Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat

diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan yang meliputi peningkatan derajat kesehatan (promotif dan preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Depkes RI, 1992). Menurut Hendrik L. Bloom, derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu: faktor lingkungan, perilkau manusia, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dengan faktor lain, yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, lingkungan biologic, dan lingkungan sosiokultural. Dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat, puskesmas merupakan ujung tombak yang paling depan di wilayah kerjanya. Salah satu fungsi puskesmas yang penting adalah mengembangkan dan membina kemandirian masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang timbul, mengembangkan kemampuan dan kemauan masyarakat baik berupa pemikiran maupun kemampuan yang berupa sumber daya. Salah satu terobosan untuk mengatasi masalah kesehatan berbasis lingkungan adalah klinik sanitasi. Klinik sanitasi sebagai salah satu pelayanan di Puskesmas yang mengintegrasikan antara upaya promotif, preventif, dan kuratif, yang mempunyai peran antara lain sebagai pusat informasi, pusat rujukan fasilitator di bidang kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan. Pelaksanaan klinik sanitasi di kota Padang telah diterapkan di Pusekmas kota Padang, termasuk Puskesmas Pauh. Dari data Laporan Tahunan Puskesmas Pauh Tahun 2011, sepanjang tahun 2011 hanya terdapat 76 kunjungan ke Klinik Sanitasi, yaitu 74 pasien dan 4 klien. Angka kunjungan ini masih jauh dibandingkan jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan yang ada, dengan kata lain masih rendahnya pencapaian rujukan ke Klinik Sanitasi yaitu 6,25 %, sedangkan target Puskesmas Pauh yaitu 60%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa angka kunjungan pasien lebih tinggi dari pada angka kunjungan klien. Hal ini tidak memenuhi Kriteria Keberhasilan Program Klinik Sanitasi menurut Departemen Kesehatan RI, bahwa indikator keberhasilannya yaitu meningkatnya kunjungan klien dan menurunnya kunjungan pasien yang juga berarti menurunnya angka penderita penyakit berbasis lingkungan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu ditentukan alternatif pemecahan masalah dalam upaya mengoptimalkan fungsi klinik sanitasi di Puskesmas Pauh sehingga meningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pauh.

1.2 Perumusan Masalah a. Apa faktor yang menyebabkan rendahnya angka kunjungan ke klinik sanitasi di Puskesmas Pauh, b. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi klinik sanitasi di Puskesmas Pauh, c. Bagaimana rencana pelaksanaan program untuk mengoptimalkan fungsi klinik sanitasi di Puskesmas Pauh. 1.3 Tujuan Penulisan a. Mengidentifikasi masalah yang ada di Puskesmas Pauh, b. Menetapkan prioritas masalah yang ada di Puskesmas Pauh, c. Menganalisis penyebab rendahnya kunjungan pasien dengan penyakit berbasis lingkungan ke klinik sanitasi di Puskesmas Pauh, d. Menentukan alternatif pemecahan masalah untuk mengoptimalkan fungsi klinik sanitasi di Puskesmas Pauh, e. Adanya program untuk mengoptimalkan fungsi klinik sanitasi di Puskesmas Pauh, f. Meningkatkan kunjungan pasien dengan penyakit berbasis lingkungan ke klinik sanitasi di Puskesmas Pauh.

1.4 Manfaat Penulisan Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak puskesmas dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan klinik sanitasi melalui kerjasama lintas program dan perbaikan media informasi klinik sanitasi.

Anda mungkin juga menyukai