Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Technopreneurship merupakan kata yang tidak asing terdengar bagi mahasiswa ITS. Hal ini dikarenakan sejak pertama kali mahasiswa masuk sudah banyak sekali ceramah baik dari dosen ataupun pembicara luar, perlombaan karya tulis, ataupun pelatihan softskill yang bertemakan tentang technopreneurship. Ditambah lagi adanya beberapa mahasiswa ataupun alumni ITS yang telah menorehkan prestasi dalam hal technopreneurship sebut saja Nasi Jamur, Utagami dan Monster Jelly. Kenyataan inilah yang akhirnya menimbulkan sebuah pandangan bahwa

technopreneurship merupakan hal yang sangat penting, sebagai satu hal yang mungkin dapat dijadikan orientasi cita-cita masa depan, menjadi seorang entrepreneur berbasis teknologi yaitu technopreneurship. Didalam makalah ini akan membahas mengenai manfaat belajar technopreneurship yang berasal dari beberapa pandangan atau, pemikiran serta beberapa literatur dari orang-orang technopreneur dunia yang dirangkum kedalam bahasa-bahasa yang sederhana. Diharapkan makalah ini dapat menegaskan tentang pentingnya technopreneurship bagi seorang mahasiswa sehingga dapat membuka pandangan dalam menentukan orientasi cita-cita di masa depan.

1.2. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang terdapat dalam makalah ini mengenai penegasan akan manfaattechnopreneurship bagi mahasiswa sehingga dapat membuka wawasan mengenai technopreneurship yang dapat dijadikan sebagai orientasi cita-cita masa depan. 1.3.Tujuan dan Manfaat Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengimplementasikan hasil proses pembalajaran yang telah didapat selama mengikuti mata kuliah technopreneurship. Makalah ini juga diharapkan dapat dijadikan literatur yang bermanfaat sehingga mampu memperbaiki pemikiran mahasiswa mengenai technopreneurship.

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Definisi Technopreneurship Technopreneurship berasal dari kata dalam bahasa inggris yang terdiri dari kata techno yang berarti teknologi dan entrepreneurship yang berarti kewirausahaan atau . Dari dua kata diatas dapat disimpulkan bahwa technopreneurship merupakan kewirausahaan yang bertemakan atau berbasis kepada teknologi. Beberapa literatur menyebutkan bahwa technopreneurship mengacu kepada pemanfaatan teknologi informasi untuk pengembangan wirausaha, dimana jenis wirausaha yang dimaksud tidak hanya dibatasi pada wirausaha teknologi informasi, seperti vendor IT, web hosting, atau web design, tetapi segala jenis usaha, seperti meubel, restaurant, super market ataupun kerajinan tangan. Penggunaan teknologi informasi yang dimaksudkan disini adalah pemakaian internet untuk memasarkan produk mereka seperti dalam perdagangan online (e-Commerce), pemanfaatan software/program khusus untuk memotong biaya produksi dan kegiatan operasional lainnya [1]. Technopreneurship berbeda dengan entrepeneurship yang memiliki cakupan yang lebih luas yaitu menciptakan bisnis/usaha dengan keberanian menanggung resiko untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang ada (Zimmerer & Scarborough, 2008). Sedangkan Technopreneurship terdiri dari dua komponen utama yaitu penelitian dan komersialisasi. Penelitian dapat merupakan sebuah penemuan teknologi baru ataupun upaya pengembangan teknologi yang sudah ada. Sedangkan komersialisasi lebih didefinisikan sebagai usaha memindahkan hasil penelitian tersebut dari laboratorium ke pasar melalui cara yang menguntungkan. Lisensi, pembentukan partner kerja, atau menjualnya kepada pihak lain yang akan mengkomersialisasikannya merupakan beberapa cara komersialisasi yang dimaksud [2]. Dewasa ini technopreneurship berkembang dengan sangat pesat, hingga melibatkan jaringan yang dibentuk dalam dunia maya atau internet. Seringkali kita mendengar istilah online-market atau e-commerce dimana seseorang menjadikan website atau blog sebagai etalase untuk mempromosikan bisnis. Bidang ini disebut cyberpreneurship.

2.2.Technopreneurship sebagai Pengembangan Entrepreneurship Telah dijelaskan sebelumnya bahwa technopreneurship memiliki perbedaan dengan entrepreneurship. Selain merujuk pada cakupan bidangnya, technopreneurship seringkali dikaitkan kepada teknologi informasi, ilmu pengetahuan industri atau engineering. Namun jika mengkaji lebih detail lagi, Technopreneurship dapat diartikan merupakan sebuah bentuk pengembangan dunia entrepreneurship. Beberapa literatur berusaha merumuskan mengenai technopreneurship sebagai bentuk

pengembangan dari Entrepreneurship yang digambarkan pada bagan dibawah ini:

Gambar 1.Tahapan proses Technopreneurship [3]

2.2.1. Teknologi Bagan diatas menjelaskan mengenai proses-proses yang dilakukan dalam hal penerapan teknologi yang terdiri dari empat proses utama yaitu: Autorization atau tahap pengakuan hak, Utilization atau tahap pemanfaatan, Implemetation atau tahap pelaksanaan serta Collaboration atau tahap pemaduan dengan teknologi lain yang sudah ada atau sedang dikembangkan. 2.2.2. Entrepreneurship Proses pendalaman ilmu entrepreneur haruslah mampu mencakup empat tahap antaralain: Internalization yang merupakan tahapan penanaman jiwa entrepreneurship melalui konstruksi pengetahuan tentang jiwa

entrepreneurial serta medan dalam usaha, Paradigm Alteration yang yang berarti perubahan paradigma umum dengan mengubah pola pikir pragmatis dan instan dan memberikan pemahaman bahwa unit usaha riil sangat diperlukan, Spirit Initiation yang merupakan tahap penumbuhan semangat berwirausaha dengan memberikan bantuan berupa modal awal yang disertai monitoring atau pelatihan motivasi sebagai bekal dalam bervariasi, serta
3

competition yang

perlu digelar sebuah medan kompetisi untuk dapat

mengembangkan usaha tersebut dengan baik. 2.2.3. Technopreneurship Technopreneurship merupakan sebuah bentuk pengembangan dari entrepreneur dimana dalam sebuah technopreneurship diperlukan seluruh hal yang menjadi proses penerapan sebuah teknologi dan pendalaman

entrepreneurship. Disamping itu technopreneurship sendiri memiliki empat proses utama antaralain: Creation yang berarti technopreneurship dapat berupa sebuah kreasi dari penemuan teknologi, Innovation yang berarti

technopreneurship haruslah memiliki inovasi yang mampu menunjukkan keunggulan teknologi, Integration merupakan sebuah bentuk kolaborasi antara penerapan teknologi sebagai instrumen serta jiwa usaha mandiri sebagai kebutuhan, serta Contribution yang memiliki arti technopreneurship haruslah memiliki kontribusi dan tidak hanya sekedar usaha komersialisasi.

Dari bagan dan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa technopreneurship merupakan unit usaha yang teknologis yaitu unit usaha yang memanfaatkan teknologi aplikatif dalam proses inovasi, produksi, marketisasi, dan lain sebagainya. Proses penanaman jiwa technopreneurship bukan perkara yang mudah, karena ini berhubungan dengan dua hal kompleks yang perlu ditanamkan, yakni kesadaran teknologi, dan semangat entrepreneurship itu sendiri.

2.3.Inovasi sebagai Komponen Penting Technopreneurship Menurut John Adair (1996) menyebutkan mengenai definisi inovasi adalah proses menemukan atau mengimplementasikan sesuatu yang baru ke dalam situasi yang baru sedangkan Gde Raka ( 2001) menyebutkan inovasi sebagai tindakan memikirkan dan melakukan sesuatu yang baru yang menambah atau menciptakan nilai atau manfaat walaupun sebenarnya penegasan arti inovasi ini memiliki arti yang berbeda-beda bagi semua orang karena pemahaman inovasi beraspek pada suatu hal yang relatif, yaitu pemikiran manusia. Dalam dunia technopreneurship pemikiran inovatif merupakan sebuah pola pikir vital yang harus dimiliki sebelum seseorang terjun kedalamnya. Pemikiran inovatif dapat dirumuskan menjadi tiga lingkaran yang saling beririsan yang digambarkan dalam bagan seperti berikut:
4

Gambar 2.Tiga aspek pemikiran inovatif [3]

Dari hal diatas dapat digambarkan bahwa sebenarnya pemikiran inovatif haruslah mencakup tiga aspek antaralain: What is desirable to user atau apa yg diinginkan seorang pengguna , What is viable in the marketplace yang berarti apakah yg layak dijual atau sedang diminati pasar, What is possible with technology yang berarti Hal apakah yg mungkin diatasi dengan teknologi . Inovasi dan Technopreneurship seringkali dijadikan hal yang tidak dapat dipisahkan. Inovasi memerlukan kesiapan jiwa individu-individu technopreneur sedang technopreneurship akan menjadi stagnan atau tidak berkembang tanpa adanya pemikiran inovatif [4]. Bahkan beberapa literatur menyebutkan bahwa inovatif dan technopreneur merupakan dua kunci perubahan ekonomi kearah yang lebih baik, peningkatan produktif, nilai tambah, dan peningkatan keunggulan kompetitif [5]. Beberapa penerapan inovasi yang sering dilakukan terdiri dari tiga macam antara lain: 1. 2. 3. Inovasi pada sebuah produk Inovasi pada proses bisnis Inovasi pada sebuah layanan atau jasa

2.4.Peranan Technopreneurship Bagi Masyarakat Invensi dan inovasi yang dihasilkan, serta technopreneurship tidak hanya bermanfaat dalam pengembangan industri-industri besar dan

canggih. Technopreneurship juga dapat diarahkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian, technopreneurship diharapkan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Technopreneurship dapat memberikan memiliki manfaat atau dampak, baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dampaknya secara ekonomi adalah: a. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

b. Meningkatkan pendapatan. c. Menciptakan lapangan kerja baru.

d. Menggerakkan sektor-sektor ekonomi yang lain.

Manfaat dari segi sosial diantaranya adalah mampu membentuk budaya baru yang lebih produktif, dan berkontribusi dalam memberikan solusi pada penyelesaian masalah-masalah sosial. Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah: a. b. Memanfaatkan bahan baku dari SDA Indonesia secara lebih produktif. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumberdaya energi.

Ada beberapa bidang invensi dan inovasi yang dapat diprioritaskan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat ekonomi lemah terdiri dari: air, energi, kesehatan, petanian, dan keanekaragaman hayati (water, energy, health, agriculture, dan biodiversity, yang biasa disingkat WEHAB). Di bidang-bidang di atas masyarakat ekonomi lemah di Indonesia banyak menghadapi permasalahan. Pengembangan technopreneurship dapat diarahkan sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Misalnya: a. Water (Air) Banyak masyarakat Indonesia yang memiliki akses yang sangat terbatas pada air bersih, juga petani yang memiliki keterbatasan akses air untuk irigasi. Tantangan technoprenuership masih sangat terbuka lebar untuk memberikan solusi teknologi pengadaan air bersih dan efisiensi irigasi. Contohnya produk teknologi yang dapat ditawarkan antara lain sistem desalinasi air laut yang murah dan irigasi tetes (drip irrigation). b. Energy (Energi) Dunia saat ini dihadapkan pada kekurangan energi yang kronis. Lapisan

masyarakat terbawah di Indonesia saat ini sudah merasakan kesulitan yang luar biasa untuk mendapatkan sumber energi baik untuk kegiatan konsumtif maupun produktif. Tantangan yang besar saat ini untuk menghasilkan teknologi energi alternatif yang terbarukan, ramah lingkungan, yang terjangkau, efisien, dan
6

berkelanjutan. Contoh produk teknologi alternatif misalnya energi listrik tenaga air (microhydro), tenaga angin, pengering tenaga surya, dan lain-lain. c. Health (Kesehatan) Akses pada fasilitas kesehatan yang memadai serta dan biaya kesehatan yang mahal masih menjadi masalah utama masyarakat miskin Indonesia. Oleh karena itu sangat diperlukan alternatif metode pengobatan dan peningkatan kesehatan yang aman dan terjangkau; teknologi pengobatan/pencegahan terhadap penyakit spesifik lokal, serta obat-obatan alternatif yang terjangkau terutama untuk penyakit yang lazim dijumpai di masyarakat tidak mampu. Contoh produk teknologi alternatif adalah pengembangan produk-produk berbahan baku lokal menjadi produk herbal terstandar atau fitofarmaka. d. Agriculture (Pertanian) Masih sangat banyak masalah di sektor pertanian Indonesia yang umumnya dihuni oleh kelompok petani miskin. Beragam teknologi dalam bidang pertanian, perikanan, dan peternakan rakyat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah pertanian kita. e. Biodiversity (Keanekaragaman Hayati) Indonesia memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati nomor dua di dunia, namun pemanfaatannya saat ini belum banyak memberikan manfaat sosial yang besar. Beragam sentuhan teknologi diperlukan misalnya penggunaan

keanekaragaman hayati untuk biomedicine dan produk makanan; teknologi pengolahan yang memanfaatkan dan memberi nilai tambah keanekaragaman hayati Indonesia dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

Beberapa kriteria berikut ini dapat digunakan untuk mengembangkan invensi dan inovasi agar bermanfaat bagi masyarakat, yaitu inovasi dan invensi haruslah: a. b. c. d. e. f. g. Memberikan performansi solusi lebih baik dan lebih efisien. Menjawab permasalahan dan memenuhi karakteristik kebutuhan masyarakat. Merupakan ide orisinal. Dapat diterapkan ke pasar dan memenuhi kriteria kelayakan ekonomi. Memiliki skala pasar dan skala manfaat yang memadai. Dapat dipasarkan sebagai produk atau jasa. Meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan lapangan kerja bagi masyarakat.

2.5.Beberapa Kisah Sukese dalam Bidang Technopreneurship Berikut ini rangkuman dari beberapa kisah sukses Technopreneur dunia: 1. Steven Wozniak dan Steve Job mengembangkan hobi mereka hingga mereka mampu merakit dan menjual 50 komputer Apple yang pertama, atau 2. Larry Page dan Sergey Brin mengembangkan karya mereka yang kemudian dikenal sebagai mesin pencari Google. 3. Jepang memproduksi seperlima dari produksi semikonduktor dunia termasuk 40 persen dari produksi chip memory flash yang banyak digunakan untuk pembuatan smartphone, komputer tablet, dan komputer. Ex: Sony Corp, Toshiba Corp. 4. Perkembangan Korea Selatan diawali dengan industri tradisional kemudian diikuti oleh industri semikonduktor. Ex: Hynix Semikonduktor Inc. 5. Singapura memiliki kontrak di bidang elektronik dengan perusahaan-perusahaan barat kemudian diikuti juga oleh manufaktur semikonduktor. Ex. OLLO SINGAPORE memproduksi The Kube, MP3 Player mini. 6. Taiwan terkenal dengan industri asesoris Komputer Pribadi (PC). Ex. Acer, Asus, BenQ, D-Link, MSI.

2.6.Pandangan Penulis mengenai Matakuliah Technopreneurship Technopreneurship merupakan kata yang sangat tidak asing bagi saya. Sejak saya menjadi mahasiswa baru ITS, hingga sekarang, sudah banyak sekali temanteman, dan dosen yang menggembor-gemborkan tentang Technopreneurship sebagai orientasi hidup yang sangat menjanjikan, dimana technopreneurship dapat dijadikan sebagai pekerjaan utama yang memberikan keuntungan setara dengan kita menjadi karyawan ataupun memimpin sebuah perusahaan. Namun pengetahuan tersebut terhenti hanya sebatas pembicaraan karena diri saya masih belum terlalu tertarik untuk mendalami technopreneurship dan menjadikannya sebagai salah satu orientasi hidup saya. Hingga akhirnya saya mendapatkan kuliah mengenai Pengantar

Technopreneurship, yang akhirnya mengubah pandangan saya mengenai dunia Technopreneurship. Pengantar Technopreneurship merupakan mata kuliah yang cukup unik bagi saya. Jika dibandingkan dengan mata kuliah lain di jurusan saya, yang berbasis pada teori dari penelitian dan literatur, Technopreneurship lebih mengacu kepada pengalaman dan filosofi mengenai bagaimana memulai usaha yang bernuansa ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimana kita mampu melihat peluang yang ada, baik
8

dari lingkungan ataupun kemampuan yang kita miliki. Bagi saya Technopreneurship mampu membuka wawasan saya bahwa menjadi seorang Technopreneur mampu menjadi sumber penghasilan yang benar-benar sangat menjanjikan. Tidak hanya sekedar pembicaraan, namun sudah terbukti kebenarannya. Sehingga kita sebagai seorang insan teknologi tidak hanya berkeinginan untuk mencari lapangan pekerjaan dengan menjadi karyawan perusahaan namun kita bisa membuat lapangan pekerjaan tersebut bersama Technopreneurship. Selain itu Technopreneurship mampu

mengembangkan pola pikir saya yaitu memahamkan kepada saya akan pentingnya kreatifitas, semangat untuk bangkit walaupun kita terjatuh (rugi), selalu peka terhadap setiap detail yang ada disekitar kita, selalu melakukan inovasi terhadap karya yang kita buat, berusaha menonjolkan keunikan diri kita, dan masih banyak lagi. Pola pikir inilah yang tidak saya dapat dari matakuliah lain dan menurut saya ini sangat penting. Technopreneurship memperluas dan mengembangkan wawasan mahasiswa akan Technopreneur sebagai orientasi hidup yang cukup menjanjikan, alangkah baiknya jika mata kuliah ini tidak diberikan ketika seorang mahasiswa sudah berada pada tahap akhir. Hal ini dikarenakan merencanakan cita-cita tidak bisa dalam waktu singkat. Ditakutkan ketika mahasiswa sudah mencapai tahap akhir akan terpaku pada orientasi bersama planning hidup awalnya. Oleh karena itu, menurut saya mata kuliah ini sebaiknya diberikan ketika mahasiswa masih berada pada tahap awal, disaat mahasiswa tersebut masih mencari orientasi dalam hidupnya.

BAB III PENUTUP

3.1.Penutup Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Technopreneurship merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat sehingga dapat dijadikan sebagai pilihan dalam menentukan orientasi cita-cita di masa depan. Selain pemaparan diatas telah secara jelas menjelaskan mengenai definisi technopreneurship dan beberapa komponen penting yang terdapat didalamnya. Diharapkan pemaparan diatas dapat memberikan manfaat bagi pembacara. 3.2.Daftar Pustaka [1] [2] [3] [4] http://www.hadissoft.com/2011/09/technopreneurship-itu-apa-sih.html http://ono.suparno.staff.ipb.ac.id/articles/technopreneurship-2/ http://iwankuliah.files.wordpress.com/2013/02/kuliah-01.pdf http://ramp.ipb.ac.id/index.php/component/content/article/40-konferensi/94inovasi-dan-technopreneurship-tulang-punggung-kemandirian-bangsa [5] http://mediaprofesi.com/sosialita/1932-inovasi-dan-technopreneurship-katakunci-meningkatkan-produktivitas-bernilai-tambah.html [6] Bell, C.G. 1991. High-Tech Ventures: The Guide for Entrepreneurial Success. 1st Edition. Perseus Publishing. [7] Ditjen HaKI Departemen Kehakiman dan HAM RI. 2004. Daftar Permohonan Paten. [8] NCIIA. 2006. Invention to Venture: Workshops in Technology

Entrepreneurship. National Collegiate Inventors & Innovators Alliance, Madison. [9] Oden, H.W. 1997. Managing Corporate Culture, Innovation, and

Intrapreneurship. Greenwood Publishing Group. [10] Stolze, W.J. Start-up: An Entrepreneurs Guide to Launching and Managing a New Business. 2nd Edition. Rock Beach Press.

10

MAKALAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP

Oleh: RIFALDY SWASETYASAKTI (2209100080)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Anda mungkin juga menyukai