Anda di halaman 1dari 71

BAB I SPESIFIKASI UMUM Pengertian dan Istilah Pasal 1 1) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan

Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa. 2) Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok adalah instansi yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2013. 3) Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang dan/atau Jasa milik daerah di Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok. 4) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut LKPP adalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 5) Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi lain Pengguna APBD. 6) Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang ditetapkan Kepala Daerah untuk menggunakan APBD. 7) Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. 8) Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. 9) Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa yang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. 10) Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya. seluruh

11) Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme dalam Pengadaan Barang/Jasa. 12) Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang. 13) Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. 14) Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa adalah tanda bukti pengakuan dari pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi dibidang Pengadaan Barang/Jasa. 15) Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh ULP/Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan Barang/Jasa. 16) Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa. 17) Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Pekerjaan Konstruksi. 18) Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan, adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia Barang/Jasa. 19) Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement adalah Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 20) Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut LPSE adalah unit kerja Dinas Pekerjaan Umum yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik. 21) E-Tendering adalah tata cara pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan

secara elektronik dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. 22) Katalog elektronik atau E-Catalogue adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah. 23) E-Purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog elektronik. 24) Portal Pengadaan Nasional adalah pintu gerbang sistem informasi elektronik yang terkait dengan informasi Pengadaan Barang/Jasa secara nasional yang dikelola oleh LKPP. Ruang Lingkup Pasal 2 1) Ruang lingkup RKS ini meliputi Pengadaan Barang/Jasa pada Proyek Pendistribusian Air Bersih di Kecamatan Cimanggis yang pembiayaannya seluruhnya bersumber dari APBD. 2) Pengadaan Barang/Jasa yang dananya bersumber dari APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam negeri yang diterima oleh Pemerintah Daerah. Pasal 3 Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui pemilihan Penyedia Barang/Jasa. Pasal 4 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam RKS ini meliputi Pekerjaan Konstruksi. Prinsip-Prinsip Pengadaan Pasal 5 Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. efisien; b. efektif; c. transparan d. terbuka; e. bersaing;

f. adil/tidak diskriminatif; dan g. akuntabel. Etika Pengadaan Pasal 6 Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa harus mematuhi etika sebagai berikut: a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa; b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam Pengadaan Barang/Jasa; c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat terjadinya persaingan tidak sehat; d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak; e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses Pengadaan Barang/Jasa; f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam Pengadaan Barang/Jasa; g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; dan h. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa. Pengguna Anggaran Pasal 7 1) PA memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut: a. menetapkan Rencana Umum Pengadaan;

b. mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di website Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok c. menetapkan PPK; d. menetapkan Pejabat Pengadaan; e. menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan; f. mengawasi pelaksanaan anggaran; g. menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; h. menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/ Pejabat Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat; dan i. mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan Barang/Jasa. 2) Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal diperlukan, PA dapat menetapkan tim teknis. Kuasa Pengguna Anggaran Pasal 8 1) KPA pada Kementerian/Lembaga/Institusi pusat lainnya merupakan Pejabat yang ditetapkan oleh PA. 2) KPA pada Pemerintah Daerah merupakan Pejabat yang ditetapkan oleh Gubernur atas usul PA. 3) KPA untuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan ditetapkan oleh PA pada kementerian/Lembaga/Institusi pusat lainnya atas usul Kepala Daerah. 4) KPA memiliki kewenangan sesuai pelimpahan oleh PA. Pejabat Pembuat Komitmen Pasal 9 1) PPK memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut: a. menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi: 1. spesifikasi teknis Barang/Jasa; 2. Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan 3. rancangan Kontrak.

b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa; c. menandatangani Kontrak; d. melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa; e. mengendalikan pelaksanaan Kontrak; f. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA; g. menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA dengan Berita Acara Penyerahan; h. melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan; dan i. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. 2) Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal diperlukan, PPK dapat: a. mengusulkan kepada PA/KPA: 1. perubahan paket pekerjaan; atau 2. perubahan jadwal kegiatan pengadaan; b. menetapkan tim pendukung; c. menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer) untuk membantu pelaksanaan tugas ULP; dan d. menetapkan besaran Uang Muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia Barang/Jasa. Pasal 10 1) PPK merupakan Pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. 2) Untuk ditetapkan sebagai PPK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki integritas; b. memiliki disiplin tinggi; c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas; d. mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN;

e. menandatangani Pakta Integritas; f. tidak menjabat sebagai pengelola keuangan; dan g. memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa. 3) Persyaratan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c adalah: a. berpendidikan paling kurang Diploma 3 (D3) dengan bidang keahlian yang sedapat mungkin sesuai dengan tuntutan pekerjaan; b. memiliki pengalaman paling kurang 2 (dua) tahun terlibat secara aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa; dan c. memiliki kemampuan kerja secara berkelompok dalam melaksanakan setiap tugas/pekerjaannya. Pasal 11 PPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai dari APBD. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Pasal 12 1) PA/KPA menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. 2) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas; b. memahami isi Kontrak; c. memiliki kualifikasi teknis; d. menandatangani Pakta Integritas; dan e. tidak menjabat sebagai pengelola keuangan. 3) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk: a. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak; b. menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui pemeriksaan/pengujian; dan

c. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan. 4) Dalam hal pemeriksaan Barang/Jasa memerlukan keahlian teknis khusus, dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. 5) Tim/tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan oleh PA/KPA. Persyaratan Penyedia Barang/Jasa Pasal 13 1) Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha; b. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan Barang/Jasa; c. memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir baik dilingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak; d. ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi Penyedia Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun; e. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam Pengadaan Barang/ Jasa; f. memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali untuk Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi; g. khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi, harus memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut: SKP = KP P KP = nilai Kemampuan Paket, dengan ketentuan: a) untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 5 (lima) paket pekerjaan; dan b) untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) N. P = jumlah paket yang sedang dikerjakan.

N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. h. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani Penyedia Barang/Jasa; i. sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (SPT Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan. j. secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak; k. tidak masuk dalam Daftar Hitam; l. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman; dan m. menandatangani Pakta Integritas. 2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, huruf h dan huruf i, dikecualikan bagi Penyedia Barang/Jasa orang perorangan. 3) Pegawai Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta dilarang menjadi Penyedia Barang/Jasa, kecuali yang bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta 4) Penyedia Barang/Jasa yang keikutsertaannya menimbulkan pertentangan kepentingan dilarang menjadi Penyedia Barang/ Jasa. Kemampuan Dasar Pasal 14 1) KD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf h pada subbidang pekerjaan yang sejenis untuk usaha non kecil dihitung dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk Pekerjaan Konstruksi, KD sama dengan 3 NPt (Nilai Pengalaman Tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir); dan 2) KD paling kurang sama dengan nilai total HPS dari pekerjaan yang akan dilelangkan.

3) Ketentuan pada ayat (1) dikecualikan dalam hal Pengadaan Barang/Jasa tidak dapat diikuti oleh perusahaan nasional karena belum ada perusahaan nasional yang mampu memenuhi KD. 4) Dalam hal kemitraan, yang diperhitungkan adalah KD dari perusahaan yang mewakili kemitraan (leadfirm). Penetapan Metode Pemilihan Pasal 15 1) Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan dengan Pelelangan Umum. Pasal 16 1) Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi pada prinsipnya dilakukan melalui metode Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi. 2) Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi melalui Metode Pelelangan Umum diumumkan paling kurang di website Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok, dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE, sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. 3) Dalam Pelelangan Umum tidak ada negosiasi teknis dan harga.

Penetapan Metode Penyampaian Dokumen Pasal 17 1) Metode pemasukan Dokumen Penawaran terdiri atas Metode Satu Sampul. 2) Metode satu sampul digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang sederhana dan memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Pengadaan Barang/Jasa yang standar harganya telah ditetapkan pemerintah; b. Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi yang spesifikasi teknis atau volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam Dokumen Pengadaan.

Penetapan Metode Evaluasi Penawaran Pasal 18 1) Metode evaluasi penawaran dalam pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi menggunakan Sistem Gugur. 2) Dalam melakukan evaluasi ULP/Pejabat Pengadaan dilarang mengubah, menambah dan/atau mengurangi kriteria serta tata cara evaluasi setelah batas akhir pemasukan Dokumen Penawaran. Penetapan Metode Penilaian Kualifikasi Pasal 19 1) Kualifikasi merupakan proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari Penyedia Barang/Jasa. 2) Kualifikasi dilakukan dengan cara Pascakualifikasi. 3) Pascakualifikasi merupakan proses penilaian kualifikasi yang dilakukan setelah pemasukan penawaran. 4) Pascakualifikasi dilaksanakan untuk Pengadaan Pelelangan Umum, kecuali Pelelangan Umum untuk Pekerjaan Kompleks. 5) Penilaian kualifikasi dilakukan dengan metode Sistem Gugur, untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi.

Penetapan Jenis Kontrak Pasal 20 1) Kontrak Pengadaan Barang/Jasa meliputi kontrak berdasarkan cara pembayaran. 2) Kontrak Pengadaan Barang/Jasa menggunakan Kontrak Lump Sum. Pasal 21 1) Kontrak Lump Sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut: a. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;

b. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa; c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak; d. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based); e. total harga penawaran bersifat mengikat; dan f. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang. Tanda Bukti Perjanjian Pasal 23 1) Tanda bukti perjanjian terdiri atas surat perjanjian. 2) Surat Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan nilai diatas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Tahapan Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi Pasal 24 1) Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan metode Pelelangan Umum meliputi tahapan sebagai berikut: a. Pelelangan Umum untuk pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan pascakualifikasi yang meliputi kegiatan: 1. pengumuman; 2. pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan; 3. pemberian penjelasan; 4. pemasukan Dokumen Penawaran; 5. pembukaan Dokumen Penawaran; 6. evaluasi penawaran; 7. evaluasi kualifikasi; 8. pembuktian kualifikasi; 9. pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan; 10. penetapan pemenang; 11. pengumuman pemenang; 12. sanggahan;

13. sanggahan banding (apabila diperlukan); dan 14. penunjukan Penyedia Barang/Jasa. Biaya penawaran Pasal 25 Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor untuk pengadaan dokumen ditanggung pihak kontraktor. Dokumen Pangadaan Barang/Jasa Pasal 26 Dokumen Penyediaan Barang/Jasa terdiri paling sedikit atas: a. petunjuk pengisian formulir isian kualifikasi; b. formulir isian kualifikasi; c. instruksi kepada peserta kualifikasi; d. lembar data kualifikasi; e. Pakta Integritas; dan f. tata cara evaluasi kualifikasi. Jaminan Pengadaan Barang/Jasa Pasal 27 1) Jaminan atas Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas: a. Jaminan Penawaran; b. Jaminan Pelaksanaan; c. Jaminan Uang Muka; d. Jaminan Pemeliharaan; dan e. Jaminan Sanggahan Banding 2) Jaminan atas Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat dicairkan tanpa syarat (unconditional) sebesar nilai Jaminan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja, setelah surat pernyataan wanprestasi dari PPK/ULP diterima oleh Penerbit Jaminan.

3) ULP/Pejabat Pengadaan atau PPK melakukan klarifikasi tertulis terhadap keabsahan Jaminan yang diterima. 4) Jaminan dari Bank Umum, Perusahaan Penjaminan atau Perusahaan Asuransi dapat digunakan untuk semua jenis Jaminan. 5) Perusahaan Penjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah Perusahaan Penjaminan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan. 6) Perusahaaan Asuransi penerbit Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah Perusahaan Asuransi Umum yang memiliki izin untuk menjual produk jaminan (suretyship) sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Jaminan Penawaran Pasal 28 1) Jaminan Penawaran diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksipada saat memasukkan penawaran, yang besarnya antara 1% (satu perseratus) hingga 3% (tiga perseratus) dari total HPS

Jaminan Pelaksanaan Pasal 29 1) Jaminan Pelaksanaan diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi untuk Kontrak bernilai diatas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2) Jaminan Pelaksanaan diberikan setelah diterbitkannya SPPBJ dan sebelum penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi. 3) Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan adalah sebagai berikut: a. untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan puluh perseratus) sampai dengan 100% (seratus perseratus) dari nilai total HPS, Jaminan Pelaksanaan adalah sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak; atau b. untuk nilai penawaran terkoreksi dibawah 80% (delapan puluh perseratus) dari nilai total HPS, besarnya Jaminan Pelaksanaan 5% (lima perseratus) dari nilai total HPS.

4) Jaminan Pelaksanaan berlaku sejak tanggal Kontrak sampai serah terima Barang/Jasa Lainnya atau serah terima pertama Pekerjaan Konstruksi. 5) Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah: a. penyerahan Barang dan Sertifikat Garansi; atau b. penyerahan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak khusus bagi Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya. Jaminan Pemeliharaan Pasal 30 1) Jaminan Pemeliharaan wajib diberikan oleh Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus perseratus). 2) Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak harus diberikan kepada PPK untuk menjamin pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang telah diserahkan. 3) Jaminan Pemeliharaan dikembalikan setelah 14 (empat belas) hari kerja setelah masa pemeliharaan selesai. 4) Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dapat memilih untuk memberikan Jaminan Pemeliharaan atau memberikan retensi. 5) Jaminan Pemeliharaan atau retensi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), besarnya 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pasal 31 1) Pendaftaran bagi Penyedia Barang/Jasa yang berminat mengikuti pemilihan Penyedia Barang/Jasa, dapat mengikuti Pelelangan kepada ULP pada: Hari/tanggal Tempat Waktu : : Dinas PU Kota Depok
Jl. Margonda Raya

: Hari kerja

2) Atau

mengunduh

dari

website

Dinas

Pekerjaan

Umum

Kota

Depok

di

http://www.depok.go.id

Pemberian Penjelasan Lelang (Aanwijzing) Pasal 32 1) Untuk memperjelas Dokumen Pengadaan Barang/Jasa, ULP/Pejabat Pengadaan Pemprov DKI Jakarta mengadakan pemberian penjelasan yang akan diadakan pada: Hari /tanggal : Senin, 28 April 2013 Tempat Waktu a. b. c. d. e. f. : Dinas PU Kota Depok
Jl. Margonda Raya

: Pukul 09.00 WIB s/d selesai

2) Dalam acara penjelasan dokumen lelang, dijelaskan mengenai: Metode penyelenggaraan pelelangan; Dokumen yang harus dilampirkan dalam dokumen penawaran; Acara pembukaan dokumen penawaran; Hal-hal yang menggugurkan penawaran; Ketentuan dan cara sub kontrak sebagian pekerjaan kepada usaha kecil termasuk koperasi kecil; Besaran, masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan jaminan penawaran. 3) Dalam acara penjelasan lelang, diumumkan nilai total harga perkiraan sendiri (HPS). 4) ULP/Pejabat Pengadaan dapat memberikan penjelasan lanjutan dengan cara melakukan peninjauan lapangan.

5) Pemberian penjelasan harus dituangkan dalam Berita Acara Pemberian Penjelasan yang ditandatangani oleh ULP/Pejabat Pengadaan dan minimal 1 (satu) wakil dari peserta yang hadir. 6) Apabila tidak ada peserta yang hadir atau yang bersedia menandatangani Berita Acara Pemberian Penjelasan, maka Berita Acara Pemberian Penjelasan cukup ditandatangani oleh anggota ULP yang hadir. 7) Peserta lelang dengan risiko dan biaya sendiri dianjurkan untuk meninjau lapangan pekerjaan dengan saksama untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna menyiapkan penawaran 8) Berita Acara Pemberian Penjelasan dan Adendum Dokumen Pengadaan dapat di download oleh seluruh peserta lelang di portal e-procurement Kota Depok http://www.depok.go.id 1 hari setelah penjelasan lelang. 9) Ketidakhadiran peserta pada saat pemberian penjelasan tidak dapat dijadikan dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran. Pemasukan Dokumen Penawaran Pasal 33 1) Penyedia Barang/Jasa memasukkan Dokumen Penawaran pada : Hari/tanggal Tempat Waktu Hari/tanggal Tempat Waktu a. Surat : Senin, 12 Mei 2013 : Dinas PU Kota Depok
Jl. Margonda Raya

: Hari kerja : Jumat, 17 Mei 2013 : Dinas PU DKI Jakarta


Jl. Margonda Raya

2) Batas ahir pemasukkan Dokumen Penawaran pada :

: 15.00 WIB penawaran yang didalamnya tercantum masa berlaku Penawaran dan

3) Dokumen Penawaran meliputi: mencantumkan harga penawaran; b. Jaminan Penawaran asli;

c. Rincian harga penawaran (daftar kuantitas dan harga), apabila diperlukan; d. Surat kuasa dari pemimpin/direktur utama perusahaan kepada penerima kuasa yang namanya tercantum dalam akta pendirian atau perubahannya (apabila dikuasakan); e. Surat perjanjian kemitraan/kerja sama operasi (apabila ada); f. Dokumen penawaran teknis; g. Formulir rekapitulasi perhitungan TKDN; h. Dokumen isian kualifikasi; dan i. Dokumen lain yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan (apabila ada). 4) Dokumen Penawaran disampaikan sebanyak 2 (dua) rangkap, yang terdiri dari: dokumen asli 1 (satu) rangkap dan rekamannya 1 (satu) rangkap ditandai ASLI dan REKAMAN. 5) Penyedia Barang/Jasa dapat mengubah, menambah dan/atau mengganti Dokumen Penawaran sebelum batas akhir pemasukan penawaran. 6) Dokumen Penawaran yang disampaikan melampaui batas akhir pemasukan penawaran tidak dapat diterima oleh ULP/Pejabat Pengadaan. 7) Sampul direkat dengan lem, disebelah belakang dilak pada 5 (lima) tempat. a. Satu tempat ditengah-tengah. b. Empat tempat masing-masing di sudut sampul. 8) Pada sampul tidak boleh terdapat tulisan-tulisan/simbol-simbol ataupun yang menandakan identitas peserta, kecuali alamat penawaran di sebelah kanan, keterangan isi di sebelah depan kiri atas serta 5 (lima) lak di sebelah belakang. 9) Dokumen penawaran sebelum dimasukkan ke dalam sampul panitia, agar dimasukkan ke dalam sampul yang disediakan oleh pemborong sendiri dengan ukuran bebas tetapi dapat dimasukkan ke dalam sampul panitia, terbuat dari kertas Samson warna coklat, harus tidak tembus kaca. 10) Sampul dalam tidak diijinkan terdapat tanda-tanda/tulisan apapun terkecuali nama dan alamat pemborong di sebelah kanan, kemudian direkat dengan lem.

Contoh sampul penutup


Isi Dokumen Lak

Alamat Penawaran Sampul Depan Sampul Belakang

Pembukaan Dokumen Penawaran Pasal 34 1) Dokumen Penawaran akan dibuka dihadapan peserta pada: Hari/tanggal Tempat Waktu : Senin, 19 Mei 2013 : Dinas PU Kota Depok
Jl. Margonda Raya

: Pukul 09.00 WIB s/d selesai

2) Pembukaan Dokumen Penawaran dilakukan pada hari yang sama segera setelah batas akhir pemasukan penawaran, yang dihadiri paling kurang 2 (dua) peserta sebagai saksi. 3) Apabila tidak ada peserta atau hanya ada 1 (satu) peserta sebagai saksi, maka ULP menunda pembukaan Dokumen Penawaran selama 2 (dua) jam. 4) Apabila setelah ditunda selama 2 (dua) jam, hanya ada 1 (satu) atau tidak ada peserta sebagai saksi, maka pembukaan Dokumen Penawaran tetap dilanjutkan dengan menunjuk saksi tambahan di luar ULP yang ditunjuk oleh ULP. 5) ULP membuka sampul Dokumen Penawaran di hadapan peserta, kemudian dijadikan lampiran Berita Acara Pembukaan Dokumen Penawaran.

6) Setelah dibacakan dengan jelas, Berita Acara ditandatangani oleh anggota ULP yang hadir dan 2 (dua) orang saksi. 7) Berita acara dilampiri Dokumen Penawaran. 8) Salinan berita acara dibagikan kepada peserta yang hadir tanpa dilampiri Dokumen Penawaran, dan ULP dapat mengunggah salinan tersebut melalui website Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta yang dapat diunduh oleh peserta. Evaluasi Penawaran Pasal 35 1) Dalam melakukan evaluasi penawaran, ULP/Pejabat Pengadaan harus berpedoman pada tata cara/kriteria yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan. 2) Dalam evaluasi penawaran, ULP/Pejabat Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa dilarang melakukan tindakan post bidding. Evaluasi Kualifikasi Pasal 36 1) Evaluasi dilakukan terhadap calon pemenang lelang serta pemenang cadangan 1 dan 2 apabila ada. 2) Evaluasi formulir isian kualifikasi dilakukan dengan sistem gugur. 3) Peserta dinyatakan memenuhi persyaratan kualifikasi, apabila: a. formulir isian kualifikasi ditandatangani oleh: 1. direktur utama/pimpinan perusahaan; 2. penerima kuasa dari direktur utama/pimpinan perusahaan yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya; 3. kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen otentik; 4. pejabat yang menurut perjanjian kerja sama berhak mewakili perusahaan yang bekerja sama; atau 5. peserta perorangan. b. memiliki izin usaha pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, kecuali peserta perorangan;

c. menyampaikan pernyataan/pengakuan tertulis bahwa perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan kegiatan usahanya; d. salah satu dan/atau semua pengurus dan badan usahanya atau peserta perorangan tidak masuk dalam Daftar Hitam; e. memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun pajak terakhir (SPT Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan. Peserta dapat mengganti persyaratan ini dengan menyampaikan Surat Keterangan Fiskal (SKF); f. memperoleh paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak; g. memiliki kemampuan pada sub bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non kecil dan kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha kecil; h. memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan; i. menyampaikan daftar perolehan pekerjaan yang sedang dikerjakan; j. memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari bank pemerintah/swasta untuk mengikuti pengadaan pekerjaan konstruksi paling kurang 10% (sepuluh perseratus) dari nilai paket; k. dalam hal peserta akan melakukan kemitraan: 1. peserta wajib mempunyai perjanjian Kerja Sama Operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut; dan 2. untuk perusahaan yang melakukan kemitraan, evaluasi persyaratan pada huruf a) sampai dengan huruf j) dilakukan untuk setiap perusahaan yang melakukan kemitraan.

Pembuktian Kualifikasi Pasal 37 1) Pembuktian kualifikasi terhadap peserta yang memenuhi persyaratan kualifikasi dilakukan setelah evaluasi kualifikasi. 2) Pembuktian kualifikasi dilakukan dengan cara melihat keaslian dokumen dan meminta salinannya. 3) ULP melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit dokumen, apabila diperlukan. 4) Apabila hasil pembuktian kualifikasi ditemukan pemalsuan data, maka peserta digugurkan, badan usaha dan pengurus atau peserta perorangan dimasukkan dalam Daftar Hitam. 5) Apabila tidak ada penawaran yang lulus pembuktian kualifikasi, maka lelang dinyatakan gagal. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) Pasal 38 1) BAHP merupakan kesimpulan dari hasil evaluasi administrasi, teknis, dan harga yang dibuat oleh ULP dan ditandatangani oleh paling kurang seperdua dari jumlah anggota pokja ULP. 2) BAHP bersifat rahasia sampai dengan pengumuman pemenang. 3) BAHP harus memuat hal-hal sebagai berikut: a. nama semua peserta; b. harga penawaran atau harga penawaran terkoreksi, dari masing-masing peserta; c. metode evaluasi yang digunakan; d. unsur-unsur yang dievaluasi; e. rumus yang dipergunakan; f. keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu mengenai hal ikhwal pelaksanaan pelelangan; g. jumlah peserta yang lulus dan tidak lulus pada setiap tahapan evaluasi; dan tanggal dibuatnya Berita Acara. 4) Apabila tidak ada penawaran yang memenuhi syarat, BAHP harus mencantumkan pernyataan bahwa pelelangan dinyatakan gagal dan harus segera dilakukan pelelangan ulang. Apabila peserta yang memenuhi syarat kurang dari 3 (tiga), maka peserta tersebut tetap diusulkan sebagai calon pemenang.

Penetapan dan Pengumuman Pemenang Pasal 39


1) ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan hasil pemilihan Penyedia Barang/Jasa setelah

ditetapkan

melalui

website

Dinas

Pekerjaan

Umum

Kota

Depok

di

http://www.depok.go.id dan papan pengumuman resmi.

Sanggahan Pasal 40 1) Peserta pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang merasa dirugikan, baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya dapat mengajukan sanggahan secara tertulis apabila menemukan: a. penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam Peraturan Presiden ini dan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan Barang/Jasa; b. adanya rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat; dan/atau c. adanya penyalahgunaan wewenang oleh ULP atau Pejabat yang berwenang lainnya. 2) Surat sanggahan disampaikan kepada ULP dan ditembuskan kepada PPK, PA/KPA dan APIP Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok yang bersangkutan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang. 3) ULP wajib memberikan jawaban tertulis atas semua sanggahan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah surat sanggahan diterima. Sanggahan Banding Pasal 41 1) Penyedia Barang/Jasa yang tidak puas dengan jawaban sanggahan dari ULP dapat mengajukan sanggahan banding kepada Gubernur Jawa Barat paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah diterimanya jawaban sanggahan. 2) Penyedia Barang/Jasa yang mengajukan sanggahan banding wajib menyerahkan Jaminan Sanggahan Banding yang berlaku 20 (dua puluh) hari kerja sejak pengajuan Sanggahan Banding.

3) Jaminan Sanggahan Banding ditetapkan sebesar 20/00 (dua per seribu) dari nilai total HPS atau paling tinggi sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). 4) Sanggahan Banding menghentikan proses Pelelangan. 5) LKPP dapat memberikan saran, pendapat dan rekomendasi untuk penyelesaian sanggahan banding atas permintaan Gubernur Jawa Barat 6) Gubernur Jawa Barat memberikan jawaban atas semua sanggahan banding kepada penyanggah banding paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah surat sanggahan banding diterima. 7) Dalam hal sanggahan banding dinyatakan benar, Gubernur Jawa Barat memerintahkan ULP/Pejabat Pengadaan melakukan evaluasi ulang atau Pengadaan Barang/Jasa ulang. 8) Dalam hal sanggahan banding dinyatakan salah, Gubernur Jawa Barat memerintahkan agar ULP melanjutkan proses Pengadaan Barang/Jasa ulang. 9) Dalam hal sanggahan banding dinyatakan benar, Jaminan Sanggahan Banding dikembalikan kepada penyanggah. 10) Dalam hal sanggahan banding dinyatakan salah, Jaminan Sanggahan Banding disita dan disetorkan ke kas Daerah Jawa Barat. Penunjukan Penyedia Barang/Jasa Pasal 42 1) PPK menerbitkan SPPBJ dengan ketentuan: a. tidak ada sanggahan dari peserta; b. sanggahan atau sanggahan banding terbukti tidak benar; atau c. masa sanggah atau masa sanggah banding berakhir. 2) Dalam hal Penyedia Barang/Jasa yang telah menerima SPPBJ mengundurkan diri dan masa penawarannya masih berlaku, pengunduran diri tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan yang dapat diterima secara obyektif oleh PPK. 3) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dengan ketentuan bahwa Jaminan Penawaran peserta lelang yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada Kas Daerah. 4) Dalam hal Penyedia Barang/Jasa yang ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima dan masa penawarannya masih berlaku, maka:

a. Jaminan Penawaran yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada Kas Daerah; dan b. Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi berupa larangan untuk mengikuti kegiatan Pengadaan Barang/Jasa di instansi pemerintah selama 2 (dua) tahun. 5) Dalam hal tidak terdapat sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pengumuman penetapan pemenang dan segera disampaikan kepada pemenang yang bersangkutan. 6) Dalam hal terdapat sanggahan dan/atau sanggahan banding, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah semua sanggahan dan/atau sanggahan banding dijawab, serta segera disampaikan kepada pemenang.

Pelelangan Gagal Pasal 43 1) ULP menyatakan Pelelangan Umum gagal apabila : a. jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses pascakualifikasi kurang dari 3 (tiga) peserta; b. jumlah peserta yang memasukan Dokumen Penawaran untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi kurang dari 3 (tiga) peserta; c. sanggahan dari peserta terhadap hasil pascakualifikasi ternyata benar; d. tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran; e. dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti/indikasi terjadi persaingan tidak sehat; f. seluruh harga penawaran yang masuk untuk Kontrak Lump Sum diatas HPS; g. sanggahan hasil Pelelangan dari peserta ternyata benar; atau h. calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2, setelah dilakukan evaluasi dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi dan/atau pembuktian. 2) PA/KPA menyatakan Pelelangan Umum gagal apabila: a. PA/KPA sependapat dengan PPK yang tidak bersedia menandatangani SPPBJ karena proses Pelelangan Umum tidak sesuai dengan Peraturan Presiden ini; b. pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan ULP atau PPK ternyata benar;

c. dugaan KKN atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan Pelelangan Umum dinyatakan benar oleh pihak berwenang; d. sanggahan dari Penyedia Barang/Jasa atas kesalahan prosedur yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan Penyedia Barang/Jasa ternyata benar; e. Dokumen Pengadaan tidak sesuai dengan Peraturan Presiden ini; f. pelaksanaan Pelelangan Umum tidak sesuai atau menyimpang dari Dokumen Pengadaan; g. calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2 mengundurkan diri; atau h. pelaksanaan Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung melanggar Peraturan Presiden ini. 3) ULP dilarang memberikan ganti rugi kepada peserta Pelelangan Umum bila penawarannya ditolak atau Pelelangan Umum dinyatakan gagal. Pelelangan Ulang Pasal 44 1) Dalam hal Pelelangan Umum dinyatakan gagal, maka ULP segera melakukan penyampaian ulang Dokumen Penawaran. 2) Dalam hal Pelelangan/Seleksi ulang jumlah Penyedia Barang/Jasa yang lulus prakualifikasi hanya 2 (dua) peserta proses Pelelangan dilanjutkan. 3) Dalam hal Pelelangan Umum ulang jumlah Penyedia Barang/Jasa yang memasukkan penawaran hanya 2 (dua) peserta, proses Pelelangan Umum dilanjutkan. 4) Dalam hal Pelelangan ulang jumlah Penyedia Barang/Jasa yang lulus pascakualifikasi hanya 1 (satu) peserta, Pelelangan ulang dilakukan seperti proses Penunjukan Langsung. 5) Dalam hal Pelelangan Umum ulang jumlah Penyedia Barang/Jasa yang memasukkan penawaran hanya 1 (satu) peserta, Pelelangan Umum ulang dilakukan seperti halnya proses Penunjukan Langsung.

BAB II SPESIFIKASI ADMINISTRASI Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pasal 45 1) PPK menyempurnakan rancangan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa untuk ditandatangani. 2) Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dilakukan setelah DIPA disahkan. 3) Para pihak menandatangani Kontrak setelah PenyediaBarang/Jasa menyerahkan Jaminan Pelaksanaan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya SPPBJ. 4) Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas nama Penyedia Barang/Jasa adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar Penyedia Barang/Jasa, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 5) Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa, sepanjang mendapat kuasa/ pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Pasal 46 1) PPK menyerahkan seluruh/sebagian lokasi pekerjaan yang dibutuhkan kepada penyedia sebelum diterbitkannya SPMK. 2) PPK menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender sejak tanggal penandatanganan Kontrak. 3) Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan Kontrak oleh penyedia. 4) Untuk SPK, tanggal mulai kerja dapat ditetapkan sama dengan tanggal penandatanganan SPK atau tanggal dikeluarkannya SPMK.

Penyusunan Program Mutu Pasal 47 1) Program mutu disusun oleh penyedia paling sedikit berisi : a. informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan; b. organisasi kerja penyedia; c. jadwal pelaksanaan pekerjaan; d. prosedur pelaksanaan pekerjaan; e. prosedur instruksi kerja; dan f. pelaksana kerja. 2) Program mutu dapat direvisi sesuai dengan kondisi lokasi pekerjaan. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak Pasal 48 1) PPK bersama dengan penyedia, unsur perencanaan, dan unsur pengawasan, menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak. 2) Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak adalah: a. program mutu; b. organisasi kerja; c. tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan; d. jadwal pengadaan bahan/material, mobilisasi peralatan dan personil; dan e. penyusunan rencana pemeriksaan lokasi pekerjaan. Mobilisasi Pasal 48 1) Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan SPMK. 2) Mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan, yaitu: a. mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan; b. mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung laboratorium, bengkel, gudang, dan sebagainya; atau c. mendatangkan personil-personil.

3) Mobilisasi peralatan dan personil dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. Pemeriksaan Bersama Pasal 49 1) Apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan Kontrak, PPK bersama-sama dengan penyedia melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan bersama dengan melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lokasi pekerjaan untuk setiap rencana mata pembayaran. 2) Untuk pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat membentuk Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan Kontrak atas usul PPK. 3) Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita Acara. Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi Kontrak, maka harus dituangkan dalam adendum Kontrak. Pembayaran Uang Muka Pasal 50 1) Uang Muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk: a. mobilisasi alat dan tenaga kerja; b. pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material. 2) Uang Muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk usaha non kecil paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Barang/Jasa. 3) Nilai Jaminan Uang Muka secara bertahap dapat dikurangi secara proporsional sesuai dengan pencapaian prestasi pekerjaan. Perubahan Kegiatan Pekerjaan Pasal 51 1) Untuk kepentingan pemeriksaan, PA/KPA dapat membentuk Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan Kontrak atas usul PPK. 2) Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lokasi pekerjaan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen Kontrak, maka PPK bersama penyedia dapat melakukan perubahan Kontrak yang meliputi antara lain : a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak;

b. mengurangi atau menambah jenis pekerjaan; c. mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lokasi pekerjaan; dan d. melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam Kontrak yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan. 3) Pekerjaan tambah harus mempertimbangkan tersedianya anggaran dan paling tinggi 10% (sepuluh perseratus) dari nilai Kontrak awal. 4) Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh PPK secara tertulis kepada penyedia kemudian dilanjutkan dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam Kontrak awal. 5) Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara sebagai dasar penyusunan adendum Kontrak.

Laporan Hasil Pekerjaan Pasal 52 1) Pemeriksaan pekerjaan dilakukan selama pelaksanaan Kontrak untuk menetapkan volume pekerjaan atau kegiatan yang telah dilaksanakan guna pembayaran hasil pekerjaan. Hasil pemeriksaan pekerjaan dituangkan dalam laporan kemajuan hasil pekerjaan. 2) Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan, seluruh aktivitas kegiatan pekerjaan di lokasi pekerjaan dicatat dalam buku harian sebagai bahan laporan harian pekerjaan yang berisi rencana dan realisasi pekerjaan harian. 3) Laporan harian berisi: a. jenis dan kuantitas bahan yang berada di lokasi pekerjaan; b. penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya; c. jenis, jumlah dan kondisi peralatan; d. jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan; e. keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan; dan f. catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.

4) Laporan harian dibuat oleh penyedia, apabila diperlukan diperiksa oleh konsultan dan disetujui oleh wakil PPK. 5) Laporan mingguan terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu, serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan. 6) Laporan bulanan terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan, serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan. 7) Untuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek, PPK membuat foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan di lokasi pekerjaan. Pembayaran Prestasi Pekerjaan Pasal 53 1) Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dilakukan oleh PPK, dengan ketentuan: a. penyedia telah mengajukan tagihan disertai laporan kemajuan hasil pekerjaan; b. pembayaran dilakukan dengan sistem termin sesuai ketentuan dalam Dokumen Kontrak; c. pembayaran dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang, tidak termasuk bahan/material dan peralatan yang ada di lokasi pekerjaan; d. pembayaran termin harus dipotong angsuran uang muka, denda (apabila ada), pajak dan uang retensi; dan e. untuk Kontrak yang mempunyai subkontrak, permintaan pembayaran harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh sub penyedia sesuai dengan prestasi pekerjaan. 2) Pembayaran terakhir hanya dilakukan setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) dan berita acara penyerahan pertama pekerjaan diterbitkan.
Pembayaran Tahap I Pembayaran Tahap II Pembayaran Tahap III Pembayaran Tahap IV 20% 40% 35% 5%

Denda dan Ganti Rugi Pasal 54 1) Denda merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada penyedia, sedangkan ganti rugi merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada PPK karena terjadinya cidera janji/wanprestasi yang tercantum dalam Kontrak. 2) Besarnya denda kepada penyedia atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah: a. 1/1000 (satu perseribu) dari harga Kontrak, apabila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan belum berfungsi. 3) Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh PPK atas keterlambatan pembayaran adalah sebesar bunga dari nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia, atau dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam Dokumen Kontrak. 4) Tata cara pembayaran denda dan/atau ganti rugi diatur dalam Dokumen Kontrak. Keadaan Kahar Pasal 55 1) Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi. 2) Yang dapat digolongkan sebagai Keadaan Kahar dalam Kontrak Pengadaan Barang/Jasa meliputi: a. bencana alam; bencana non alam; b. bencana sosial; c. pemogokan;

d. kebakaran; atau e. gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama Menteri Keuangan dan menteri teknis terkait. 3) Dalam hal terjadi Keadaan Kahar, Penyedia Barang/Jasa memberitahukan tentang terjadinya Keadaan Kahar kepada PPK secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak terjadinya Keadaan Kahar, dengan menyertakan salinan pernyataan Keadaan Kahar yang dikeluarkan oleh pihak/instansi yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 4) Tidak termasuk Keadaan Kahar adalah hal-hal merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para pihak. 5) Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh terjadinya Keadaan Kahar tidak dikenakan sanksi. 6) Setelah terjadinya Keadaan Kahar, para pihak dapat melakukan kesepakatan, yang dituangkan dalam perubahan Kontrak. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan Pasal 56 1) Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh PPK atas pertimbangan yang layak dan wajar untuk hal-hal sebagai berikut: a. pekerjaan tambah; b. perubahan disain; c. keterlambatan yang disebabkan oleh PPK; d. masalah yang timbul diluar kendali penyedia; atau e. Keadaan Kahar. 2) Waktu penyelesaian pekerjaan dapat diperpanjang sekurang-kurangnya sama dengan waktu terhentinya kontrak akibat Keadaan Kahar. 3) PPK dapat menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan atas kontrak setelah melakukan penelitian terhadap usulan tertulis yang diajukan oleh penyedia. 4) PPK dapat menugaskan Panitia/Pejabat Peniliti Pelaksanaan Kontrak untuk meneliti kelayakan usulan perpanjangan waktu pelaksanaan. 5) Persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan dituangkan dalam adendum Kontrak.

Serah Terima Pekerjaan Pasal 57 1) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus), penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan pekerjaan. 2) Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, PPK menugaskan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. 3) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh penyedia. Apabila terdapat kekurangan-kekurangan dan/atau cacat hasil pekerjaan, penyedia wajib memperbaiki/menyelesaikannya. 4) PPK menerima penyerahan pertama pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak dan diterima oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. 5) Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima perseratus) dari nilai kontrak, sedangkan yang 5% (lima perseratus) merupakan retensi selama masa pemeliharaan, atau pembayaran dilakukan sebesar 100% (seratus perseratus) dari nilai kontrak dan penyedia harus menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak. 6) Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan. 7) Setelah masa pemeliharaan berakhir, penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan akhir pekerjaan. 8) PPK menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah penyedia melaksanakan semua kewajibannya selama masa pemeliharaan dengan baik. PPK wajib melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang belum dibayar atau mengembalikan Jaminan Pemeliharaan. 9) Apabila penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan sebagaimana mestinya, maka PPK berhak menggunakan uang retensi untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan atau mencairkan Jaminan Pemeliharaan. Penghentian dan Pemutusan Kontrak Pasal 58

1) Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai atau terjadi Keadaan Kahar. 2) Dalam hal kontrak dihentikan, maka PPK wajib membayar kepada penyedia sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai. 3) Pemutusan Kontrak dilakukan apabila: a. denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak; b. penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan; c. penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; atau d. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang. 4) Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan penyedia: a. Jaminan Pelaksanaan dicairkan; b. sisa Uang Muka harus dilunasi oleh penyedia atau Jaminan Uang Muka dicairkan; c. penyedia membayar denda; atau d. penyedia dimasukkan dalam Daftar Hitam. 5) Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena PPK terlibat penyimpangan prosedur, melakukan KKN dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan, maka PPK dikenakan sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pengendalian Pasal 59 1) Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok dilarang melakukan pungutan dalam bentuk apapun dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. 2) Pimpinan Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok wajib melaporkan secara berkala realisasi Pengadaan Barang/Jasa kepada LKPP.

Pengawasan Pasal 60 Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok wajib melakukan pengawasan terhadap PPK dan ULP/Pejabat Pengadaan di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok masing masing, dan menugaskan aparat pengawasan intern yang bersangkutan untuk melakukan audit sesuai dengan ketentuan. Pengaduan Pasal 61 1) Dalam hal Penyedia Barang/Jasa atau masyarakat menemukan indikasi penyimpangan prosedur, KKN dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah atau pelanggaran persaingan yang sehat dapat mengajukan pengaduan atas proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa. 2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditujukan kepada APIP Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok yang bersangkutan atau LKPP, disertai bukti-bukti kuat yang terkait langsung dengan materi pengaduan. 3) APIP Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok dan LKPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan kewenangannya menindaklanjuti pengaduan yang dianggap beralasan. 4) Hasil tindak lanjut pengaduan yang dilakukan oleh APIP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaporkan kepada Gubernur Jawa Barat dan dapat dilaporkan kepada instansi yang berwenang dengan persetujuan Gubernur Jawa Barat dalam hal diyakini terdapat indikasi KKN yang akan merugikan keuangan Daerah, dengan tembusan kepada LKPP dan BPKP. 5) Instansi yang berwenang dapat menindaklanjuti pengaduan setelah Kontrak ditandatangani dan terdapat indikasi adanya kerugian negara. Sanksi Pasal 62 1) Perbuatan atau tindakan Penyedia Barang/Jasa yang dapat dikenakan sanksi adalah: a. berusaha mempengaruhi ULP/Pejabat Pengadaan/pihak lain yang berwenang dalam bentuk dan cara apapun, baik langsung maupun tidak langsung guna memenuhi

keinginannya yang bertentangan dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan/Kontrak, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan; b. melakukan persekongkolan dengan Penyedia Barang/Jasa lain untuk mengatur Harga Penawaran diluar prosedur pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, sehingga mengurangi persaingan yang sehat dan merugikan orang lain; c. membuat dan menyampaikan dokumen atau keterangan lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan Pengadaan Barang/Jasa yang ditentukan dalam Dokumen Pengadaan; d. mengundurkan diri dari pelaksanaan Kontrak dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau tidak dapat diterima oleh ULP/Pejabat Pengadaan; e. tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Kontrak secara bertanggung jawab. 2) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa: a. sanksi administratif; b. pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang. 3) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dilakukan oleh ULP sesuai dengan ketentuan. 4) Apabila terjadi pelanggaran atau kecurangan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa, maka ULP dikenakan sanksi administrasi dan dilaporkan secara pidana.

Pasal 63 1) Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok dapat membuat Daftar Hitam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (2) huruf b, yang memuat identitas Penyedia Barang/Jasa yang dikenakan sanksi oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok. 2) Daftar Hitam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat daftar Penyedia Barang/Jasa yang dilarang mengikuti Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok. 3) Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok menyerahkan Daftar Hitam kepada LKPP untuk dimasukkan dalam Daftar Hitam Nasional. 4) Daftar Hitam Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dimutakhirkan setiap saat dan dimuat dalam Portal Pengadaan Nasional.

Penyelesaian Perselisihan Pasal 64 1) Dalam hal terjadi perselisihan antara para pihak dalam Penyediaan Barang/Jasa Pemerintah, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah untuk mufakat. 2) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian perselisihan tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase. Jika melalui arbitrase pun tidak tercapai, maka alternatif terakhir dilakukan penyelesaian sengketa atau pengadilan yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. BAB III SPESIFIKASI TEKNIS Lingkup Pekerjaan 1) Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan dari kontrak ini meliputi: a. Pekerjaan Persiapan b. Pekerjaan Tanah c. Pekerjaan Beton d. Pekerjaan Struktur e. Pekerjaan Perpipaan f. Pekerjaan Finishing Divisi 1 Pekerjaan Persiapan 1) Mobilisasi dan Demobilisasi a. Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp Kontraktor dan kegiatan pelaksanaan. b. Mobilisasi Kepala Pelaksana (General Superintentent) yang memenuhi jaminan kualifikasi (sertifikasi) menurut cakupan pekerjaannya (pembangunan, atau peningkatan jalan / penggantian jembatan, atau pemeliharaan berkala).

c. Mobilisasi semua staf pelaksana dan pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak. d. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan dimana peralatan tersebut akan digunakan menurut Kontrak ini. e. Penyediaan dan pemeliharaan base camp Kontraktor, jika perlu termasuk kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang, dan sebagainya. 2) Pembersihan dan Pengukuran Lokasi Sebelum Kontraktor memulai pekerjaan galian, penempatan bahan urugan atau penimbunan bahan, dan semua bagian lapangan yang akan dikerjakan atau ditempati untuk rumah pompa, pipa transmisi, BPAB, dan menara, harus dibersihkan dari semua tumbuh tumbuhan dan sampah yang kemudian dibuang ke tempat yang disetujui oleh Direksi Pengawas. a. Pada umumnya tempat-tempat untuk bangunan dibersihkan penebasan/pembabatan harus dilaksanakan terhadap semua-semua semak belukar, sampah yang tertanam serta material lain yang tidak diinginkan berada dalam daerah yang akan dikerjakan, harus dihilangkan, ditimbun kemudian dibakar atau dibuang dengan cara-cara yang disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. b. Pembersihan dan pengukuran dilakukan di sepanjang proyek galian dan lokasi yang telah ditetapkan kontrak. c. Semua sisa-sisa tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput dan sebagainya harus dihilangkan sampai kedalaman 0,50 meter di bawah tanah dasar/permukaan. d. Batu atau material lain yang sejenis, jika ada harus dihilangkan pula sampai kedalaman 0,50 meter di bawah permukaan tanah pada daerah taman, kecuali tidak dapat dilakukan pengambilan batu-batu tersebut. e. Pemborong harus mengerjakan pematokan dan pengukuran untuk menentukan batasbatas pekerjaan serta garis-garis kemiringan tanah sesuai gambar rencana. f. Dari pengukuran ini dibuat gambar kerja yang memuat tentang pembagian lokasi/areal kerja untuk disetujui Konsultan Pengawas, sehingga jadwal pelaksanaan pekerjaan berikutnya dapat dilaksanakan. Jika ada perbaikan dari Konsultan Pengawas, Pemborong

harus melakukan pengukuran ulang. Dalam hal ini harus ada patok referensi tetap yang tidak boleh diganggu. 1. Patok utama yang dibuat dari beton dengan ukuran 20 x 20 x 70 cm setinggi 30 cm dari permukaan tanah. 2. Patok yang lain digunakan untuk pembatas site, terbuat dari pipa PVC pralon yang diberi tulangan besi dengan diameter 14 mm, dicor dengan beton dan diberi tanda koordinat. g. Sebelum pelaksanaan pematokan, Pemborong wajib memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas. h. Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh Pemborong, dimintakan persetujuan Konsultan Pengawas. Hasil pengukuran yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dapat digunakan sebagai dasar bagi pekerjaan selanjutnya. i. Bila terjadi penyimpangan dari gambar pelaksanaan Pemborong harus mengajukan 3 (tiga) gambar penampang dari daerah yang dipatok yang terjadi penyimpangan. j. Konsultan Pengawas akan menandatangani persetujuan pada satu penyimpangan tersebut dan mengembalikannya kepada Pemborong. k. Gambar revisi dibuat di kertas kalkir dengan 3 (tiga) lembar hasil reproduksinya. l. Ukuran maupun huruf yang dipakai pada gambar tersebut harus sesuai ketentuan Konsultan Pengawas dan dijadikan gambar pelaksanaan sebagai pengganti gambar lama. 3) Pembuatan direksi keet Direksi keet dengan luas 20 m terdiri dari ruang rapat, ruang Konsultan Pengawas. Direksi Keet disediakan oleh pemborong dengan menyewa bangunan penduduk yang memenuhi syarat, diantaranya : a. Bahan-bahan yang digunakan adalah : 1. Rangka kayu Borneo super diserut halus untuk bagian expose dan dimensi untuk bagian tersembunyi. 2. Dinding multipleks dengan ketebalan 9 mm sebanyak ( satu ) lapis. 3. Jendela kaca bening dalam rangka kayu Borneo Super. 4. Dinding penyekat ruangan : Plywood atau Softboard dalam rangka kayu Borneo Super yang dikeringkan. lembar gambar

5. Lantai : rabat beton dengan ketinggian 30 cm di atas permukaan tanah. 6. Penutup : asbes semen bergelombang. 7. Langit-langit : tripleks 4 mm di cat putih sebanyak 2 ( dua ) lapis. 8. Dilengkapi dengan instalasi penerangan, telepon dengan nomor tersendiri, air bersih, air bekas dan septictank. b. Perlengkapan kantor : a. 1 ( satu ) meja rapat ukuran 1 x 2 m, serta 8 buah kursi lipat dengan penutup mejanya. b. 4 (empat) meja kerja dengan 4 (empat) buah kursi putar dan 4 (empat) buah kursi biasa. c. 1 (satu) unit lemari kayu dari multipleks 50 x 200 cm panjang disesuaikan kebutuhan untuk penyimpanan contoh bahan/material dan peralatan. d. 1 (satu) buah white board 2,4 x 1,2 m. e. 1 (satu) unit meja gambar ukuran A1 dari kayu yang dapat dilipat, dengan kursi putar. f. 1 (satu) buah lampu petromax atau lampu baterai. g. 2 (dua) unit komputer dan 2 (dua) buah printer ukuran A2. h. 1 (satu) buah filling cabinet 3 (tiga) rak. i. 1 (satu) unit meja untuk memeriksa gambar. j. 1 Unit AC kapasitas 2 PK. k. 8 (delapan) buah helm proyek. l. 8 (delapan) pasang sepatu lapangan. Kantor untuk Pemborong di Proyek ini dibuat oleh Pemborong atas biaya Pemborong sendiri.

4) Pembuatan gudang, bengkel dan barak pekerja Gudang, bengkel kerja, dan barak pekerja dengan luas 70 m. a. Bahan - bahan yang digunakan adalah : 1. Atap terbuat dari asbes semen bergelombang 2. Kaso ukuran 5/7, jenis kayu meranti atau sejenisnya. 3. Balok ukuran 8/12, jenis kayu meranti atau sejenisnya. 4. Papan tripleks 4 mm, ukuran 122 cm x 244 cm (1 lapis). 5. Finishing : dicat dengan cat kayu

6. Paku dan perlengkapan lainnya. 7. Bak penampung air dan kloset. b. Gudang bahan-bahan serta tempat penimbunan material seperti pasir, koral, besi beton, harus terlindung, dibuat secukupnya dan dapat dikunci. Lantai pada gudang semen dibuat bebas dari kelembaban udara, minimal 30 cm di atas permukaan plesteran. c. Bengkel kerja digunakan sebagai tempat berkerja. d. Barak pekerja sebagai tempat untuk penginapan para tenaga kerja, yang dilengkapi dengan WC. 5) Penyediaan air bersih 1) Sumber air adalah dari PDAM dan Sumur Dangkal ( Shallow Well ) Uraian singkat lingkup tersebut meliputi : 1. Mendapatkan penyambungan sumber air dari PDAM. 2. Pembuatan Sumur Dangkal lengkap dengan pompa beserta peralatannya . 3. Pemipaan dari meter air ke water tank. 2) Penyambungan sumber air dari PDAM dan Sumur Dangkal. Kontraktor harus mengurus dan membiayai semua biaya yang diperlukan untuk memperoleh sumber air bersih dari PDAM sampai meter air berikut bak meter. 3) Sistem distribusi air bersih yang termasuk dalam lingkup pekerjaan adalah suatu sistem penyaluran air bersih dari Tangki Penyimpanan Air Bersih ( Ground Water Tank ) ke Tangki Atap dengan bantuan Pompa Pengisi Tangki Atap ( Trasfer Pump ) dan selanjutnya setiap titik pemakai seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana. 6) Penyediaan Listrik dan Penerangan a.Seluruh pekerjaan instalansi listrik yang akan dilaksanakan dikerjakan oleh subkontraktor yang dapat dipercaya, mempunyai reputasi yang baik dan mempunyai pekerja-pekerja yang cakap dan berpengalaman dalam bidangnya, serta perusahaan tersebut terdaftar sebagai instalatir resmi PLN dengan memegang pas instalatir kelas ( C ) yang masih berlaku untuk tahun terakhir yang berjalan. b.Seluruh pekerjaan instalansi harus dikerjakan menurut Peraturan Umum Instalansi Listrik di Indonesia/Peraturan PLN edisi yang terakhir sebagai petunjuk dan juga

peraturan yang berlaku pada daerah setempat dan standard-standard / kode-kode lainnya yang diakui. c.Pengadaan dan pemasangan instalansi penerangan dan stop kontak secara lengkap didalam dan diluar bangunan. d.Pengadaan dan pemasangan panel-panel, peralatan serta instalansi pengkabelannya untuk seluruh beban-beban listrik yang ada sesuai gambar rencana. e.Pengadaan dan pemasangan instalansi penangkal petir f. Instalansi hubungan pengetanahan untuk : 1. Peralatan peralatan yang terbuat dari logam. 2. Bangunan dengan konstruksi baja. 3. Pengadaan dan pengurusan penyambungan daya listrik dari PLN, sebesar yang tertera dalam ganbar rencana. g.Semua komponen dan sistem harus dipasang tanda characteristicnya. 7) Pembuatan papan nama dan rambu lalu lintas a. Bahan - bahan yang digunakan : Tiang Papan/rangka Ukuran Finishing Isi tulisan : Kayu kaso 8 / 12 : Seng : 1,5 m x 1 m : Cat dasar kuning : Minimal menyebutkan Nama Proyek, Pemborong, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan lain-lain yang berkenaan dengan nama Proyek ini. Bentuk Tulisan : Tulisan dengan huruf kapital warna Hitam. Tinggi huruf 8 cm, tebal 1 cm untuk Pemborong, Perencana dan konsultan Pengawas, huruf yang lain disesuaikan. b. Pelaksanaan 1. Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat oleh umum dengan ketinggian 2 meter. 2. Huruf harus jelas mudah dibaca . 3. Papan nama mudah digeser dan dipindahkan, karena pekerjaan berpindah- pindah.

4. Pemasangannya harus tegak dan kokoh. 5. Pembuatan papan nama Proyek harus mendapat persetujuan perencana sebelum dilaksanakan. Divisi 2 Pekerjaan Tanah 1) Galian a. Pekerjaan galian dilaksanakan sepanjang lokasi yang telah ditentukan di daerah kelurahan Jagakarsa. b. Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen. c. Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm dari yang ditentukan dalam Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan pada setiap titik, sedangkan untuk galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang disyaratkan. d. Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan. e. Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan harus dilakukan dengan pelaksanaan setengah badan jalan sehingga jalan tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap saat. f. Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

g. Bilamana lalu lintas pada jalan terganggu karena pekerjaan galian, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu atas jadwal gangguan tersebut dari pihak yang berwenang dan juga dari Direksi Pekerjaan. h. Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-batas dan lingkup proyek bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali. 2) Urugan a. Pekerjaan urugan dan pengurugan kembali sesuai dengan rencana, jaga agar kelembaban tanah maksimum 2 % dari kelembaban optimum, keringkan bila terlalu basah dan basahi bila terlalu kering. b. Urugan dikerjakan lapis per lapis, setiap lapisan maksimal 20 cm. Padatkan setiap lapisan dengan mesin temper atau yang sejenis sampai mendapatkan kepadatan yang disyaratkan. Pemadatan dilakukan sebanyak 3 kali. c. Bahan yang digunakan untuk tanah urugan adalah tanah atau campuran tanah cadas bebas dari organik dan zat-zat lain yang merusak, bebas dari batu karang atau bongkahan berukuran lebih besar dari 65 mm, mempunyai kadar lempung yang rendah, nilai CBR minimum 4 %. d. Pemadatan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan. e. Derajat kepadatan urugan : 1. Di bawah bangunan dan paling tinggi 60 cm di bawah pavements = kepadatan 95 %. 2. Kedalaman 60 cm sampai dengan pavements = kepadatan 90 %. 3. Pada areal penanaman sampai dengan pavements = kepadatan 85 %. f. Quality Control lapangan 1. Pengujian kepadatan di tempat Umum : satu pengujian untuk setiap 400 m3 pemakaian urugan. penggunaan. Penyimpanan : satu pengujian untuk mengontrol kualitas kelembaban, atau efektifitas pemadatan. 2. Pengujian kelembaban dan kepadatan di laboratorium Pekerjaan massa : satu pengujian setiap kali pengangkatan dalam

Satu pengetesan dari setiap 40 buah pengetesan lapangan. Minimum satu test setiap tipe bahan urugan. Divisi 2 Pekerjaan Beton 1) Semen. a. Semua semen yang digunakan adalah semen Portland lokal setara dengan Semen Tiga Roda type I. Semen yang digunakan ini harus memenuhi syarat-syarat menurut Standart Semen Indonesia (SNI 15-2049-2004) baik mutunya maupun cara pengujian semen portland. b. Semua semen yang dipakai harus dari satu merk yang sama, dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah. Bila stoknya sedang tidak ada di pasaran, maka dapat dipakai semen merk lain tanpa meninggalkan syarat kualitas yang telah ditentukan. Pemakaian semen merk lain ini harus seijin dari Konsultan Pengawas secara tertulis. c. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Harus diterima dalam sak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat, dan harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Sak-sak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 meter atau maksimum 10 sak, setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya. d. Kantong-kantong semen yang rusak diperbolehkan untuk dipergunakan. e. Semen yang sebagian sudah membatu dalam kantong sama sekali tidak diperbolehkan untuk dipergunakan. f. Kontraktor wajib menyerahkan kepada Konsultan Pengawas tentang konsinyasi semen yang menyatakan nama pabrik tersebut, type dan jumlah semen yang akan dikirim bersama sertifikat hasil test dari pabrik yang menyatakan bahwa konsiliasi tersebut telah diadakan testing sesuai dengan segala sesuatu yang telah disebutkan dalam standarisasi. dan robek jahitannya sama sekali tidak

2) Agregat. a. Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (agregat kasar) dalam pasir beton harus : 1. Tidak mudah hancur, tidak berpori, harus berupa crushed yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup kekerasannya dan tidak terpengaruh oleh cuaca. 2. Bebas dari tanah liat/tanah (tidak bercampur dengan tanah/tanah liat atau kotoran -kotoran lainnya). Juga tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. 3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat kering), dan yang diartikan lumpur adalah bagian yang dapat lolos melalui ayakan 0,063 mm atau ayakan No. 200 bila ditest sesuai dengan ASTM C-120. Apabila kadar lumpur melampaui 5 % maka agregat harus dicuci. 4. Untuk agregat kasar (koral, kerikil) tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % ditentukan terhadap berat kering. 5. Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain dan terkotori. b. Kontraktor harus mengadakan contoh agregat halus yang akan dipergunakan untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Test-test yang harus dilakukan terhadap terhadap agregat halus (pasir) dapat berupa : 1. Test gradasi sesuai ASTM C-136 2. Test abrous-horder (larutan NaOH) 3. Test-test lainnya bila dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas. c. Test-test yang dilakukan untuk agregat kasar dapat berupa : 1. Test gradasi sesuai dengan ASTM C-136. 2. Test gradasi untuk kadar lumpur sesuai dengan ASTM C-117 3. Test-test lainnya bila dianggap perlu. d. Biaya pengetesan menjadi tanggung jawab Kontraktor. 3) Air. a. Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan di lapangan adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), tidak

mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak beton, tidak mengandung minyak atau lemak. b. Air yang mengandung garam (air laut) tidak diperkenankan untuk dipakai. 4) Admixture. Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan pengerasan maupun untuk maksud-maksud lain dapat dipakai bahan admixture. Jenis dan jumlah bahan admixture yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh Perencana/Konsultan Pengawas. 5) Mutu Beton. a. Beton harus mempunyai kekuatan karakteristik, sesuai dengan gambar rencana. b. Kontraktor diharuskan memuat adukan percobaan (trial mixes). c. Penggunaan Beton Readymix. 1. Kontraktor sepenuhnya bertanggung jawab terhadap kualitas beton yang disupply, kontinuitas pengiriman mutu beton yang disyaratkan (mutu beton K-450). suppliernya. 2. Direksi lapangan sewaktu-waktu akan mengadakan inspeksi ke Batching Plan. 3. Kontraktor harus mengirimkan secara berkala komposisi bahan beton, berat semen, agregat kasar, agregat halus, kadar air, merk aditif yang digunakan kepada Konsultan Pengawas. 4. Setiap pengiriman harus dicatat : Nomor polisi truk. Volume beton. Mutu beton yang digunakan (K-450). Waktu pencampuran bahan-bahan beton. Waktu kedatangan truk. Waktu pengecoran. Ukuran agregat terbesar. Jika ternyata tidak sesuai dengan spesifikasi ini, Kepala Proyek berhak mengganti

Tempat dimana beton tersebut dicor. Slump. Kodefikasi kubus beton yang diambil dari truk tersebut.

5. Beton yang telah berumur lebih dari 2 (dua) jam setelah pencampuran bahan-bahan beton, tidak boleh digunakan dan harus direject. 6) Faktor Air Semen. a. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan. maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut : 1. Faktor air semen untuk balok sloof maksimum 0,60. 2. Faktor air semen untuk kolom, balok, pelat lantai tangga, dinding beton dan lisplank/parapet maksimum 0,60. 3. Faktor air semen untuk konstruksi tempat-tempat basah lainnya maksimum 0,55. b. Untuk konstruksi beton dengan faktor air semen maksimum 0,55 harus memakai plasticizer sebagai bahan aditif. Pemakaian merk dari bahan aditif tersebut harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. 7) Test Kubus Beton (Pengujian Mutu Beton). a. Kepala Proyek berhak meminta setiap saat kepada Pemborong untuk membaut kubus coba adukan beton yang dibuat. b. Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji sesuai dengan SK - SNI T - 15 - 1991 - 03 dan nomor urut yang menerus. c. Ukuran kubus coba atau benda uji adalah 15 x 15 x 15 cm3. Pengambilan adukan beton, percetakan kubus coba dan curingnya harus di bawah pengawasan. d. Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan Kontraktor harus menyingkirkannya dari tempat pekerjaan. Jika pengujian tekanan gagal maka perbaikan harus dilakukan dengan mengikuti prosedur SK - SNI T - 15 - 1991 - 03, untuk perbaikan. e. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung jawab Kontraktor.

f. Semua kubus uji coba jika perlu akan dicoba dalam laboratorium yang berwenang, dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. g. Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas segera setelah selesainya percobaan, paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pengecoran, dengan mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standard, campuran adukan berat kubus benda uji tersebut, dan data-data lain yang diperlukan. h. Nilai slump beton berkisar 8 cm sampai 10 cm 2. 8) Cacat pada Beton. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, Pemberi Tugas mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut : a. Konstruksi beton yang sangat keropos. b. Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar. c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan. d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain. 9) Pengecoran Beton. a. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari pekerjaan, Kontraktor harus memberitahukan Kepala Proyek dan mendapatkan persetujuan. b. Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan menggunakan metode yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat dari tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat-alat pengangkutan mesin haruslah mendapat persetujuan dari KP, sebelum alatalat tersebut di datangkan ke tempat pekerjaan. c. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton selesai diperiksa oleh dan mendapat persetujuan dari Kepala Proyek. d. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah, dan lainlain) dan dibasahi dengan air semen.

e. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian (tinggi jatuh maksimal 2 meter). f. Beton cetakan atau penulangan tidak boleh diganggu sampai 24 jam setelah beton dicor, semua pengecoran dilakukan siang hari dan pengecoran beton dari suatu bagian pekerjaan jangan dimulai bila tidak dapat diselesaikan pada siang hari, kecuali atas izin Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas boleh dikerjakan malam hari. g. Pada penyambungan beton lama dan beton baru maka permukaan beton lama harus dibersihkan terlebih dahulu dan dikasarkan. h. Tempat dimana pengecoran akan dihentikan, harus mendapat persetujuan dari Kepala Proyek. 10) Curing dan Perlindungan Atas Beton a. Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses pengerasan terhadap matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan pengerasan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya. b. Untuk bahan curing dipakai Sealbond atau setara sebanyak 1 liter tiap 6 m2. 11) Pembongkaran Bekisting. a. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan SK-SNI T-15-1991-03, dimana bagian konstruksi yang dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan bebanbeban pelaksanaannya. b. Pekerjaan pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan disetujui sebelumnya oleh Konsultan Pengawas. c. Waktu minimal dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran acuan dari bagian-bagian struktur harus ditentukan dari percobaan-percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimal. d. Setelah acuan dibuka, sisi sudut yang tajam agar dilindungi dari benturan/pengerusakan dari pertolongan papan dan sebagainya. e. Lajur-lajur tulangan yang belum dicor pada bagian atas harus dibungkus dengan spesi semen supaya tidak berkarat dan meneteskan air karat pada permukaan beton.

f. Setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang keropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka pemborong harus segera memberitahukan kepada Konsultan Pengawas untuk meminta persetujuan mengenai cara pengisian atau menutupnya. Divisi III Divisi Struktur Menara 1) Bahan a. Baja Struktur Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk paku keling, baut atau dilas harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M183M - 90 : Structural Steel. Baja lainnya harus mempunyai tegangan leleh minimum sebesar 2500 kg/cm2 dan tegangan tarik minimum sebesar 4000 kg/cm2. Baja struktur untuk gelagar komposit harus mempunyai tegangan leleh minimum sebesar 3500 kg/cm2 dan tegangan tarik minimum sebesar 4950 kg/cm2. Mutu baja, dan data yang berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas pada unit-unit yang menunjukkan identifikasi selama fabrikasi dan pemasangan. b. Baut, Mur dan Ring 1. Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307 Grade A, dan mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segienam (hexagonal). 2. Baut, Mur dan Ring dari Baja Geser Tegangan Tinggi Baut, mur dan ring dari baja tegangan tinggi harus difabrikasi dari baja karbon yang dikerjakan secara panas memenuhi ketentuan dari AASHTO M164M 90 dengan tegangan leleh minimum 5700 kg/cm2 dan pemuluran (elongation) minimum 12 %. 3. Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan ketentuan dari AASHTO M164M-90. Ukuran baut harus sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar. c. Bahan Untuk Keperluan Pengelasan Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam dari kelas baja yang memenuhi ketentuan dari AASHTO M183 - 90, harus memenuhi ketentuan dari ASTM A233.

d. Sertifikat Semua bahan baku atau cetakan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana diminta oleh Direksi Pekerjaan, harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya yang menyatakan bahwa bahan tersebut telah di produksi sesuai dengan formula standar dan memenuhi semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik pembuatanya. Sertifikat harus menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat fisik bahan baku, dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa biaya tambahan. 2) Ketentuan a. Fabrikasi Semua elemen yang dirakit harus cocok dan tepat dalam toleransi yang disyaratkan dalam Pasal 7.4.1.(4). Sambungan dengan baut harus dilengkapi dengan pelat paking, jika diperlukan, untuk menjamin agar celah yang mungkin timbul antar permukaan bidang yang berdampingan yang tidak melampaui 1 mm untuk baut geser tegangan tinggi dan 2 mm untuk jenis sambungan lainnya. Untuk sambungan las, maka setiap penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat kesalahan penjajaran bagian-bagian yang akan disambung tidak melampaui 0,15 kali ketebalan pada bagian yang lebih tipis atau 3 mm. Akan tetapi, baik perbedaan ketebalan yang timbul dari toleransi akibat proses rolling maupun kombinasi toleransi akibat proses rolling dan kesalahan penjajaran yang diijinkan di atas, maka penyimpangan yang melampaui 3 mm harus diperhalus dengan suatu kelandaian yang tidak curam dari 1 : 4. b. Pemotongan Pemotongan harus dilaksanakan dengan akurat, hati-hati dan rapi. Setiap deformasi yang terjadi akibat pemotongan harus diluruskan kembali. Sudut tepi-tepi potongan pada elemen utama yang merupakan tepi bebas setelah selesai dikerjakan, harus dibulatkan dengan suatu radius kira-kira 0,5 mm atau ditumpulkan. Pengisi, pelat penyambung, batang pengikat dan pengaku lateral dapat dibentuk dengan pemotongan cara geser (shearing), tetapi setiap bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan harus dibuang.

Setiap kerusakan yang terjadi akibat pemotongan harus diperbaiki. Sudut-sudut ini umumnya dibulatkan dengan suatu radius 1,0 mm. c. Lubang untuk Baut 1. Diameter lubang tidak boleh lebih besar 2 mm dari diameter nominal baut. 2. Semua lubang harus dibor atau dibor kecil dahulu kemudian diperbesar atau dilubangi kecil dengan alat pons kemudian diperbesar. 3. Bilamana beberapa pelat atau komponen membentuk suatu elemen majemuk, pelatpelat tersebut harus digabung menjadi satu dengan menggunakan klem atau baut penyetel dan lubang harus dibor sampai seluruh ketebalan dalam satu kali operasi, atau sebagai alternatif, pada pekerjaan yang sama dan dikerjakan berulang-ulang, pelat atau komponen dapat dilubangi secara terpisah dengan menggunakan jig atau mal. Semua bagian tepi lubang yang tajam seperti duri akibat pelubangan harus dibuang. d. Pengaku (Stiffer) Pengaku ujung pada gelagar dan pengaku yang dimaksudkan sebagai penunjang beban terpusat harus mempunyai bidang kontak sepenuhnya (baik yang dirakit di pabrik, di lapangan atau baja yang dapat dilas dan terletak di daerah tekan dari flens, dilas sebagaimana yang ditunjukkan dalam rancangan atau disyaratkan) pada flens dimana beban tersebut diteruskan atau dari mana diterimanya beban. Pengaku yang tidak dimak-sudkan untuk menunjang beban terpusat, kecuali ditunjukkan atau disyaratkan lain, dipasang dengan cukup rapat untuk menahan air setelah digalvanisasi. 3) Pelaksanaan a. Perakitan di Bengkel Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan maka unit-unit harus dirakit di bengkel sebelum dikirim ke lapangan. Sambungan Dengan Baut Standar (selain Baut Geser Tegangan Tinggi) Baut yang tidak dikencangkan terhadap beban percobaan (proof load) harus mempunyai mur tunggal yang dapat mengunci sendiri. Ring serong harus

digunakan dimana bidang kontak mempunyai sudut lebih dari 1 : 20 dengan salah satu bidang yang tegak lurus sumbu baut. Baut harus mempunyai panjang sedemikian hingga seluruh mur dapat dimasukkan ke dalam baut tetapi panjang baut tidak boleh melebihi 6 mm di luar mur. Baut harus dimasukkan ke dalam lubang tanpa adanya kerusakan pada uliran. Suatu "snap" harus digunakan untuk mencegah kerusakan kepala baut. Kepala baut dan mur harus dikencangkan sampai rapat pada pekerjaan dengan tenaga manusia yang menggunakan sebuah kunci yang cocok dengan panjang tidak kurang dari 38 cm untuk diameter nominal baut 19 mm atau lebih. Kepala baut harus diketuk dengan palu pada saat mur sedang dikencangkan. Seluruh uliran baut harus berada di luar lubang. Ring harus digunakan kecuali ditentukan lain. b. Penyelesaian Permukaan Bidang Kontak Permukaan bidang kontak dan tempat-tempat yang berdekatan dengan sekeliling elemenelemen baja harus dibersihkan dari semua karat, kerak pabrik, cat, gemuk, cat dasar, dempul atau benda-benda asing lainnya. Setiap bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan atau pelubangan, atau kerusakan lain yang akan menghambat elemenelemen tersebut untuk duduk sebagaimana mestinya atau akan mempengaruhi gaya geser di antara elemen-elemen tersebut harus dihilangkan. Permukaan bidang kontak harus dikerjakan sampai mencapai suatu kekasaran yang cocok. Tidak ada sambungan yang akan dibuat sampai permukaan yang akan dihubungkan telah diperiksa dan diterima oleh Direksi Pekerjaan. c. Pengelasan 1. Prosedur pengelasan baik di bengkel maupun di lapangan, termasuk keterangan tentang persiapan pemukaan-permukaan yang akan disambung harus diserahkan secara tertulis, untuk persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum memulai fabrikasi. 2. Tidak ada prosedur pengelasan yang disetujui atau detil yang ditunjukkan dalam Gambar yang harus dibuat tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan. 3. Cara menandai setiap pelengkap sementara harus disetujui terlebih dajulu oleh Direksi Pekerjaan.

4. Setiap goresan pada pelengkap sementara harus diperbaiki sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana perbaikan dengan pengelasan diperlukan, maka perbaikan ini harus dilaksanakan atas persetujuan Direksi Pekerjaan. 5. Permukaan las yang tampak harus dibersihkan dari residu kerak. Semua percikan pengelasan yang mengenai permukaan harus dibersihkan. 6. Agar dapat memperoleh ketebalan elemen baja yang penuh pada sambungan dengan pengelasan maka harus digunakan pelat penyambung run-on dan runoff pada bagian ujung elemen. d. Pengecatan dan Galvanisasi Semua permukaan baja lainnya harus dicat sesuai dengan ketentuan dari Seksi 8.5 dari Spesifikasi ini. Semua komponen Gelagar Baja Komposit termasuk balok, pelat, baut, ring, diafragma dan sejenisnya harus digalvanisasi dengan sistem pencelupan panas sesuai dengan ASTM A123 - 89. Divisi IV Pekerjaan Bekisting 1) Umum Bekisting harus menghasilkan konstruksi beton akhir yang mempunyai bentuk, ukuran, dan batas batas seperti yang ditunjukkan pada ganbar konstruksi. 2) Bahan a. Pemborong harus memberikan sample bahan yang akan dipakai untuk cetakan beton untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. b. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran yang melekat seperti potongan-potongan kayu, paku, tahi gergaji, tanah dan sebagainya c. Cetakan beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran atau hilangnya air selama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk) dan tidak bergoyang. d. Cetakan beton menggunakan plywood dengan tebal minimum 18 mm dan dapat dipakai untuk dua kali pengecoran beton. Plywood ini diberi penguat berupa kaso 5/7 untuk

menjaga kestabilan bekisting tersebut. Cetakan ini dibuat untuk penyelesaian beton exposed maupun tertutup. 3) Pembuatan Bekisting Bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku. Permukaannya harus halus, rata, tidak boleh ada lekukan atau lubang. Tiang penyangga baik yang vertikal ataupun miring harus dibuat sebaik mungkin untuk memberikan penunjang yang dibutuhkan tanpa melakukan perpindahan tempat, kerusakan, dan overstress pada beberapa bagian konstruksi. Struktur ting ting penyangga harus ditempatkan pada posisi sedemikian rupa sehingga kondisi bekisting benar benar kuat dan kaku untuk menunjang beban hidup dan beban mati. Bila perlu Kontraktor membuat perhitungan besar lendutan dan kekuatan bekisting tersebut. 4) Pemeriksaan Bekisting Bekisting yang sudah selesai dibuat dan siap digunakan, akan diperiksa oleh Direksi Proyek. Beton tidak boleh dicor sebelum bekisting disetujui oleh Direksi Proyek. Untuk menghindari keterlambatan dalam mendapatkan persetujuan, sekurang-kurangnya 24 jam sebelum Kontraktor harus memberitahukan bahwa bekisting sudah siap untuk diperiksa. 5) Pembongkaran Bekisting harus dibongkar tanpa goncangan, getaran, atau kerusakan pada beton. Bekisting tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai suatu kekuatan kubus sekurang- kurangnya cukup untuk memikul 2 kali beban sendiri. Kontraktor harus memberitahu Direksi Proyek apabila bermaksud membongkar cetakan pada bagian bagian yang vital. Keamanan dan tanggung jawab konstruksi beton seluruhnya terletak pada Kontraktor. Divisi V Pekerjaan Tulangan. 1) Semua baja tulangan beton yang digunakan harus : a. Bebas dari kotoran kotoran, lapisan minyak-minyak, karat, tidak cacat (retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya) serta bebas dari bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat terhadap beton. b. Mempunyai penampang yang sama rata. c. Ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar.

2) Baja tulangan harus disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan untuk mencampuradukkan bermacam-macam sumber besi tulangan tersebut untuk pekerjaan konstruksi. 3) Pemasangan baja tulangan dilakukan sesuai dengan gambar-gambar atau mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Untuk itu sebelumnya pemborong harus membuat gambar pembengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan. Hubungan antara baja tulangan yang satu dengan yang lainnya harus menggunakan kawat beton/diikat dengan kawat beton secara kuat dan tidak bergeser selama pengecoran beton berlangsung serta bebas dari lantai kerja atau papan acuan. 4) Kawat pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimal 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu, dan tidak bersepuh seng. 5) Sambungan dan lewatan/overlap besi tulangan harus sesuai SK-SNI T-15-1991-03. 6) Pembengkokan dan pelurusan baja tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin, baja beton dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar. 7) Harus dipasang sedemikian rupa, sebelum dan sesudah pengecoran tidak berubah tempat. 8) Baja tulangan harus disimpan dengan baik, tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan di udara terbuka untuk jangka waktu yang panjang. 9) Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan sesuai dengan RKS ini, maka pada saat pemesanan baja tulangan Pemborong harus menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium, khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini. 10) Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan test periodik minimal 3 (tiga) contoh untuk setiap diameter baja tulangan. ditentukan oleh Konsultan Pengawas. 11) Semua pengetesan tersebut di atas, harus dilakukan di Laboratorium Uji Konstruksi BPPT (LUK - BPPT) Serpong atau Laboratorium lainnya yang direkomendasikan oleh Konsultan Pengawas dan minimal sesuai dengan SII - 0136 - 84. Semua biaya pengetesan ini menjadi tanggung jawab Pemborong. Pengambilan contoh baja tulangan akan

Divisi VI Pekerjaan Perpipaan 1) Umum a. Persyaratan umum 1. Kontraktor harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan pemasangan pipa sesuai dengan yang disyaratkan dalam spesifikesi ini. 2. Pipa yang digunakan untuk pendistribusian yaitu Pipa Black Stell dan Pipa Galvanis 3. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak tercakup dalam spesifikasi dapat dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan praktis yang berlaku di Indonesia dan sesuai dengan petunjuk-petunjuk direksi proyek. b. Pemeriksaan dan trase jalan pipa. Trase jalan pipa akan diberikan oleh pemberi tugas lengkap dengan gambar-gambar. Segala biaya yang timbul untuk menentukan trase ini termasuk pematokannya menjadi tanggung jawab kontraktor. c. Data Geologi Untuk bagian pekerjaan jembatan pipa akan dilakukan pekerjaan boring test. Kalau tidak ditentukan lain, pekerjaan boring test tersebut akan menjadi tanggung jawab pemberi tugas, dan kontraktor dapat memintakan hasil-hasilnya kepada direksi proyek untuk dipelajari. 2) Patok Dan Tanda-Tanda a. Kewajiban kontraktor Kontraktor berkewajiban dan bertanggung jawab agar pipa yang sudah dipasang baik valve dan saluran-saluran lainnya yang diperlukan berada pada jalur yang ditentukan, baik kedalaman maupun kemiringannya. b. Pekerjaan penggalian harus dilakukan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga pekerjaan penggalian pada jalur yang tepat. Bila terdapat kerusakan-kerusakan pada bangunan bawah tanah yang ada sebagai akibat penggalian, kontraktor harus memperbaiki kembali sesuai dengan keadaan semula dengan biaya kontraktor. c. Penyelidikan sarana-sarana di bawah tanah.

Bilamana menurut direksi proyek, diperlukan untuk menyelidiki dan menggali untuk menentukan bangunan-bangunan tanah yang ada. Kontraktor harus melaksanakan penyelidikan penyuntikan pendahuluan trase pipa yang akan digali di bawah direksi proyek atas biaya kontraktor. 3) Pemasangan Pipa a. 1. Penyimpanan dan pengangkutan. Pipa, perlengkapan pipa dan bangunan pelengkapnya yang akan dipasang tersimpan di gudang penyimpanan pipa yang disediakan oleh pemberi tugas. Pengangkutan dari gudang ke tempat pemasangan menjadi tanggung jawab kontraktor termasuk pembiayaannya. Apabila ternyata didalam pelaksanaan pemasangan pipa dan perlengkapannya terdapat kelebihan pipa atau perlengkapannya, kontraktor harus mengembalikan ke gudang atau tempat pengumpulan yang ditentukan oleh direksi proyek. Biaya untuk pengembalian pipa dan potongan-potongan pipa dan perlengkapan pipa tersebut menjadi tanggungan kontraktor. 2. 3. Cara-cara pengangkutan, penyambungan dari pipa-pipa dan ketentuan-ketentuan teknis cara pemasangan akan diberikan petunjuk oleh direksi proyek. Pipa dan perlengkapan pipa yang telah diserahkan kepada kontraktor untuk dilaksanakan pemasangannya harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang atau rusak. Kerusakan tau kehilangan setelah diserahkan kepada kontraktor, harus diganti sesuai dengan kualitas/ bentuk aslinya dan biaya yang ditimbulkan akibat penggantian tersebut menjadi tanggungan kontraktor. 4. Sebelum dan sesudah dipasang, pipa-pipa dan perlengkapan pipa harus dijaga bersih dan diperiksa lagi atas kerusakan dan retak-retak. b. Menurunkan pipa kedalam parit galian 1. Pipa yang akan dipasang diturunkan kedalam galian parit dengan alat-alat khusus yang disediakan oleh kontraktor. 2. Semua pipa, alat-alat bantu valve dan perlengkapan lainnya harus dengan hati-hati diturunkan kedalam parit galian satu-persatu dngan derek, tali-tali dan lain-lain alat yang sesuai agar terhindar dari kerusakan.

3. Bila terjadi kerusakan pada pipa dan perlengkapan akibat kelalaian kontraktor, kontraktor harus mengganti pipa-pipa yang rusak atau memperbaiki (bila masih dapat diperbaiki) kembali seperti semula dengan persetujuan direksi. c. Pembersihan dan Alat-alat bantu Semua pipa yang akan dipasang harus bebas dari segala macam jenis kotoran.Bagian ujung pipa (flens Sphigot) yang akan dipasang harus dicuci terlebih dahulu samapai bersih bagian dalam pipa dari flens socket harus dibersihkan dan harus bebas dari minyak dan gemuk sebelum pipa dipasang sehingga pipa menjadi lebih stabil dan baik. d. Pemeriksaan sebelum pemasangan Semua pipa dan perlengkapan pipa yang akan dipasang serta alat-alat bantu untuk pemasangan tersebut harus diperiksa dengan cermat dan hati-hati sesaat sebelum pipapipa perlengkapan pipa tersebut diturunkan pada lokasi sebenarnya. Bila ada ujung pipa terdapat bengkokan-bengkokan, hal terebut harus dihindarkan atau jung pipa yang bengkok harus dipotong sesuai dengan petunjuk-petunjuk Direksi proyek.Pipa atau fitting yang rusak harus dipisahkan untuk diperiksa oleh Direksi proyek. e. Pemasangan pipa 1. Pada pipa-pipa yang sudah dipasang dicegah jangan sampai kemasukan segala jenis macam kotoran umpamanya bekas puing-puing, alat-alat, bekas pakaian dan lain-lain kotoran yang dapat menganggu kebersihan dan kelancaran aliran air didalam pipa. 2. Setiap pipa yang telah dimasukan ke dalam parit galian harus langsung dipasang dan disetel sambungannya dan kemudian diurug dengan bahan-bahan yang disetujui oleh Direksi proyek serta dipadatkan dengan sempurna kecuali pengurungan pada tempattempat sambungan pipa yang harus diperiksa dan disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Proyek. Setelah diperiksa dan disetujui oleh Direksi Proyek baru diperbolehkan untuk diurug. 3. Semua ujung pipa yang terakhir yang pada saat pemasangannya berhenti, harus ditutup sehingga kotoran ataupun air buangan masuk masuk ke dalam pipa. Cara-cara penutupan pada ujung pipa tersebut harus disetujui Direksi Proyek. 4. Tikungan/belokan (vertikal/horizontal) tanpa elbow dilaksanakan sedemikian rupa sehingga sudut sambungan anatra dua pipa tidak boleh lebih besar dari yang

didizinkan oleh pabrik pipa yang bersangkutan, untuk itu akan diberikan petunjuk lebih lanjut oleh Direksi Proyek. 5. Perubahan arah perletakan pipa (belokan /tikungan), harus dilaksanakan dengan penyambung elbow sesuai, begitu pula untuk percabangan dengan tee atau tee cross (sesuai dengan kebutuhannya). 6. Pembengkokan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak diperbolehkan tanap persetujuan Direksi Proyek. 7. Pada waktu pemasangan pipa, parit galian atau perletakan pipa harus kering tidak boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus bersih, Penyambungan pipa hanya dilakukan dalam keadaan kering. 8. Disekeliling pipa harus diberi pasir urug sesuai dengan gambar atau bila tidak dinyatakan lain diberi lapisan pasir urug sedemikian rupa sehingga terdapat pasir setebal 10 cm dibawah. Disamping pipa kecuali untuk pipa-pipa yang memotong jalan diurug dengan pasir pasang penuh. 9. Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti tee, elbow dan sebagainya harus diberi blok-blok angker dari beton campuran 1:2:3 10. Setiap pekerjaan pemasngan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam kerja, ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk mencegah masuknya kotoran/benda-benada asing/air kotor ke dalam pipa. f. Pemotongan Pipa Apabila benar-benar diperlukan , pemotongan pipa dapat dilakukan kontraktor dengan persetujuan Direksi Proyek dan harus dilaksanakan dengan alat yang sesuai/khusus untuk jenis atau bahan pipa yang dipasang, agar benar-benar dijamin penyambungannya yang baik sesuai dengan syarat-syarat teknis dari pabrik pipa yang bersangkutan.

g. Penyambungan Pipa 1. Penyambungan pipa dilaksanakan sesuai dengan petunjuk penyambungan pipa dari pabrik pembuat pipa dan atau berdasakan petunjuk dari Direksi Proyek 2. Sambungan Pipa PVC dengan TS-Joint(dengan menggunakan lem). 3. Setelah pengleman bersihkan mulut socket dari sisi bahan prekat yang mungkin ada.Sesudah 2-3 menit, sambungan itu sudah menjadi kuat. Uji coba tekan baru dapat dilakukan setelah 24 jam kemudian. 4) Pengetesan Pipa a. Umum 1. Pipa yang telah dipasang harus dites/diuji persambungannya untuk mengetahui apakah penyambungan pipa sudah dilakukan dengan sempurna. 2. Pengetesan pipa dilaksanakan harus dengan sepengetahuan dan disaksikan Direksi Proyek. Pengetesan ulang harus dilaksanakan kembali bila hasil pengetesan belum mendapat persetujuan Direksi Proyek. Bila tidak ditentukan lain, maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pengetesan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor. 3. Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari panjang pipa dengan panjang pipa untuk tiap kali pengetesan tidak lebih dari 400 m. 4. Pengetesan pipa harus dilakukan dengan tekanan minimal 20 (dua puluh) atmosfer atau dua kali tekanan kerja pipa, dan apabila selama 1 (satu) jam tekanan tidak berubah atau turun, test dinyatakan berhasil dan dapat diterima. 5. Pengetesan dapat dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut: Hydrostatic Pressure Test Leakage Test

6. Segala biaya untuk pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor. b. Hydrostatic Pressure Test 1. Umum Setelah pipa dipasang dan sebagian telah diurug, pada pipa tersebut harus dilakukan pengujian tekanan hidrostatis (Hydrostatic Pressure Test).

Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian ini disediakan oleh Kontraktor, cara-cara pelaksanaan pengujian harus mendapat persetujuan Direksi Proyek. 2. Pelaksanaan Pengujian Sebelum dilaksanakan pengujian, semua udara harus dikeluarkan dari dalam pipa dengan cara mengisi pipa dengan air sampai penuh. Bila pada jalur pipa yang diuji tidak terdapat valve pembuangan udara (air valve), Kontraktor dapat memasang kran pembuang udara pada tempat yang disetujui Direksi Proyek. Setelah udara habis terbuang dari dalam pipa, kran pembuang udara ditutup rapatrapat dan kemudian pengujian dapat dilakukan. Saat-saat dilakukan pengujian, semua kran-kran harus dalm keadaan tertutup. 3. Lama pengujian dilaksanakan minimum 60 menit. Hasil Pengujian Pada waktu pengujian, semua sambungan pipa, fittings maupun perlengkapan lainnya harus diuji atau dites pada galian parit yang terbuka (belum diurug). Bila kelihatan ada kebocoran-kebocoran pada sambungan-sambungan tersebut maka sambungan tersebut harus diperbaiki sehingga tidak terdapat kebocoran pada tempat sambungan tersebut. Bila ada pipa-pipa, sambungan pipa, fittings pipa lainnya yang retak ataupun rusak pada waktu pengujian tersebut, maka pipa, sambungan pipa, fitting dan perlengkapan tersebut harus diganti dengan yang baru dan pengetesan pipa harus diulang kembali. c. Pengujian Kebocoran (Leakage Test) 1. Umum Pengujian kebocoran harus dilaksanakan setelah pengujian tekanan hidrostatic selesai dilaksanakan dan disetujui Direksi Proyek. Kontraktor harus mempersiapkan semua peralatan-peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pengujian kebocoran. Lamanya pengujian untuk tiap-tiap kali pengujian adalah 2 jam dan selama pengujian, pipa-pipa harus tetap menunjukan tekanan normal 10 kg/cm2. Hasil pengujian dianggap baik dan akan disetujui Direksi Proyek bila memenuhi standar pengujian kebocoran untuk tekanan 10 kg/cm2.

Bila hasil pengujian tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan, Kontraktor dengan biaya sendiri harus memperbaiki kebocoran-kebocoran pada sambungansambungan pipa sampai hasil pengujian kebocoran memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Divisi VII Pekerjaan Finishing 1) Pengembalian Kondisi Awal Kontraktor berkewajiban serta bertanggung jawab untuk perbaikan kembali seperti keadaan/konstruksi semula (sebelum pemasangan pipa) dengan konstruksi dan kualitas yang minimal harus sama, untuk semua bangunan dan konstruksi lainnya yang rusak oleh rekanan akibat pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa, antara lain: a. Jalan aspal harus kembali beraspal. b. Jalan batu harus kembali berbatu. c. Trotoar berbeton harus kembali berbeton. d. Bidang tanah berumput/tanaman-tanaman yang rusak harus kembali berumput/tanamantanaman seperti semula. Dan lain-lain yang dijumpai selama pelaksanaan pekerjaan. Biaya yang timbul akibat perbaikan ini adalah tanggung jawab Kontraktor. Setelah pemasangan pipa, sisa-sisa tanah/material bekas galian/urugan harus diangkut dan dibuang ke tempat yang disetujui Direksi Proyek sehingga bersih/rapi dan biaya yang timbul untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab Kontraktor.

2) Pengecatan a. b. Semua pipa baja yang terbuka terhadap udara, harus diberi dua lapisan cat dasar setelah di permukaan pipa terlebih dahulu dibersihkan dan sudah kering. Semua sambungan pipa baja yang pengelasannya dilaksanakan di lapangan, maka setelah selesai dilas bagian lapisan dalam dan luar haerus diperbaiki kembali. Bagian pipa yang sudah diperbaiki tersebut, harus dilapisi kembali dengan ter ataupun cat dasar meni merah seperti sebagaimana keadaan semula.

Tabel Bill Of Quantity


Bill of Quantity Perencanaan Penyediaan Air Bersih Di Kecamatan Cimanggis
No.
Bab I 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7

Uraian Pekerjaan
Pekerjaan Persiapan Pembersihan dan Pengukuran Lahan Pembuatan Direksi Keet Pembuatan Gudang,bengkel dan Barak Pembuatan Papan Nama Penyedian Listrik dan Penerangan Penyediaan sanitasi dan air bersih Mobilisasi dan Demobilisasi

Jumlah
120 20 70 1 4 1 1

Satuan
m2 m2 m2 Units Units Units Ls

Bab II Pekerjaan Tanah 2.1 Galian Tanah untuk Pipa 2.1.1 Distribusi 2.1.2 Sekunder 2.1.3 2.2 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.3 2.4 Bab III 3.1 3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.2 3.2.1 3.2.2 3.2.3 3.2.4 3.2.5 Primer Galian Tanah untuk Pondasi Bangunan Pengolahan Pompa Menara Timbunan Pembuangan tanah sisa galian Pekerjaan Perpipaan Pipa Galvanis untuk Distribusi Sekunder Primer Alat Sambung / Pelengkap Elbow Socket Redusser Tee Alat Pelengkap

907.34 18128.17 15306.95 18.225 0.36 36

m m m m m m m m

3 3 3

3 3 3 3 3

34327.91 96.63

3954 1529 38

Units Units Units Units Units Units Units Units

53 8336 7 26 113

Bab IV Pekerjaan Struktur 4.1 Rangka Menara Horizontal Vertikal Diagonal 4.2 Bangunan Pengolahan 4.2.1 Pekerjaan Penulangan 4.2.2 Pekerjaan Pembekestingan Papan Kaso Klem 4.2.3 Bab V 5.1 5.2 5.3 Pekerjaan Pembetonan Pekerjaan Finishing Pembersihan Lokasi Pengecatan Menara Dokumentasi

2012

Buah

56 Lembar 120 Batang 60 Units 637.2 m


3

1 20 1

Ls Kg Unit

Tabel Lembar Pekerjaan


Detail Pekerjaan Proyek Penyambungan Penyediaan Air Bersih Di Kecamatan Cimanggis Depok - Jawa Barat

No

Pekerjaan

Dimensi Perhitungan Jumlah Qty. Unit P L T Volume Total

BAB I Pekerjaan Persiapan 1 Pembersihan dan Pengukuran Lahan

15 8

15 x 8

120

Pembuatan Direksi Keet

5 4 3.5

5 x 4 x 3.5

20

Pembuatan Gudang,bengkel dan Barak

10 7 3.5

10 x 7

70

Pembuatan Papan Nama

- -

buah

Penyedian Listrik dan Penerangan

- -

buah

Penyediaan sanitasi dan air bersih


- 1 ls 1

Mobilisasi dan Demobilisasi


- 1 ls 1

No

Pekerjaan

Dimensi L

Qty.

Perhitungan Jumlah Unit Volume Total

BAB II Pekerjaan Tanah 1 Galian Tanah Untuk Pipa a. Pipa Distribusi

1225.45 0.635 1.166

907.34

b. Pipa Sekunder

8463.17 1.111 1.928

1 pxlxt

m 18128.17

c. Pipa Primer

3583.32 1.588 2.69

m 15306.95

Galian Tanah Untuk Pondasi a. Pondasi Bangunan Pengolahan

1.5

1.5

0.9

1.5 x 1.5 x 0.9 m

18.225

b. Pondasi Pompa

0.6

0.6

0.5

0.6 x 0.6 x 0.5 m

0.36

c. Pondasi Menara

1x3x3

36

d. Galian Tanah Untuk Blok Beton

0.5

55

27.5

Urugan Tanah 10 Timbunan 7 3.5 m 34327.91

Pembuangan tanah sisa galian 1 G- U m 96.63

No

Pekerjaan

Dimensi Perhitungan Jumlah Qty. Satuan P L T Volume Total

BAB III Pekerjaan Perpipaan 1 Pipa Galvanis a. Pipa Distribusi 38 20 / 6 m b. Pipa Sekunder 1529 35 / 6 m c. Pipa Primer 3954 Unit 38 Unit 1529 Unit 3954

20 / 6 m Alat Sambung a. Elbow 50 35 20 b. Socket 50 35 20 c. Reduser 50 - 35 35 - 20 d. Tee 50 35 20 e. Alat Pelengkap Katup Kran Water Meter Water Pressure Barrel Union

1 19 33

Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit

1 19 33

57 2302 5977

57 2302 5977

1 6

1 6

0 7 19

0 7 19

55 1 1 1 55

55 1 1 1 55

No

Pekerjaan

Dimensi L T

Qty.

Perhitungan Volume

Unit

Jumlah Total

BAB IV Pekerjaan Struktur 4.1 Menara 4.1.1 a. Batang Vertikal m

Profil 2L 300 x 300 x 30 4.1.2 b. Batang Horizontal 1 22 x 165 m 0

Profil 2L 300 x 300 x 30 4.1.3 c. Batang Diagonal

10 Profil 2L 300 x 300 x 30 4.1.4 d. Pelat

3.5

10 x 7

245

buah

4.2 4.2.1

Bangunan Pengolahan
a. Pekerjaan penulangan 16 12 1662 buah 1662

16

12

350

buah

350

b. Pekerjaan pembekistingan
Papan

1.8

56

lembar

56

Kaso 4 0.05 0.07 120 Klem c. Pekerjaan pengecoran 60 Units 60 batang 120

Samping 14 10 6 9 Ketebalan 0.3 m 14 x 10 6 x 0.3 m 637.2

Atas

No

Pekerjaan

Dimensi Perhitungan Jumlah Qty. Unit P L T Volume Total

BAB I Pekerjaan Persiapan 1 Pengembalian Kondisi Awal

Pengecatan

22 x 165

Anda mungkin juga menyukai