dalam perhitungan arah kiblat

D. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 2 Maka dengan metode ini, peneliti berusaha menjelaskan bagaimana konsep trigonometri dalam perhitungan arah kiblat dengan cara mengumpulkan, menyusun dan menginterpretasi data. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik lain.3 E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam makalah penelitian ini terdiri atas: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI
2

http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/ diakses pada tanggal 25 desember 2012 3 http://april04thiem.wordpress.com/2010/11/12/studi-kepustakaan/ diakses pada tanggal 25 Desember 2012

Bab ini berisi penjelasan tentang konsep arah kiblat secara umum dan trigonometri serta segitiga bola BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan tentang analisis penerapan trigonometri dan segitiga bola dalam perhitungan arah kiblat. BAB IV PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang merupakan hasil dari pembahasan arah kiblat dan trigonometri

BAB II LANDASAN TEORI


A. Konsep Umum Arah Kiblat 1. Pengertian Kiblat Kiblat menurut bahasa berarti arah, sebagaimana yang dimaksud adalah kabah. Hal ini diungkapkan oleh Muhammad Al katib al asyarbini4:

:
Kiblat menurut bahasa berarti arah kiblat dan yang dimaksud kiblat di sini adalah kabah Qiblah (Arab) adalah arah yang dihadap oleh muslim ketika melaksanakan shalat, yakni menuju Kabah di Mekah.5 Sedangkan kabah adalah bangunan berbentuk mirip
4

Slamet Hambali, Ilmu Falak 1: Penentuan Awal Waktu Shalat & Arah Kiblat Seluruh Dunia, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo semarang, 2011, h. 167 5 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 174

kubus dengan panjang sisi-sisinya sekitar 10 m. Kabah terletak di tengah masjid kota Mekah dengan posisi lintang tempat 21o 25 (LU) dam bujur tempat 39o 50 (BT). Kabah inilah sebagai kiblat bagi orang Islam yang sedang melaksanakan shalat.6 Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kiblat adalah arah menuju kabah yang seharusnya setiap muslim menghadap kepadanya ketika shalat ataupun ibadah ibadah lainnya. 2. Dasar Hukum Menghadap Kiblat Beberapa ayat Al-Quran yang menjadi dasar menghadap kiblat antara lain: 1. QS. Al-Baqarah ayat 144:

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan di mana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

2. QS. Al-Baqarah ayat 150:


6

Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, h. 41


Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan di mana saja kamu (sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk. Sedangkan hadis yang menjadi dasar untuk menghadap kiblat antara lain7: 3. Hadis riwayat Imam Muslim:

" . " ( )
Bercerita Abu Bakar bin Abi Saibah, Bercerita Affan, Bercerita Hammad bin Salamah, dari Tsabit dari Anas: bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW (pada suat hari) sedang shalat dengan menghadap Baitul Maqdis, kemudian turunlah ayat Sesungguhnya aku melihat mukamu sering menengadah ke langit, maka sungguh Kami palingkan wajahmu ke kiblat yang kamu kehendaki. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Kemudian ada seseorang dari bani Salamah bepergian, menjumpai sekelompok sahabat sedang ruku pada shalat fajar. Lalu ia menyeru
7

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis : Metode Dan Solusi Permasalahnnya, Semarang: Pustaka Rizki Putra- Pustaka Al-Hilal, 2012, h. 22-23

Sesungguhnya kiblat telah berubah. Lalu mereka berpaling seperti kelompok nabi, yakni ke arah Kiblat.( HR. Muslim) 4. Hadis riwayat Imam Bukhari:

. ( )
Ishaq bin Mansyur menceritakan kepada kami, Abdullah bin Umar menceritakan kepan kami, Ubaidillah menceritakan dari Said bin Abi Said al-Maqburiy dari abi Hurairah berkata Rasulullah SAW bersabda: Bila kamu Hendak Shalat maka sempurnakanlah wudhu lalu menghadap kiblat dan kemudian bertakbirlah.(HR. Bukhari)

B. Trigonometri dan Segitiga Bola 1. Konsep Umum Trigonometri Trigonometri (dari bahasa Yunani trigonon = tiga sudut dan metro = mengukur) adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segitiga dan fungsi trigonometri seperti sinus, kosinus, dan tangen.8 Dalam bentuk yang elementer (dasar), praktek trigonometri biasanya dimanfaatkan orang-orang untuk membantu mereka dalam bidang astronomi, pelayaran, survei. Trigonometri ini kemudian menjadi semakin penting dan memiliki cakupan yang luas dengan dikembangkannya trigonometri analitis, fungsi trigonometri, dan trigonometri bola.9

8 9

http://id.wikipedia.org/wiki/Trigonometri diakses pada tanggal 26 Desember 2012 http://katongku.blogspot.com/2011/10/segitiga-bola.html diakses pada tanggal 26 desember 2012

Untuk memahami rumus dasar trigonometri, dapat dipahami melalui gambar berikut: Dari gambar di samping, didapati rumus dasar trigonometri sebagai berikut: 2.
r y O x y

Trigonometri

Bola

Pada suatu bola, ada dua lingkaran. Suatu lingkaran disebut lingkaran besar apabila lingkaran itu memiliki titik pusat yang merupakan titik pusat dari bola. Sedangkan lingkaran lainnya adalah lingkaran kecil. Lingkaran kecil adalah lingkaran yang titik pusatnya bukanlah titik pusat dari titik pusat bola. Sedangkan salah satu lingkaran besar yang posisinya horizontal dinamakan lingkaran dasar utama.10

Jika di dalam sebuah bola terdapat dua buah lingkaran besar yang berpotongan dengan lingkaran dasar utama, maka terbentuk sebuah segitiga bola. Untuk lebih jelasnya dilihat pada gambar:
C

D A c B

F
10

Slamet Hambali, Op.cit., h. 31

Keterangan: Lingkaran CAF dan CBF adalah lingkaran besar yang berpotongan dengan lingkaran dasar utama (DABE). Dari tiga lingkaran besar tersebut terbentuklah segitiga bola CAB (daerah arsir gelap) yang memiliki sudut A, B, dan C serta sisi a, b dan c.11 Dalam ilmu ukur trigonometri bola, dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Rumus sinus12

b. Rumus kosinus13 Untuk sisi

Untuk sudut

BAB III
11 12

Ibid, h.32-33 Bahan ajar (materi kuliah) L. M. Sabri mata kuliah Astronomi Bola 1 pada perkuliahan semester II 13 Ibid

10

PEMBAHASAN
A. Penerapan Trigonometri Dalam Perhitungan Arah Kiblat Trigonometri pertama dipakai untuk mengukur arah kiblat adalah dengan didasarkan pada anggapan bahwa bumi datar seperti yang tergambar pada peta, sehingga untuk menentukan titik pertemuan antara suatu tempat dengan Mekkah sebagai kota sentral Kabah adalah hanya dengan membandingkan antara sumbu x dengan sumbu y , sehingga dapat dicari dengan rumus Tangen atau Cotangen berikut:

atau

Untuk lebih memahaminya dapat diperhatikan contoh berikut: Hitung arah kiblat sebuah kota bila kota itu terletak pada Kabah terletak pada Jawab: 1. Nilai sumbu x dan y . dan

11

2. Sudut Arah Kiblat (Q)

Dari hasil tersebut maka didapatkan bahwa arah kiblat adalah barat ke arah utara.

dari arah

Mengingat bentuk dari bumi adalah bola, maka pada perkembangan selanjutnya rumus trigonometri bidang datar dikembangkan menjadi segitiga bola (Spherical Trigonometri) yang tentunya dengan rumus yang berbeda. Berikut ini penggambaran rumus segitiga bola yang digunakan untuk arah kiblat.
U C

b A a

c K B

S 12

Untuk perhitungan arah kiblat, ada 3 buah titik yang harus dibuat, yaitu : 1. Titik A, adalah posisi di Kabah (Mekah) 2. Titik B, adalah posisi tempat yang akan ditentukan arah kiblatnya. 3. Titik C, adalah posisi di titik Kutub Utara. Titik A dan titik C adalah dua titik yang tetap, karena titik A tepat di Kabah dan titik C tepat di kutub Utara sedangkan titik B senantiasa berubah tergantung lokasi mana yang akan dihitung arah Kiblatnya. Bila ketiga titik tersebut dihubungkan dengan garis lengkung permukaan bumi, maka terjadilah segitiga bola ABC, seperti pada gambar. Ketiga sisi segitiga ABC di samping ini diberi nama dengan huruf kecil dengan nama sudut di depannya masing-masing sisi a, sisi b dan sisi c. Dari gambar di atas, dapatlah diketahui bahwa yang dimaksud dengan perhitungan Arah Kiblat adalah suatu perhitungan untuk mengetahui berapa besar nilai sudut K di titik B, yakni sudut yang diapit oleh sisi a dan sisi c. Untuk perhitungan arah kiblat, hanya diperlukan dua data :
1. Koordinat Kabah (

2. Koordinat lokasi yang akan dihitung arah kiblatnya. Contoh menghitung arah kiblat sebuah kota ( Jika A adalah Mekkah (Kabah), C adalah Kutub utara dan B adalah kota, maka: .

diketahui:

Jawab:

13

didapat dari:

Selanjutnya arah kiblat dapat ditentukan dengan rumus sinus, seperti sebagai berikut:

Jadi, arah kiblat kota adalah

ditarik dari arah utara ke barat.

B. Analisis Penerapan Trigonometri Dalam Perhitungan Arah Kiblat Sebagaimana yang diketahui, metode yang masih kerap digunakan menghitung kiblat saat ini adalah dengan pendekatan segitiga bola (spherical trigonometri ). Konsep ini dianggap paling mudah untuk melakukan perhitungan karena perhitungan permukaan fisik bumi diasumsikan seperti sebuah bola yang bundar. Padahal, pada kenyataannya permukaan fisik bumi sangat tidak teratur dan bukan berbentuk bola. Permukaan yang tidak teratur ini akan menyulitkan bila dijadikan dasar perhitungan matematis. Konsep bola ini sebenarnya sudah tidak menggambarkan kondisi bumi pada kenyataannya. Hal itu dikarenakan pada faktanya jari-jari bumi tidak sama panjang dihitung dari pusat bumi ke permukaannya. Garis yang menghubungkan lingkaran ekuator jika ditarik melalui titik pusat bumi (sumbu axis mayor) lebih panjang daripada garis yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi (sumbu axis minor). Ini disebabkan bentuk bumi yang pepat pada bagian kedua kutubnya dan berbentuk elips.
14

Garis keliling bumi yang beririsan dengan garis khatulistiwa tidak sama dengan garis keliling bumi yang melewati kutub utara dan kutub selatan. Jarak pusat bumi ke ekuator sedikit lebih besar daripada jarak pusat bumi ke kutub.14 Fakta ini menimbulkan sebuah persoalan secara teoritik, bagaimana kita melakukan perhitungan menggunakan kaidah-kaidah segitiga bola pada bumi yang sesungguhnya tidak menyerupai bola. Tidak sedikit kalangan dari ahli falak cenderung mengabaikan fakta ini karena dianggap tidak berpengaruh atau jika berpengaruh dianggap tidak cukup signifikan. Maka dapat dipahami jika hampir seluruh literatur falak yang membahas tentang arah kiblat tidak ada yang memasukkan faktor ellipsoid bumi ke dalam basis perhitungannya. Oleh karena itu, agar hasil perhitungan mencapai tingkat akurasi yang lebih baik dan secara teoritik lebih dapat dipertanggungjawabkan, perlu adanya koreksi ellipsoid ini. Dengan begitu, sistem koordinat bola yang mengasumsikan bumi sebagai objek berbentuk bola digantikan dengan sistem koordinat ellipsoid dengan asumsi bahwa bumi adalah berbentuk elips.

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. kiblat adalah arah menuju kabah yang seharusnya setiap muslim menghadap kepadanya ketika shalat ataupun ibadah ibadah lainnya

14

http://aliboron.wordpress.com/2010/10/24/perhitungan-arah-kiblat-dengan-koreksiellipsoid/ diakses pada tanggal 28 Desember 2012

15

2. Trigonometri (dari bahasa Yunani trigonon = tiga sudut dan metro = mengukur) adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segitiga dan fungsi trigonometri seperti sinus, kosinus, dan tangen
3. Awal mula penerapan trigonometri dalam penentuan arah kiblat adalah dengan

konsep trigonometri segitiga datar. Dengan begitu, bumi diasumsikan sebagai bidang datar seperti yang tercetak dalam peta
4. Penerapan trigonometri yang lazim digunakan di kalangan ahli falak saat ini adalah

dengan trigonometri segitiga bola. Pengembangan rumus trigonometri ini adalah dengan mengasumsikan bahwa bumi adalah bola yang bulat. B. Saran Perlu elips. Sebisa mungkin perhitungan arah kiblat dalam perkembangan ke depan juga mempertimbangkan faktor topografi bumi. adanya pengembangan rumus trigonometri lebih lanjut dengan

mempertimbangkan bentuk bumi yang pada kenyataannya adalah berbentuk

Daftar Pustaka
Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008 Hambali, Slamet, Ilmu Falak 1: Penentuan Awal Waktu Shalat & Arah Kiblat Seluruh Dunia, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo semarang, 2011
16

Izzuddin, Ahmad, Ilmu Falak Praktis : Metode Dan Solusi Permasalahnnya, Semarang: Pustaka Rizki Putra- Pustaka Al-Hilal, 2012 Khazin, Muhyiddin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005 Maskufa, Ilmu Falak, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010 Sabri, L. M. Bahan ajar (materi kuliah) mata kuliah Astronomi Bola 1 pada perkuliahan semester II http://id.wikipedia.org/wiki/Trigonometri diakses pada tanggal 26 Desember 2012 http://aliboron.wordpress.com/2010/10/24/perhitungan-arah-kiblat-dengan-koreksi-ellipsoid/ diakses pada tanggal 28 Desember 2012 http://april04thiem.wordpress.com/2010/11/12/studi-kepustakaan/ diakses pada tanggal 25 Desember 2012 http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/ diakses pada tanggal 25 desember 2012 http://katongku.blogspot.com/2011/10/segitiga-bola.html diakses pada tanggal 26 desember 2012

17

Anda mungkin juga menyukai