SKRIPSI
Oleh
LATIFATUR RAHMANIYA
NIM : 05610016
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN KESEHATAN PADA KOPERASI BMT
MASLAHAH MURSALAH LIL UMMAH
SIDOGIRI PASURUAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada :
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh
LATIFATUR RAHMANIYA
NIM : 05610016
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
Oleh
LATIFATUR RAHMANIYA
NIM : 05610016
Mengetahui :
Dekan,
SKRIPSI
Oleh
LATIFATUR RAHMANIYA
NIM : 05610016
2. Sekretaris/Pembimbing
Ahmad Fahrudin A, SE., MM : ( )
NIP 150294653
3. Penguji Utama
Prof. Dr. H. Muhammad Djakfar, SH., M.Ag : ( )
NIP 150203742
Disahkan Oleh :
Dekan,
Selanjutnya apabila di kemudian hari ada “klaim” dari pihak lain, bukan
menjadi tanggungjawab Dosen Pembimbing dan atau pihak Fakultas Ekonomi,
tetapi menjadi tanggungjawab saya sendiri.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan
dari siapapun.
LATIFATUR RAHMANIYA
NIM : 05610016
PERSEMBAHAN
Ayahanda Tercinta
Ibunda Tersayang
Dan pastinya,
4’yϑ≈tGuŠø9$#uρ 4’n1öà)ø9$# “Ï%Î!uρ ÉΑθß™§=Ï9uρ ¬Tsù 3“tà)ø9$# È≅÷δr& ôÏΒ Ï&Î!θß™u‘ 4’n?tã ª!$# u!$sùr& !$¨Β
ãΑθß™§9$# ãΝä39s?#u !$tΒuρ 4 öΝä3ΖÏΒ Ï!$uŠÏΨøîF{$# t÷t/ P's!ρߊ tβθä3tƒ Ÿω ö’s1 È≅‹Î6¡¡9$# Èø⌠$#uρ ÈÅ3≈|¡yϑø9$#uρ
∩∠∪ É>$s)Ïèø9$# ߉ƒÏ‰x© ©!$# ¨βÎ) ( ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 (#θßγtFΡ$$sù çµ÷Ψtã öΝä39pκtΞ $tΒuρ çνρä‹ã‚sù
“Harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda)
yang berasal dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa
yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukuman-Nya” (Al Hasyr: 7)
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................... vi
MOTTO...........................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR................................................................................................. viii
DAFTAR ISI......................................................................................................................x
DAFTAR TABEL...........................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiv
ABSTRAK....................................................................................................................... xv
Gambar 2.1 : Sumber & Penggunaan Dana (Pool of Funds Approach) ......................42
Gambar 2.2 : Sumber & Penggunaan Dana (Assets Allocation Approach) ................43
BMT merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang paling
sederhana layaknya Koperasi. Banyak fakta yang terdapat di lapangan bahwa
BMT memiliki citra buruk karena manajemennya yang amburadul, pengelolanya
yang tidak amanah dan tidak profesional, kesulitan modal, dan sebagainya.
Idealnya suatu BMT tetap harus memenuhi kriteria-kriteria layaknya sebuah
bank syariah besar dengan beribu-ribu nasabahnya. Salah satu alasan yang
sederhana adalah sebuah lembaga yang mengelola uang masyarakat, tentunya
harus kredibel, dapat dipercaya oleh masyarakat. Maka dari itu dibutuhkan
adanya manajemen dana yang bertujuan untuk mengelola dana yang dihimpun
dan yang disalurkan. Sehingga dengan kualitas manajemen dana yang bagus dan
pengelola yang amanah, maka akan dihasilkan pula tingkat kesehatan yang baik
pada BMT-MMU Sidogiri Pasuruan, baik dari segi aspek jasadiyah maupun
aspek ruhiyah.
ﺭﲪﻨﻴﺔ ﻟﻄﻴﻔﺔ .2009 ،ﺍﻟﺒﺤﺚ ﺍﳉﺎﻣﻌﻲ .ﺍﳌﻮﺿﻮﻉ" :ﺇﺩﺍﺭﺓ ﺗﺸﻐﻴﻞ ﺍﻷﻣﻮﺍﻝ ﶈﺎﻭﻟﺔ ﺗﻨﻤﻴﺔ ﺻﺤﺔ ﺍﳉﻤﻌﻴﺔ
ﺍﻟﺘﻌﺎﻭﻧﻴﺔ ﺑﻴﺖ ﺍﳌﺎﻝ ﻭﺍﻟﺘﻤﻮﻳﻞ ) (BMT Maslahah Mursalah Lil Ummahﺳﻴﺪﻭﻗﲑﻱ
ﻓﺎﺳﻮﺭﻭﺍﻥ".
ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻫﻮ ﲝﺚ ﻛﻴﻔﻲ ﺑﺘﺤﻠﻴﻞ ﺍﻟﻮﺻﻔﻲ .ﻭﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﺍﻟﱵ ﺍﺳﺘﻌﻤﻠﺖ ﺍﻟﺒﺎﺣﺜﺔ ﰲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻫﻲ
ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﺍﻟﺮﺋﻴﺴﻴﺔ ﻭﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﺍﻟﻔﺮﻋﻴﺔ .ﺃﻣﺎ ﳎﺘﻤﻊ ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ،ﺍﺳﺘﻌﻤﻠﺖ ﺍﻟﺒﺎﺣﺜﺔ ﺍﳌﻼﺣﻈﺔ ،ﻭﺍﻟﻮﺛﻴﻖ ،ﻭﺍﳌﻘﺎﺑﻠﺔ.
ﻭﺃﺳﻠﻮﺏ ﺍﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﺍﺳﺘﻌﻤﻠﺖ ﺍﻟﺒﺎﺣﺜﺔ ﻭﻫﻮ ﲢﻠﻴﻞ ﺍﻟﻮﺻﻔﻲ ﻭﻫﻮ ﺍﺟﺘﻤﻊ ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ،ﺍﺧﺘﻴﺎﺭ ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ،ﻭﻗﺪﻡ
ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﰒ ﺍﳋﻼﺻﺔ ﻭﺃﻋﻄﺖ ﺍﻹﺧﺘﺮﺍﺝ ﻭﺣﻞ ﺍﳌﺸﻜﻠﺔ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻮﺍﺟﻪ ﺍﳌﺆﺳﺴﺔ ﻭﺍﳌﺘﻌﻠﻘﺔ ﺑﺎﻻﺩﺍﺭﻱ ﺍﳌﺎﻝ
ﻭﺍﳌﺮﺣﻠﺔ ﺍﻟﺼﺤﺔ .BMT-MMU
ﻓﺎﺳﻮﺭﻭﺍﻥ BMT-MMU ﻭﺗﺄﺳﻴﺴﺎ ﻋﻠﻰ ﻧﺘﻴﺠﺔ ﺍﻟﺒﺤﺚ ،ﻳﺴﺘﻌﻤﻞ ﺍﻻﺩﺍﺭﻱ ﺍﺩﺍﺭﺓ ﺍﳌﺎﻟﻴﺔ ﻋﻠﻰ
ﺍﳌﺸﻜﻠﺔ ﰲ ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻉ ﺍﳌﺎﻝ ،ﻭﻟﻜﻦ ﻟﻪ BMT-MMU ﻭﻻ ﻳﻮﺻﺐ .pool of funds approach ﺍﳌﺪﺧﻞ
ﺍﳌﻌﻮﻗﺔ ﰲ ﺍﳌﺨﺼﺺ ﺍﳌﺎﻝ ﰲ ﺳﻨﺔ 2008ﻭﻫﻲ .idle moneyﻭﻣﻦ ﺍﳉﺎﻧﺐ ﺍﳉﺴﺪﻱ ،ﺣﻠﻠﺖ ﺍﻟﺒﺎﺣﺜﺔ
ﺏ ،CAMELﺃﻗﻠﺔ ﺍﻟﻘﻴﻤﺔ ،ﺗﻨﻤﻴﺔ ﺍﳌﺎﻝ ﺍﻹﻧﺘﺎﺝ ﺍﺗﺒﺎﻋﻪ ﺗﻨﻤﻴﺔ ﺍﻟﺮﲝﻴﺔ ،ﻭﻣﻦ ﰒ ﻣﻈﺎﻫﺮ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺍﻹﳚﺎﰊ ﻫﻮ ﻳﻘﺪﺭ
ﺃﻥ ﻳﻜﻠﻒ ﻋﻤﻠﻴﺘﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺘﻴﺠﺔ ﺍﻟﻌﻤﻠﻴﺔ ،ﻭﳝﻠﻚ ﺃﻳﻀﺎ ﻧﺴﺒﺔ ﻣﻌﺪﻟﺔ ﻣﺘﻮﺳﻄﺔ ﻷﻥ ﻟﻴﻤﻸ ﻣﻌﻴﺎﺭ BMT-MMU
ﺍﻟﻨﺴﺒﺔ ﺍﳌﻌﺪﻟﺔ ﻳﻘﺮﺭﻫﺎ ﺍﳌﺼﺮﻑ ﺍﻹﻧﺪﻭﻧﻴﺴﻴﺔ ﺑﺄﻗﻠﺔ ﺍﻟﻘﻴﻤﺔ .%3ﺃﻣﺎ ﻣﻦ ﺍﳉﺎﻧﺐ ﺍﻟﺮﻭﺣﻲ ﻳﺴﺘﻄﻴﻊ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ
"ﺍﻟﺼﺤﺔ".
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dilakukan oleh para penduduknya. Begitu juga dengan bisnis lembaga keuangan
yang berperan mengelola keuangan masyarakat. Dalam ilmu ekonomi kita kenal
jumlah uang yang beredar dengan uang yang disimpan. Bagi sebuah lembaga
haruslah terlebih dulu membeli jasa keuangan yang tersedia di masyarakat dan
membeli jasa keuangan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada,
reksadana, pasar modal, dan Baitul Maal wa Tamwil. Ketiga lembaga tersebut
memiliki fungsi yang sama yaitu membantu atau melayani masyarakat dalam
hal keuangan.
Intermediary, namun ada pula lembaga keuangan non bank, sebut saja salah
satunya adalah koperasi. Koperasi merupakan salah satu dari tiga kelompok
Dasar 1945 dan terwujud dalam Undang-undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian.
sampai saat ini peran utama koperasi dalam percaturan ekonomi Indonesia
pelaku ekonomi yang lain. Mungkin karena beberapa hal, antara lain
karakter shiddiq dan amanah atau mungkin juga karena modal yang kurang
BMT merupakan salah satu model lembaga keuangan syariah yang paling
sederhana yang saat ini banyak muncul dan tenggelam di Indonesia. Sayangnya,
gairah munculnya begitu banyak BMT di Indonesia tidak didukung oleh faktor-
berjalan dengan baik. Fakta yang ada di lapangan menunjukkan banyaknya BMT
yang tenggelam dan bubar yang disebabkan oleh berbagai macam hal antara lain:
citra yang timbul di masyarakat sangat jelek. BMT identik dengan jelek, tidak
syariah besar dengan beribu-ribu nasabahnya. Salah satu alasan yang sederhana
diyakinkan bahwa uang yang dia simpan di suatu BMT aman dari resiko apapun
menghasilkan tingkat kinerja yang bagus di mata para stakeholders. Berikut ini
adalah tabel data mengenai penghimpunan dan pengalokasian dana oleh “BMT
Tabel 1.1
Penghimpunan dan Pengalokasian Dana BMT-MMU
Periode 2006-2008
MANAJEMEN DANA Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008
semakin baik dan minat mereka untuk menabungkan dananya pada BMT-MMU
terus meningkat. Hal tersebut tentu tidak lepas dari kinerja lembaga BMT itu
sendiri.
kantor cabang sebanyak 14 unit, tahun 2007 mejadi 17 unit, dan tahun 2008
efektif dan efisien sehingga akan berdampak pada kinerja keuangan lembaga itu
sendiri. Manajemen dana yang diterapkan belum tentu bisa mencapai sasaran
pengelolaan aktiva. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen dana yang efektif
dan sumber daya yang profesional. Dari segi penerimaan dana bank syariah
pinjaman atau penyertaan dana tersebut dari bank kepada nasabah yang berarti
pembayaran akan dilakukan di waktu yang akan datang (saat jatuh tempo).
Sedangkan dana yang disalurkan sebagian besar berasal dari dana pihak ketiga.
Begitu pula dengan lembaga keuangan lainnya seperti BMT, yang juga
berfungsi sebagai perantara keuangan. Hanya saja cakupan dan peranan bisnis
BMT tidak sebesar perbankan, karena BMT tak lain hanyalah sejenis koperasi
sikap tanggap terhadap berbagai bentuk pelayanan yang diberikan oleh masing-
masyarakat terhadap suatu BMT tidak terlepas dari penilaian tingkat kesehatan
BMT tersebut.
digunakan juga sama dengan faktor penilaian kesehatan perbankan. Hanya saja
penilaian kesehatan BMT dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek Jasadiyah
dan aspek Ruhiyah. Sistem penilaian kesehatan bank di Indonesia dan di dunia
atau yang lazim disebut CAMEL. Aspek-aspek tersebut satu dengan yang
lainnya saling terkait, secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan. Penilaian
sedangkan aspek Ruhiyah dapat dinilai dari ruh dan prinsip kerja BMT. Dengan
diketahuinya tingkat kesehatan, maka diketahui pula kinerja BMT itu sendiri.
dengan penilaian tingkat kesehatan BMT yang ditinjau dari aspek Jasadiyah
B. Rumusan Masalah
BMT-MMU.
D. Manfaat Penelitian
Bagi BMT:
Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini, hasil akhir penilaian Tingkat
Kesehatan BMT bagi pihak manajemen BMT sendiri dapat digunakan sebagai
wawasan dan dijadikan sebagai acuan serta pedoman bagi peneliti di masa
yang akan datang yang juga tertarik untuk membahas tentang manajemen
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Manajemen Dana Sebagai Salah Satu
bahwa dana terbesar dalam sebuah bank adalah berasal dari pihak ketiga.
Likuiditas Dalam Manajemen Dana Pada BMT Maslahah Mursalah Lil Ummah
Pasuruan” dijelaskan pada komposisi sumber dana, porsi terbesar diduduki oleh
tabungan MDA umum, pinjaman pihak ketiga dan tabungan MDA berjangka
yang merupakan dana mahal. Sedangkan sumber dana lainnya seperti tabungan
wadiah merupakan dana murah, tetapi tidak dalam jumlah yang signifikan.
Tabel 2.1
Matriks Penelitian Terdahulu
NO NAMA (TAHUN) JUDUL METODE HASIL
PENELITIAN
Dengan melihat tabel di atas, maka nampak akan adanya persamaan dan
sekarang ini yaitu faktor atau unsur yang berkaitan dengan tema pembahasan.
tahun atau periode sampel penelitian, di mana penelitian saat ini mengambil
B. Kajian Teoritis
1998: 1).
1998: 3).
Derajat besar kecilnya persoalan dengan sendirinya tergantung pada
masing-masing koperasi.
perseroan adalah:
oleh koperasi.
Kata Baitul mal berasal dari kata bait dan al-mal. Bait artinya bangunan
atau rumah, sedangkan al-mal berarti harta benda atau kekayaan. Jadi baitul
mal secara harfiah berarti rumah harta benda atau kekayaan. Namun
demikian, kata baitul mal biasa diartikan sebagai perbendaharaan (umum atau
keuangan. Menurut Widodo, dkk (1999) dalam Hamidah (2007: 16) istilah
BMT adalah penggabungan dari Baitul Mal dan Baitul Tamwil. Baitul Maal
nirlaba (sosial). Sumber dana diperoleh dari zakat, infaq dan sedekah, atau
sumber lain yang halal. Kemudian dana tersebut disalurkan kepada mustahiq
yang berhak atau untuk kebaikan. Adapun Baitul Tamwil adalah lembaga
BMT (Baitul Maal wat Tamwil) atau padanan kata Balai Usaha Mandiri
fakir miskin (Azis, 2008: 2). Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi
yaitu:
organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial BMT akan terlihat
pada definisi Baitul Maal, sedangkan peran bisnis BMT terlihat dari definisi
Baitul Tamwil. Sebagai lembaga sosial, Baitul Maal memiliki kesamaan fungsi
dan peran dengan lembaga Amil Zakat. Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih
serta sebagai Baitut Tamwil yang berfungsi sebagai lembaga bisnis yang
bermotif laba. Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan
perbankan.
b. Visi BMT
c. Misi BMT
perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil dan makmur, maju
berlandaskan syariah dan ridho Allah SWT. Sehingga misi BMT bukan
berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil sesuai dengan
d. Tujuan BMT
umumnya agar dapat mandiri dan tidak tergantung pada BMT dengan
hal ini yang menjadikan nilai pembiayaan dan jangka waktu pembayaran
kewajiban dari nasabah cukup cepat. Dan belum tentu pembiayaan yang
beberapa daerah yang terdapat BMT masih ada rentenir, artinya BMT
dan waktu.
nasabah yang bermasalah. Kadang ada satu nasabah yang tidak hanya
untuk produk yang berprinsip jual beli (Bai’). Hal ini akan mengarahkan
karena itu, perlu strategi yang jitu guna mempertahankan eksistensi BMT
sumber daya melalui pendidikan formal ataupun non formal, oleh karena
dengan hal ini tidak bisa diabaikan, misalnya kerjasama BMT dengan
ekonomi dan bisnis yang ada di masyarakat. Hal ini timbul dari berbagai
7) Perlu adanya evaluasi bersama guna memberikan peluang bagi BMT atau
2) Adanya komitmen dan ghirah yang tinggi dari pendiri dan pengelolanya,
yang itu pun berpangkal dari kesadaran ruhiyah yang cukup baik.
ummat.
dan lengkap meliputi teori, praktek dan MMQ (metode memahami dan
mengamalkan al-Qur’an).
dan manusiawi.
3. Manajemen
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-
pengelolaan suatu perusahaan, rumah tangga atau suatu bentuk kerja sama
to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other
resources. Yang artinya, manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri
4. Pengertian Dana
Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam
bentuk tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai
kas merupakan unsur modal kerja yang dapat digunakan untuk menguasai
serta memiliki barang dan jasa apa saja yang diinginkan. Kas merupakan
dana dalam bentuk yang pasti dan tunai. Namun, harus tetap dijaga agar
jumlah kas tidak terlalu besar, sebab kas yang terlalu besar menunjukkan
penggunaan dana yang tidak efisien. Tetapi di lain pihak ada kewajiban bagi
terutama kreditur jangka pendek. Adapun modal kerja yang cukup sangat
penting bagi suatu koperasi karena dengan modal kerja yang cukup itu
5. Manajemen Dana
daya yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang memadai sesuai
1) Berapa memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya yang relatif
murah.
2) Berapa jumlah dana yang dapat ditanamkan dan dalam bentuk apa untuk
bank syariah.
Dari permasalahan yang ada di atas, maka manajemen dana
3) Menyimpan cadangan.
orang lain.
antara tujuan yang satu dengan yang lainnya. Misalnya, di satu sisi bertujuan
segera dibayar, yang harus didukung oleh tersedianya dana yang memadai.
berbagai faktor, baik bersumber dari intern lembaga keuangan itu sendiri
2) Lingkungan
3) Mobilisasi dana
6. Sumber Dana
(Mufiydah, 2006: 25). Agak sedikit berbeda dengan bank, BMT tidak dapat
maka dana merupakan masalah yang paling utama. Tanpa dana yang cukup,
lembaga keuangan tidak dapat berbuat apa-apa, atau dengan kata lain, bank
dana dari masyarakat (Kasmir, 2004: 45). Sedangkan menurut Siamat (1993)
dalam Dendawijaya (2005: 46), dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank
ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.
Dana pihak kesatu ini sangat diperlukan BMT terutama pada saat
pendirian. Dalam perbankan hal ini dikenal dengan istilah modal disetor.
sama, dan jumlah dana tidak mempengaruhi suara dalam rapat. Untuk
mendapat porsi laba atau SHU pada setiap akhir tahun secara
2) Simpanan Pokok
Simpanan pokok ialah yang harus dibayar saat menjadi anggota BMT.
3) Simpanan Wajib
Simpanan ini menjadi sumber modal yang mengalir terus setiap waktu.
4) Simpanan Sukarela
5) Dana Cadangan
Dana ini bersumber dari pinjaman pihak luar. Nilai dana ini memang
luar yang dimaksud ialah mereka yang memiliki dana yang dikelola
Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan lembaga keuangan Islam lainnya.
c. Dana pihak ketiga
anggota BMT. Jumlah dan sumber ini sangat luas dan tidak terbatas. Dana
pihak ketiga inilah yang paling besar porsinya karena berasal dari
masyarakat luas.
menjadi empat:
3) Hibah
Yaitu pemberian dana dari pihak lain dan tidak ada kewajiban untuk
lembaga lainnya.
dana yang dapat memberikan pendapatan maksimal pula dan tetap menjaga
saat. Dua kondisi ini dapat dicapai, jika manajemen mampu bertindak sesuai
dengan landasan BMT yang sebenarnya. Untuk itu, pengalokasian dana BMT
harus memperhatikan aspek (Ridwan, 2004 dalam Habibah, 2008: 19) sebagai
berikut:
pendapatan maksimal.
d. Halal, artinya pengalokasian dana BMT harus pada usaha yang halal baik
dana tersebut untuk pembiayaan. Dalam hal ini, BMT harus mempersiapkan
rendah.
harus diarahkan sedemikian rupa agar pada saat diperlukan semua kepentingan
(alokasi) dana oleh suatu bank umum dengan mempertimbangkan sumber dana
hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu,
dengan sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehan sumber dana
tersebut.
penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian
Aktiva yang dapat menghasilkan atau Earning Assets adalah aset bank
Muntahiah bi Tamlik)
menempati porsi terbesar, pada umumnya sekitar 55% sampai 60% dari
total aktiva. Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank
dengan jangka waktu yang lebih panjang. Tingkat penghasilan dari setiap
Aktiva dalam bentuk tunai atau cash assets terdiri dari uang tunai
pada bank sentral, giro pada bank dan item-item tunai lain yang masih
dalam proses penagihan (collections). Dari aktiva tunai ini bank tidak
memperoleh penghasilan, dan kalaupun ada sangat kecil dan tidak berarti.
mendukung fungsi simpanan pada bank, dan dalam beberapa hal juga
Bank harus memelihara uang tunai dalam vault yang terdiri dari uang
kertas dan uang logam. Bank harus dapat memenuhi kebutuhan para
bentuk uang tunai, karena bila terlalu banyak dapat mengurangi tingkat
penghasilan bank.
yang ditarik melalui kliring. Bank juga memelihara saldo dalam jumlah
tertentu pada bank koresponden sebagai kompensasi atas servis yang
kliring.
2) Pinjaman (qard)
karena bank dilarang untuk meminta imbalan apapun dari para penerima
qard.
itu terdiri dari bangunan gedung, kendaraan dan peralatan lainnya yang
dijelaskan di atas.
Gambar 2.1
Sumber dan Penggunaan Dana Berdasarkan Pendekatan
Pusat Pengumpulan Dana (Pool of Funds Approach)
Secondary
Reserve
Qard
Mudharabah
Mutlaqah Dana Pool
Musyarakah
Mudharabah
Murabahah
Musyarakah
Salam
Istishna’
Ijarah
Aktiva Tetap
Secondary Reserve
Qard
Mudharabah
Mutlaqah
Murabahah
Salam
Mudharabah
Muqayyadah Istishna’
Mudharabah
Musyarakah
Musyarakah
Aktiva Tetap
gambaran kinerja dan kualitas BMT, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
BMT, yaitu:
2) Faktor sumber daya, termasuk didalamnya adalah dana dan fasilitas kerja.
Sebuah BMT perlu diketahui tingkat kesehatannya, karena BMT
1) Aman
2) Dipercaya
3) Bermanfaat
a) Kinerja keuangan
penempatan dana dengan baik, teliti, hati-hati, cerdik, dan benar, sehingga
b) Kepekaan sosial
nasib para anggota dan nasib (kualitas hidup) warga masyarakat di sekitar
BMT tersebut.
5 aspek yang menjadi acuan dasar penilaian. Dasar penilaian ini mengacu
pada sistem penilaian kesehatan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI)
Tingkat kesehatan suatu bank menjadi salah satu tolok ukur kinerja
keuangan bank yang sangat penting dewasa ini, karena dari hasil penilaian
Begitu pula sama halnya dengan BMT. Terdapat beberapa pihak yang
1) Pengelola BMT
hukum yang belum dapat berjalan dan kondisi sosial politik yang mudah
acuan bagi para pemilik dana untuk menyimpan uangnya pada BMT yang
bahwa dalam waktu tertentu dana yang disimpan pada BMT tersebut
akan aman.
1) Sehat
2) Cukup Sehat
3) Kurang Sehat
4) Tidak Sehat
d. Faktor Penilaian CAMEL
yang rumusnya tak jauh beda dengan perhitungan pada perbankan, adalah
sebagai berikut:
1) Capital
suatu usaha apa saja. Kekurangan modal merupakan gejala umum yang
modal tersebut dapat bersumber dari dua hal, yang pertama adalah
2) Assets
Aset merupakan total aktiva yang dimiliki oleh BMT selama periode
tertentu. Penilaian kualitas asset pada BMT tidaklah serumit penilaian aset
pada perbankan. Untuk menilai kualitas aset pada BMT dapat digunakan
perbankan.
4) Earning
yaitu:
pendapatan operasional.
b) Rasio SHU sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap total asset.
lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya kas yang dipunyai suatu lembaga
ditambah aset-aset yang bisa berubah menjadi kas dalam waktu satu
jangka waktu tidak lebih dari satu tahun (Hanafi, 2005: 212).
Yang dimaksud alat likuid adalah kas dan penanaman pada bank lain
dalam bentuk giro dan tabungan dikurangi dengan tabungan bank lain
data laporan keuangan menurut aspek CAMEL, yang juga meliputi kriteria
sebagai berikut:
1) “Sehat”
2) “Cukup Sehat”
3) “Kurang Sehat”
4) “Tidak Sehat”
Islam mewajibkan para penguasa dan pengusaha untuk berbuat adil, jujur
dan amanah demi terciptanya kebahagiaan manusia (falah) dan kehidupan yang
Harta benda di sini tidak dapat mengantarkan tujuan ini, kecuali bila
Apabila harta benda menjadi tujuan itu sendiri, maka akan mengakibatkan
firman-Nya:
“...Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu” (QS. Al-Hasyr: 7).
yang baik dan sehat. Manajemen yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang
tidak boleh ditinggalkan (Conditio sine qua non) demi mencapai hasil tugas yang
baik. Oleh karena itu para penguasa atau pengusaha wajib mempelajari ilmu
manajemen. Apalagi bila prinsip atau teknik manajemen itu terdapat atau
pembinaan kerja sama akan serasi dan harmonis, saling menghormati dan
menghayati, dan menerapkannya demi hari esok yang lebih baik (Hasibuan, 2001:
4). Hal tersebut telah ditegaskan dalam ajaran Islam sebagaimana firman Allah
∩⊆∪ ÒÉθß¹ö¨Β Ö≈uŠ÷Ψç/ Οßγ‾Ρr(x. $y|¹ Ï&Î#‹Î6y™ ’Îû šχθè=ÏG≈s)ムšÏ%©!$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ)
(perusahaan) dapat berjalan dengan baik dan lancar kepada tujuan yang telah
ditetapkan. Dan perusahaan pun mampu survive dalam rentang waktu yang
berkepanjangan.
D. Kerangka Berpikir
Manajemen Dana
5. Likuiditas
upaya peningkatan kesehatan BMT, dari segi aspek jasadiyah dan aspek ruhiyah.
aspek ruhiyah ditinjau dari visi dan misi, kepekaan sosial, rasa memiliki yang
METODE PENELITIAN
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
yang sedang dihadapi. Metode penelitian mencakup alat dan prosedur penelitian.
A. Lokasi Penelitian
sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks
Dalam penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder juga. Yang
mana data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara
primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil
observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
146-147).
pengujian data yang berkaitan dengan sumber dan cara untuk memperoleh data
Observasi sebagai alat pengumpul data dapat dilakukan secara spontan dapat
pula dengan daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya. Peneliti di sini
diri dalam aktivitas objek yang diteliti, pengamatan dilakukan secara sepintas
pada saat tertentu (Subagyo, 2004: 66). Dalam hal ini peneliti melakukan
2. Dokumentasi
jenis data penelitian yang antara lain berupa: faktur, jurnal, surat-surat,
notulen hasil rapat, memo, atau dalam bentuk laporan program (Indriantoro
dan Supomo, 1999: 146). Dalam hal ini dokumen yang diteliti yaitu laporan
3. Wawancara (Interview)
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
kepada staf manajer, bagian pendanaan, Staf Divisi BMT, dan sebagainya.
a. Apa saja yang dapat dilakukan oleh pihak BMT MMU dalam
saja?
Tabel 3.1
Jenis dan Instrumen Pengumpulan data
Analisis data merupakan bagian dari proses pengujian data yang hasilnya
(Indriantoro dan Supomo, 1999: 11). Analisis data dapat dilakukan setelah
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif. Analisis kualitatif dalam hal ini dilakukan terhadap data yang berupa
informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data
yang sudah ada dan sebaliknya (Subagyo, 2004: 106). Analisis data ini digunakan
dari aspek Jasadiyah maupun aspek Ruhiyah selama kurun waktu 3 tahun
terakhir.
peneliti:
1. Peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dari penelitian, baik itu data
2. Melakukan pemilihan data yang saling berhubungan. Hal ini ditujukan untuk
dianalisis.
3. Melakukan penafsiran data, yaitu tentang manajemen dana yang ditinjau dari
lembaga keuangan yang berbasis pada ribawi, lembaga keuangan yang berbasis
pada syariah terhindar dari krisis. Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama
di Indonesia (berdiri tahun 1992) lolos dari krisis tanpa perlu mendapat Bantuan
menghadapi krisis dan potensi pasar umat Islam yang begitu besar mulai melirik
dengan membuka divisi syariah. Sejalan dengan musim semi ekonomi syariah
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti BPRS dan BMT juga tumbuh
ranting atau filial MMU Pondok Pesantren Sidogiri atas perilaku masyarakat
bahaya ekonomi ribawi terus berpikir dan berdiskusi untuk mencari gagasan
bawah dari jeratan ekonomi ribawi dan mengangkat martabat ekonomi yang
samping itu, tim kecil juga mendapatkan tambahan informasi tentang BMT
(Baitul Mal wat Tamwil) dari pengurus PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
kerjasama Inkopontren dengan PINBUK pusat yang dihadiri antara lain oleh KH.
Subiakto Tjakrawardaya Mentri Koperasi dan DR. Amin Aziz ketua PINBUK
pusat.
syariah, maka terbentuklah LKMS dengan nama “Koperasi Baitul Mal wat
Tamwil-Maslahah Mursalah Lil Ummah” disingkat dengan Koperasi BMT-MMU
a. M. Hadlori Abd. Karim yang saat itu menjabat sebagai kepala MMU
b. M. Dumairi Nor yang saat itu menjabat sebagai Wakil Kepala MMU
c. Baihaqi Ustman saat itu menjabat sebagai Tata Usaha MMU tingkat
Ibtidaiyah.
d. H. Mahmud Ali Zain saat itu menjabat sebagai ketua Koperasi Pondok
e. A. Muna’i Ahmad saat itu menjabat sebagai Wakil Kepala MMU tingkat
Dari diskusi dan konsultasi serta tambahan informasi dari beberapa pihak
dipakai untuk usaha didapat dari simpanan anggota yang berjumlah Rp.
13.500.000,- (Tiga belas juta lima ratus ribu rupiah) dengan anggota yang
berjumlah 348 orang terdiri dari para asatidz dan pimpinan serta pengurus MMU
Pesantren Sidogiri.
a. Visi
syariah Islam.
b. Misi
ekonomi.
Selain itu, juga telah memiliki TDP nomor 13252600099, TDUP nomor
antaranya adalah:
5. Usaha
Pinjam pola syariah, b) Industri rumah tangga (home industry) produksi roti, c)
Sektor jasa penggilingan padi, dan d) Usaha yang mendapat prioritas adalah
usaha BMT. Manfaatnya sangat dirasakan oleh anggota dan masyarakat umum.
6. Struktur Organisasi
organisasi dalam setiap cabang Simpan Pinjam syariah (SPS) khususnya di BMT-
hierarki struktur organisasi bersifat vertikal, dalam artian jabatan yang lebih
a. Rapat Anggota
Koperasi. Keanggotaan koperasi melekat pada diri anggota sendiri dan tidak
dapat dipindahkan kepada orang lain dengan dalih apapun. Setiap anggota
Pada garis besarnya, anggota koperasi ada dua macam, yaitu anggota
biasa dan anggota luar biasa. Perbedaan yang mencolok dari keduanya
adalah anggota luar biasa tidak berhak memilih atau dipilih menjadi
pengawas.
pada bulan Januari, Februari atau Maret tahun berikutnya. Koperasi BMT-
MMU ini sebenarnya telah melaksanakan RAT dalam setiap tahunnya sejak
berdiri, tetapi pada tahun pertama dan kedua dilaksanakan belum sesuai
M) karena RATnya dilaksanakan pada bulan Rabi’ul Awal atau bulan Juli.
Setelah berjalan 2 tahun, maka tahun buku diubah dari tahun Hijriyah ke
tahun Miladi sehingga dilaksanakan RAT 1999 pada tanggal 2 Februari 2000
setelah berjalan 2,5 tahun. Adapun perhitungan laporan keuangan tahun 1999
sampai dengan Desember 1999 yakni selama 6 bulan karena adanya kebijakan
Baru pada RAT tahun 2000, RAT dilaksanakan sesuai dengan Anggaran
Dasar Koperasi dan dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2001 karena masa
bakti pengurus periode pertama dinyatakan habis pada Desember 2000, maka
(Rapat Anggota Biasa) yaitu pada tanggal 19 Ramadlan 1421 H atau tanggal
pendaftaran anggota baru yang dibuka dalam waktu 1 bulan lebih yaitu dari
Tabel 4.1
Jumlah Anggota BMT-MMU
Tahun 2006-2008
Tahun Lama Keluar Sisa Baru Jumlah
2006 666 orang 12 orang 654 orang 111 orang 765 orang
2007 765 orang 21 orang 744 orang 104 orang 848 orang
2008 848 orang 9 orang 839 orang 80 orang 919 orang
(Sumber : RAT BMT-MMU tahun 2006-2008)
b. Pengurus
menerima gaji akan tetapi berhak menerima uang jasa atau uang kehormatan.
Pada tahun kedua dirampingkan menjadi 5 orang dan ada mutasi jabatan.
1) Pengurus
2) Pengawas
4) Pengelola/Manajerial
c. Pengawas
koperasi dilakukan oleh pengawas yang diangkat dari dan oleh anggota
menggunakan jasa KJA (Koperasi Jasa Audit) atau akuntan publik untuk
yaitu pada saat laporan keuangan bulanan yang dilakukan oleh manager di
aktivitas dan usaha atau keuangan maka pengawas bisa menindak lanjutinya.
Manager memberikan laporan keuangan dalam satu bulan operasional terdiri
atas Neraca, Arus Kas (Cash flow), perhitungan Hasil Usaha dan posisi
keuangan.
Gambar 4.1
Struktur Organisasi BMT-MMU
RAT
Pengawas Pengurus
-----------------------------------------------------
Staf Pengurus
Manajer
Keterangan:
: Garis intruksi/perintah
Kepala Cabang
d. Job Description
1) Manajer
5) Kepala Cabang
berikut:
BMT.
sepengetahuan pengurus.
telah ditentukan.
karyawan.
pengurus.
masa 1 tahun.
SPS.
SPS.
riil.
riil.
MMU.
karyawan.
pembiayaan.
7. Kantor Cabang
Pada tanggal 12 Rabi’ul Awal 1418 H atau 17 Juli 1997, cabang pertama
yang berukuran ± 16,5 m² dengan usaha BMT, Balai Usaha Terpadu atau Simpan
membuka kembali cabang yang ketiga yaitu usaha pembuatan dan penjualan roti
yang ditempatkan di desa sidogiri. Dan kemudian dibukalah usaha BMT yang
diletakkan di desa Sidogiri juga, dan usaha ini menjadi cabang BMT-MMU yang
keempat.
yaitu:
lembaga yang mengarah pada perilaku bisnis yang mempunyai orientasi pada
a. Simpanan pokok
b. Simpanan wajib
c. Dana cadangan
d. Hibah/donasi
a. Anggota
Selain dari itu koperasi melakukan pemupukan modal yang berasal dari
modal penyertaan dengan cara yang ditetapkan dalam ART atau peraturan
khusus koperasi.
keadaan modal tidak selalu berubah akibat pendaftaran anggota baru. Menurut
tahun atau setiap bulan dalam satu tahunnya sebesar Rp5.000,- (lima ribu rupiah),
simpanan khusus dibatasi paling besar Rp5.000.000,- selebihnya dari itu bisa
RAT 2001 simpanan khusus dibatasi paling besar Rp10.000.000,- dan RAT 2002
9. Sistem Operasional
BMT singkatan dari Baitul Mal wat Tamwil atau Balai Usaha Mandiri
Terpadu adalah merupakan sistem simpan pinjam dengan pola syariah. Sistem
BMT ini adalah konsep muamalah syariah, tenaga yang menangani kegiatan
BMT ini telah mendapat pelatihan dari BMI (Bank Muamalat Indonesia) cabang
Surabaya dan PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) Pasuruan dan Jawa
lembaga professional.
BMT menghimpun dana dari anggota dan calon anggota atau masyarakat
menggunakan imbalan bagi hasil untuk mudharabah dan musyarakah atau imbalan
laba untuk murabahah dan bai’ bitsamanil ajil (BBA). Qard hasan biasanya dipakai
tahun 1961 dan terus berjalan sampai sekarang. Kopontren Sidogiri inilah
Sidogiri baru memiliki Badan Hukum pada tanggal 15 Juli 1997 dengan
nomor: 441/BH/KWL.13/VII/97.
Kopontren Sidogiri banyak bergerak di sektor riil dan jasa, tidak memiliki
sudah memiliki 10 unit usaha yang meliputi usaha Toserba, Toko Kitab,
sejak September 1999 dan telah berbadan hukum sejak Desember 1999
operasi dengan usaha simpan pinjam pola syariah yakni pola bagi hasil
kemudian pada tahun kedua membuka sektor riil dan jasa. Koperasi PER
Malabar ini ada kesamaan usaha dengan usaha yang ada di BMT-MMU.
aktiva dan pasiva antar BMT. Koperasi PER Malabar yang berkedudukan
pada bulan September 2000 dibuka cabang UGT kedua yang ditempatkan
di kota Jember.
ini relatif muda jika dibanding dengan koperasi mitra yang lain karena
koperasi ini baru beroperasi mulai tanggal 17 Agustus 2000 dan telah
nomor: 10/BH/KDK.13.14/XI/2000.
simpan pinjam pola syariah atau BMT. Kemitraan bisa dilakukan dengan
cara saling mengisi dan membantu aktiva atau pasiva antar BMT/SPS.
prinsip dan izin usaha dari Bank Indonesia pada tanggal 11 Agustus 2001
maka BPR ini pindah menjadi syariah dengan nama KBPRS (Koperasi
1999 dan 2000 (sebelum syariah) mengalami SHU minus, namun pada
2) Tabungan Berjangka
4) Tabungan Haji
5) Tabungan Ziarah/Wisata
b. Pinjaman/Pembiayaan
3) Musyarakah/MSA (penyertaan)
konsumtif.
d. Produk unit produksi
1) Pembuatan roti
1. Penghimpunan Dana
kemungkinan pula berasal dari perorangan ataupun instansi sebagai hibah yang
oleh BMT-MMU tidak hanya sebatas unit Simpan Pinjam Syariah (SPS) saja,
tetapi juga meliputi usaha produksi roti yang ada di unit 3 dan usaha
bahwasanya:
cabang BMT-MMU unit Simpan Pinjam Syariah (SPS). Namun dengan sistem
sentralisasi yang diterapkan oleh BMT-MMU, untuk dana likuiditas atau kas
sebesar 10% dan SHU berjalan dari tiap-tiap cabang harus disetor ke BMT pusat.
a. Dana pihak 1
Dana pihak 1 ini terdiri dari modal sendiri yang di dalamnya terrmasuk
c. Dana pihak 2
yang terdiri dari Bank BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank
MMU ialah:
1) Tabungan Wadi’ah
Tabungan yang berupa titipan biasa tanpa adanya bagi hasil, tetapi
Mudharib.
sistem bagi hasil dalam tabungan ini adalah tergantung pada saldo
(Shahibul maal). Untuk sistem bagi hasil dalam tabungan ini tidak
berasal dari zakat per tahun yang dikeluarkan oleh BMT-MMU serta
dana sosial lainnya yang berasal dari anggota yang didapat dari total
Berikut ini penghimpunan dana yang telah dilakukan oleh pihak BMT-
MMU selama tiga tahun terakhir (2006-2008) baik yang berasal dari pihak 1,
Tabel 4.2
Sumber Dana Dari Berbagai Pihak
KETERANGAN TH 2006 TH 2007 TH 2008
Pihak 1
Modal Penyertaan dr Pusat - - -
Modal Penyertaan Lainnya - - -
Simpanan Pokok Anggota 38,250,000.00 8,480,000.00 9,190,000.00
Simpanan Wajib Anggota 45,900,000.00 42,400,000.00 50,545,000.00
Simpanan Khusus 2,405,995,000.00 3,154,180,000.00 3,940,135,000.00
Dana Penyertaan 1,065,000.00 25,000,000.00 1,065,000.00
Dana Cadangan Umum 644,025,188.39 818,125,900.39 1,113,269,687.96
Jumlah Dana Pihak 1 3,135,235,188.39 4,048,185,900.39 5,114,204,687.96
pihak 2
Antar Koperasi Pasiva - - -
Pinjaman dr Bank & Non
Bank 2,645,829,150.00 2,416,666,320.00 2,433,333,040.00
Jumlah Dana Pihak 2 2,645,829,150.00 2,416,666,320.00 2,433,333,040.00
Pihak 3
Tabungan MDA Umum 12,567,889,068.49 17,219,556,106.61 26,798,366,563.06
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah dana terbesar BMT-MMU
adalah bersumber dari dana pihak ketiga atau dana yang dihimpun dari
masyarakat luas, yang jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun
tahun 2008.
MMU selama kurun waktu 3 tahun terakhir itu, peneliti dapat menyatakan
dana pihak ketiga sangatlah baik. Hal ini juga membuktikan bahwa BMT-MMU
sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola keuangan dengan baik dan
ini adalah cara-cara yang dilakukan oleh BMT-MMU dalam memperoleh laba:
Berikut ini dapat dilihat jumlah dana pembiayaan yang telah disalurkan
Tabel 4.3
Produk Pembiayaan di BMT-MMU
Periode 2006-2008
tetapi terdapat pula usaha lain yang bergerak pada sektor riil sebagai
tempat penyaluran atau pengelolaan dana. Adapun usaha sektor riil yang
1) Pabrik roti
Pabrik roti ini merupakan salah satu usaha yang didirikan pihak BMT-
2) Penggilingan padi
petani.
Jika diamati dari cara BMT-MMU dalam memperoleh sumber dana dan
dana dan penempatannya. Yang melandasi konsep ini adalah semua jenis
sumber dana disatukan dalam satu wadah (pool) dengan tanpa memilah-milah
Penggunaan Dana
Sumber Dana
Primary Reserve
Deposito/Tabungan
Mudharabah
Berjangka Secondary Reserve
Pembiayaan MSA
Tabungan MDA
Umum
Pool of Pembiayaan MDA
Funds
Tabungan Wadi’ah Pembiayaan MRB
Aktiva Tetap
Bi. Operasional
Qardul Hasan
Dana ZIS
Aktivitas Sosial
Penjelasan Gambar Pool of Funds
1) Tabungan Wadi’ah
Tabungan yang berupa titipan biasa tanpa adanya bagi hasil, tetapi dapat
disepakati bersama.
BMT).
6) Dana SHU
1) Primary Reserve
nasabah yang muncul secara tiba-tiba yang terdiri dari: kas dan bank
2) Secondary Reserve
modal keseluruhan.
5) Pembiayaan Mudharabah/MDA (Bagi hasil)
Pembayaran dilakukan pada saat jatuh tempo dan satu kali lunas beserta
8) Pembiayaan Lain-lain
Pembiayaan yang dihasilkan dengan akad selain MDA, MRB, MSA, BBA,
Gabungan Terpadu.
Tabel 4.4
Komposisi Sumber dan Penggunaan Dana BMT-MMU
Periode 2006-2008
Dana yang dihimpun oleh BMT-MMU berasal dari berbagai pihak dan
sumber yang sesuai dengan syariat Islam. Menurut data yang telah diolah oleh
komposisi sumber dana. Begitu pula pada tahun 2007 dan pada tahun 2008
sebesar 85,89%.
komposisi sumber dana BMT-MMU adalah berasal dari pinjaman bank dan non
bank. Tahun 2006 BMT-MMU mendapatkan pinjaman dari pihak luar adalah
dana yang ada. Pada tahun 2007 sebesar 11,53%, hingga pada tahun 2008
bahwa tingkat ketergantungan BMT-MMU pada pihak luar juga semakin kecil.
Namun pinjaman pihak luar tersebut tetap menjadi komposisi sumber dana
tidaklah menentu, menurut data yang telah diolah peneliti. Pada tahun 2006
Tabungan MDA Berjangka sebesar 4,01%. Tahun 2007 dan 2008 sejak adanya
Tabungan Deposito, komposisi sumber dana urutan ketiga tidak lagi diduduki
Tahun 2007 Tabungan Deposito menjadi komposisi sumber dana sebesar 3,73%
komposisi sumber dana berasal dari Pinjaman Bank dan non Bank. Untuk
peringkat ketiga dan seterusnya sumber dana berasal dari Tabungan Deposito,
Tabungan Wadi’ah, dana SHU dan dana zakat yang merupakan sumber dana
komposisinya kecil.
2007 komposisi terbesar ada pada Primary Reserve sebesar 30,05% dan pada tahun
2008 kembali lagi komposisi terbesar penggunaan dana yaitu Pembiayaan BBA
tahun 2006 sebesar Rp5.563.113.826,00 atau 26,34%. Pada tahun 2007 diduduki
oleh Pembiayaan BBA sebesar 29,84% dan tahun 2008 adalah Primary Reserve
peringkat ketiga penggunaan dana tahun 2006 adalah Primary Reserve sebesar
Rp4.540.368.550,58 atau 21,49%. Untuk tahun 2007 dan 2008 peringkat ketiga
adalah Pembiayaan MDA sebesar 19,86% tahun 2007 dan sebesar 15,53% tahun
2008.
dana terbesar oleh BMT-MMU ialah Pembiayaan BBA pada tahun 2006 dan 2008.
Namun pada tahun 2007 komposisi penggunaan dana terbesar adalah pada
Primary Reserve (kas dan bank). Hal ini bisa terjadi karena kurang optimalnya
daerah sekitar BMT yang kurang stabil, sehingga BMT merasa harus lebih hati-
a. Aspek Jasadiyah
kesehatan BMT-MMU itu sendiri. Namun seperti yang dijelaskan oleh Manager
BMT-MMU bahwa:
Dalam aturan perkoperasian atau lembaga Baitul Maal wat Tamwil, tidak
ada standarisasi penilaian tingkat kesehatan BMT. Hanya saja aspek-aspek
yang biasa dijadikan acuan oleh Koperasi untuk menilai kesehatan BMT
adalah tidak jauh berbeda dengan aspek-aspek penilaian tingkat
kesehatan bank, yaitu meliputi aspek modal, aktiva, manajemen,
rentabilitas,dan likuiditas, atau biasa disingkat CAMEL. Dengan membaca
tingkat kesehatan lembaga keuangan layaknya BMT, dirasa sebagai
sesuatu yang sifatnya populis (cari muka). Sebagai lembaga keuangan
syariah, BMT-MMU merasa hanya akan menimbulkan riya’ saja, jika harus
melebih-lebihkan sesuatu kebaikan, hal tersebut sifatnya hanya memberi
kesenangan palsu pada orang lain. Cukup dengan kepercayaan dan
biarkan masyarakat yang menilai sendiri kinerja BMT itu seperti apa,
tanpa pihak BMT perlu membesar-besarkan hal tersebut. Namun sebagai
bentuk pengawasan oleh Koperasi, maka Koperasi tetap mengacu pada
aspek-aspek CAMEL untuk menilai tingkat kesehatan BMT. Sedangkan
untuk lingkup internal BMT-MMU tidak memiliki standarisasi penilaian
tersebut (Wawancara dengan Bpk. Dumairi Nor Tanggal 23 April 2009,
Jam 09.00-10.30, di kantor pusat).
penilaiannya saja yang sama dengan penilaian tingkat kesehatan bank, namun
tidak dengan prosentasenya dan tidak berlaku adanya skor penilaian kesehatan
BMT. Cukup hanya dengan menilai tingkat prosentase beberapa aspek CAMEL
tersebut.
Dalam melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan BMT terdapat 5
aspek yang menjadi acuan dasar penilaian. Dasar penilaian ini mengacu pada
sistem penilaian kesehatan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) yang
dikenal dengan istilah CAMEL (Capital adequacy, Asset quality, Management of risk,
Earning ability, dan Liquidity sufficiency). Kelima aspek tersebut adalah modal,
1) Modal (Capital)
banyak cara/perhitungan yang dilakukan. Dan untuk menilai aspek modal pada
BMT dapat digunakan dengan menghitung CAR (Capital Adequacy Ratio), yaitu
mengandung resiko ikut dibiayai dari modal sendiri atau perbandingan antara
Namun lain halnya dengan lembaga keuangan BMT yang tidak memiliki standar
Dari tabel di atas tampak jelas bahwa CAR BMT-MMU setiap tahunnya
penurunan pada 3 tahun terakhir ini. Pada tahun 2006 BMT-MMU memiliki
prosentase CAR sebesar 20,95% dan mengalami penurunan pada tahun 2007
sebesar 0,40% menjadi hanya 20,55%. Pada tahun 2008 menurun lagi hingga
menjadi 18,18%. Idealnya nilai CAR yang telah ditetapkan oleh pihak BMT
adalah sebesar 10%-15%. Penurunan yang terjadi selama tiga tahun terakhir itu
yang beresiko juga semakin menurun. Namun hal ini tidaklah menunjukkan
indikasi yang buruk terhadap kinerja permodalan BMT-MMU, karena CAR pada
2) Aktiva (Assets)
Kualitas aktiva pada BMT dapat diukur dari perbandingan antara laba
maka laba yang diperoleh pun semakin meningkat. Analisis rasio ini untuk
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Perhitungan Rasio Aktiva
Periode 2006-2008
Dari tabel di atas nampak bahwasanya rasio aktiva BMT-MMU dari tahun
2006-2008 mengalami penurunan prosentase. Pada tahun 2006 rasio aktiva BMT-
MMU sebesar 6,32% dan pada tahun 2007 turun menjadi 5,40%. Hal tersebut
inventaris. Di tahun 2008 tersebut asset BMT-MMU naik drastis, akan tetapi tidak
masih diimbangi dengan kenaikan laba yang diperoleh. Dimana prosentase rasio
3) Manajemen (Management)
“bawah” ini, telah menjadi kenyataan yang berdiri paling depan dalam
menyaingi para rentenir. Dewasa ini telah diusahakan berbagai upaya untuk
didasarkan pada hasil penilaian jawaban (jumlah nilai positif) dari pertanyaan-
modal (P)
(CPP) (P)
(6) Tingkat pertumbuhan laba ditahan sama atau lebih besar dari
(7) Tingkat pertumbuhan modal BMT sama atau lebih besar dari
(10) BMT memiliki aturan tertulis mengenai aturan modal hibah, modal
b) Kualitas Asset
syariah) (P)
pengawasannya (P)
(P)
(7) BMT tidak memperkenankan penetapan persyaratan yang lebih
c) Manajemen/Pengelolaan
(P)
perencanaan (P)
(9) BMT memiliki kantor yang terpisah dengan pihak lain (P)
(11) BMT memiliki struktur organisasi dan job description tertulis dan
BMT (P)
(15) BMT memiliki jumlah pengelola yang purna waktu di atas 4 orang
(16) BMT memiliki sisdur simpan dan pinjam yang tertulis dan
disahkan (P)
(18) BMT memiliki sistem dan kebijakan akuntansi yang tertulis dan
disahkan (P)
d) Rentabilitas
(7) Tingkat pertumbuhan laba BMT sama atau lebih besar dari
e) Likuiditas
(4) BMT memiliki asset yang likuid guna menjamin likuiditas (P)
likuiditasnya (P)
positif adalah sebanyak 55. Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas manajemen
4) Rentabilitas (Earning)
(Surplus Hasil Usaha). Meskipun BMT sebagai lembaga keuangan syariah yang
juga berorientasi pada sosial, namun tidak dapat dipungkiri bahwa BMT juga
dituntut untuk menghasilkan keuntungan demi kelancaran usahanya. Di antara
∩⊇∉∪ šÏ‰tGôγãΒ (#θçΡ%x. $tΒuρ öΝßγè?t≈pgÏkB Mpt¿2u‘ $yϑsù 3“y‰ßγø9$$Î/ s's#≈n=āÒ9$# (#ãρutIô©$# tÏ%©!$# y7Í×‾≈s9'ρé&
“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah
beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk” (QS. Al-
Baqarah: 16).
nyiakan modal utama mereka, yaitu petunjuk (al-huda). Namun petunjuk itu
tidak tersisa pada mereka karena adanya dhalalah (penyelewengan atau kesesatan)
telah disebutkan di atas ialah kelebihan atas modal pokok atau pertambahan
pada modal pokok yang diperoleh dari proses dagang. Jadi dalam berdagang
adalah menjadi sangat penting untuk melindungi dan memelihara modal pokok
∩∇∉∪ 7á‹Ïpt¿2 Νä3ø‹n=tæ O$tΡr& !$tΒuρ 4 tÏΖÏΒ÷σ•Β ΟçFΖà2 βÎ) öΝä3©9 ×öyz «!$# àM§‹É)t/
“Sisa (keuntungan) dari Allah[734] adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-
orang yang beriman. Dan Aku bukanlah seorang Penjaga atas dirimu" (QS. Huud:
86).
[734] yang dimaksud dengan sisa keuntungan dari Allah ialah keuntungan yang
halal dalam perdagangan sesudah mencukupkan takaran dan timbangan.
dengan cara yang halal, sehingga baik penjual maupun pembeli sama-sama
adanya keuntungan (laba) dan dalam berbisnis apapun juga diperintahkan agar
Tabel 4.7
Rasio perbandingan Earning 1
Periode 2006-2008
Syariah), unit riil penggilingan padi dan produksi roti, serta investasi pada
Pada tahun 2006 prosentase earning 1 sebesar 31,01% dan pada tahun
Tabel 4.8
Rasio perbandingan Earning 2
Periode 2006-2008
banyak kekayaan yang dimiliki, maka laba yang dihasilkan pun juga
adalah sebesar 5,65%, kemudian menurun pada tahun 2007 menjadi 5,09%
dan menurun lagi pada tahun 2008 menjadi hanya sebesar 4,68%.
(BOPO).
Tabel 4.9
Rasio perbandingan BOPO
Periode 2006-2008
KOMPONEN TH 2006 TH 2007 TH 2008
Beban Operasional 2,577,987,909.00 3,553,278,166.09 4,775,972,352.12
Pend. Operasional 3,707,602,345.24 4,816,720,650.35 6,476,054,935.01
Prosentase 69.53 73.77 73.75
Sumber : Laporan Keuangan BMT-MMU
5) Likuiditas (Liquidity)
Likuiditas merupakan aspek penilaian terhadap alat likuid dan
bahwasanya:
Menurut informasi yang disampaikan oleh pihak BMT, bahwa pada tahun
2008 banyak orang yang menarik dananya dari perbankan dan lebih memilih
untuk menaruhnya pada BMT yang dirasa lebih aman dan beresiko kecil
terhadap imbas atau efek dari krisis global yang melanda hampir seluruh negara
di dunia.
Oleh karena itu, dengan melimpahnya dana yang terhimpun pada BMT-
kelebihan dana kas (idle money) yang menunjukkan kurang stabilnya likuiditas
profitabilitas BMT itu sendiri. Karena pendapatan terbesar yang diperoleh oleh
(al-Iktinaz) dan membiarkannya tidak berputar atau tidak dikelola untuk hal-hal
yang bermanfaat bagi masyarakat umum (Arifin, 2002: 11). Sebagaimana yang
tã ¸οt≈pgÏB šχθä3s? βr& HωÎ) È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ Μà6oΨ÷t/ Νä3s9≡uθøΒr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãΨtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ
∩⊄∪ $VϑŠÏmu‘ öΝä3Î/ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä3|¡àΡr& (#þθè=çFø)s? Ÿωuρ 4 öΝä3ΖÏiΒ <Ú#ts?
[287] Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang
lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat
merupakan suatu kesatuan.
2008: 38). Rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat cash ratio ini
adalah:
CR = Aktiva Lancar x 100%
Hutang Lancar
Yang termasuk dalam kategori aktiva lancar adalah kas serta penempatan-
Tabel 4.10
Analisis Cash Ratio
Periode 2006-2008
NO KOMPONEN TH 2006 TH 2007 TH 2008
1 Aktiva
Aktiva Lancar:
13,764,510,507.0
e. Pembiayaan BBA 6,687,126,340.00 8,198,291,239.00 0
Dari hasil pengolahan data di atas diketahui bahwa pada tahun 2006 rasio
bahwa untuk setiap satu rupiah kewajiban lancar dijamin dengan 90,17
rupiah aktiva lancar. Rasio lancar ini menurun pada tahun 2007 menjadi
MMU cukup baik dan fluktuatif. Prosentase rasio lancar tersebut telah
pihak ketiga terdiri dari total tabungan dari anggota atau masyarakat luas
Tabel 4.11
Perhitungan Loan to Deposit Ratio
Periode 2006-2008
NO KETERANGAN TH 2006 TH 2007 TH 2008
1 Pembiayaan
a. Pembiayaan BBA 6,687,126,340.00 8,198,291,239.00 13,764,510,507.00
b. Pembiayaan MSA 5,000,000.00 - -
c. Pembiayaan MDA 5,563,113,826.00 5,456,807,494.00 6,201,403,032.00
d. Pembiayaan MRB 281,022,047.00 256,408,678.00 610,488,887.00
e. Pembiayaan Qord 166,914,267.00 593,313,977.00 1,063,443,050.00
f. Pembiayaan Lain-lain 7,000,000.00 7,000,000.00 7,000,000.00
Total Pembiayaan 12,710,176,480.00 14,511,821,388.00 21,646,845,476.00
2 Dana Pihak Ketiga
a. Tabungan MDA Umum 12,567,889,068.49 17,219,556,106.61 26,798,366,563.06
b. Tabungan MDA Berjangka 659,900,000.00 - 171,457,527.27
c. Tabungan Wadiah 211,481,643.74 113,710,029.71 192,126,561.74
d. Tabungan Deposito - 781,850,000.00 1,053,690,000.00
e. Antar Koperasi Pasiva - - -
f. Pinjaman dr Bank & non
Bank 2,645,829,150.00 2,416,666,320.00 2,433,333,040.00
g. Dana Pendidikan 1,393,675.00 1,973,825.00 6,757.51
h. Zakat - - -
i. Dana Sosial 6,020,687.88 5,020,008.30 15,379,503.78
Total DPK 16,092,514,225.11 20,538,776,289.62 30,664,359,953.36
LDR 78.98 70.66 70.59
Sumber : Data diolah oleh peneliti
hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah simpanan anggota atau tabungan
lagi menjadi 70,59% pada tahun 2008. Hal tersebut menyebabkan semakin
2006-2008 adalah kurang dari 100%, artinya total dana pihak ketiga yang
maka dapat dikatakan bahwa BMT-MMU memiliki tingkat kesehatan yang baik
berkategorikan “Sehat”.
b. Aspek Ruhiyah
faktor di atas, namun dapat ditinjau pula dari aspek ruhiyahnya. Menilai aspek
tersebut dapat dilihat dari budaya kerja dan prinsip kerja yang ditaati oleh
ekonomi Islam dan mengajak para masyarakat agar bermuamalah sesuai dengan
bidang ekonomi adalah adil, mudah, dan maslahah. Dalam visi misi BMT-MMU
ekonomi. Artinya antara BMT dengan masyarakat dapat saling membantu dan
Jika kita dapat bersikap jujur, terbuka, dan apa adanya, maka anggota pun
akan terbuka pada kita. Sejauh ini tidak ada nasabah pembiayaan yang
angsuran pembiayaannya macet. Karena setiap kali ada kendala, mereka
senantiasa berbagi dengan kami untuk kemudian dicari solusi terbaiknya
bersama-sama (Wawancara: Bpk. Dumairi Nor, Tanggal 23 April 2009,
Jam 09.00-10.30 di Kantor Pusat).
2) Kepekaan Sosial
diyakini para pendirinya dapat menolong kaum dhuafa terutama yang lemah
ekonomi. Para pengurus, pengawas, dan pengelola dapat memberikan tauladan
hasil wawancara:
Apabila ada anggota yang terlambat atau tidak bisa datang untuk
membayar angsuran pembiayaan karena suatu halangan, maka pihak
BMT-lah yang akan mendatangi dengan senang hati tanpa surat
peringatan apa pun. Ini juga merupakan sarana yang digunakan oleh
pihak BMT-MMU dalam mempererat hubungan ukhuwah islamiyah
dengan para anggotanya. BMT memakai sistem Kesetaraan, Kekeluargaan,
dan Kemitraan, yang artinya tidak ada pandang bulu, tidak ada
kesenjangan sosial, dan hubungan itu harus timbal balik. Jadi kedatangan
pihak BMT-MMU ke rumah-rumah para anggota bukan semata-mata
hanya ingin menagih hutang (Wawancara: Bpk. Dumairi Nor, Tanggal 23
April 2009, Jam 09.00-10.30 di Kantor Pusat).
Dari sini jelas bahwa kepekaan dan kepedulian BMT-MMU terhadap para
kepemilikan dan kepedulian yang tinggi terhadap BMT-MMU. Hal ini terbukti
pada setiap kali BMT-MMU melaksanakan RAT, seluruh anggota biasa diundang
syariah Islam. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini mengenai kegiatan
pada BMT-MMU:
Tabel 4.12
Penghimpunan dan Pengalokasian Dana Sesuai Akad
Sumber dan Alokasi Dana Akad
Pihak I: Mudharabah
Simpanan Pokok
Simpanan Wajib
Simpanan Sukarela
Pihak II:
Sumber Dana BNI Syariah Cabang Malang Mudharabah dan
BSM Cabang Sidoarjo Musyarakah
PNM Surabaya
Pihak III:
Tabungan:
Simpanan Wadiah Wadiah
Tab. Umum Mudharabah Mudharabah
Tab. Mudharabah Berjangka Mudharabah
Penempatan pada Lembaga:
BNI Syariah Mudharabah dan
BSM Musyarakah
PNM
Alokasi Dana Pembiayaan:
Pembiayaan Mudharabah Mudharabah
Pembiayaan Murabahah Jual-Beli
Pembiayaan Musyarakah Mudharabah
Pembiayaan Bai’ Bitsamanil Ajil Jual-Beli
Pembiayaan Qordul Hasan Tathawwu
Sumber : Data diolah peneliti.
yang tak lain adalah santri alumni Pondok Pesantren Sidogiri, juga memberikan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dan dibahas pada bab-
dan anggota luar biasa (tabungan MDA umum, tabungan MDA berjangka,
BNI Syariah, dan BSM), dana cadangan umum, dana sosial, serta ada pula
dari antar koperasi pasiva (namun hal ini sangatlah jarang terjadi). Dari
dana sosial yang terkumpul dan zakat yang dikeluarkan oleh BMT-MMU
setiap tahunnya dialokasikan pada pembiayaan Qordul Hasan dan
2. a. Aspek Jasadiyah
MMU senantiasa berada pada titik di atas standar yang telah ditetapkan
baik oleh Bank Indonesia (minimal 8%) maupun oleh BMT sendiri (10%-
15%). Bila ditinjau dari aspek kualitas aktiva, meskipun nilai prosentase
terus menjadi prioritas. Adanya krisis global pada tahun 2008 cukup
asset yang dimiliki BMT-MMU naik drastis menjadi sekitar 37 triliun dari
tahun sebelumnya yang hanya berkisar 26 triliun. Hingga pada tahun 2008
BOPO selama tahun 2006-2008 adalah 69,53%, 73,77%, dan 73,75%. Itu
berada pada titik aman (kurang dari 100%). Sedangkan dari aspek
minimal 3%. Cash Ratio BMT-MMU selama tahun 2006-2008 adalah 90,17%,
Penurunan LDR ini menunjukkan bahwa dana yang dihimpun lebih besar
b. Aspek Ruhiyah
terhadap masyarakat kelas bawah agar tidak lagi dijerat lehernya oleh
sesuai dengan prinsip syariah Islam serta para pengurus, pengawas, dan
B. Saran
padi dan pembuatan roti, tidak hanya menambah cabang unit SPS saja.
Azis, M. Amin, 2008. Tata Cara Pendirian BMT, Penerbit PKES Publishing, Jakarta.
Bakhri, Mokh. Syaiful, 2004. Kebangkitan Ekonomi Syariah Di Pesantren: Belajar Dari
Pengalaman Sidogiri, Penerbit Cipta Pustaka Utama, Pasuruan.
Hamidah, Lilik, 2007. Pentingnya Likuiditas Dalam Manajemen Dana Pada BMT
Maslahah Mursalah Lil Ummah Pasuruan, Skripsi UIN Malang.
Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim, 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi
Kedua, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P., 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Penerbit
PT Bumi Aksara, Jakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang supomo, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Jusuf, Jopie, 2007. Analisis Kredit Untuk account Officer, Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Lubis, Suhrawardi K, 2004. Hukum Ekonomi Islam, Cetakan ketiga, Penerbit Sinar
Grafika, Jakarta.
Rahman, Afzalur, 1996. Doktrin Ekonomi Islam, Jilid Empat, Penerbit PT Dana
Bhakti Wakaf, Yogyakarta.
Riyadi, Selamet, 2006. Banking Assets and Liability Management, Edisi Ketiga,
Penerbit LPFE UI, Jakarta.
Subagyo, Joko, 2004. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Cetakan Keempat,
Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
Sudarsono, Heri, 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Kedua, Penerbit
Ekonisia, Yogyakarta.
Widodo, Hentarto, dkk, 1999. PAS (Pedoman Akuntansi Syariat) Panduan Praktis
Operasional BMT, Penerbit Mizan, Bandung.
Wirartha, I made, 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Penerbit CV. Andi
offset, Yogyakarta.