Anda di halaman 1dari 12

Bed Side Teaching - THT

201 1

STATUS MAHASISWA BAGIAN THT RSUD dr. SLAMET GARUT

NAMA UMUR PEKERJAAN

: Tn.A : 41 tahun (L) : Petani

NO CM TANGGAL KASUS KE

: 01436XXXXX : 28 September 2011 : 1

SUKU BANGSA : Sunda

PEMERIKSA : Satrio Bhuwono Prakoso

ANAMNESA

: Auto dan alloanamnesa pasien pada tanggal 28 september 2011

KELUHAN UTAMA : Benjolan pada rahang kiri bawah ANAMNESA KHUSUS : Seorang laki-laki berumur 41 tahun datang ke IGD RSU dr. Slamet Garut dengan benjolan pada rahang kiri bawah sejak 2 bulan SMRS. Awalnya pasien mengaku ukuran benjolan sebesar bola kelereng yang semakin membesar sampai dengan ukuran buah apel. Rasa nyeri di benjolan juga dirasakan dari awal benjolan muncul yaitu 2 bulan SMRS. Sejak 2 minggu yang lalu, pasien juga mengeluh sakit saat menelan dan membuka mulut sehingga pasien sulit sulit makan walaupun bubur sekalipun yang membuat pasien lemah dan lesu. Pasien sering merasakan demam dan batuk yang hilang timbul sejak timbul benjolan. Pasien tidak mengeluh ada keluhan di bagian tubuh lainnya. Riwayat sakit gigi di mulut kiri bawah diakui pasien. Riwayat gangguan BAB dan BAK disangkal pasien. Riwayat pendengaran terganggu, nyeri telinga, pilek, dan pusing disangkal pasien. Riwayat pengobatan paru disangkal oleh pasien. Riwayat alergi disangkal pasien. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami kejadian seperti ini.

1 Satrio Bhuwono P 1102007256

Bed Side Teaching - THT

201 1

Riwayat penyakit Dalam Keluarga Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. STATUS GENERALIS Kesadaran Keadaan Umum Tensi Nadi : Compos mentis : : 100/60 mmHg : 92 x/menit BB : 45 kg

Suhu : 37,0 C Gizi : Kurang

Pernafasan : 24 x/menit Kepala Mata

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek pupil +/+

Hidung : Deformitas (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-), epistaksis -/Mulut Leher Thorax Cor Pulmo : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-) : Gerak hemithorak simetris, vesikuler diseluruh lapang paru, ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen Hati Lien Extremitas: Superior : Aktivitas baik. : Tidak ada pembesaran : Tidak teraba pembesaran : Sianosis (-), lihat status lokalis. : Trakea Deviasi (-), pembesaran KGB (-)

2 Satrio Bhuwono P 1102007256

Bed Side Teaching - THT

201 1

Inferior

: Aktivitas baik, tidak ditemukan udem tungkai pada kedua kaki pasien.

STATUS LOKALIS 1. TELINGA TELINGA KANAN TELINGA KIRI

Daun telinga Liang Telinga

: Normal : Tenang, nyeri tekan (-), Serumen (-), sekret (-)

Normal Tenang, nyeri tekan (-), serumen (-), sekret (-) Intak, reflek cahaya (+) Nyeri tekan (-)

Gendang Telinga Daerah Retro Aurikuler TEST PENALA RINNE WEBER SCWABAH TEST BERBISIK AUDIOGRAM 2. HIDUNG

: Intak, reflek cahaya (+) : Nyeri tekan (-) : : + : tidak ada lateralisasi : sama dengan pemeriksa : tidak dilakukan : tidak dilakukan

+ tidak ada lateralisasi sama dengan pemeriksa tidak dilakukan tidak dilakukan

2.1. Rhinoskopi Anterior Hidung Luar Vestibuler Lubang Hidung Rongga Hidung Septum
3 Satrio Bhuwono P 1102007256

: simetris,tidak hiperemis : siliar +/+, tenang +/+ : tenang +/+, sekret -/: tenang +/+ : deviasi (-)

Bed Side Teaching - THT

201 1

Konka Inferior Meatus Inferior Pasase Udara

: hiperemis -/: sekret -/: +/+

2.2. Rhinoskopi Posterior ( tidak dilakukan karena pasien mengalami trismus ) Koana Sekret Konka Muara Tuba Eustachius Torus Tubarius Fossa Rosenmuller Adenoid : : : : : : : Septum Bagian Belakang :

2.3. Transiluminasi (tidak dilakukan)

3. FARING 4. LARING Laringoskopi Indirek (tidak dilakukan karena os mengalami trismus) Epiglotis : Arkus faring Uvula Dinding Faring Tonsil Palatum Post Nasal drip Reflek Muntah : Hiperemis (+) : Deviasi (-) : Tidak terlihat karena pasien mengalami trismus : Tidak terlihat karena pasien mengalami trismus : gerak simetris : : +

4 Satrio Bhuwono P 1102007256

Bed Side Teaching - THT

201 1

Plika Ariepiglotika Pita Suara Asli Pita Suara Palsu Aritenoid Rima Glotis Fossa Piriformis Trakhea

: : : : : : :

5. MAKSILOFASIAL 6. LEHER DAN KEPALA Tidak ada pembesaran KGB Trakea ditengah Di mandibula terdapat massa immobile, konsistensi padat, berbatas tegas, sedikit berfluktuatif, kemerahan, nyeri tekan dengan ukuran 5x5x8 cm. Simetris Parese N. VII (-)

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG : - Laboratorium A. Darah Rutin Hb Ht Leukosit Eritrosit Basofil Eosinofil N. Batang : 9,4 g/dl : 27 % : 28.200/mm3 : 3,35 juta/mm3 :0 :1 :2 ( 13-18 g/dl ) ( 40-52 % ) ( 3.800-10.600/mm3) ( 150.000-440.000/mm3 ) ( 3,5-6,5 juta/mm3 ) ( 0-1 ) (1-6 ) ( 3-5 ) ( 40-70 )

Trombosit : 165.800/mm3

B. Hitung Jenis

N. Segmen : 35

5 Satrio Bhuwono P 1102007256

Bed Side Teaching - THT

201 1

Limfoid Monosit

: 60 :2

( 30-45 ) ( 2-10 ) ( s/d 37 ) ( s/d 40 ) ( 15-50 ) ( 0,7-1,2 )

C. Kimia Klinik AST ( SGOT ) : 155 U/L ALT ( SGPT ) : 54 U/L Ureum Kreatinin : 165 mg/dl : 1,19 mg/dl

Glukosa darah sewaktu : 109 mg/dl ( < 140 )

- Rontgen foto scheidel AP lateral 8. DIAGNOSA KERJA : Tumor Mandibula Sinistra + anemis

9. DIAGNOSA BANDING : Tumor Mandibula Sinistra + infeksi sekunder + anemis

10. PENGOBATAN Medikamentosa : Antibiotik : inj Cefotaxime 1gr/5ml 2 dd I Inf Metronidazole 500 mg 3dd I Analgetik : Inj Ketorolac 10 mg/ml 2 dd I Lain-lain : Ranitidin 2 dd I amp Non medikamentosa : Diet TKTP

RENCANA OPERASI : Biopsi insisi dengan lokal anastesi untuk pemeriksaan Patologi Anatomi 11. PROGNOSA Quo ad Vitam Quo ad functionam : Dubia ad bonam : Dubia ad malam

6 Satrio Bhuwono P 1102007256

Bed Side Teaching - THT

201 1

PENILAIAN

: A, AB, B, BC, C, CD,D,DE,E

INSTRUKTUR

: dr. H. Gunawan Kurnaedi, Sp.THT-KL

TANDA TANGAN

PEMBAHASAN Berdasarkan anamnesa pada pasien ini didapatkan keluhan benjolan pada rahang bawah kiri sejak 2 bulan SMRS akibat sakit gigi keluhan disertai sulit menelan (odinofagia), nyeri pada saat menelan (disfagia). Pasien juga merasa demam, badannya lemah, lesu dan susah membuka mulutnya. Pada pemeriksaan leher dan kepala tampak mandibula terdapat massa immobile, konsistensi padat, berbatas tegas, sedikit berfluktuatif, kemerahan, nyeri tekan dengan ukuran 5x5x8 cm. Bengkak yang semakin cepat membesar dan nyeri yang timbul bersamaan dengan nyeri dapat dikarenakan tbengkak yang terjadi akibat tumor yang agresif atau adanya infeksi sekunder. Sedangkan terjadinya fungsi yang terganggu akibat fungsi mobilisasi pada rahang disebabkan oleh perubahan motorik dan sensorik akibat tertekannya saraf oleh massa tumor. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik di atas, psien di diagnosa dengan tumor mandibula sinistra, dan diagnosa banding tumor mandibula sinistra dengan infeksi sekunder karena rasanya nyeri, kemerahan, pembesaran yang cepat, dan massa yang sedikit fluktuatif merupakan tanda-tanda dari infeksi. Pada pasien ini diberikan terapi pengobatan antibiotik : inj Cefotaxime 1gr/5ml 2 dd I, Inf Metronidazole 500 mg 3dd I, analgetik : Inj Ketorolac 10 mg/ml 2 dd I, dan ranitidin inj 2 dd I. Nonmedikamentosa : diet tinggi kalori tinggi protein.

7 Satrio Bhuwono P 1102007256

Bed Side Teaching - THT

201 1

TEORI TUMOR MANDIBULA


A. Anatomi Mandibula Mandibula adalah tulang rahang bagian bawah. Terdiri dari 2 bagian mandibula kiri dan kanan yang disatukan oleh simfisis mandibula. Bagian alveolar berisi soket gigi bawah. Ramus mandibular yang terletak di kedua sisi rahang memiliki dua prosesus. a. Prosesus kondiloid berfungsi untuk artikualsi dengan tulang temporal pada fosa mandibular, b. Prosesus koronoid berfungsi sebagai tempat perlekatan otot temporal.

8 Satrio Bhuwono P 1102007256

Bed Side Teaching - THT

201 1

B. Tumor Mandibula Tumor odontogenik Merupakan tumor dari elemen epitelial, mesenkimal, ataupun campuran yang merupakan aparatus pembentukan gigi. Etiologi dan patogenesis belum jelas, namun ada yang disangkutpautkan dengan inflamasi atau infeksi kronis dari gusi dan gigi. Biasanya asimptomatik kecuali muncul infeksi dan adanya keganasan. I. Epithelial Odontogenic Tumors 1. Ameloblastoma Mempunyai insiden yang relatif rendah, hanya berkisar 1 persen dari tumor dan kista rahang. Beberapa asal ameloblastoma telah diduga, termasuk epitel yang membatasi kista dentigerus, sisa lamina, dan lamina basalis. Banyak pada usia 20-49 tahun. Timbul pada mandibula dari 90 persen kasus. Karena tumor diterapi denegan pembedahan atau hemiseksi 2. Odontogenic adenomatoid tumor (Adenomatoid odontogenic tumor)

9 Satrio Bhuwono P 1102007256

Bed Side Teaching - THT

201 1

Tumor ini sedikit lazim pada wanita dan biasanya terjadi pada dekade kedua kehidupan. Lebih dari 90 persen individu yang terkena berusia 12-30 tahun. Secara radiografi tumor ini radioulsen, mirip kista dentigerous atau kista periodontal. Tumor meluas ke lempeng kortikal tetapi tidak invasif dan secara operatif dapat dilepaskan dengan mudah. 3. Calcifying epithelial odontogenic tumor (Pindborg tumor) Tumor ini mungkin invasif dan secara lokal dapat kambuh, mempunyai persamaan dengan ameloblastoma. Waktu tumor tumbuh, tumor ini meluas mengelilingi struktur tulang dan menimbulkan pembengkakan yang nyata. 75 persen dari tumor ini tumbuh pada mandibula. Gambaran radiografi biasanya campuran radioulsen dan radioopak, demham pulau-pulau padat yang tersebar diantaranya. II. Mixed Odontogenic Tumors Epithelial and Mesenchyma 1. Ameloblastic fibroma Sebagian besar tumor ini berusia 5 sampai 20 tahun. Tumor ini biasanya tanpa rasa sakit, tanpa gejala, ekspansi yang lambat pada lempeng kortikal dari daerah permolar-molar dan sering pada mandibula. Secara radiografi tumor ini tampak rata, berbatas tegas, dan mirip seperti kista. 2. Ameloblastic odontoma Odontoma ameloblastik ditandai dengan timbulnya bersamaan dengan ameloblastoma dan kompleks atau odontoma campuran di tumor yang sama. Tumor ini ditemukan 90 persen pada anak usia dibawah 15 tahun. Pertumbuhan tumor ini lambat dan seringkali dihubungkan dengan pembengkakan prosesus alveolar. Radiograf seperti kista. 3. Odontoma Kompleks Pada perkembangan jaringan gigi yang normal, degenerasi lamina dentis terjadi segera setelah pembentukan jaringan padat, dan odontoma kompleks sesuai dengan tahap induksi yang lengkap. Biasanya kelainan ini tidak memberikan gejala dan ditemukan pada pemeriksaan radiografi gigi yang rutin. Kelainan ini tampak radioopak yang tidak teratur dikelilingi oleh pita radioulsen yang sempit.
10 Satrio Bhuwono P 1102007256

Bed Side Teaching - THT

201 1

III. Mesenchymal Odontogenic Tumors 1. Odontogenic myxoma (myxofibroma) Bersufat agresif lokal, berasal dari tumor odontogenik yang tidak bermetastasis, mungkin timbul dari jaringan papila dentin. Tumor ini jarang terjadi sebelum usia 10 tahun dan setelah usia 50 tahun. Tumor ini tumbuhnya lambat, dan rata-rata, tumor ini terjadi sekitar lima tahun sebelum terapi. Secara radiografi tumor ini radioulsen dan cenderung seperti sarang lebah, menembus korteks rahang hanya jika mencapai ukuran besar. 2. Sementoma Sementoma paling banyak mengenai daerah periapikal dari gigi anterior mandibula. Usia rata-rata dimana lesi ditemukan adalah sekitar 40 tahun. Lesi seringkali multiple. Karena tidak ada gejala, diagnosis dibuat dari pemeriksaan radiografi yang rutin. C. Penalataksanaan a. Enukleasi = pemisahan massa tumor dari tulang. b. Enukleasi dengan penatalaksanaan dari tulang yang berdekatan ( cryoteraphy, eletrocauter, chemical cauter ) c. Reseksi en bloc ( seluruhnya ) atau partial ( sebagian ) d. Jika ditemukan ada keganasan maka dilakukan kemoterapi dan radioterapi.

Daftar Pustaka 1. Sloane, ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : ECG. 2. Adams, Boeis, Higler. 1997. Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : ECG 3. Weber AL, Kaneda T, Scrivani SJ, Aziz S. Jaw: cysts, tumors and nontumorous lesions. In: Head and Neck Imaging, 4th edition, Mosby, pp 930-994 4. http://www.sgoab.com.br 5. http://emedicine.medscape.com/article/852734-overview

11 Satrio Bhuwono P 1102007256

Bed Side Teaching - THT

201 1

12 Satrio Bhuwono P 1102007256

Anda mungkin juga menyukai