Anda di halaman 1dari 15

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 33 PENANGGULANGAN DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

PRESIDEN REPUBLIK TNDONESIA BAB 33 PENANGGULANGANDAN PENGURANGANRISIKO BENCANA A. KONDISI UMUM Setelahkejadianbencanagempabumi dan tsunamidi Aceh dan Nias padabulan Desember2004,lndonesia masih menghadapiberbagaikejadian bencana di berbagai daerahsepertigempabumi,tsunami,banjir dan longsor,angin puting beliung, ancaman letusangunungapi,dan kebakaran hutan.Upayarehabilitasidanrekonstruksipascagempa dan tsunami di Aceh dan Kepulauan Nias,gempabumidi YogyakartadanJawaTengah, penanganan lumpur Sidoarjo, gempa bumi di Sumatera Baratdan Bengkulu, semburan belum terselesaikan.ditambahlagi dengan berbagaikejadian bencana yang dapat diakibatkankarenaperubahaniklim global,sepertigelombangpasang,banjirdan longsor, yangmempengaruhi perekonomianpadaskalalokalmaupunnasional,akibatterhambatnya perdagangankomoditasantarpulaudanpasokanbatubarauntuk PLTU di pulauJawadan -Bali. Perubahaniklim juga dapatmengakibatkan pandemidi berbagai berkembangnya wilayah di Indonesia,yang menunjukkanbahwa beragamnyabencanaalam yang berdampakpada bencana kemanusiaan yang dihadapioleh bangsa Indonesiasangat membutuhkan secara penanganan khusus. Setelahempattahunpascabencanagempabumidantsunami di AcehdanKepulauan Nias,sertahampir tiga tihun pelaksanaan tugasdariBadanRehabilitasidanRekonstruksi Wilayah dan KehidupanMasyarakatdi Provinsi NanggroeAceh Darussalamdan KepulauanNiasProvinsi Sumatera Utara(BRRNAD-Nias),lembagatersebutakansegera mengakhirimasatugasnyapadabulanApril 2009yangakandatang.Denganberakhirnya tugasdariBRR NAD-Nias tersebut,makapadatahun2009penyelesaiandankeberlanjutan kegiatanrehabilitasidan rekonstruksi di ProvinsiNAD dan Kepulauan Nias akan dilanjutkanolehkementerian/lembaga terkaitdanpemerintahdaerahdi ProvinsiNanggroe AcehDarussalam, Niasdan Kabupaten di ProvinsiSumatera serta Kabupaten NiasSelatan Utara,sesuaisesuaidenganketentuanperaturanperundangan yangberlaku. Padatahun2007,pencapaiandari programrehabilitasidan rekonstruksidi Provinsi NAD dan Kepulauan Nias yang telahdilaksanakanoleh BRR NAD-Nias mencakup beberapakegiatan pokok yaitu: penyelesaianperumahan,prasarana lingkungan permuliman, air bersih dan sanitasi, pengembanganperekonomianmasyarakat,

peningkatan kesejahteraan sosial,pembangunanfasilitaspendukungkehidupansosial kemaJyarakatanseperti pendidikan dan kesehatan,serta peningkatan kapasitas kelembagaan danmasyarakat. pemerintah Padatahun2008pelaksanaanrehabilitasidanrekonstruksidi wilayahProvinsiNAD dan KepulauanNias ditbkuskan pada peningkaan kualitas infrastrukttr, penyelesaia n pe.rumahandan permukimanbagi korbanbencana,pengelolaan lingkungan hidup, dan penyelesaianrnasalahpenataanruangwilayah.Pelaksanaanrehabilitasidan rekonstruksi dilakukanmelalui proseslegalisasiperaturan daerah, peningkatkan SDM, pemenuhan pelayanan dasar, dan pengarusutamaangender, dengan mernperkuat landasan perekonomianyang berkelanjutandan berwawasanlingkungan,memperkuatkapasitas kelembagaan,meningkatankoordinasi antar pelaku pelaksanaanrehabilitasi dan rekonstruksi, serta meningkatkankehidupan sosial ekonomi masyarakat dan pengembangan wilayah. -I II.33

PRESIDEN REPUBLIK I.NDONESIA Dengankinerjapencapaian yangtelahdilakukanBRR NAD-Nias selamatahun2007 dan2008di atas, maka padatahun 2009 masihakan dilanjutkan penyelesaian dari beberapa kegiatanrehabilitasidan rekonstruksisaranadanprasaranawilayahyangmeliputi:(t) menyelesaikan jalan, jembatan dan infiastruktur lainnya; (2) menyelesaikan infrastruktur pembangunan di tingkat masyarakat; kegiatanpelayanan perekonomian (3) menyelesaikan sosial kemasayarakatan kesehatan peran sepertidalambidangpendidikan, danpeningkatan perempuandalam pembangunan;serta(4) mempersiapkanlangkah-langkahmehuju berakhirnyamasatugasdanmandatBRR NAD-Nias pada bulan April 2009 mendatang. Berbagai permasalahan dantantanganmasihakan dihadapi dalamrangka pelaksanaan rehabilitasidan rekonstruksi di wilayah pasca bencanadi Provinsi NAD dan Kepulau an Niaspadatahun 2009, meliputi:(l) masihbelum terselesaikannya infrastruktuiutama, yaitu jalan provinsi,jalan kabupaten,dan infrastruktur lainnya;(2) masih belum maksimalnyapelaks4naan masyarakatkorbanbencana;(3) masih programpemberdayaan rendahnyakualitaspelayanan kesehatan, pubtikseperti pendidikan, dan peran perempuandalampembangunan; masalah (4) belumterselesaikannya penataanruangwilayah yang dijadikandasar kebijakan spasialpelaksanaan baik padatingkatprovinsi pembangunan, maupuntingkatkabupatendankota;(5) dalamrangka melanjutkan programrehabilitasi dan rekonstruksi yangberkesinambungan BRR NAD-Nias padatahun pascaberakhirnya 2009, maka sejakawalsudahperludipersiapkan kapasitas Daerah; penguatan Pemerintah serta,(6)diperlukanpayunghukumsecarakhususmengenaipengakhiranmasatugasBRR NAD-Nias,danpengalihantanggungjawabpelaksanaan dan rekonstruksi rehabilitasi di wilayahProvinsiNAD dan Kepulauan Pemerintah Daerah. Nias kepada dan Pemerintah

Selaindi wilayah ProvinsiNAD dan Kepulauan Nias,pelaksanaan dan rehabilitasi rekonstruksipascabencana selama jugadilakukan hampirdua tahun terakhirini di provinsi DaerahIstimewaYogyakarta(DIY) dan Provinsi Jawa Tengah, pascakejadian gempabumi padatanggal27Mei 2006yanglalu. SesuaidenganKeputusanFresidenNo.91ahun2006, pelaksanaan dan rekonstruksi di wilayah Provinsi DIY dan Provinsi Jawa rehabilitasi Tengah pasca bencanagempabumi 27 Mei 2006, drjadwalkandapatdiselesaikanpadabulan Juni 2008. Pelaksanaan melaluipendanaan pemulihanpascabencana APBN sejaktahun2006 hingga 2008,menunjukkanbahwapemulihanp erumahankorbanbencanatelah diselesaikanmelaluipendanaansebesarRp5,74triliun; sementarauntuk pemulihan prasaranapublik telah dialokasikansebesarRpl,2 triliun; dan untuk pemulihanperek onomianmasyarakatdan daerah telah dialokasikan sebesarRp430,4miliar.Namun demikian,masih banyak tantangan yang akan dihadapipada tahun 20og dalam pembangunandaerahpascarehabilitasidan rekonstruksi, diantaranya:(l) penataanruan g permukimandanpengembangan lahanskalabesaryangmemenuhitatalingkunganyangbaikdenganpendekatan risikobencana; untuk pengurangan (2)masihdiperlukan perhatian meningkatkanpetayanandasarbagi masyarakat, terutamabagikelompokrentan;(3) masih diperlukannyadukunganyangdifbkuskanbagipengembangan usahakecildan menengah sertapemulihaninfrastrukturperekonomianlokal; serta(4) dukunganbagi perumusankeb ijakandanpeningkatan kelembagaan b.n"unu. kapasitas dalampenguranganliriko Dalam konteks pengurangan perubahanparadigmadaripenanggulangan risikobencana, bencanamenjadipengurangan risiko bencanatelah diwujudkandenganteirs"usunnyaRencanaAksi NasionalPengurangan .RisikoBencana20061009danteibitnyaUndangUndang Nomor 24 tahunZO-02tentangPenanggulangan yangdisusulkdmudian Bencana, denganterbitnyaUndang-Undang Nomor26 tahun2007tentangPenataanRuangdan Undang-Undang Nomor27 tahun2007tentangPengelolaanWilayahPesisirdan iulau PulauKecil. il.33-2

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Terbitnya Undang-Undang. Nomor 24 tahun 2007 tentang PenanggulanganBencana, merupakansuatukomitmenPemerintahyangsangatjelasdalam menangani kebencanaandi tingkat nasionalmaupun daerah, yang mencakup berbagai aspekyang bersifat terobos an di dalampengelolaandan penangananmasalahkebencanaansecaralebih komprehensif dan berdimensisistemik. Hal ini ditunjukkan dengan muatandari undang-undang Nomor 24 tahun 2007, yang menjadi dasar hukum dalam penangananmasalahkebencanaan,tidak hanya dalam penanganankedaruratan,namunjuga mencakupkesiapsiagaanmenghadapi bencana,dan penangananpemulihanpascabencanadalamjangka menengahdan ppjang. Hal penting lainnya yang juga diatur dalam Undang-undang tersebut adalahpembentu kan kelembagaanpenanggulanganbencanadi tingkat pusat maupun daerah, yang akan bertanggungjawab di dalam mengkoordinasikanpenanggulanganbencana secara li ntaspemangku kepenti ngan. Salahsatuturunandari Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 adalah diterbitkannya PeraturanPresiden Nomor 8 khun 2008tentangBadanNasionalPenanggulanganBencana (BNPB). Tugas dan tanggung jawab dari BN PB, selain dalam melakukan koordinasi penanggutanganbencana di tingkat nasional, namun juga memberikan dukungan peningkatan kapasitas bagi lembaga penanggulanganbencana di tingkat daerah, sert a berbagaiupayalainnya untuk meningkatkan kesiapsiagaan seluruhpemangkukepentingan di tingkat nasionalmaupun daerah di dalam penanggulangandan penguranganrisiko bencana. Dalam RencanaKerja Pemerintah 2008, telah ditetapkan programdan fokus kegiatan penguranganrisiko bencana melalui pendayagunaanrencana tata ruang wilayah sebaga i salah satu instrumenutama untuk mengurangi resiko bencanadan peningkatankualitas informasi, data maupun peta wilayah rawan bencana yang memadai bagi analisa pola pemanfaatanruang sekaligus menguatkan kelembagaandi tingkat daerah dalam pengendalianpemanfaatanrencana tata ruang wilayah.Meskipundemikian,pencapaiandi bidangpenataanruangwilayahpadatahun 2008 masih terkendala oleh beberapa hal poko k, diantaranya:(l) belummemadainyakapasitas kelembagaan dan koordinasipenataanruang wilayah di tingkat pusat dan daerah; (2) lemahnya dukungan sistem informasi dan monitoring penataanruang wilayah sebagai instrumen pengendalianpemanfaatanruang wilayah yang tanggapterhadapbencana;(3) belum tersedianya Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) penataan ruangwilayah yang tanggap terhadap risiko bencana; se rta (4) belum optimalnya upaya penyediaandata dan informasispasial. Berkenaandenganpencapaian pada tahun 2008 tersebut,maka tantangan yang dihadapi padatahun2009 diantaranya adalah:(l) masih rendahnya kinerjapenanggulanganbencan a; dan(2) masihrendahnyaperhatianterhadapperlunya pengurangan risiko bencana. Dihadapkan pada tantangan tersebut, maka dalam konteks peningkatan kinerja penanggulanganbencanapada tahun 2009, masih diperlukandukungan kebijakan yang

diarahkanuntuk:(l) menyelesaikandan melanjutkan kegiatanrehabilitasidanrekonstru ksi di Provinsi NAD dan KepulauanNias, di Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah, di Provinsi Bengkulu dan Provinsi SumateraBarat, serta di berbagaidaerahlainnya ses uai dengan sasaran.yang telah ditetapkan dalam rencana induk maupun rencana aksi rehabilitasidan rekonstruksi dari masing-masing wilayah; (2) meningkatkankapasit as penanganankedaruratanterhadap korban bencana;serta (3) meningkatkankapasitas pemulihan perekonomian daerahpascabencana. Selanjutnyadalamkontekspeningkatan perhatian terhadap perlunya pengurangan risiko bencana, masih diperlukan dukungan kebijakan pada:(l) pengembangansistem peringatandini (early warning system)padakawasanrawan dan berisiko tinggi terhad ap bencana;(2) mengurangi tingkat kerawanan dan risiko terjadinya bencana melalui II.33-3

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA danpelaksanaan langkah-langkahantisipasi untuk mengurangitingkatkerawanandanpotensirisikobencan a danpengaruhperubahaniklim global. perencanaan tata ruang wilayah yangkonsisten;serta(3) mempersiapkan B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2OO9 Penanggulangan risiko bencanapadatahun 2009 dimasukkanke dan pengurangan dalam fokus Peningkatan KapasitasMitigasi dan Adaptasi Terhadap PerubahanIklim s erta PeningkatanPenguranganRisiko Bencana. Sasaran yang akan dicapai dalam penanggulangan risiko bencanapadatahun 2009 terdiri dari: (l) dan pengurangan terselesaikannyadan tuntasnya programdankegiatan rehabilitasi danrekonstruksiwil ayah pascabencana di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias, Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah,dan daerah pascabencana upayapengurangan lainnya;serta(2) terpadunya risiko bencanadan adaptasi perubahan terhadap iklimglobal. Terkait dengan sasaran terselesaikannya dan tuntasnya program dan kegiatan rehabilitasidanrekonstruksiwilayahpascabencarra di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias, akan difokuskan pada kegiatan-kegiatan berikut: sasaran sebagai l. Terselesaikannya kembali prasaranadan sarana rehabilitasi dan pembangunan transportasiwilayah, terutama jaringanjalannasional,drainaseberskalabesardi Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Meulaboh, dan Lhoukseumawe pelabuhandan bandar udara, pembangunan serta berbagai lainnya, seperti jalanprovinsidankabupaten, infrastruktur terminal,jaringan irigasi, tanggul pengendalibanjir, pengaman pantai, sarana dan prasarana airlimbah,danpersampahan; air minum, sanitasi,

2. Terselesaikannyapemulihan perekonomian lokal, sosial kemasyarakatan, dan penguatankelembagaan,termasuksertifikasitanah di 25 kabupaten/kota di Provinsi NAD dan KepulauanNiasProvinsiSumateraUtara. Sementaraitu, sasaranyang akan dicapai dalampenanggulangandan pengurangan risiko bencana di wilayahProvinsiDIY dan Provinsi Jawa Tengah, serta daerah pasc a bencanalainnya, meliputi: pembangunan prasarana pendidikan, kesehatan,dan prasaranaperibadatansecaraproporsional; termasukpembangunanpusat informasiperumahan, permukiman, bangunan dan gedung;sertapembangunanpusatpelayanansosial dan trauma psikologisbagi korban bencana. l. Terselesaikannya dan rehabilitasi pftNaranapublik yang meliputi 2. Tersusunnyastrategipengembanganekonomi lokal dan strategi untuk menciptakan sistemperlindungansosialbagi masyarakat miskin, termasuk pengembangan insentif danperlindungan bencana. bagiUMKMdiwilayahpasca Sasaranyangakan dicapai dalam penguranganrisiko bencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim gobal meliputi: l. Berkurangnya risiko bencanasebagaiprioritas nasionalmaupun daerah yang implementasinyadilaksanakanolehlembagapenanggulangan bencanadi tingkat pusat dan daerah, sesuaidenganPeraturanPresidenNo 8 Tahun 2008tentangBadanNasional Penanggulangan Bencana,yang berfungsisebagai badan koordinasilintaspemangku kepentingandi tingkatpusatdan daerah dalampenanggulangan bencanasecaraterpadu, yang meliputi pencegahan dan kesiapsiagaan,penanganandarurat, serta pemulihan pascabencana. II.33-4

PRESIOEN REPUBLIK INDONESIA Bencanasebagai penjabaran-kesepakatan TerbentuknyaForumNasional(National Platform) Penanggulangan internasionalyangtertuangdanKerangkaAksi Hyogo untuk Pengurangan RisikoBencana' di pusatdan daerahdalamrangkamemadukan J. Terciptanyapenguatankelembagaan rencanapenguranganrisikobencanadan adaptasi terhadapperubahaniklim global. 4. TersusunnyaRencanaAksi DaerahPenguranganRisiko Bencana,terutamapTla daerah-daerah Badan Penanggulangan Daerah(BPBD)' yangtelahmembentuk Bencana denganmelibatkanpartisipasi berbagai pemangkukepentingan,tefmasuklembaga donorinternasional, duniausahasertaakademisi. .aparatBPBD, serta Satlak dan Satkorlakdaerah(bagidaerahyangbelummembentukBPBD),sertakaderKarang Tarunadalampenangananbencanadi daerah,terutamadi daerah rawanbencana,dan penyediaan standar danprasarana 5. Terlaksananyapelatihanpeningkatan kesiapsiagaan kelengkapan sarana kebencanaan. Risiko Bencanadan tersedianyapeta TerbangunnyasisteminformasiPengurangan multiriwan bencanayangdapatmenjadiacuanbagiinstansidi tingkatnationalmaupun di daerah. 7. Tercapainyapemantapanteknologi,informasidanprosedursistemperingatandini pada institusidi tingt<at pusatdandaerah,melaluisosialisasi dan danfasilitasipengembangan penguatan keiembagaan dalamprosedurdanoperasionalsistemdeteksi dini baik di tingkatpusatmaupundaerah. Terlaksananyapendidikan di lingkungansekolahyangberkaitandenganpengetahuan tentang keiiapsiagaandan pengurangan risiko bencanaserta adaptasiterhadap perubahaniklim global, sebagai bagian dari pendidikanformal maupun ekstra kurikulum. g. Terlaksananyakegiatanfasilitasi dan pedomanpenyusunanRencanaTata Ruang Wilayahbeibasispengurunganrisiko bencanadidukunginformasipetatematikmulti 1u*anbencanadenganskalayangsesuaisertapenguatan pengendalian kelembagaan pemanfaatan terutamadi daerah-daerah rawanbencanadi Indonesia. ruang,

C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2OO9 Dalam rangkamelanjutkankegiatanrehabilitasidan rekonstruksiwilayah pascabencana di Provinsi XAO OanKepulauan Nias, diprioritaskan padaupaya-upayasebagaiberikut: l. Penguatan Kapasitas Pemerintahan dan Transisi Pembangunan NAD-Nias Pascabencana; 2. Peningkatan Kehidupan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah NAD-Nias Pascabencana. Dalam rangka melanjutkankegiatanpemulihanpascabencanadiwilayah Provinsi DIY dan Pqovinsi Jawa Tengah dan daerah pasca bencana lainnya, diprioritaskan pada upaya-upayasebagaiberikut: peningkatan pemahaman masyarakat dalam l. Fasilltasi pelayanan informasi dan melanjutkanpembangunanperumahan dan permukimanpascapelaksanaanrehabilitasi danrekonstruksi. [.33-5

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 2. Peningkatanpelayanandasar bagi masyarakat yang meliputi pelayananpendidikan, pelayanankesehatan,dan sarana peribadatan,termasuk peningkatanpelayanansosial dan trauma psikologisbagikorbanbencana. 3. Penyusunanstrategi pengembanganekonomi lokal dan perbaikan infiastruktur pedesaanmelalui penyempurnaan dan perluasancakupan program yang berbasis ' masyarakat dan sekaligus perlindungan sosial bagi masyarakat miskin, serta pengembanganinsentifdanperlindunganbagiUMKM di wilayahpascabencana. Dalam rangka mengantisipasiberbagai kemungkinan kejadian bencana beserta tantangan dan permasalahannyadi tahun 2009, kebijakan penangananbencanadan penguranganrisiko bencana diprioritaskan padaupaya-upayapengintegrasibnpengurang an risiko bencana danadaptasiperubahaniklim global,sebagai berikut: 1. Penjabaran rencana aksi nasional pengurangan risiko bencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim global, kegiatanmeliputi beberapa diantaranya: a) Meletakkanpenguranganrisiko bencanasebagaiprioritasnasionalmaupundaerah dan implementasinya harus dilaksanakan oleh suatu institusi yang kuatdan bersif' at koordinatifI intas sektoral: b) Mempersiapkan penyusunan RencanaAksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana sebagaisalah satu prioritas daerah denganmengintegrasikanadaptasi perubahan iklim global, serla dengan mengikutsertakan partisipasi dan konsensus serta komitmenberbagaipemangkukepentingandi tingkat daerah; c) Mengkaji termasuk mengembangkanSistem Infbrmasi Pengurangan Risiko Bencanaserta peta multi rawan bencanayang terintegrasiantar institusi yang mempunyaitugasdan fungsi berkaitan denganpenanggulangandan pengurangan risiko bencana. d) Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta mengembangkan ' sistem(prosedurdan teknologi) peringatandini(earlywarning system); e) Mengurangi cakupanluasan dan dampak risiko bencana. 2. Pengembangankemampuan kelembagaandan SDM dalam mitigasi bencanadan perubahaniklim global, kegiatan meliputi beberapadiantaranya: a) Penguatan kelembagaandalam pencegahandan penangananbencanadi tingkat nasional dan daerah-daerah, dengan prioritas pada daerah-daerahyang rawan bencana; b) Pembentukan Forum Nasional (National Platform) PenanggulanganBencana sebagaipelaksanaankesepakatan internasional dalamKerangka Aksi Hyogo;

c) Peningkatankapasitasaparaturpemerintahdaerahdalam usaha mitigasi bencana; d) Peningkatan kesiapsiagaanmasyarakatuntuk mampu memberikantanggapanyang tepatdan efbktif terhadap dampak bencana; e) Penerapan sistem deteksi dini (early wm'ning iys/em) dalam rangka peningkatan ' kesiapsiagaandalammenghadapibencanadi tingkat daerah dan masyarakati 0 Pengingkatankapasitaskelembagaandan SDM terkait dengan penyedia datadan informasi cuaca dan iklim dalam memprediksi iklim secara akurat dan menyebarluaskannyake masyarakat secara langsung (real time); 3.'Peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pengurangan risiko bencanadan adaptasi perubahan iklim global, kegiatan meliputi beberapa diantaranya: a) Memanfaatkan pendidikan dan menciptakan inovasi ilmu pengetahuandan ' teknologi untuk membangun budaya dalam mengurangi risiko bencana, keselamatandan ketahanan padaseluruhtingkatan; IL33-6

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA b) Peningkatankesadaranmasyarakattentang pengurangan risiko bencana dan perubahaniklim globaldenganmelibatkanlembagaswadayamasyarakat,Badan KeswadayaanMasyarakat(BKM) serta tokoh masyarakatdantokoh agama; c) Penyebaraninformasikepadamasyarakattentangpentingnyapartisipasimasyarakat dalamusahapelaksanaan risiko bencana; pengurangan d) Peningkatanpemahaman masyarakat danpengetahuan akanperubahaniklim global yang perlu diterapkanke dalam kegiatan mata pencahariansehari-hari,seperti pertanian,perikanan,danlain-lain; 4. Pendayagunaanpenataan ruang nasional dandaerahyangberbasispengurangan risikobencana,kegiatanmeliputi beberapa diantaranya: a) Konsolidasidanpenyediaaninformasidandata spasial rawanbencana; b) PenyusunanRencanaTataRuangWilayah Kabupaten/Kota berbasispengurangan risiko bencana; c) PenyusunanNorma, Standar,Prosedur dan Manual (NSPM) pengendalian pemanfaatanruangdenganmempertimbangkan faktor mitigasi bencana; d) Penguatan dukungan SistemInformasidan Monitoring PenataanRuangdalam rangka mendukung upayapengendalian ruang; pemanfaatan e) Penguatan dankoordinasi ruangdi tingkat nasional kapasitaskelembagaan penataan dandaerahdalamrangka mendukung upayapengendalian ruang; pemanfaatan f) Peningkatankualitaspemanfaatandan pengendalianpemanfaatanruangwilayah yangberbasismitigasi bencana, dayadukungwilayah, dan pengembangan kawasan. -7 II.33

Anda mungkin juga menyukai