Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR PEMELAJARAN 2 A. Ruang Lingkup 1. Jenis bahan organik dan karakteristiknya 2.

Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah dan fisiologi tumbuhan 3. Pengomposan limbah padat organik

B. Materi Pemelajaran 1. Jenis bahan organik dan karakteristiknya Jenis bahan organik disebut juga kualitas limbah padat. Hal ini sangat diperlukan untuk keperluan pengelolaan limbah padat organik. Kualitas limbah padat dinyatakan dalan bentuk komposisi fisik dan kimianya. Komposisi limbah padat tersebut disajikan pada tabel berikut. Komposisi Fisik Limbah Padat Komponen Limbah makanan (organik) Kertas Plastik Logam Kulit, karet Tekstil Kayu Gelas/kaca Lain-lain Jumlah Indonesia* (%) 79,49 7,97 3,67 1,37 0,47 2,40 3,65 0,50 0,48 100 90 260 30 100 120 320 160 480 90 - 360 160 65 240 195 140 Rentang ** (kg/m3) 120 480 30 130 30 180 Tipikal** (kg/m3) 290 85 65

Sumber : * Berbagai sumber ** Environmental Engineering Handbook Komposisi kimia limbah padat diperlukan untuk menentukan dan atau mengevaluasi proses-proses alternatif dan pemulihan energi. Unsur kimia dalam limbah padat khusunya diperkotaan antara lain Carbon, Hydrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur, dan Abu. Setiap jenis limbah padat (misalnya limbah makanan,

Adang Suryana/BIMTEK CC-2013

kertas, plastik dan sebagainya) mempunyai komposisi unsur kimia di dalamnya. Sebagai contoh limbah makanan mengandung unsur karbon (48,0%), hydrogen (6,4%), oksigen (37,6%), nitrogen (2,6%), sulfur (0,4%), abu (5%).

2. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah dan fisiologi tumbuhan Penambahan sejumlah bahan organik ke dalam tanah mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah. Pengaruh utama penambahan bahan organik adalah menurunnya bobot isi tanah dan meningkatkan kapasitas tanah pengikat air sehingga meningkatkan jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman (Rose dalam Mustafa, 1996). Menurut Larson & Clapp (dalam Mustafa, 1996:9), bahan organik mempengaruhi isi tanah melalui kegiatannya menurunkan densitas agregat tanah dan meningkatkan ukuran agregat. Selama proses oksidasi bahan organik, unsur-unsur seperti N, P, S dan sejumlah unsur-unsur lainnya dilepaskan dan menempati bagian di dalam profil tanah. Kondisi ini sulit dipenuhi dengan penggunaan pupuk anorganik. Sisa bahan organik yang terdekomposisi dapat mencegah partikel tanah dari proses penggumpalan sehingga dapat memelihara stryktur tanah yang terbuka atau remah. Pengaruh bahan organik terhadap agregat sangat penting karena ukuran, pengaturan, dan stabilitas agregat tanah memiliki pengaruh yang luas dalam sifat fisik tanah dan pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme tanah memegang peranan penting dalam pembentukan dan stabilitas agregat sehingga memberikan pengaruh yang baik pada produksi tanaman. Ukuran, bentuk dan stabilitas agregat tanah telah mengontrol distribusi ukuran pori (Lynch & Bragg, 1985). Bahan organik memberi pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap pertumbuhan makanan (Sudarkoco, 1992, 29). Pengaruh langsung berupa pengambila senyawa-senyawa organik oleh tanaman melalui akar. Pengaruh senyawa organik terhadap fisiologi tumbuhan dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Senyawa aromatik yang berasal dari turunan asam organik seperti asam asetat,butirat dan propionat, dalam konsentrasi rendah dapat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Konsentrasi turunan asam organik yang tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman (Kononova, dalam Susan, 1995). Pengaruh menguntungkan bahan organik dalam tanah terhadap fisiologi tumbuhan antara lain:

Adang Suryana/BIMTEK CC-2013

Senyawa humus dapat berperan sebagai zat tumbuh seperti auxin, sehingga dapat meningkatkan kapasitas perkecambahan (Kononova, 1966 dalam Susan, 1995:9). Meningkatkan permeabilitas membran tanaman sehingga meningkatkan pengambilan hara (Lieke, 1935 dalam Sudarkoco, 1992:29) Konsentrasi yang rendah dari asam humik dapat mengubah metabolisme karbohidrat dari tanaman dan pada saat yang sama mendorong akumulasi gula terlarut, sehingga meningkatkan tekanan osmotik tanaman. Dalam kondisi kelembaban yang rendah, hal tersebut akan mendorong resistensi yang besar terhadap kalayuan (Flaig, 1960 dalam Susan, 1995). Kombinasi senyawa-senyawa organik sepertu asam asetat, propionat, butirat dan valerat telah terbukti meningkatkan pertumbuhan akar, samun jika bediri sendiri tidak ada pengaruhnya (Wallace dan Whitehand, 1980 dalam Tan, 1991:105).

3. Pengomposan limbah padat menjadi pupuk organik Pengomposan adalah suatu proses pengelolaan limbah padat, dengan cara bertahap komponen bahan padat diuraikan secara biologis di bawah keadaan terkendali sehingga menjadi bentuk yang dapat dutangani, disimpan atau digunakan untuk lahan pertaniaan tanpa pengaruh yang merugikan (Harada, 1990). Pengomposan merupakan proses dekomposisi dan stabilitas bahan secara biologis dengan produk akhir yang cukup stabil untuk digunakan di lahan pertanian tanpa pengaruh yang merugikan (Haug, 1980). Pengomposan merupakan proses perombakan bahan organik oleh sejumlah besar mikroorganisme dalam lingkungan yang lembab, panas, beraerasi dan humus sebagai hasil akhir (Thurairajan, 1987; Gaur, 1980). Pengomposan bahan organik terutama pada sisa-sisa tanaman dan kotoran hewan sering dilakukan oleh petani, dengan tujuan untuk menambah tingkat kesuburan lahan pertanian yang dikelolanya. Tujuan dan sasaran pengomposan pada dasarnya untuk memantapkan bahan-bahan organik yang berasal dari bahan-bahan limbah, mengurangi bau, membunuh mikroorganisme patogen dan biji-biji gulma, pada akhirnya menghasilkan pupuk organik seragam dan sesuai untuk tanah (Haga & Kinoyori, 1990).

Adang Suryana/BIMTEK CC-2013

Menurut Splittstoesser (1984), dekomposisi bahan organik menjadi kompos bergantung pada kandungan air dan nitrogen yang cukup pada bahan serta temperatur yang sesuai. Kandungan air dan nitrogen dari protein merupakan sumber nutrisi yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme pengurai. Untuk penguraian bahan yang optimal, sangat diperlukan pengendalian suhu agar aktivitas dan pertumbuhan mikroorganisme dapat berlangsung dengan baik. Proses pengomposan dapat berlangsung secara aerobik atau anaerobik (Gaur, 1980). Pada proses dekomposisi secara aerobik, miroorganisme menggunakan oksigen untuk menguraikan bahan organik dan mengasimilasi karbon, nitrogen, fosfor, sulfur dan unsur-unsur lainnya untuk sintesis protoplasma. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Aktivitas Bahan organik Mikroorganisme CO2 + H2O + Hara + Humus + E

Pada proses dekomposisi secara anaerobik, reaksi biokimia berlangsung melalui proses reduksi. Tahap awal pengomposan, kelompok bakteri penghasil asam, heterotrof fakultatif mendegradasi bahan organik menjadi asam-asam lemah, aldehid dan seterusnya. Kelompok bakteri yang lain, mengubah produk antara menjadi metana, ammonia, karbondiokasida dan hidrogen. Rekasi kimia yang terjadi selama dokomposisi bahan organik secara anaerobik adalah sebagai berikut.
Bakteri penghasil asam (C2O )x Metanomonas XCH3COOH N-organik 2H2S + CO2 CH4 + CO2 NH3 (CH2O) + S + H2S X CH3COOH

Kecepatan penguraian bahan organik menjadi kompos bergantung pada beberapa faktor yaitu: ukuran partikel, unsur hara, kadungan air, aerasi, kesamaan (pH) dan suhu (Santoso, 2001). Pengolahan limbah dengan pengomposan mempunyai beberapa keuntungan yaitu 1) merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan, 2) bahan yang dipakai tersedia, tidak perlu membeli, 3) masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan peralatan dan instalasi yang mahal, 4) unsur hara dalam pupuk kompos bertahan lama jika dibanding dengan pupuk buatan.
Adang Suryana/BIMTEK CC-2013

C. Lembar Kerja

1. Tujuan Pemelajaran Peserta didik dapat mengamati dan mendata kondisi limbah padat organik melalui
pengomposan alami

2. Topik Parameter perubahan fisik, biologi, kimia pada limbah padat Jenis bahan organik dan karakteristiknya Pengomposan limbah padat organik

3. Peran fasilitator Fasilitator memberi tugas kepada peserta didik secara berkelompok mencari informasi melalui studi kepustakaan tentang parameter perubahan fisik, biologi, kimia pada limbah padat, jenis bahan organik dan karakteristiknya Fasilitator memberi tugas kepada peserta diklat melakukan kajian terhadap materi yang telah diperoleh (membuat kesimpulan menurut pengertiannya sendiri) Fasilitator memberi tugas kepada peserta diklat melakukan presentasi hasil perumusan informasi, dan dilanjutkan dengan tanya jawab/diskusi Fasilitator memberi tugas kepada peserta diklat merumuskan/ menyimpulkan hasil identifikasi peralatan Fasilitator memberi tugas kepada peserta didik melakukan proses pengomposan secara alami Fasilitator memberikan pengarahan dan pencegahan terhadap hasil kesimpulan 4. Peran peserta diklat Peserta diklat secara berkelompok mencari informasi melalui studi kepustakaan tentang parameter parameter perubahan fisik, biologi, kimia pada limbah padat, jenis bahan organik dan karakteristiknya.

Adang Suryana/BIMTEK CC-2013

Peserta diklat melakukan kajian terhadap materi yang telah diperoleh (membuat kesimpulan menurut pengertiannya sendiri) Peserta diklat melakukan presentasi hasil perumusan informasi, dan dilanjutkan dengan tanya jawab/diskusi Peserta didik melakukan proses pengomposan secara alami Peserta diklat merumuskan/ menyimpulkan hasil identifikasi peralatan

5. Perangkat bahan ajar Lembar belajar dan praktek Lembar penilaian diskusi Lembar penilaian laporan

6. Portofolio Ringkasan informasi tentang parameter perubahan fisik, biologi, kimia pada limbah padat, jenis bahan organik dan karakteristiknya dan proses pengomposan alami Rekaman hasil penilaian diskusi dan presentasi Rekaman penilaian studi pustaka 7. Daftar Evidence Of Learning Data jenis bahan organik dan karakteristiknya Tulisan tentang pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah dan fisiologi tumbuhan Gambar/foto limbah padat organik Gambar/ foto kompos Kesimpulan hasil diskusi 8. Perangkat Penilaian a. Tes tertulis : pilihan ganda dan essey. b. Tes Lisan.
Adang Suryana/BIMTEK CC-2013

c. Observasi: Proses dan Hasil.

Adang Suryana/BIMTEK CC-2013

Anda mungkin juga menyukai