Anda di halaman 1dari 11

Otitis Media Supuratif Akut (OMSA) Angela Sondang 102010289/F4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat 11510 e-mail : aangelasondang@yahoo.com

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Telinga merupakan salah satu indra terpenting dalam hidup kita. Adanya gangguan pada telinga tentu akan mempengaruhi aktivitas kita sehari-hari. Salah satu dari gangguan pada telinga tersebut adalah otitis media akut (OMA). Pada makalah ini, akan dilakukan pembahasan mengenai OMA agar masyarakat dapat lebih memahami penanganan dan pengobatan terhadap penyakit ini. Otitis biasanya digunakan untuk menggambarkan masalah-masalah yang ada dalam telinga. Otitis merupakan kelainan telinga yang biasanya dialami oleh orang yang tidak menjaga kebersihan telinga,sering kali otitis juga kebanyakan diidap oleh anak-anak. Dalam hal ini data penderita otitis di Indonesia masih belum akurat serta minimnya pengetahuan masyarakat tentang gejala-gejala otitis, kelainan otitis, dan bahaya otitis yang menimbulkan banyaknya korban atau penderita. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya

satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir dari setengah mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.

PEMBAHASAN
Anamnesis Anamnesis yang dilakukan adalah allo anamnesis. Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan kepada orang tua pasien untuk mengetahui dengan lebih jelas penyakit penderita tersebut. Adapun pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:1,2 Sudah berapa lama keluhan ini berlangsung? Apakah terdapat nyeri pada telinga? Apakah tercium bau yang tidak sedap pada telinga? Apakah terdapat cairan yang keluar dari telinga? Jika ya, apakah cairan tersebut kental atau encer? Apakah pasien memiliki keluhan pada saluran pernafasan? Apakah pasien mengalami penurunan nafsu makan, muntah atau diare? Apakah pasien suka mengorek telinga atau memasukkan benda tajam ke telinga? Apakah gejala ini timbul setelah pasien melakukan aktivitas seperti berenang atau melakukan perjalanan dengan pesawat terbang? Apakah pasien tinggal di lingkungan yang bising? Apakah pasien sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu? Apakah terdapat riwayat alergi atau infeksi telinga pada keluarga? Apakah hal ini pernah dirasakan sebelumnya? Jika ya, sudahkah pasien menjalani pengobatan? Pemeriksaan Fisik Inspeksi Tampak sakit sedang, nadi dan suhu tubuh meningkat, dan hidung mengeluarkan sekret encer Palpasi Memeriksa prosesus mastoideus dan terdapat nyeri hebat di telinga.3

Pemeriksaan otoskopik Pada OMA stadium supuratif, ditemukan membran timpani menonjol, hiperemis, dan refleks cahaya negatif.3

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan audiologi anak Didapatkan adanya defisit pendengaran yang merupakan indikasi penimbunan cairan (alergi atau infeksi).4 Adapun pemeriksaan yang dilakukan antara lain: Free field test Anak diberi rangsang bunyi sambil bermain, kemudian dievaluasi reaksi pendengarannya. Alat yang digunakan dapat berupa neometer atau viena tone. Dilakukan di dalam ruangan khusus. Audiometri bermain Dapat dimulai pada anak usia 2-5 tahun. Stimulus biasanya diberikan melalui headphone. BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry) Menilai fungsi pendengaran secara objektif, dapat dilakukan pada anak yang tidak koperatif dengan pemeriksaan konvensional.

Timpanometri.5,6 Dengan memasukkan suatu alat ke liang telinga dan diberikan gelombang bunyi, dapat diketahui adanya cairan di telinga tengah, kekakuan tulang-tulang pendengaran, serta tekanan negatif di telinga tengah. Hasilnya berupa grafik yang disebut timpanogram.

Timpanosentesis.1,7 Merupakan punksi pada membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik (dengan semprit dan jarum khusus).

Diagnosis Diagnosis Kerja Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah, di mana terdapat cairan dengan tanda infeksi.7,8 Diagnosis Banding

Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media supuratisf kronis selain merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat juga merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit sekali / tidak pernah terjadi resolusi spontan. Otitis media supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna karena terbentuknya kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik. Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah yang terus menerus ( hilang timbul ) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung. ISPA ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.

Etiologi Penyebab utama OMA adalah sumbatan pada tuba eustachius yang mengakibatkan terganggunya pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah. Adapun patogen tersering yaitu: Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Escherichia coli, Streptococcus anhemolyticus, Pseudomonas vulgaris, Pseudomonas aeruginosa dan sebagainya. Selain itu, OMA juga dapat disebabkan oleh virus.7,10

Epidemiologi Hampir 85% anak memiliki sedikitnya satu episode OMA pada umur 3 tahun, dan 50% anak memiliki dua episode atau lebih. Insiden tinggi pada laki-laki, kelompok sosio-ekonomi yang lebih rendah, suku asli Alaska, Amerika, lebih tinggi pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam, serta meningkat pada musim dingin dan awal musim semi.2 Faktor resiko Infeksi saluran nafas atas (ISPA) Makin sering anak terserang ISPA, kemungkinan OMA makin besar. Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal Pemberian susu formula dini pada bayi Pemberian ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena adanya transmisi antibodi pasif dari ibu. Pemberian ASI sangat dianjurkan sekurang-kurangnya sampai bayi berusia enam bulan Kelainan anatomi Bibir sumbing, tuba eustachius abnormal, tumor nasofaring, sindrom Down, dan sebagainya Sistem imun yang kurang baik HIV, supresi imun sekunder karena obat-obatan, defisiensi IgA, sindrom Kartagener, dan sebagainya Paparan terhadap alergen berlebihan Tempat penitipan anak (TPA) merupakan salah satu tempat yang memiliki banyak paparan alergen. Apabila terdapat salah satu anak yang sakit, akan mudah terjadi penularan kepada anak lainnya karena daya tahan tubuh anak masih rendah. Selain itu, rokok juga merupakan alergen yang dapat meningkatkan faktor resiko Adanya riwayat infeksi telinga atau alergi pada keluarga.5

Patogenesis Patogenesis OMA pada sebagian besar anak dimulai oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba Eustachius menjadi sempit sehingga terjadi

sumbatan dan tekanan negatif pada telinga tengah. Bila hal ini berlangsung lama, akan terjadi refluks dan aspirasi virus atau bakteri dari nasofaring ke telinga tengah melalui tuba Eustachius. Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari nasofaring. Bila tuba Eustachius tersumbat, akan mengakibatkan terganggunya drainase telinga tengah, timbul infeksi serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang-tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat tekanannya yang meninggi.10

Gambar 1. Gambaran terjadinya otitis media akut.5 Manifestasi Klinis Gejala klinik OMA tergantung dari stadium penyakit dan umur penderita. Pada stadium supurasi, umumnya terjadi demam tinggi sedangkan pada stadium perforasi, suhu tubuh akan menurun karena sekret dapat mengalir ke liang telinga. Adapun gejala klinik OMA stadium supuratif antara lain:10 Bayi dan anak kecil Gejala: demam tinggi bisa sampai 39oC (khas), sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang-kejang, dan kadang memegang telinga yang sakit.

Anak yang sudah bisa bicara Gejala: nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek. Anak lebih besar dan orang dewasa. Gejala: rasa nyeri dan penuh pada telinga serta pendengaran berkurang. Untuk menentukan berat tidaknya OMA, juga dapat dilakukan dengan melihat skor OMA. Skor 0 sampai dengan 3 dikategorikan OMA derajat ringan, sementara skor lebih dari 3 dikategorikan OMA derajat berat. Tabel 3. Skor OMA.9

Stadium Otitis Media Akut Berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah, terdapat lima stadium OMA, antara lain:1,7 1) Stadium oklusi tuba eustachius a. Terjadi retraksi membran timpani b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa (OMS) karena virus atau alergi 2) Stadium hiperemis a. Pembuluh darah melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis dan edema b. Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat

3) Stadium supurasi a. Edem hebat pada mukosa telinga tengah b. Hancurnya sel epitel superfisial c. Terbentuk eksudat yang purulen di kavum timpani d. Membran timpani menonjol ke arah liang telinga luar e. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga bertambah hebat f. Dapat terjadi iskemia apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang g. Perlu dilakukan miringotomi pada stadium ini untuk mencegah kemungkinan membran timpani ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar 4) Stadium perforasi a. Dapat disebabkan terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi b. Membran timpani ruptur c. Sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut d. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak 5) Stadium resolusi a. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali. b. Perforasi akan menutup dan sekret akan berkurang dan mengering. c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan tubuh baik. d. OMA dapat berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul e. OMA dapat menimbulkan sequalae berupa OMS bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

(a)

(b)

Gambar 2. OMA stadium supurasi (a) dan perforasi (b).5

Penatalaksanaan Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.6 1) Stadium oklusi Tujuan: membuka kembali tuba eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% untuk anak di bawah 12 tahun atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak di atas 12 tahun dan dewasa Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman Diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik Bila membran timpani sudah hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke telinga luar Pemberian antibiotik minimal tujuh hari. Pada terapi awal, diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan Pada anak diberikan ampisilin 4 x 50-100 mg/kgBB, amoksisilin 4 x 40 mg/kgBB/hari, atau eritromisin 4 x 40 mg/kgBB/hari 3) Stadium supurasi Selain antibiotik, perlu dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur 4) Stadium perforasi Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai tiga minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari 5) Stadium resolusi 2) Stadium presupurasi

Bila penyembuhan tidak terjadi, antibiotik dapat dilanjutkan sampai tiga minggu. Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.7 Komplikasi Sebelum adanya antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat pada OMSK.1,7 Profilaksis o Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak Dapat dilakukan dengan memperkuat daya tahan tubuh, mengatur suhu ruangan agar tidak terlalu rendah, dan sebagainya o Pemberian ASI minimal selama 6 bulan Untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi sehingga tidak mudah terserang penyakit o Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring Hal ini dilakukan untuk mencegah anak tersedak yang dapat mengakibatkan masuknya susu ke telinga o Penghindaran pajanan terhadap asap rokok dan alergen lainnya Dengan mengurangi paparan alergen seperti rokok, resiko terserang infeksi saluran nafas lebih rendah sehingga tidak timbul OMA. o Menjaga kebersihan telinga dengan baik.5 Prognosis OMA memiliki prognosis yang baik. Dengan pengobatan yang adekuat, penyakit ini dapat disembuhkan dengan kurun waktu singkat.5,8

PENUTUP
Kesimpulan Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah, di mana terdapat cairan dengan tanda infeksi. Penyebab utama OMA adalah sumbatan pada tuba eustachius yang mengakibatkan terganggunya pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah. Gejala klinis OMA tergantung pada stadium dan umur pasien. Berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah, terdapat lima stadium OMA yang masing-masing memiliki

10

ciri khas dan penanganan yang berbeda. Kini dengan adanya antibiotik, OMA dapat disembuhkan dengan baik tanpa memberikan komplikasi yang buruk.

DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok. Edisi ke-4. Jakarta:FKUI;2002.h.50-4. 2. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-15. Volume 3. Jakarta:EGC;2002.h.2207-14. 3. Burnside JW, McGlynn TJ. Diagnostik fisik Adams. Edisi ke-17. Jakarta:2002.h.136-41. 4. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan kesehatan. Edisi ke-8. Jakarta:EGC;2009.h.813,327-9.
5. Schwab

J.

Acute

otitis

media

and

otitis

media

with

effusion .

Diunduh

dari:

http://pedclerk.bsd.uchicago.edu/acuteotitismedia.html, 11 Maret 2012. 6. Hidayat B. Hubungan antara gambaran timpanometri dengan letak dan stadium tumor pada telinga. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6424/1/09E01722.pdf, 11 Maret 2012. 7. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Volume 1. Jakarta:Media Aesculapius;2002.h.79-81.
8. Wirawan

S.

Otitis

media.

Diunduh

dari:

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312042/bab2.pdf, 11 Maret 2012. 9. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta:EGC;2011.h.137. 10. Ridwan HK. Otitis media akut. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25640/4/Chapter%20II.pdf, 11 Maret 2012.

11

Anda mungkin juga menyukai