Anda di halaman 1dari 27

Technopreneurship di Era Globalisasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan atau entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis, yaitu perantara. Menurut
para ahli kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan
perkembangan usaha (Soeharto Prawiro, 1997). Sedangkan menurut Robbin dan Coulter bahwa
Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals uses organized
efforts and means to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need
through innovation and uniqueness, no matter what resources are currently controlled.
(Kewirausahaan adalah proses dimana seorang individu atau kelompok individu menggunakan upaya
yang terorganisir dan sarana untuk mencari peluang untuk menciptakan nilai dan tumbuh dengan
memenuhi keinginan dan kebutuhan melalui inovasi dan keunikan, tidak peduli sumber daya apa yang
dikendalikan). Sedangkan Peter Druker mendefinisikan,the practice of consistently converting
good ideas into profitable commercial ventures. Berdasarkan definisi di atas ada beberapa kata
kunci tentang pengertian entrepreneurship atau di Indonesia di kenal dengan kewirausahaan, yaitu :
1)
2)
3)
4)

aktivitas manusia yang creative dan inovatif


kemampuan untuk membuat dan membangun yang belum ada
visi untuk bersedia mengambil resiko
kewirausahaan adalah ilmu, yang dapat di pelajari (Peter Druker).

Beranjak dari pengertian di atas maka entrepreneur atau wirausahawan adalah orang yang
memiliki paradigma hidup sebagai innovator, creator dan oportunis, orang ini juga menjadi kunci
perubahan yang mampu mencptakan lapangan kerja dan kesejahteraan. Wirausaha adalah orang yang
ingin di sebut boss yang mampu menjadi penggerak ekonomi.

Definisi Technopreneurship
Menurut Antonius Tanan(2008), Istilah technopreneurship merupakan gabungan dari dua
kata yakni teknonologi dan enterpreneur. Kata teknologi berasal dari bahasa yunani yang berarti
tindakan sitematis dari sebuah kecakapan, termasuk seni. Sedangkan enterpreneur merupakan
tindakan komersialisasi terhadap suatu produk. Sehingga Tanan menyimpulkan bahwa
technopreneurship merupakan suatu proses komersialisasi produk-produk teknologi yang kurang
berharga menjadi berbagai produk yang bernilai tinggi sehingga menarik minat konsumen untuk
membeli atau memilikinya.
Menurut Tata sutarbi (2009) menyatakan, Bahwa technopreneurship merupakan proses
dan pembentukan usaha baru yang melibatkan teknologi sebagai basisnya, dengan harapan bahwa
penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak bisa menempatkan teknologi sebagai salah satu
faktor untuk pengembangan ekonomi nasional.

Definisi Technopreneur

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


1

Technopreneurship di Era Globalisasi


Menurut Tanan, Technopreneur merupakan orang-orang yang dengan semangat
enterpreneur memasarkan produk-produk teknologi. Adapun contoh dari para technopreneur yang
realisasi dari hasil kerja kerasnya dapat dirasakan oleh masyarakat dimasa sekarang yaitu:

Mark Zuckerberg, Eduardo Saverin, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes merancang dan
mengembangkan teknologi jaringan sosial yang berbasis web yang mereka namakan
FACEBOOK.
Steve Chen, Chad Hurley dan Jawed Karim merancang dan mengembangkan YOUTUBE
sebagai media berbagi video di antara masyarakat.
Bill Joy merancang dan mengembangkan Sun Microsystem.
Bill Gates merancang dan mengembangkan MICROSOFT.
Jeff Bezos merancang dan mengembangkan sistem penjualan buku secara online yang diberi
nama AMAZONE.COM.
Dll.

2.2. TECHNOPRENEUR
Apa itu Technopreneur?.
Technopreneur berasal dari gabungan dua kata, yaitu technolgy dan entrepreneur.Techonology
berarti sesuatu yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, sedangkanentrepreneur berarti
kemampuan untuk bekerja sendiri. Secara luas, technopreneur sendiri berarti menciptakan sesuatu
yang dapat membantu kehidupan manusia untuk mendapatkan penghasilan.Dalam buku Cash Flow
Quadrant karya Robert Kiyosaki menyebutkan bahwa ada 4karakter di dunia ini dalam hal
mendapatkan penghasilan, yaitu employee, self-employee, business owner, dan investor.
Dan hal yang paling menakjubkan adalah technopreneur adalahsatu kategori baru yang keluar
dari 4 karakter tersebut. Artinya dunia technopreneur adalahsuatu dunia baru, dimana masih sangat
terbuka dengan luas kesempatan-kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang besar.Teknologi
komunikasi dan informasi atau teknologi telematika (information and communication technology ICT) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan prasaranautama untuk mengatasi masalahmasalah dunia. Teknologi telematika dikenal sebagaikonvergensi dari teknologi komunikasi
(communication), pengolahan (computing), dan informasi (information) yang diseminasikan
mempergunakan sarana multimedia.Technopreneurship adalah sebuah inkubator bisnis berbasis
teknologi, yang memilikiwawasan untuk menumbuh-kembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan
generasi muda,khususnya mahasiswa sebagai peserta didik dan merupakan salah satu strategi
terobosan baruuntuk mensiasati masalah pengangguran intelektual yang semakin meningkat ( +/- 45
Jutaorang). Dengan menjadi seorang usahawan terdidik, generasi muda, khususnya mahasiswaakan
berperan sebagai salah satu motor penggerak perekonomian melalui penciptaanlapangan-lapangan
kerja baru. Semoga dengan munculnya generasi technopreneurship dapatmemberikan solusi atas
permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada saat ini.Selain itu juga bisa menjadi arena
untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaanIPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan
tenaga handal ditengah kompetisi global.

2.3. Aspek Pembentukan Karakter Technopreneurship

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


2

Technopreneurship di Era Globalisasi


Berikut adalah beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk menjadi seorang technopreneur
selain menyiapkan pengetahuan tentang teknologi :
1.Menggali diri
Kunci untuk mengidentifikasi jiwa pengusaha adalah dengan cara melihat karakter seseorang,
khususnya pada hal-hal yang menjadi kebiasaan, alami dan dilakukan dengan baik. Setiap dari kita,
memiliki susunan karakter tertentu yang menjadikan kita, apa adanya. Digunakan kata Tema Karakter
untuk menggambarkan unsur-unsur yang membentuk susunan karakter.Mengetahui Tema Karakter
Seseorang adalah permulaan. Tema Karakter adalah inti, seperti pusat bola salju yang mengumpulkan
lebih banyak salju ketika menggelinding menuruni bukit. Ia mengumpulkan pengetahuan dan
pengalaman dalam prosesnya. Tema Karakter membentuk pengetahuan dan pengalaman dalam satu
wilayah yang berhubungan. Bila seseorang dengan kreativitas sebagai tema karakter yang dominan,
akan memiliki kemampuan lebih untuk mengatasi situasi yang membutuhkan adaptasi dan perubahan
dibandingkan dengan yang memiliki tema karakter dengan kreativitas yang lebih rendah. Pengalaman
Hidup dapat mengembangkan dan memperkuat tema karakter, tetapi dapat juga menguranginya.
Pendidikan dan latihan juga memberikan bentuk dan ukuran bola salju, pentingnya mengetahui tema
karakter kita tidak dapat diremehkan sebaliknya semakin cepat kita mengetahuinya akan lebih baik.
Wirausahawan memiliki enam tema karakter utama yang membentuk akronim:

F (Focus) untuk fokus,


A (Advantage) untuk keuntungan,
C (Creativity) untuk kreativitas,
E (Ego) untuk ego,
T (Team) untuk tim,
S (Social ) untuk sosial

2.Kemampuan yang Diperlukan


Keterampilan yang dibutuhkan oleh para pengusaha dapat dikelompokkan menjadi tiga area
utama: keterampilan teknis seperti menulis, mendengarkan, presentasi lisan, pengorganisasian,
pembinaan, bekerja dalam tim, dan teknis tahu-bagaimana(know-how), keterampilan manajemen
usaha termasuk hal-hal dalam memulai, mengembangkan, dan mengelola perusahaan. Keterampilan
dalam membuat keputusan, pemasaran, manajemen, pembiayaan, akuntansi, produksi, kontrol, dan
negosiasi juga sangat penting dalam membangun dan mengembangkan usaha baru.Keterampilan
terakhir melibatkan keterampilan kewirausahaan.Beberapa keterampilan ini, membedakan pengusaha
dari manajer termasuk disiplin, pengambil risiko, inovatif, teguh, kepemimpinan visioner, dan yang
berorientasi perubahan.
3.Memulai usaha
Ada empat subkategori menjadi wirausahawan:
1. Penemu, mendefinisikan konsep, unik, baru, penemuan atau metodologi
2. Inovator, menerapkan sebuah teknologi baru atau metodologi untuk memecahkan masalah
baru.
3. Marketer, mengidentifikasi kebutuhan di pasar dan memenuhinya dengan produk baru atau
produk substitusi yang lebih efisien.
4. Oportunis, pada dasarnya sebuah broker, pialang, yang menyesuaikan antara kebutuhan
dengan jasa diberikan dan komisi.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


3

Technopreneurship di Era Globalisasi


2.4. Produk-produk Technopreneurship
Sebagai sebuah usaha yang berlandaskan bisnis, technopreneurship memiliki berbagai produk
yang tentunya dapat digunakan oleh masyarakat luas. Adapun bentuk-bentuk dari produk
technopreneurship antara lain:
Software
Software atau piranti lunak merupakan sebuah produk yang diciptakan untuk membantu
menjalankan berbagai fungsi dan tugas manusia yang dijalankan dalam sistem komputer. Menurut
jenisnya software terdiri atas:

Close Software
Tidak diperkenankan dengan alasan apapun untuk menggunakan software ini tanpa ada
izinnya(lisence).
Share Software
Software yang dapat digunakan oleh siapapun yang diberikan secara Cuma-Cuma oleh
produsen software.
Free Software
Software yang dapat diunduh secara gratis oleh siapa saja. Sebenarnya software jenis ini
tidak untuk dikomersialisasikan.
Open Source
Merupakan sekumpulan software yang pendistribusiannya dilakukan secara CumaCuma, bebas dimodifikasi namun tetap terintegritas pada pencipta kode sumber.

Hardware
Hardware atau piranti keras merupakan komponen komputer yang bekerja secara elektronik,
yang bertugas melakukan berbagai operasi yang memastikan sistem komputer berjalan dengan
semestibya. Adapun bagian-bagian hardware tersebut.
o

input divice (unit masukan)


misalnya: keyboard, mouse, joystic, dll.

Process device (unit Pemrosesan)


Misal: motherboard

Output device (unit keluaran)


Misal: printer

Backing Storage ( unit penyimpanan)


Misal: harddisk, floppydisk dll.

Periferal ( unit tambahan)


Misal: berbagai aksesoris.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


4

Technopreneurship di Era Globalisasi


2.5. Konsep Technopreneurship
Di era persaingan global yang sangat ketat, inovasi usaha harus diiringi dengan berbagai
macam rekayasa teknologi agar dapat melipatgandakan performa dari usaha tersebut. Pemanfaatan
teknologi mutakhir tepat guna dalam pengembangan usaha yang berdasarkan pada jiwa entrepreneur
yang mapan akan dapat mengoptimalkan proses sekaligus hasil dari unit usaha yang dikembangkan.
Inilah yang disebut technopreneurship: sebuah kolaborasi antara penerapan teknologi sebagai
instrumen serta jiwa usaha mandiri sebagai kebutuhan. Technopreneurship adalah suatu karakter
integral antara kompetensi penerapan teknologi serta spirit membangun usaha. Dari sini, tumbuhlah
unit usaha yang teknologis: unit usaha yang memanfaatkan teknologi aplikatif dalam proses inovasi,
produksi, marketisasi, dan lain sebagainya.
Menanamkan jiwa entrepreneurship bukan perkara yang mudah, karena ini berhubungan
dengan dua hal kompleks yang perlu ditanamkan, yakni kesadaran teknologi, dan semangat
entrepreneurship. Dua hal ini memiliki karakteristik yang spesifik dalam masing-masing
pengembangannya. Oleh karena itu, untuk membentuk ketiga hal tersebut, penulis membaginya
menjadi tiga tahapan:
1. Teknologi
Seperti yang dijelaskan di awal, teknologi memiliki kebutuhan yang erat dalam penguasaan
keilmuan dan penerapannya. Proses ini diperlukan untuk mendapatkan otoritas teknologi yang diakui
eksistensinya. Penyaluran keilmuan serta teknis rekayasa ini didapatkan melalui proses pendidikan di
universitas. Proses pendidikan hingga memiliki kompetensi yang mumpuni inilah yang disebut
authorization. Setelah memiliki kompetensi yang memadai, ilmu dan berbagai macam teori harus bisa
dimanfaatkan, baik secara luas maupun sempit. Pemanfaatan ini tidak harus menghasilkan produk
nyata, namun dapat berupa konsep dan ide pengembangan dari teori tersebut. Proses ini disebut
utilization.
Berdasarkan sifatnya yang aplikatif, untuk dapat menjadi teknologi, ilmu-ilmu yang dipelajari
harus dapat diimplementasikan. Implementasi ini berupa karya nyata yang dapat dimanfaatkan secara
langsung dalam usaha keseharian manusia. Proses rekayasa teknologi menjadi produk yang bisa
dimanfaatkan secara langsung merupakan tujuan akhir dari pengaplikasian sains dan keilmuan. Tahap
ini disebutimplementation. Lalu, teknologi yang telah dihasilkan harus dapat dikolaborasikan dengan
kebutuhan yang ada, agar tepat guna dan bermanfaat secara luas sekaligus spesifik. Proses ini disebut
collaboration.
2. Entrepreneurship
Untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship diperlukan beberapa tahapan, antara lain
internalization, paradigm alteration, spirit initiation, dan competition.Internalization adalah tahapan
penanaman jiwa entrepreneurship melalui konstruksi pengetahuan tentang jiwa entrepreneurial serta
medan dalam usaha. Tahap ini berkutat pada teori tentang kewirausahaan dan pengenalan tentang
urgensinya. Setelah itu, paradigm alteration, yang berarti perubahan paradigma umum. Pola pikir
pragmatis dan instan harus diubah dengan memberikan pemahaman bahwa unit usaha riil sangat
diperlukan untuk menstimulus perkembangan perekonomian negara, dan jiwa entrepreneurship
berperan penting dalam membangun usaha tersebut. Di tahap ini diberikan sebuah pandangan tentang
keuntungan usaha bagi individu maupun masyarakat.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


5

Technopreneurship di Era Globalisasi


Setelah pengetahuan telah terinternalisasi dan paradigma segar telah terbentuk, diperlukan
sebuah inisiasi semangat untuk mengkatalisasi gerakan pembangunan unit usaha tersebut. Inisiasi ini
dengan memberikan bantuan berupa modal awal yang disertai monitoring selanjutnya. Lalu, perlu
digelar sebuah medan kompetisi untuk dapat mengembangkan usaha tersebut dengan baik.
3. Technopreneurship
Setelah memiliki kompetensi teknologi dan jiwa entrepreneurship, hal terakhir yang perlu
dilakukan adalah mengintegrasikannya. Teknologi yang telah dimiliki kita kreasikan dan inovasikan
untuk menyokong pengembangan unit usaha. Hal ini dapat dilakukan secara nyata dalam proses
produksi (contoh: Microsoft), marketing (contoh: e-Bay), accounting, dan lain sebagainya. Kreativitas
dan pemanfaatan teknologi dengan tepat adalah hal utama dalam mengembangkan jiwa
technopreneurship.

2.6. Karakteristik Enterpreneur


Sebagai sebuah kolaborasi dari sebuah konsep, technopreneurship tidak terlepas dari karakter
enterpreneurship. Adapun karakter-karakter yang dimiliki oleh seorang enterpreneurship antara lain:
Melakukan hal-hal yang tidak mencari keuntungan semata
Merasa nyaman bekerja dengan atau menggunakan teknologi
Selalu mengeksploitasi ketidakpastian
Penemu bukan semata-mata meniru atau memungut dari alam
Tidak berhenti pada peluang, tetapi membangun institusi
Seorang yang berani menghadapi resiko
Berfikir simpel
Rela tumbuh dari bawah
Tahu apa artinya cash on hand
Modal utamanya bukanlah selalu uang

Technopreneurship vs Entrepreneurship
Saat membaca kata technopreneur, kemungkinan besar pikiran kita akan tertuju pada dua hal,
teknologi dan entrepreneurship atau kewirausahaan. Terdapat perbedaan antaraentrepreneurship biasa
dan technopreneurship (technology entrepreneurship). Technology entrepreneurship harus sukses
pada dua tugas utama, yakni: menjamin bahwa teknologi berfungsi sesuai kebutuhan target
pelanggan, dan teknologi tersebut dapat dijual dengan mendapatkan keuntungan
(profit). Entrepreneurshipbiasa umumnya hanya berhubungan dengan bagian yang kedua, yakni
menjual dengan mendapatkan profit.
Apa yang membuat teknopreneur berbeda dangan entrepreneur?, kata entrepreneur (bahasa
Inggris) yang berasal dari bahasa Perancis entreprendre yang sudah dikenal sejak abad ke-17The
Concise Oxford French Dictionary mengartikan entrepreneur sebagai to undertake(menjalankan,
melakukan, berusaha), to set about (memulai, menentukan), to begin(memulai) dan to

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


6

Technopreneurship di Era Globalisasi


attempt (mencoba, berusaha). Kata entrepreneur atau wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan
gabungan dari kata wira (gagah, berani, perkasa) dan usaha (bisnis) sehingga
istilah entrepreneur dapat diartikan sebagai orang yang berani atau perkasa dalam usaha/bisnis.
( Nasution, Arman Hakim et al, 2007)Entrepreneur adalah seorang innovator yang menggabungkan
teknologi yang berbeda dan konsep-konsep bisnis untuk menghasilkan barang atau jasa baru yang
mampu mengenali setiap kesempatan yang menguntungkan, menyusun strategi dan yang berhasil
menerapkan ide-idenya. Entrepreneur bukanlah sekedar pedagang, namun bermakna jauh lebih dalam,
yaitu berkenaan dengan mental manusia, rasa percaya diri, efisiensi, kreativitas, ketabahan, keuletan,
kesungguhan dan moralitas dalam menjalankan usaha mandiri.Ada sedikit perbedaan
antara entrepreneur dengan teknopreneur, meskipun esensinya sama. Seseorang bisa
disebut Entrepreneur Sukses apabila secara ekonomi ia mampu memberikan nilai tambah ekonomis
bagi komoditas yang dijual sehingga mampu menciptakan kesejahteraan bagi dirinya.
Dengan demikian, mereka yang digolongkan sebagai entrepreneur sukses adalah yang
termasuk pensuplay produk bagi kebutuhan pasar pemerintah (supplier pemerintah), pensuplay
kebutuhan pasar masyarakat (pedagang), ataupun pengusaha yang bergerak di sektor jasa dengan sifat
persaingan pasar yang cenderung monopolistik hingga ke persaingan bebas (komoditi).
Berbeda dengan entrepreneur diatas, teknopreneur dibangun berdasarkan keahlian yang
berbasis pada pendidikan dan pelatihan yang didapatkannya di bangku perkuliahan ataupun dari
percobaan. Mereka menggunakan teknologi sebagai unsur utama pengembangan produk suksesnya,
bukan sekedar jaringan, lobi dan pemilihan pasar secara demografis. Mereka yang disebut
teknopreneur adalah seorang Entrepreneur Modern yang berbasis teknologi. Inovasi dan kreativitas
sangat mendominasi mereka untuk menghasilkan produk yang unggulan sebagai dasar pembangunan
ekonomi bangsa berbasis pengetahuan (Knowledge Based Economic).( Nasution, Arman Hakim et al,
2007) Perbedaan Entrepreneur dan Teknopreneur
Beberapa pakar dan media meramalkan bahwa technopreneurship akan menjadi salah satu
trend masa depan. Bahkan beberapa universitas di dunia mulai menawarkan technoprenuership
sebagai suatu program studi dalam berbagai jenjang pendidikan. Salah satu universitas di Asia yang
menawarkan Master Degree Program in Technopreneurship adalah Universitas Teknologi Nanyang
(Nanyang Technological University NTU) Singapura. NTU bahkan memiliki pusat studi khusus
untuk bidang ini yang dikenal dengan nama Nanyang Technopreneurship Center (NTC). Bagaimana
di Indonesia?
Penelitian telah menunjukkan bahwa munculnya technopreneur-technopreneur mampu
meningkatkan perekonomian suatu negara. Technopreneur memiliki karakteristik yang berbeda
dengan entrepreneur. Salah satunya adalah pengembangan inovasi yang menjadikan masyarakat dan
bisnis berubah ke arah yang lebih baik.

2.7. Technopreneur di Asia


Jika kita menengok ke 2 -3 dekade yang lalu, maka sebut saja Taiwan, Korea Selatan dan
Singapura masih digolongkan sebagai Negara Berkembang. Namun sekarang Negara-negara ini telah
menjadi Negara maju dengan perekonomian yang didasarkan pada Industri teknologi. Perkembangan
Korea diawali dengan industri tradisional kemudian diikuti oleh industri semikonduktor. Sedangkan
Singapura memiliki kontrak di bidang elektronik dengan perusahaan-perusahaan barat kemudian
diikuti juga oleh manufaktur semikonduktor. Taiwan terkenal dengan industri asesoris Komputer
Pribadi (PC). Rahasia lain yang membuat perkembangan negara-negara ini melejit adalah adanya
inovasi.
Inovasi di bidang Teknologi Informasi inilah yang juga membuat India berkembang dan
menjadi incaran industri dunia barat baik bagi outsourcing maupun penanaman modal. Contoh
teknologi yang dikembangkan oleh India adalah sebuah Handheld PC yang disebut sebagai Simputer.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


7

Technopreneurship di Era Globalisasi


Simputer dikembangkan untuk pengguna pemula dan dari sisi finansial adalah pengguna kelas
menengah bawah. Simputer dijalankan oleh prosesor berbasis ARM yang murah dan menggunakan
Sistem Operasi berbasis opensource. Harga di pasaran adalah sekitar $200.
Inovasi India yang luar biasa datang dari perusahaan Shyam Telelink Ltd. Shyam Telelink
memperlengkapi becak dengan telefon CDMA yang berkekuatan 175 baterai. Becak inipun
diperlengkapi juga dengan mesin pembayaran otomatis. Penumpang becak bisa menelpon dan tariff
yang dikenakan adalah sekitar 1.2 rupee per 20 menit. Lalu perusahaan ini mempekerjakan orang
yang tidak memiliki keahlian untuk mnegemudikan becak. Upah para pengemudi becak tidak
didasarkan pada gaji yang tetap namun merupakan komisi sebesar 20% dari tiap tarif telfon yang
diperoleh.
Di Filipina, perusahaan telefon SMART mengembangkan metode untuk melayani transfer
pengiriman uang dari para pekerja Filipina yang diluar negeri melalui telefon seluler dengan SMS.
Menurut laporan Asian Development Bank (ADB), SMART dapat meraup sekitar US $14 21 trilyun
per tahunnya dari biaya transfer program ini.
China mengikuti jejak yang sama. Perusahaan-perusahaan China mulai menunjukkan kiprahnya di
dunia internasional. Akuisisi IBM oleh perusahaan China Lenovo di tahun 2004 dan akuisisi
perusahaan televisi Perancis Thomson oleh Guangdong membuktikan bahwa technoprenuership di
China semakin kukuh.
Studi Posadas menunjukkan bahwa technopreneurship di Asia berkembang disebabkan oleh
beberapa hal. Pertama, faktor inovasi yang diinsiprasikan oleh Silicon Valley. Jika revolusi industri
Amerika di abad 20 yang lalu dipicu oleh inovasi yang tiada henti dari Silicon valley, maka negaranegara Asia berlomba untuk membangun Silicon Valley mereka sendiri dengan karakteristik dan
lokalitas yang mereka miliki.
Kedua, Inovasi yang dibuat tersebut diarahkan untuk melepaskan diri dari ketergantungan
dunia barat. Sebagian besar teknologi yang diciptakan oleh dunia barat diperuntukkan bagi kalangan
atas atau orang/instansi/perusahaan yang kaya dan menciptakan ketergantungan pemakaiannya.
Sementara itu sebagian besar masyarakat (baca pasar) Asia belum mampu memenuhi kriteria pasar
teknologi barat tersebut. Masih banyak masyarakat asia yang memiliki penghasilan dibawah $1 per
hari, sehingga mereka tidak memiliki akses ke teknologi yang diciptakan oleh dunia barat. Ini
merupakan peluang yang besar bagi para teknopreneur untuk berinovasi dalam menciptakan sebuah
produk teknologi yang menjangkau masyarakat marginal.

Technopreneurship di Indonesia
Sebagian besar wacana di negara kita mengarahkan Technopreneurship seperti dalam definisi
kedua di atas. Baik dalam seminar, lokakarya dan berita, maka bisa dijumpai bahwa pemakaian
teknologi Informasi dapat menunjang usaha bisnis. Terlebih dimasa krisis global seperti sekarang ini,
maka peluang berbisnis lewat Internet semakin digembar-gemborkan. Ada kepercayaan bahwa
Technopreneurship menjadi solusi bisnis dimasa lesu seperti ini. Sebagai contoh, penggunaan
Perangkat Lunak tertentu akan mengurangi biaya produksi bagi perusahaan Meubel. Jika sebelumnya,
mereka harus membuat prototype dengan membuat kursi sebagai sample dan mengirimkan sample
tersebut, maka dengan pemakaian Perangkat Lunak tertentu, maka perusahaan tersebut tidak perlu
mengirimkan sample kursi ke pelanggan, namun hanya menunjukkan desain kursi dalam bentuk softcopy saja. Asumsi ini tidak memperhitungkan harga lisensi software yang harus dibeli oleh
perusahaan meubel tersebut.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


8

Technopreneurship di Era Globalisasi


Jika technopreneurship dipahami seperti dalam contoh-contoh ini, maka kondisi ini
menyisakan beberapa pertanyaan: Apakah benar technopreneurship mampu menjadi solusi bisnis di
masa kini? Akan dibawa kemanakah arah technoprenership di negara kita? Menurut hemat penulis,
technopreneurship yang dipahamai dalam makna yang sesempit ini justru akan menjadi bumerang
bagi pelaku bisnis, karena ini akan menciptakan ketergantungan terhadap teknologi buatan barat. Dan
ini tidak sejalan dengan semangat technopreneurship yang dikembangkan oleh negara-negara Asia
lainnya. Selain itu, inovasi yang berkembang belum mampu melepas ketergantungan tersebut karena
masih berskala individu, seperti inovasi dan kreatifitas dalam pembangunan website, penggunaan
teknologi web 2.0 sebagai media promosi. Inovasi yang diharapkan adalah inovasi dalam
pengembangan kapasitas lokal dengan basis teknologi dari dunia barat, sehingga hasil inovasi tersebut
mampu melepaskan kita dari kungkungan ketergantungan penggunaan lisensi dan ketergantungan
teknologi barat.
Untuk dapat menuju ke arah yang sama seperti neagara-negara tetangga kita lainnya, maka
hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan dekonstruksi pemahaman Technopreneurship. Ini
penting sekali karena kita semua tahu bahwa persepsi menentukan aksi. Dengan pemahaman
technopreneurship seperti dalam definisi pertama maka akan memungkinkan bermunculannya para
technopreneurship sejati yang akan membawa negara kita berjalan bersama-sama dengan India, Korea
Selatan maupun taiwan.

Technopreneurship dalam Era Open Source


Technopreneurship sebagai sebuah usaha dalam mengembangkan inovasi dan kreatifitas
khususnya dalam teknologi informasi, telah menjadi sarana baru bagi masyarakat untuk
menumbuhkan sektor riil. Technopreneurship telah membuka banyak lapangan kerja bagi masyarakat.
Hal ini tentu mampu meningkatkan perekonomian suatu negara. Dengan dukungan dari berbagai
pihak, diharapkan technopreneurship mampu terus berkembang demi kemajuan kesejahteraan
masyarakat.
Perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak positif bagi kehidupan
masyarakat. Selain mampu membangun peradaban yang lebih cerdas, keberadaan dan perkembangan
teknologi informasi telah mengembangkan perekonomian dunia. Oleh sebab itu diharapkan orang
orang yang bekerja dalam bidang ini semakin banyak dan semakin inovatif sehingga mampu
mewujudkan dan menciptakan ide-ide baru yang berguna bagi masyarakat.
Sebagai bentuk dari inovasi yang terus berkembang, teknologi Open Source telah lahir untuk
memberikan wadah inovasi bagi seluruh masyarakat. Dengan lahirnya teknologi ini masyarakat tidak
lagi dibatasi dengan berbagai aturan yang menghambat kreativitasnya. Selain tidak merugikan bagi
siapapun teknologi ini telah memberikan keuntungan bagi banyak pihak, diantaranya perkembangan
bisnis di sektor teknologi informasi.

2.8. Tecnopreuner Ship Sebagai Pengurangan Tingkat Pengangguran


Indonesia
Kemiskinan dan pengangguran yang menjadi masalah bagi pemerintah Indonesia dari tahun
ke tahun. Dengan wirausaha tentunya kita juga membuka peluang kerja yang sangat banyak dan juga
sebagai wadah lapangan pekerjaan yang sempit. Mengkombinasikan IT dengan keterampilan juga
lebih cepat untuk mengurangi yang tinggi. Perekonomian Negara Indonesia semakin menurun.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


9

Technopreneurship di Era Globalisasi


Banyaknya masalah yang dihadapi Indonesia seperti tingkat pengangguran yang terus
melonjak,tingkat kemiskinan yang tinggi dan juga lapangan pekerjaan yang kurang memadai .
Terbukti pada data Badan Pusat Statistik tingkat pengganguran pada tahun 2012 yaitu tingkat
pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32% atau 7,61 juta orang. Jumlah
ini turun 6% dari Februari 2012 yang sebesar 8,12 juta orang. Kepala BPS Suryamin mengatakan,
angka persentase pengangguran 6,32% di Februari 2012 turun dibandingkan Agustus 2011 yang
sebesar 6,56% dan Februari 2011 yang sebesar 6,8%. Menurut kepala BPS bahwa pada Februari 2011
adalah 8,12 juta, Agustus 2011 adalah 7,7 juta, dan Februari 2012 adalah 7,61 juta, terus menurun.
Sedangkan menurut BPS tingkat kemiskinan tahun 2012 juga menurun sekitar 3,2 %. BPS
menghitung, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2011 sebanyak 30,02 juta orang.
Jumlah ini mengalami penurunan 1 juta orang atau 3,2% dibandingkan dengan penduduk miskin pada
Maret tahun lalu yang mencapai 31,02 juta orang.
Sumber : BPS, CEIC

Pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan (%)


70
60
50
40
30
20
10
0

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
SD atau lebih rendah

SMP

SMA atau lebih tinggi

Sekilas angka tersebut memang lebih baik dari tahun sebelumnya itu terjadi karena faktor
pendorong turunnya jumlah penduduk miskin di Indonesia disebabkan oleh tingkat inflasi yang
rendah, membaiknya kondisi perekonomian Indonesia, upah buruh naik, dan adanya perbaikan
penghasilan petani. Angka kemiskinan sangat mempengaruhi laju perekonomian Negara. Semakin
meningkatnya pengangguran itu juga menyebabkan tingkat kemiskinan meningkat. Selain itu juga
meningkatnya kematian masyarakat karena apabila tingkat kemiskinan meningkat maka manusia tak
dapat mencukupi kebuhan hidup. Pengganguran ini terjadi karena peningkatan jumlah angkatan kerja
di suatu daerah tidak diimbangi dengan peningkatan daya serap lapangan kerja. Penganguran
merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Situasi ini menimbulkan kelesuan
ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat.
Untuk itu harus mencari solusi guna mengurangi tingkat pengangguran dan menampung
tenaga kerja yang semakin melonjak. Entrepreneurship adalah langkah cerdas untuk mengurangi

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


10

Technopreneurship di Era Globalisasi


tingkat kemiskinan dan pengangguran. Entrepreneur muda yang jumlahnya tidak begitu banyak di
Indonesia, kini pemerintah harus mampu memberikan modal untuk berwirausaha. Ternyata bukan
hanya modal saja yang di perlukan dalam beriwrausaha namun juga jiwa wirausaha dari individu itu
sendiri. Kunci sukses berwirausaha adalah keyakinan , impian ,aksi dan doa. Yakin bahwa anda
mampu menjadi wirausaha yang sukses .Impian yang tinggi untuk mendorong kita melakukan suatu
hal yang berguna ,tentunya dalam berwirausaha. Aksi adalah hal terpenting dalam berwirausaha,
karena tanpa aksi kita tidak akan dekat dengan impian kita. Setelah semua usaha anda lakukan
berdoalah kepada sang Maha Pencipta dan hanyalah Tuhan yang menetukan semuanya.kita sebagai
manusia hanya bisa berusaha dan berusaha. Suatu perusahaan juga dapat bekerja sama dengan sekolah
kejuruan ataupun kampus untuk menyediakan kesempatan bagi siswa dan mahasisa untuk magang
pada perusahaan tersebut. Selain itu pemerintah juga harus mempertegas kepada perguruan Tinggi
yang ada di Indonesia untuk memasukan kurikulum baru berbasis entrepreneur. Karena masih banyak
kampus-kampus belum memasukan kurikulum ini. Efeknya sangat besar sekali terhadap
pengangguran. Tahun 2009 sarjana yang menganggur mencapai 900.000 akan sangat menyedihkan
bila hampir tiap tahun Perguruan tinggi yang ada di Indonesia menambah beban bangsa ini dengan
menambah jumlah pengangguran. Sumber daya alam Indonesia yang selama ini dijual dalam keadaan
mentah tanpa diolah, namun dengan teknologi dan seni bisnis dari para pengusaha muda dapat diolah
menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Berbagai kebutuhan hidup dapat dipenuhi dengan
produksi dalam negeri sehingga tercipta kemandirian ekonomi bangsa. Selain itu sangat
memungkinkan memproduksi untuk keperluan ekspor sehingga akan menambah cadangan devisa
negara. Faktanya, saat ini sudah sudah ada program pemerintah yang diberikan untuk mengatasi
pengangguran dan kemiskinan di masyarakat seperti PNPM Mandiri. Bahkan program wirausaha ini
juga sudah sampai ke kampus-kampus melalui wirausaha mandiri. Untuk itu kita harus bisa
memanfaatkan program tersebut, sebab program tersebut tidak akan berhasil jika tidak bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat. Berwirausaha dengan menggunakan teknologi yang sudah canggih
dan alhasil menggiurkan bagi pengangguran. Banyak sekali cara untuk berwirausaha antara lain
berjualan online di internet maupun facebook yang dapat mengeruk keuntungan yang sangat besar.
Dengan adanya teknologi yang handal seharusnya kita dapat memanfaatkan hal tersebut utuk
menunjang berwirausaha kita. Wirausaha harus dilakukan secara continue. Dampak yang ditimbulkan
dengan adanya wirausaha adalah meningkatnya generasi produktif untuk mengurangi kemiskinan dan
pengangguran.

2.9. PERKEMBANGAN TECHNOPRENEURSHIP DI INDONESIA


DALAM 5 TAHUN KE DEPAN
Technopreneurship (technology entrepreneurship) adalah gabungan dari inovasi-inovasi dan
teknologi (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan tekhnologi) dengan kewirausahaan
(bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis). Technopreneurship
bersumber dari sebuah invensi dan inovasi. Technopreneurship juga diartikan sebagai kumpulan dari
beberapa inovasi yang berbasis tekhnologi. Sedangkan tekhnologi adalah cara atau metode untuk
mengolah sesuatu agar terjadi efesiensi biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan produk-produk
yang berkualitas. Dasar-dasar penciptaan tekhnologinya adalah kebutuhan pasar, solusi atau
permasalahan, aplikasi berbagai bidang keilmuan serta modernisasi.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


11

Technopreneurship di Era Globalisasi


Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa perusahaanperusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Agar dapat terus bertahan, perusahaanperusahaan mengubah dari bisnis yang didasarkan pada sumber daya (resources-based business)
menuju (bisnis berdasarkan pengetahuan), dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan. Ketika
pencapaian utama perusahaan adalah sustainable competitive advantage atau pencapaian daya saing
bisnis berkelanjutan, maka manajemen perusahaan akan didorong pada proses pencapaian dan
pengembangan pengetahuan sebagai strategi bersaing perusahaan.
Competitiveness juga didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih dan
cepat, ketertinggalan dalam penguasaan teknologi akan berdampak pada kesulitan untuk
memenangkan persaingan, baik itu di level negara atau organisasi. Persaingan antar negara ditandai
dengan peningkatan skala produksi yang dapat dihasilkan, investasi langsung yang dating dari luar
negeri dan peningkatan standar hidup masyarakat. Merujuk pada hasil pertemuan Word Economic
Forum (WEP), keunggulan kompetitif negara dihasilkan oleh dua factor utama yaitu kompetitif dalam
pertumbuhan dan kompetitif pada mikroekonominya. keunggulan kompetitif ini dihasilkan oleh factor
penguasaan teknologi, peran instutusi publik dan sumber daya makroekonomi.
Daya saing seperti inilah yang dewasa ini menurun bagi Indonesia, peranan produk nasional
yang di hasilkan oleh peran tenologi tinggi masih sangat rendah, produksi Indonesia masih didominasi
oleh hasil teknologi rendah dan menengah, konsekwensinya adalah Indonesia sulit untuk memperoleh
keungulan kompetitif, karena kapabilitas teknologinya masih rendah. Dengan kata lain upaya yang
paling layak untuk di kedepankan adalah bagaimana meningkatkan penguasaan tekologi untuk
meningkatkan daya saing, baik itu pada level organisasi maupun level negara.
Salah satu jawabannya adalah dengan konsep penerapan technopreneurship untuk mencapai
keunggulan masa yang akan datang. Prespektif bisnis masa yang akan datang harus dibangun dari
pondasi penguasaan teknologi, konsepsi ini memerlukan sinergi antara penguasaan teknologi dan
kapasitas pembangunan, kemudian teknologi di trasformasikan menjadi dasar bisnis. Esensinya
adalah techonopreneurship sebagai pembangunan yang berbasis pada teknologi atau Technologybusiness-based.
Pada level negara diperlukan sinergitas antara teknologi dan pembangunan, seperti
sinkronisasi antara pemerintah dan peraturan bisnis, dalam jangka panjang sinergi ini akan
menciptakan pertumbuhan berkelanjutan, dan dengan dukungan teknologi yang maksimal yang pada
akhirnya akan menciptakan peluang sebagai motor penggerak pertumbuhan.
Kondisi yang sama diterapkan pada level bisnis atau organisasi, organisasi yang ingin
mencapai keunggulan kompetitif berkelanjutan adalah organisasi yang berbasis pada penguasaan
teknologi dan menjadi teknologi sebagai motor penggerak organisasinya.
Di zaman modern sekarang telah banyak technopreneur yang berhasil melakukan komersial
tekhnologi, sehingga menjadi sebuah produk yang diterima secara luas di pasar. Salah satu contohnya
produk mobil ford yang diciptakan oleh Henry Ford. Begitupun di negara Indonesia, banyak
technopreneur yang sukses dan berhasil menciptakan produk-produk yang berbasis tekhnologi. Saat
ini perkembangan tekhnopreneurship di Indonesia semakin pesat. Banyak penemuan dan ide-ide baru
yang diciptakan oleh entrepreneur indonesia, berbagai kemajuan yang dicapai diawali dengan riset
dan penemuan baru didalam bidang tekhnologi yang kemudian dikembangkan sedemikian rupa
sehingga memberikan keuntungan bagi penciptanya dan masyarakat pengguna. Fenomena
perkembangan bisnis dalam bidang tekhnologi di Indonesia, diawali dari sebuah ide-ide kreatif
dibeberapa pusat penelitian yang mampu dikembangkan sehingga memiliki nilai jual di pasar.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


12

Technopreneurship di Era Globalisasi


Pada saat ini perkembangan bisnis dalam bidang tekhnologi, sebagian besar dihasilkan dari
sinergi antara technopreneur yang umumnya berpartisifasi dengan berbagai pusat riset, dengan
penyediaan modal yang akan digunakan dalam berbisnis. Hubungan tersebut akan mendorong pada
perkembangan bisnis tekhnologi yang ada dibeberapa negara. Jika kita perhatikan, di negara kita saat
ini, telah banyak penemuan-penemuan baru yang diciptakan oleh tekhnopreneur. Bahkan sekarang
banyak entrepreneur-entrepreneur yang lahir yang akan mengembangkan Indonesia.
Perkembangan technopreneurship di Indonesia dalam 5 tahun kedepan akan pesat sekali.
Akan lahir penemuan-penemuan baru yang diciptakan oleh entrepreneur-entrepreneur yang akan
menciptakan sebuah inovasi yang tidak ada menjadi ada, dan yang tidak mungkin menjadi mungkin,
baik dalam segi ekonomi, maupun tekhnologinya. Dalam perkembangan 5 tahun kedepan tekhnologi
akan terus meningkat semakin canggih dan semakin meluas di masyarakat. Seperti akan terciptanya
mobil terbang, sepatu terbang, robot pembantu rumah tangga, kipas angin tanpa listrik, dan
sebagainya.
Sekarang pemerintah telah menciptakan banyak pendidikan yang bertujuan untuk mencetak
anak-anak bangsa supaya indonesia maju. Salah satunya adalah Universitas Surya University yang
didirikan oleh prof. Yohanes Surya, Ph.D di Jl. Scientia Boulevard Blok U/7 Summarecon Serpong,
Tangerang-Banten. Didalamnya mencetak anak-anak menjadi orang yang hebat khususnya
technopreneurship yang akan membawa perkembangan tekhnologi di Indonesia dan memiliki
kompetensi tinggi yang mampu mencetak gengerasi dengan jiwa wirausaha. Perkembangan
technopreneurship di Indonesia juga memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait
secara integral, pemerintah memiliki peran besar dalam pembuatan aturan yang mendorong iklim
usaha kompetitif dan pemberdayaan, lembaga keuangan memiliki peran dalam peningkatan kapasita
usaha, perguruan tinggi berperan dalam riset dan pengembangan terhadap teknologi tepat guna,
termasuk program industrial cluster dan incubator bisnis, berkaitan juga dengan pembangunan sumber
daya manusia dan lainnya, yang semuanya dapat dikoordinasikan oleh pemerintah.
Tujuan jangka panjangnya adalah peningkatan kemampuan penciptaan laba oleh perusahaan
berbasis teknologi tersebut, wirausahawan juga harus menempatkan strategi level bisnisnya yang
mendorong inovasi dan kreatifitas dan pemerintah juga mendorong peningkatan level usaha kearah
persaingan tingkat internasional.
Peran pemerintah dalam membangun budaya kewirausahaan juga sangat penting dalam
peningkatan mutu dan membangun spirit transpormasi kewirausahaan Indonesia dari konvensional
kea rah wirausaha berbasis teknologi.

2.10. Persaingan Teknologi Dalam Technopreneurship di Indonesia


Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa perusahaanperusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Agar dapat terus bertahan, perusahaanperusahaan mengubah dari bisnis yang didasarkan pada sumber daya (resources-based business)
menuju (bisnis berdasarkan pengetahuan), dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan. Ketika
pencapaian utama perusahaan adalah sustainable competitive advantage atau pencapaian daya saing
bisnis berkelanjutan, maka manajemen perusahaan akan didorong pada proses pencapaian dan
pengembangan pengetahuan sebagai strategi bersaing perusahaan.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


13

Technopreneurship di Era Globalisasi


Competitiveness juga didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih dan
cepat, ketertinggalan dalam penguasaan teknologi akan berdampak pada kesulitan untuk
memenangkan persaingan, baik itu di level negara atau organisasi. Persaingan antar negara ditandai
dengan peningkatan skala produksi yang dapat dihasilkan, investasi langsung yang dating dari luar
negeri dan peningkatan standar hidup masyarakat. Merujuk pada hasil pertemuan Word Economic
Forum (WEP), keunggulan kompetitif negara dihasilkan oleh dua factor utama yaitu kompetitif dalam
pertumbuhan dan kompetitif pada mikroekonominya. keunggulan kompetitif ini dihasilkan oleh factor
penguasaan teknologi, peran instutusi publik dan sumber daya makroekonomi. Daya saing seperti
inilah yang dewasa ini menurun bagi Indonesia, peranan produk nasional yang di hasilkan oleh peran
tenologi tinggi masih sangat rendah, produksi Indonesia masih didominasi oleh hasil teknologi rendah
dan menengah, konsekwensinya adalah Indonesia sulit untuk memperoleh keungulan kompetitif,
karena kapabilitas teknologinya masih rendah. Dengan kata lain upaya yang paling layak untuk di
kedepankan adalah bagaimana meningkatkan penguasaan tekologi untuk meningkatkan daya saing,
baik itu pada level organisasi maupun level negara. Salah satu jawabannya adalah dengan konsep
penerapan technopreneurship untuk mencapai keunggulan masa yang akan datang. Prespektif bisnis
masa yang akan datang harus dibangun dari pondasi penguasaan teknologi, konsepsi ini memerlukan
sinergi antara penguasaan teknologi dan kapasitas pembangunan, kemudian teknologi di
trasformasikan menjadi dasar bisnis. Esensinya adalah techonopreneurship sebagai pembangunan
yang berbasis pada teknologi atau Technology-business-based.
Pada level negara diperlukan sinergitas antara teknologi dan pembangunan, seperti
sinkronisasi antara pemerintah dan peraturan bisnis, dalam jangka panjang sinergi ini akan
menciptakan pertumbuhan berkelanjutan, dan dengan dukungan teknologi yang maksimal yang pada
akhirnya akan menciptakan peluang sebagai motor penggerak pertumbuhan. Kondisi yang sama
diterapkan pada level bisnis atau organisasi, organisasi yang ingin mencapai keunggulan kompetitif
berkelanjutan adalah organisasi yang berbasis pada penguasaan teknologi dan menjadi teknologi
sebagai motor penggerak organisasinya. Di zaman modern sekarang telah banyak technopreneur yang
berhasil melakukan komersial tekhnologi, sehingga menjadi sebuah produk yang diterima secara luas
di pasar. Salah satu contohnya produk mobil ford yang diciptakan oleh Henry Ford. Begitupun di
negara Indonesia, banyak technopreneur yang sukses dan berhasil menciptakan produk-produk yang
berbasis tekhnologi. Saat ini perkembangan tekhnopreneurship di Indonesia semakin pesat. Banyak
penemuan dan ide-ide baru yang diciptakan oleh entrepreneur indonesia, berbagai kemajuan yang
dicapai diawali dengan riset dan penemuan baru didalam bidang tekhnologi yang kemudian
dikembangkan sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan bagi penciptanya dan masyarakat
pengguna. Fenomena perkembangan bisnis dalam bidang tekhnologi di Indonesia, diawali dari sebuah
ide-ide kreatif dibeberapa pusat penelitian yang mampu dikembangkan sehingga memiliki nilai jual di
pasar. Pada saat ini perkembangan bisnis dalam bidang tekhnologi, sebagian besar dihasilkan dari
sinergi antara technopreneur yang umumnya berpartisifasi dengan berbagai pusat riset, dengan
penyediaan modal yang akan digunakan dalam berbisnis. Hubungan tersebut akan mendorong pada
perkembangan bisnis tekhnologi yang ada dibeberapa negara. Jika kita perhatikan, di negara kita saat
ini, telah banyak penemuan-penemuan baru yang diciptakan oleh tekhnopreneur. Bahkan sekarang
banyak entrepreneur-entrepreneur yang lahir yang akan mengembangkan Indonesia. Perkembangan
technopreneurship di Indonesia dalam 5 tahun kedepan akan pesat sekali. Akan lahir penemuanpenemuan baru yang diciptakan oleh entrepreneur-entrepreneur yang akan menciptakan sebuah
inovasi yang tidak ada menjadi ada, dan yang tidak mungkin menjadi mungkin, baik dalam segi
ekonomi, maupun tekhnologinya. Dalam perkembangan 5 tahun kedepan tekhnologi akan terus
meningkat semakin canggih dan semakin meluas di masyarakat.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


14

Technopreneurship di Era Globalisasi


Seperti akan terciptanya mobil terbang, sepatu terbang, robot pembantu rumah tangga, kipas
angin tanpa listrik, dan sebagainya. Sekarang pemerintah telah menciptakan banyak pendidikan yang
bertujuan untuk mencetak anak-anak bangsa supaya indonesia maju. Salah satunya adalah Universitas
Surya University yang didirikan oleh prof. Yohanes Surya, Ph.D di Jl. Scientia Boulevard Blok U/7
Summarecon Serpong, Tangerang-Banten. Didalamnya mencetak anak-anak menjadi orang yang
hebat khususnya technopreneurship yang akan membawa perkembangan tekhnologi di Indonesia dan
memiliki kompetensi tinggi yang mampu mencetak gengerasi dengan jiwa wirausaha. Perkembangan
technopreneurship di Indonesia juga memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait
secara integral, pemerintah memiliki peran besar dalam pembuatan aturan yang mendorong iklim
usaha kompetitif dan pemberdayaan, lembaga keuangan memiliki peran dalam peningkatan kapasita
usaha, perguruan tinggi berperan dalam riset dan pengembangan terhadap teknologi tepat guna,
termasuk program industrial cluster dan incubator bisnis, berkaitan juga dengan pembangunan
sumber daya manusia dan lainnya, yang semuanya dapat dikoordinasikan oleh pemerintah. Tujuan
jangka panjangnya adalah peningkatan kemampuan penciptaan laba oleh perusahaan berbasis
teknologi tersebut, wirausahawan juga harus menempatkan strategi level bisnisnya yang mendorong
inovasi dan kreatifitas dan pemerintah juga mendorong peningkatan level usaha kearah persaingan
tingkat internasional. Peran pemerintah dalam membangun budaya kewirausahaan juga sangat penting
dalam peningkatan mutu dan membangun spirit transpormasi kewirausahaan Indonesia dari
konvensional kea rah wirausaha berbasis teknologi.

2.11. Dampak Perkembangan Teknologi Informasi (Dampak Positif dan


Negatif) Terhadap Pengaruh Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia.
Di kehidupan yang zaman sekarang ini (modern), seiring dengan perkembangan zaman,
teknologi informasi pun semakin berkembang sehingga memudahkan kita untuk bertukar informasi.
Teknologi dan informasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari Informasi yang dapat disampaikan
secara mudah dan efektif. Teknologi informasi telah dianggap sebuah kebutuhan primer dan mampu
dinikmati di semua kalangan baik tua, dewasa, dan anak-anak. Disamping itu, perkembangan
Teknologi yang berguna kita anggap begitu menyenangkan, tapi dilain hal tak selamanya membawa
efek positif, tapi di sisi lain juga menimbulkan efek negatif pada manusia dan lingkungan. Kedua hal
ini perlu Anda ketahui dalam menyambut kedatangan perkembangan Teknologi dan Informasi yang
begitu canggih pada peradaban Sistem Teknologi saat ini. Dengan semakin majunya teknologi
terkadang manusia melupakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut terhadap
lingkungan.
Sekarang hal ini yang perlu kita coba diskusikan akan sisi kelebihan dan kerugian teknologi
informasi akan pengaruhnya terhadap sisi kehidupan khususnya kepada sosial masyarakat. Di
Indonesia, penguasaan teknologi perlu di pelajari, karena mengingat ndonesia memiliki 5 pulau, 33
provinsi artinya NKRI mempunya wilayah yang sangat luas. Dengan mempelajari perkembangan
teknologi informasi, maka penyebaran informasi lebih mudah dan cepat tuk diketahui. Masyarakat
indonesia, perlu mengambil bagian akan Revolusi Teknologi agar tidak kelabakan menghadapi Dunia
teknologi yang modern. Dengan kata lain, jika indonesia tidak belajar menyadari Teknologi dan
informasi maka Negara yang besar ini akan tenggelam dalam arus Globalisasi.
Bagi masyarakat indonesia, kehidupan manusia modern yang dicirikan dengan penguasaan
teknologi itu menjadi kebebasan bertindak dan bertingkah laku. Mari kita ketahui bersama dampak
positif dan negatif perkembangan Teknologi dan Informasi.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


15

Technopreneurship di Era Globalisasi


Dampak Positif :
Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan akan perkembangan teknologi informasi,
diantaranya :
Dengan adanya internet dapat memudahkan dan mempercepat pertukaran informasi kepada
setiap orang di seluruh dunia, para pengguna internet dapat menggunakan email, newsgroup,
ftp dan www (world wide web jaringan situs-situs web). Tentunya hal ini dapat
menghemat biaya dan tenaga bila dibandingkan dengan cara pos surat.
Kemudahan memperoleh informasi yang lebih up-to-date ada di internet sehingga manusia
tahu apa saja yang baru terjadi dan mengetahui perkembangan internet secara pesat.
Mempermudah penyebaran informasi, ilmu, dan pengetahuan.
Dengan lahirnya sebuah Handpone, maka kita dapat berkomunikasi jarak jauh dimana saja
dan kapanpun itu.
Dengan adanya teknologi video call atau video conference seseorang sudah dimudahkan
melakukan pertemuan atau rapat meski jaraknya jauh.
Di bidang jasa kesehatan untuk memberikan pelayanan kepada pasien baik itu pendaftaran
dan penagihan biaya sudah bisa dilihat melalui internet
Di bidang bisnis, internet sudah memudahkan dalam bertransaksi dan berbisnis meski
jaraknya jauh tanpa menuju ke tempat penjualan.
Dengan adanya komputer, seseorang yang bekerja di kantor dalam membuat laporan tak perlu
lagi menulis dengan tangan karena kemudahan dan kepraktisan yang diberikan komputer telah
mempunyai keyboard sebagai alat ketik.
Proses belajar sudah dimudahkan dengan adanya internet dan komputer sebagai alat bantu
mencari informasi.
.Munculnya aplikasi-aplikasi sebagai media pendidikan, kesehatan, dan sosial / komunitas
yang pasti memudahkan dan menyenangkan bagi penggunanya sendiri.

Dampak Negatif :
Dengan adanya internet sebagai media sosial membuat seseorang tertarik untuk
menjadikannya sebuah hobi baru dalam pergaulan, sistem ini bisa dianggap telah
menghilangkan budaya silaturahmi kita. Karena semuanya bisa dilakukan lewat alat
komunikasi, seperti telepon bahkan video call tuk dapat saling bertatap muka.
Tidak lagi peduli kepada lingkungan sosialnya dan cenderung mengutamakan komputer. Bisa
dikatakan waktu untuk keluarga, saudara, maupun teman-teman lebih sedikit karena telah
kecanduaan tuk menghabiskan waktunya di depan komputer.
Game yang selalu dimainkan oleh anak-anak ternyata lebih menghancurkan karakternya
dibandingkan kekerasan yang ada di televisi bahkan kekerasan dalam kehidupan yang nyata.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


16

Technopreneurship di Era Globalisasi


Selalu ingin mengetahui privasi atau milik orang lain.
Tentunya teknologi informasi tidak mengenal moral manusia, makanya teknologi tak dapat
dijadikan sebagai pemecah/solusi masalah-masalah kemanusiaan.
Paling ironisnya adalah munculnya situs-situs porno di internet yang memudahkan anak-anak
sekarang melihatnya baik itu gambar maupun video.

Pemanfaatan teknologi disalah gunakan dengan perlakuan baru, misalnya penipuan dengan
cara memanipulasi data pada rekening bank, hacker jaringan komputer dari perusahaan, virus
computer, penyadapan email, dsb.
Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris (Kompas).

2.12. Peran Technopreneurship Dalam Dunia Pendidikan


Sebagai suatu entitas yang terkait dalam budaya dan peradaban manusia, pendidikan di
berbagai belahan dunia mengalami perubahan sangat mendasar dalam era globalisasi. Ada banyak
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa dinikmati umat manusia. Namun
sebaliknya,kemajuan tersebut juga beriringan dengan kesengsaraan banyak anak manusia, apalagi
dalam era globalisasi sekarang ini. Pendidikan sudah menjadi komoditas yang makin menarik. Suatu
fenomena menarik dalam hal pembiayaan pendidikan menunjukkan gejala industrialisasi sekolah.
Bahkan beberapa sekolah mahal didirikan dan dikaitkan dengan pengembangan suatu kompleks
perumahan elite. Sekolah-sekolah nasional plus di kota-kota besar di Indonesia dimiliki oleh pebisnis
tingkat nasional dan didirikan dengan mengandalkan jaringan multinasional berupa adopsi kurikulum
dan staf pengajar asing.
Otonomi pendidikan tinggi membawa implikasi hak dan kewajiban perguruan tinggi negeri
dan swasta untuk mengatur pengelolaannya sendiri termasuk mencari sumber-sumber pendapatan
untuk menghidupi diri. Konsekuensi logis dari otonomi kampus, saat ini perguruan tinggi seakan
berlomba membuka program baru atau menjalankan strategi penjaringan mahasiswa baru untuk
mendatangkan dana. Perdebatan antara anti-otonomi dan pro-otonomi perguruan tinggi tidak akan
berkesudahan dan mencapai titik temu. Berkurangnya tanggung jawab pemerintah dalam pembiayaan
pendidikan mengarah pada gejala privatisasi pendidikan. Dikotomi sekolah negeri dan swasta menjadi
kabur dan persaingan antarsekolah akan makin seru. Akibat langsung dari privatisasi pendidikan
adalah segregasi siswa berdasarkan status sosio-ekonomi. Atau, kalaupun fenomena itu sudah terjadi
di beberapa kota, pemisahan antara siswa dari keluarga miskin dan kaya akan makin jelas dan kukuh.
Siswa-siswa dari keluarga miskin tidak akan mampu menanggung biaya yang makin
mencekik sehingga mereka akan terpaksa mencari dan terkonsentrasi di sekolah-sekolah yang
minimalis (baca: miskin) Sementara itu, siswa-siswa dari kelas menengah dan atas bebas memilih
sekolah dengan sarana dan prasarana yang memadai. Selanjutnya, karena sekolah-sekolah ini
mendapatkan iuran pendidikan yang memadai dari siswa, sekolah-sekolah ini juga akan mempunyai
lebih banyak keleluasaan untuk makin membenahi diri dan meningkatkan mutu pendidikan. Jadi,

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


17

Technopreneurship di Era Globalisasi


sekolah yang sudah baik akan menjadi (atau mempunyai kesempatan) untuk menjadi lebih baik.
Sebaliknya, sekolah yang miskin akan makin terperosok dalam kebangkrutan.
Dalam dinamika globalisasi, anak-anak bangsa tercecer dalam berbagai sekolah yang
beragam menurut latar belakang sosioekonomi yang berbeda. Negara belum mampu memberikan
kesempatan yang adil bagi semua anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Sampai
saat ini, belum tampak adanya pembenahan yang signifikan dan terpadu untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia, dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat pendidikan tinggi.
Muncul pertanyaan besar: Ke mana arah pendidikan di Indonesia?
Pendidikan dimaksudkan sebagai mempersiapkan anak-anak bangsa untuk menghadapi masa
depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat di antara bangsa-bangsa lain di dunia. Masa depan yang
selalu berkembang menuntut pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari
proses demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depan bangsa. Akan
tetapi, pendidikan yang masih menjadi budak sistem politik masa kini telah kehilangan jiwa dan
kekuatan untuk memastikan reformasi bangsa sudah berjalan sesuai dengan tujuan dan berada pada rel
yang tepat. Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu membiasakan anak-anak untuk
memahami eksistensi bangsa dalam kaitan dengan eksistensi bangsa-bangsa lain dan segala persoalan
dunia. Pendidikan nasional perlu mempertimbangkan bukan hanya {state building] dan {nation
building] melainkan juga {capacity building.] Birokrasi pendidikan di tingkat nasional perlu fokus
pada kebijakan yang strategis dan visioner serta tidak terjebak untuk melakukan tindakan instrumental
dan teknis seperti UAN/UNAS. Dengan kebijakan otonomi daerah, setiap kabupaten perlu difasilitasi
untuk mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat namun bermutu tinggi. Pendidikan berbasis
masyarakat ini diharapkan bisa menjadi lahan persemaian bagi anak-anak dari berbagai latar belakang
untuk mengenali berbagai persoalan dan sumber daya dalam masyarakat serta terus mencari upayaupaya untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik.
Globalisasi ekonomi dan era informasi mendorong industri menggunakan sumber daya
manusia lulusan perguruan tinggi yang kompeten dan memiliki jiwa kewirausahaan. Akan tetapi tidak
setiap lulusan perguruan tinggi memiliki jiwa kewirausahaan seperti yang diinginkan oleh lapangan
kerja tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan tinggi yang
memiliki jiwa kewirausahaan. Di sisi lain, krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak
tumbuh, dan bahkan berkurang karena bangkrut. Dalam kondisi seperti ini, maka lulusan perguruan
tinggi dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu
berperan sebagai pencipta kerja. Keduanya memerlukan jiwa kewirausahaan. Oleh karena itu, agar
supaya perguruan tinggi mampu memenuhi tuntutan tersebut, berbagai inovasi diperlukan diantaranya
adalah inovasi pembelajaran dalam membangun generasi technopreneurship di era informasi sekarang
ini. Ada suatu pendapat bahwa, saat ini sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih
lemah jiwa kewirausahaannya. Sedangkan sebagian kecil yang telah memiliki jiwa kewirausahaan,
umumnya karena berasal dari keluarga pengusaha atau dagang. Dalam kenyataan menunjukkan bahwa
kewirausahaan adalah merupakan jiwa yang bisa dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki
jiwa kewirausahaan umumnya memiliki potensi menjadi pengusaha tetapi bukan jaminan menjadi
pengusaha, dan pengusaha umumnya memiliki jiwa kewirausahaan. Proses pembelajaran yang
merupakan inkubator bisnis berbasis teknologi ini dirancang sebagai usaha untuk mensinergikan teori
(20%) dan Praktek (80%) dari berbagai kompetensi bidang ilmu yang diperoleh dalam bidang
teknologi & industri. Inkubator bisnis ini dijadikan sebagai pusat kegiatan pembelajaran dengan
atmosfir bisnis yang kondusif serta didukung oleh fasilitas laboratorium yang memadai.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


18

Technopreneurship di Era Globalisasi


Tujuan implementasi inovasi dari kegiatan inkubator bisnis berbasis teknologi ini adalah
menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa sebagai peserta didik. Sedangkan
manfaat yang diperoleh bagi institusi adalah tercapainya misi institusi dalam membangun generasi
technopreneurship dan meningkatnya relevansi antara dunia pendidikan dengan dunia industri.
Sedangkan manfaat bagi mitra kerja adalah terjalinnya kerja sama bisnis dan edukasi. Kerjasama ini
dikembangkan dalam bentuk bisnis riil produk sejenis yang memiliki potensi ekonomi pasar yang
cukup tinggi.
Proses globalisasi yang sedang terjadi saat ini, menuntut perubahan perekonomian Indonesia
dari resourced based ke knowledge based. Resource based yang mengandalkan kekayaan dan
keragaman sumber daya alam umumnya menghasilkan komoditi dasar dengan nilai tambah yang
kecil. Salah satu kunci penciptaan knowledge based economy adalah adanya technology entrepreneurs
atau disingkat techno-preneur yang merintis bisnis baru dengan mengandalkan pada inovasi.
Hightech business merupakan contoh klasik bisnis yang dirintis oleh technopreneurs.
Bisnis teknologi dunia saat ini didominasi oleh sektor teknologi informasi, bioteknologi dan
material baru serta berbagai pengembangan usaha yang berbasiskan inovasi teknologi. Bisnis
teknologi dikembangkan dengan adanya sinergi antara teknopreneur sebagai pengagas bisnis,
Perguruan Tinggi dan lembaga penelitian sebagai pusat inovasi teknologi baru, serta perusahaan
modal ventura yang memiliki kompetensi dalam pendanaan.
Jumlah usaha kecil menengah berbasis teknologi (UKMT) di Indonesia berkembang dengan
pesat. Kecenderungan peningkatan ini lebih didorong oleh terbatasnya peluang kerja di industriindustri besar karena pengaruh krisis ekonomi dan mulai munculnya technopreneurship di kalangan
lulusan pendidikan tinggi teknik.
Dalam menghadapi era globalisasi, persaingan akan semakin ketat, sehingga sangat
dibutuhkan kebijakan-kebijakan dan aktivitas-aktivitas secara langsung yang dapat meningkatkan
daya saing UKMT di kemudian hari. Kesulitan dan hambatan pada UKMT di Indonesia dalam
mengembangkan usahanya adalah lemahnya jalur pemasaran, dukungan teknologi dan terbatasnya
permodalan. Terlebih lagi, bagi pengusaha pemula, masalah ini akan terlihat lebih besar dan menjadi
kendala cukup besar dalam mengembangkan usahanya.
Sampai saat ini belum banyak institusi pemerintah maupun swasta yang dapat memberikan
dukungan secara langsung untuk pengembangan UKMT khususnya bagi pengusaha pemula. Sehingga
sangat dibutuhkan suatu wadah yang dapat memberikan dukungan langsung berupa fasilitas-fasilitas
yang dapat membantu UKMT khususnya membantu pengusaha pemula dalam melaksanakan dan
mengembangkan usahanya.
Dalam rangka turut serta membantu dan mendukung secara langsung kegiatan UKMT
khususnya kegiatan pengusaha pemula, maka dipandang sangat perlu untuk dapat membangun suatu
wadah yang memiliki fasilitas yang dapat mendukung secara langsung kegiatan operasional, promosi,
pemasaran, konsultasi teknologi produksi, investasi dan permodalan. Dengan adanya fasilitas-fasilitas
tersebut, diharapkan UKMT khususnya pengusaha pemula di Indonesia dapat mengembangkan
usahanya lebih cepat dan terarah.
Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecintaan
terhadap pembelajaran dan merupakan terapi kesehatan jiwa bagi anak bangsa, semoga munculnya
generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran
intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


19

Technopreneurship di Era Globalisasi


dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi
global. mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih
baik dan berkualitas, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga Bangsa
Indonesia.

2.13. Pendidikan TI Berbasis TECHNOPRENEURSHIP


Teknologi komunikasi dan informasi atau teknologi telematika (information and
communication technologyICT) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan prasarana utama
untuk mengatasi masalah-masalah dunia. Teknologi telematika dikenal sebagai konvergensi dari
teknologi komunikasi (communication), pengolahan (computing) dan informasi (information) yang
diseminasikan mempergunakan sarana multimedia.
Technopreneurship adalah sebuah inkubator bisnis berbasis teknologi, yang memiliki
wawasan untuk menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan generasi muda, khususnya
mahasiswa sebagai peserta didik dan merupakan salah satu strategi terobosan baru untuk mensiasati
masalah pengangguran intelektual yang semakin meningkat ( + 45 Juta Orang). Dengan menjadi
seorang usahawan terdidik, generasi muda, khususnya mahasiswa akan berperan sebagai salah satu
motor penggerak perekonomian melalui penciptaan lapangan-lapangan kerja baru. Semoga dengan
munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah
pengangguran intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan
kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah
kompetisi global.
Disisi lain bahwa kurikulum Pendidikan TI berbasis Technopreneurship yang diberikan di
perguruan tinggi memiliki tujuan sebagai berikut :

Memberikan kontribusi kongkret dalam mensiasati masalah pengangguran intelektual


di Indonesia.
Mengembangkan spirit kewirausahaan di dunia perguruan tinggi.
Meminimalisir gap antara pemahaman teori dan realita praktek dalam pengelolaan
bisnis.

Manfaat bagi mahasiswa dalam proses implementasi Technopreneurship Based Curicullum


adalah sebagai berikut :

Memperoleh pencerahan mengenai alternatif profesi sebagai wirausaha selain sebagai


ekonom, manajer atau akuntan atau profesi lainnya.
Memiliki skill-based yang memadai dalam bidang Teknologi Informasi
Mendapatkan pengetahuan dasar dalam bentuk teori maupun praktek magang dalam
mengelola suatu bisnis.
Memperoleh akses untuk membangun networking dunia bisnis.

Sedangkan bagi Perguruan Tinggi sebagai fasilitator adalah :

Menjadi bentuk tanggungjawab sosial sebagai lembaga pendidikan untuk


berkontribusi dalam mengatasi masalah pengangguran.
Menjadi bagian penting dalam upaya menjembatani gap kurikulum pendidikan
antara lembaga pendidikan dan industri pengguna.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


20

Technopreneurship di Era Globalisasi

Menjadi salah satu strategi efektif untuk meningkatkan mutu lulusan.


Menjadi wahana interaksi untuk komunitas Perguruan Tinggi yang terdiri dari
alumni, mahasiswa, dosen, dan karyawan dengan masyarakat umum.

Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka Program Pengembangan Budaya


Technopreneurship atau kewirausahaan di Perguruan Tinggi dirancang meliputi 6 (enam) kegiatan
yang saling terkait, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pelatihan materi Techno SKILL BASED


Magang Kewirausahaan
Kuliah Kewirausahaan
Kuliah Kerja Usaha
Karya Alternatif Mahasiswa
Konsultasi Bisnis dan Peluang usaha

Secara teknis, implementasi pendidikan TI berbasis TECHNOPRENEURSHIP ini, sama saja


seperti perkuliahan pada umumnya, hanya saja pada 2 semester pertama secara intensif para
mahasiswa diberikan pelatihan (training) sebagai pondasi awal berupa penguasaan bahasa
pemrograman (VB.Net/C#/Java) atau disain grafis 3D, WEB, dan ini disesuaikan dengan kebutuhan
dunia industri TI saat itu.
Proses pelatihan diberikan bersamaan dengan perkuliahan reguler, sehingga mereka mendapat
pembinaan secara intensif & fokus untuk mempersiapkan SKILL Based mereka. Pada saat mereka
menginjak semester 3, mereka melakukan proses pemagangan di perusahaan/industri TI, setelah itu
diharapkan para mahasiswa sudah bisa bekerja secara part time di beberapa perusahaan, sehingga
ketika mereka telah menyelesaikan studinya, mereka memiliki asset berupa knowledge & experince
yang cukup untuk menjadi Technopreneur, atau alternatif lainnya mereka tetap bisa bersaing secara
kompetitif untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dengan bekal IPTEK yang mereka telah kuasai.
Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecintaan terhadap
pembelajaran dan merupakan terapi akademis & kesehatan jiwa bagi anak bangsa, semoga munculnya
generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran
intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM
dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi
global. mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih
baik dan berkualitas, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga Bangsa
Indonesia.

2.14. Generasi Technopreneurship Di Era Informasi


Real Skills for the Real World
Globalisasi ekonomi dan era informasi mendorong industri menggunakan sumber daya
manusia lulusan perguruan tinggi yang kompeten dan memiliki jiwa kewirausahaan. Akan tetapi tidak
setiap lulusan perguruan tinggi memiliki jiwa kewirausahaan seperti yang diinginkan oleh lapangan
kerja tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan tinggi yang
memiliki jiwa kewirausahaan. Di sisi lain, krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak
tumbuh, dan bahkan berkurang karena bangkrut. Dalam kondisi seperti ini, maka lulusan perguruan
tinggi dituntut untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


21

Technopreneurship di Era Globalisasi


berperan sebagai pencipta kerja. Keduanya memerlukan jiwa kewirausahaan. Oleh karena itu, agar
supaya perguruan tinggi mampu memenuhi tuntutan tersebut, berbagai inovasi diperlukan diantaranya
adalah inovasi pembelajaran dalam membangun generasi technopreneurship di era informasi sekarang
ini.
Ada suatu pendapat bahwa, saat ini sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesia
masih lemah jiwa kewirausahaannya. Sedangkan sebagian kecil yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan, umumnya karena berasal dari keluarga pengusaha atau dagang. Dalam kenyataan
menunjukkan bahwa kewirausahaan adalah merupakan jiwa yang bisa dipelajari dan diajarkan.
Seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan umumnya memiliki potensi menjadi pengusaha tetapi
bukan jaminan menjadi pengusaha, dan pengusaha umumnya memiliki jiwa kewirausahaan. Proses
pembelajaran yang merupakan inkubator bisnis berbasis teknologi ini dirancang sebagai usaha untuk
mensinergikan teori (20%) dan Praktek (80%) dari berbagai kompetensi bidang ilmu yang diperoleh
dalam bidang teknologi & industri. Inkubator bisnis ini dijadikan sebagai pusat kegiatan pembelajaran
dengan atmosfir bisnis yang kondusif serta didukung oleh fasilitas laboratorium yang memadai.
Tujuan implementasi inovasi dari kegiatan inkubator bisnis berbasis teknologi ini adalah
menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa sebagai peserta didik. Sedangkan
manfaat yang diperoleh bagi institusi adalah tercapainya misi institusi dalam membangun generasi
technopreneurship dan meningkatnya relevansi antara dunia pendidikan dengan dunia industri.
Sedangkan manfaat bagi mitra kerja adalah terjalinnya kerja sama bisnis dan edukasi. Kerjasama ini
dikembangkan dalam bentuk bisnis riil produk sejenis yang memiliki potensi ekonomi pasar yang
cukup tinggi.
Proses globalisasi yang sedang terjadi saat ini, menuntut perubahan perekonomian Indonesia
dari resourced based ke knowledge based. Resource based yang mengandalkan kekayaan dan
keragaman sumber daya alam umumnya menghasilkan komoditi dasar dengan nilai tambah yang
kecil. Salah satu kunci penciptaan knowledge based economy adalah adanya technology entrepreneurs
atau disingkat techno-preneur yang merintis bisnis baru dengan mengandalkan pada inovasi. Hightech
business merupakan contoh klasik bisnis yang dirintis oleh technopreneurs.
Bisnis teknologi dunia saat ini didominasi oleh sektor teknologi informasi, bioteknologi dan
material baru serta berbagai pengembangan usaha yang berbasiskan inovasi teknologi. Bisnis
teknologi dikembangkan dengan adanya sinergi antara teknopreneur sebagai pengagas bisnis,
Perguruan Tinggi dan lembaga penelitian sebagai pusat inovasi teknologi baru, serta perusahaan
modal ventura yang memiliki kompetensi dalam pendanaan.
Jumlah usaha kecil menengah berbasis teknologi (UKMT) di Indonesia berkembang dengan
pesat. Kecenderungan peningkatan ini lebih didorong oleh terbatasnya peluang kerja di industriindustri besar karena pengaruh krisis ekonomi dan mulai munculnya technopreneurship di kalangan
lulusan pendidikan tinggi teknik.
Dalam menghadapi era globalisasi, persaingan akan semakin ketat, sehingga sangat
dibutuhkan kebijakan-kebijakan dan aktivitas-aktivitas secara langsung yang dapat meningkatkan
daya saing UKMT di kemudian hari. Kesulitan dan hambatan pada UKMT di Indonesia dalam
mengembangkan usahanya adalah lemahnya jalur pemasaran, dukungan teknologi dan terbatasnya
permodalan. Terlebih lagi, bagi pengusaha pemula, masalah ini akan terlihat lebih besar dan menjadi
kendala cukup besar dalam mengembangkan usahanya.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


22

Technopreneurship di Era Globalisasi


Sampai saat ini belum banyak institusi pemerintah maupun swasta yang dapat memberikan
dukungan secara langsung untuk pengembangan UKMT khususnya bagi pengusaha pemula. Sehingga
sangat dibutuhkan suatu wadah yang dapat memberikan dukungan langsung berupa fasilitas-fasilitas
yang dapat membantu UKMT khususnya membantu pengusaha pemula dalam melaksanakan dan
mengembangkan usahanya.
Dalam rangka turut serta membantu dan mendukung secara langsung kegiatan UKMT
khususnya kegiatan pengusaha pemula, maka dipandang sangat perlu untuk dapat membangun suatu
wadah yang memiliki fasilitas yang dapat mendukung secara langsung kegiatan operasional, promosi,
pemasaran, konsultasi teknologi produksi, investasi dan permodalan. Dengan adanya fasilitas-fasilitas
tersebut, diharapkan UKMT khususnya pengusaha pemula di Indonesia dapat mengembangkan
usahanya lebih cepat dan terarah.
Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecintaan
terhadap pembelajaran dan merupakan terapi kesehatan jiwa bagi anak bangsa, semoga munculnya
generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran
intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM
dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi
global. mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih
baik dan berkualitas, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga Bangsa
Indonesia.

2.15. Membangun Jiwa Technopreneurship Mahasiswa


Menjadi mahasiswa yang memilki usaha sendiri serta berwawasan technopreneurship adalah
keinginan semua pihak, baik mahasiswa sendiri, institusi kampus, pemerintah maupun masyarakat.
Namun, hal tidak semudah membalikan telapak tangan dan semua itu butuh proses. Faktanya
mahasiswa lebih menyibukan diri dengan aktivitas akademis dan organisasi daripada berwirausaha.
Umumnya hal ini terjadi karena kurangnya minat sehingga tidak ada semangat dan keberanian untuk
memulai berwirausaha. Semangat pun tidak cukup untuk mewujudkannya, tetapi butuh beberapa
sikap atau prasyarat supaya jiwa technopreneurship dapat terwujud, diantaranya kemandirian,
kejujuran, ketangguhan, kreativitas serta iklim yang kondusif sehingga lingkungan di mana mereka
tinggal memberi semangat untuk berwirausaha. Setelah prasyarat terpenuhi maka mulailah
melakukannya di mulai dari hal yang kecil sebagai bahan pembelajaran.
Technopreneurship pada dasarnya terdiri dari dua kata yaitu techno dan entrepreneurship.
Techno diartikan sebagai teknologi atau bersifat keteknikan di mana teknologi pada saat ini sangat
dibutuhkan bagi keberlangsungan umat manusia. Sedangkan entrepreneur menurut pengertian Kamus
Umum Bahasa Indonesia (Riyanti, 2003) entrepreneur adalah orang yang menciptakan kerja bagi
orang lain dengan cara mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri
serta berani mengambil resiko pribadi untuk menemukan peluang usaha. Berdasarkan kedua
pengertian di atas secara ringkas dapat kita artikan bahwa technopreneurship adalah sebagai aspek
penggabungan secara teknik di mana entrepreneur sebagai objek utama yang didukung dengan
teknologi yang mapan untuk meciptakan lapangan kerja baru. Technopreneurship sangat relevan
dengan kondisi Indonesia karena pada dasarnya pencapaian puncak pencapaian technopreneurship ini
adalah mampu mengolelola sumber daya alam Indonesia sehingga bisa menjadi peluang bisnis yang
mampu menyerap tenaga kerja dan membantu memajukan perekonomian bangsa. Selain aspek

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


23

Technopreneurship di Era Globalisasi


ekonomi dengan berjiwa technopreneur maka ketergantungan kita terhadap impor produk luar negeri
sedikit-sedikit dapat dikurangi sampai akhirnya perekonomian kita bisa mapan. Hal ini didukung pula
oleh komponen pendidikan tinggi terbaik di Indonesia baik bidang ekonomi maupun keteknikan
seperti UI, UGM, ITB, ITS, dll. Sehingga diharapkan adanya kerja sama antar lembaga pendidikan
sebagai penyedia stakeholder (mahasiswa) dan instansi pemerintah sebagai pengatur kebijakan dan
perekonomian yang akan membantu mendukung pengembangan jiwa technopreneurship.
Mahasiswa sebagai kaum terpelajar harus mampu memberikan kontribusinya bagi
masyarakat. Hal kecil yang dapat dilakukan yaitu dengan meggagas sebuah usaha. Karena di
ligkungan kampus banyak sekali peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan selain sebagai media
pembelajaran juga dapat digunakan sebagai penghasilan tambahan. Hal lain yang mendukung yaitu di
sebagian perguruan tinggi ada mata kuliah kewirausahaan dengan SKS tersendiri. Alasan lain
mengapa mahasiswa sebagai subjek technopreneur karena mahasiswa memiliki analisa dan pemikiran
yang kritis dan cenderung peka terhadap kehidupan sosial masyarakat baik masalah sosial, kesehatan,
ekonomi, religi, dll. Dengan berbagai kelebihan dan peluang yang dimiliki mahasiswa, sangatlah ideal
jika mahasiswa sebagaisubjek atau pelaku utama untuk merintis dan mengembangkan technopreneur
di Indonesia.
Harus diakui semua sistem kehidupan yang ada di dunia ini hampir 90% dikuasai oleh mereka
yang mempunyai kebijakan dan bergerak dalam bidang ekonomi. Tidak ada yang luput dari
perhitungan bisnis di bidang apapun baik pendidikan, kesehatan, sosial kemasyarakatan,
pemerintahan, bahkan kehidupan beragama pun nyaris tidak bisa lepas dari virus bisnis. Pada
dasarnya aktivitas perekonomian dan kehidupan di dunia ini hanya ada dua yaitu dagang dan jasa.
Technopreneur sebagai gagasan baru saat ini bisa mewakili keduanya baik dagang maupun jasa.
Namun, hampir sebagian besar bergerak di bidang dagang atau produksi. Sekarang mari kita tinjau
jika kita mengaanggap bahwa kegiatan utama dari technopreneur ada memproduksi maka dapat
dihitung berapa tenaga kerja yang dapat diserap dari sebuah proses produksi. Baik secara aspek
teknologi, aspek ekonomi, aspek hukum, aspek managemen, dsb. Dari lini-lini tersebut sudah dapat
terakumulasi berapa jumlah tenaga kera yang dapat diserap. Bandingkan seandainya kita hanya
berorientasi menjadi seorang pegawai sebuah perusahaan, maka hanya kita seorang saja yang
mendapat pekerjaan. Kondisi sulit yang dihadapi Indonesia saat ini yaitu sulitnya ekonomi yang
disebabkan kurangnya lapangan kerja. Dengan jalan techpreneur inilah diharapkan mampu
menyokong perekonomian Indonesia secara perlahan-lahan namun pasti akan membuahkan hasil di
masa yang akan datang.
Menjadi seorang technopreneur tidaklah semudah membalikan telapak tangan dan dibutuhkan
sikap mental yang kuat. Minimal ada beberap sifat yang harus dimiliki diantaranya sebagai berikut :

Kemandirian
Mandiri atau tidak tergantung pada orang lain adalah syarat mutlak yang harus
dimilikin karena pada dasarnya seorang technopreneur adalah pemilik dari usaha tersebut.
Sehingga memiliki kekuasaan penuh untuk mengendalikan usahanya. Dapat dibayangkan jika
tergantung pada orang lain maka seorang technopreneur tidak akan memiliki keleluasaan
mengelola usahanya sehingga tidak akan bisa berkembang.

Kejujuran
Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana-mana, begitulah pepatah
mengatakan. Sifat manusia adalah menyukai kebaikan dan kejujuran adalah salah satu unsur

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


24

Technopreneurship di Era Globalisasi


kebaikan, sehingga sangat masuk akal jika seorang technopreneur harus memiliki sifat jujur
agar mampu menjalin kerja sama dengan orang lain. Karena pada dasarnya kegiatan
technopreneur adalah berhubungan dengan orang lain untuk menciptakan peluang bisnis yang
dapat menghasilkan penghidupan. Secara singkat dapat dikatakan technopreneur = kejujuran =
menjalin relasi = bisnis prospektif.

Ketangguhan
Untuk memulai dan menjalankan sebuah bisnis dibutuhkan ketangguhan. Karena bisnis
bersifat dinamis dan perubahan yang terjadi sangat fluaktif dan bergerak sangat cepat. Oleh
karena seorang technopreneur harus benar-benar tangguh dan selalu siap dalam kondisi apapun.
Harus siap mental ketika mengalami kerugian dan harus bijak ketika memeroleh keuntungan
baik besar ataupun kecil.

Kreativitas
Kreativitas sangat penting dalam sebuah bisnis karena persaingan yang sangat ketat.
Oleh sebab itu diperlukan sebuah ide kreatif atau inovasi sehingga tetap bisa bertahan. Fakta
membuktikan hanya seorang technopreneur yang kreatif yang mampu bertahan. Umumnya
pasar membutuhkan produk-produk yang unik dan dibuat kreatif sehingga tidak mampu ditiru
oleh kompetitornya. Ingat bahwa bisnis sangat dinamis, dan untuk bertahan dengan kondisi itu
diperlukan sebuah kreativitas yang tinggi.

Iklim yang kondusif


Lingkungan sangat berpengaruh bagi apapun dan siapapun karena dari sanalah
seseorang akan mendapat sebuah yang sangat berharga untuk ia kembangkan. Jika ingin
menjadi seorang dosen maka tinggal lah di tempat para dosen berada. Begitu pula jika ingin
menjadi technopreneur maka kita harus banyak berhubungan dengan tecnopreneur pula. Dari
sanalah kita bisa memulai untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan
technopreneur. Segera pindah lah dari zona nyaman kita dan temukan temukan zona yang lebih
nyaman agar kita mampu menemukan peluang untuk pengembangan technopreneur.

Setelah kita memahami arti technopreneur dan mengetahui prasyarat apa saja yang
dibutuhkan, saatnya sekarang kita membangun prasyarat tersebut. Untuk mencapai tujuan yang
maksimal dengan memberdayakan mahasiswa. Di sini kita bisa memulai dari lingkungan kampus
sendiri. Bermula dengan mahasiswa diberikan stimulus untuk menumbuhkan minta terhadap bisnis
baik berupa seminar atau pelatihan berbasis bisnis. Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan
mahasiswa akan mulai menyukai bisnis, setelah stimulan berhasil maka pihak kampus atau perguruan
tinggi yang bersangkutan dapat memberikan sebuah proyek kecil yang dikelola mahasiswa. Salah satu
contoh misalnya pengadaan jas almamater bagi mahasiswa baru yang ditangani oleh sebuah
organisasi/UKM tertentu. Dengan cara ini diharapkan mahasiswa bisa belajar banyak dan banyak
belajar mengenai bisnis di lapangan. Mereka tidak hanya belajar di kelas, tapi benar-benar action
langsung. Cara lain ialah dengan memberikan bimbingan untuk menyusun sebuah proposal binsis
kemudian diajukan ke Bank/investor untuk mendapat dukungan dana (modal). Setelah mendapatkan
dana untuk modal maka proposal bisnis tersebut dapat diwujudkan dan mahasiswa pun bisa take
action kembali di bisnis yang direncanakan pada proposalnya. Pendidikan seperti ini lebih dapat
memberikan efek positif daripada hanya memberikan mata kuliah di kelas dengan beban SKS
tertentu. Karena pada prinsipnya untuk memulai bisnis harus terjun langsung ke bisnis tersebut bukan
hanya belajar konsep saja.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


25

Technopreneurship di Era Globalisasi


Sebuah bisnis dapat dikatakan bonafit jika benar-benar bisa memberikan kontribusi nyata bagi
masyarakat. Tumbuh dan berkembang adalah sebuah kondisi ideal untuk sebuah bisnis. Ketika masih
mahasiswa kita masih berorientasi pada belajar, akan tetapi paradigma itu harus sedikit-sedikit diubah
seiring berjalannya waktu untuk mewujudkan profesionalitas di bidang bisnis sehingga bisnis tersebut
mejadi sebuah penghidupan di masa yang akan datang. Secara sederhana kita bisa menetapkan selama
kuliah bisnis tersebut untuk belajar. Kemudian menjelang semester akhir/lulus harus segera ditarget
bisnis yang dijalankan bisa mendapat keuntungan yang lebih besar. Setelah bisa diwujudkan, dalam
beberapa tahun yang akan datang harus ditargetkan pula bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi
terutama dari berbagai lapisan masyarakat. Untuk tingkat pencapaian lebih lanjut kita harus mampu
membuka cabang usaha baru dan mampu memberikan pendidikan kepada karyawan-karyawan kita
sehingga suatu saat mereka juga bisa mandiri tidak mengantungkan kepada bisnis kita sebagai
pegawainya. Pada pencapaian ini kita tidak hanya sebagai pemilik usaha akan tetapi kita sebagai guru
yang mampu menciptakan generasi technopreneur yang lebih tangguh dari kita. Inilah kontribusi
nyata yang sangat diharapkan oleh masyarakat Indonesia.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Menjadi seorang technopreneurship merupakan salah satu alternatif dalam menunjang
kebutuhan financial saat ini. Dengan dukungan besarnya kebutuhan akan teknologi informasi disegala
bidang menjadikan technopreneurship menjadi suatu bidang karir yang memiliki prospek yang baik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi seorang technopreneurship adalah:
1. Pengetahuan akan teknologi informasi
2. Memiliki jiwa entrepereneur yang meliputi sikap untuk menggali diri, mengetahui
keterampilan yang dimilikinya kemudian berani untuk memulai usaha.

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


26

Technopreneurship di Era Globalisasi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gani, Dedeng. 2009. Technopreneurship. Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi


Universitas Padjajaran. Bandung
Arifin, Syamsul. 2012. Trend Solusi Bisnis Masa Kini.
http://syamsulgunadarma.blogspot.com/2012/11/trend-solusi-bisnis-masa-kini.html. Diakses pada
tanggal 17 Desember 2013.
Dana, L.P. 2007. Asian Models of Entrepreneurship from Indian Union and the Kingdom of Nepal to
the Japanese Archipelago: Context, Policy, and Practice. New Jersey: World Scientific Publishing
Co. Darmanto, Mala. 2013. Kewirausahaan.
http://ono.suparno.staff.ipb.ac.id/articles/technopreneurship-2/. Diakses tanggal 11 Desember 2013
Suparno, Ono. 2008. Technopreneurship
http://techno009.blogspot.com/2013/03/kewirausahaan.html. Diakses tanggal 11 Desember 2013
http://finance.detik.com/read/2012/05/07/141833/1911053/4/bps-jumlah-pengangguran-di-indonesia761-juta-turun-6
http://www.google.com/imgres?imgurl=http://1.bp.blogspot.com/http://alihasyim.blogspot.com/2012/04/technopreneur-bagi-mahasiswa.html
http://aa-technopreneur.blogspot.com/2009_04_01_archive.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Wirausahawan
http://lilisdayani71.wordpress.com/2013/09/16/technopreneurship/

INSTITUT TEKNOLOGI MALANG


27

Anda mungkin juga menyukai