Anda di halaman 1dari 2

Antara Lulus dan Bekerja

User Rating: Poor /0 Best


Rate

PENDIDIKAN kejuruan diperuntukkan bagi anak yang ingin memperoleh ketrampilan untuk dapat bekerja setelah menamatkannya. Terdapat dua indikator keberhasilan SMK di mata masyarakat. Satu indikator yang sangat terkenal adalah tingkat kelulusan sedang lainnya adalah terserapnya lulusan ke dunia kerja. Umumnya sebuah SMK akan sangat bangga dengan tingkat kelulusan 100%, sehingga ada SMK merasa perlu memasang spanduk yang menginformasikan tingkat kelulusan 100% telah dicapai. Masyarakat sebenarnya perlu tahu pula berapa persen lulusan yang telah terserap ke dunia kerja, berwirausaha ataupun melanjutkan kuliah. Ironis ketika SMK mencapai tingkat kelulusan 100 % tapi jumlah lulusan yang kesulitan memperoleh pekerjaan lebih dari 50%. Agar lulusan mudah memperoleh pekerjaan, SMK seyogyanya memikirkan bekal untuk menembus seleksi karyawan. Umumnya tes seleksi terdiri dari tes fisik/kesehatan, administrasi, tertulis, dan wawancara. Penghalang pertama dalam seleksi biasanya adalah tinggi badan. Beberapa perusahaan menerapkan standar tinggi badan. Kondisi kesehatan juga harus prima. Inilah pekerjaan rumah bagi sekolah untuk membenahi fisik peserta didiknya. Tes tertulis biasanya berupa psikotes. Kemampuan analisis dan perhitungan matematis jadi senjata utamanya. Dalam mata pelajaran eksaklah siswa SMK dapat mengasah kemampuan ini. Selain itu juga perlu dikenalkan dengan bentuk-bentuk soal psikotes. Tes wawancara lebih menekankan pada identifikasi karakter seseorang apakah cocok dengan karakter karyawan yang diinginkan perusahaan. Peserta didik sebaiknya sudah terlebih dahulu digembleng untuk memiliki kedisiplinan, etos kerja, dan kerja sama dalam tim. Bekal yang diperlukan dalam seleksi tak banyak berkait dengan materi Ujian Nasional. Bisa saja SMK yang tingkat kelulusannya mencapai 100% tapi sebagian besar lulusannya tidak berdaya dalam pertarungan di bursa kerja. Karena pada saat seleksi banyak siswanya harus didiskualifikasi karena tindakan indisipliner. Bisa jadi justru gagal saat wawancara karena tidak menguasai budaya kerja. SMK perlu membenahi pola pembinaan mental siswanya agar dapat diterima dengan baik di dunia kerja. Bagaimana mungkin siswa yang terbiasa keluyuran, pakaian awut awutan, dan tak jelas visi masa depannya dapat dengan mudah menembus dunia kerja. Siswa tersebut dapat saja lulus Ujian Nasional dan mendapatkan ijazah. Tapi ijazah yang dimilikinya serasa mubazir tanpa memiliki ketrampilan hidup. SMK perlu menfokuskan pada pendidikan integritas, kerja sama, komunikasi, inisiatif, kreatif, dan pemikiran analitis. Kegiatan praktik harus diatur supaya standar keselamatan kerja serta budaya kerja yang sama dengan perusahaan. Dengan

demikian, siswa akan mudah melewati Ujian Nasional sekaligus mendapatkan bekal untuk memenangkan persaingan dalam seleksi karyawan. Fitrotul Guru SMP Negeri 5 Pagentan, Banjarnegara sumber : SM Comments Barokah

Anda mungkin juga menyukai