Anda di halaman 1dari 47

PENTINGNYA REKAM MEDIS DAN INFORMED CONSENT DALAM MENGHADAPI KASUS DARURAT, DAN TUNTUTAN HUKUM

Prof dr SUDJARI SOLICHIN SpF(K) Departemen / Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK. Unair RSU.Dr.Soetomo Surabaya

Dengan berlakunya UU RI No 29 Tahun 2004 seorang dokter/dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran harus mengurus 3 surat / sertifikat yaitu: 1. Sertifikat Kompetensi 2. Surat Tanda Registrasi 3. Surat Izin Praktek

Menurut Pasal 51 UU RI No 29 Tahun 2004 dokter/ dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran mempunyai kewajiban:
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien b. Merujuk pasien ke dokter/dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan. c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia. d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran/kedokteran gigi

Kewajiban dokter/dokter gigi lain adalah membuat rekam medis dan meminta informed consent dari pasien atau keluarganya

PENGERTIAN
Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Yang berkewajiban membuat rekam medis adalah tenaga kesehatan: 1. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi 2. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan. 3. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. 4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. 5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. 6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. 7. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analisi kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis.

SARANA PELAYANAN KESEHATAN Menurut UU Praktik Kedokteran yang dimaksud dengan Sarana Pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi.
Sarana tersebut meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus dan praktik dokter.

MANFAAT REKAM MEDIS


1.

2.
3. 4. 5. 6.

Pengobatan pasien Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan Penelitian Pembiayaan Statistik Kesehatan Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik

ISI REKAM MEDIS


a.

b.

Rekam Medis Pasien Rawat Jalan Isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan / dokumen tentang: - Identitas pasien - Diagnosis / masalah - Pemeriksaan fisik - Tindakan / pengobatan - Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien Rekam Medis Pasien Rawat Inap Rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat: - Identitas pasien - Persetujuan tindakan medis - Pemeriksaan - Tindakan / pengobatan - Diagnosis / masalah - Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

Isi Rekam Medis menurut PERMENKES No 269/Menkes/Per/III/2008 PASAL 3


1.

Untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya memuat: a. identitas pasien b. tanggal dan waktu c. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit d. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik e. diagnosis f. rencana penatalaksanaan g. pengobatan dan / atau tindakan h. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien i. untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik dan j. persetujuan tindakan bila diperlukan

2. Isi Rekam Medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurangkurangnya memuat: A. identitas pasien B. tanggal dan waktu C. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit D. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik E. diagnosis F. rencana penatalaksanaan G. pengobatan dan / atau tindakan H. persetujuan tindakan bila diperlukan I. catatan observasi klinis dan hasil pengobatan J. ringkasan pulang (discharge summary) K. nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan L. pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu M. untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

3. Isi Rekam Medis untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya meliputi: A. Identitas pasien B. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan C. Identitas pengantar pasien D. Tanggal dan waktu E. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit F. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik G. Diagnosis H. Pengobatan dan / atau tindakan I. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut J. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan K. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain L. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

4. Isi Rekam Medis pasien dalam keadaan bencana, selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 ditambah dengan: A. Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan B. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal dan C. Identitas yang menemukan pasien Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU RI No 24 Tahun 2007) Menurut Ladokpol Dikdokkes Polri, bencana massal adalah kejadian mendadak dan tidak terduga serta menimbulkan kerugian harta benda dan nyawa manusia lebih dari 30 orang. Korban bencana dikelompokkan dalam: a. Bencana Tk I : korban diatas 300 orang b. Bencana Tk II : korban 100 299 orang c. Bencana Tk III : korban 50 99 orang d. Bencana Tk IV : korban 30 49 orang

5. Isi Rekam Medis untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan 6. Pelayanan yang diberikan dalam ambulans atau pengobatan masal dicatat dalam Rekam Medis sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur pada ayat 3 dan disimpan pada sarana pelayanan kesehatan yang merawatnya.

Untuk identifikasi korban yang tidak dikenal kita menggunakan data-data:


1. usia 2. jenis kelamin 3. ras 4. tinggi badan 5. berat badan 6. warna kulit 7. warna / jenis rambut 8. mata 9. cacat 10. tattoo 11. tanda khusus lainnya 12. property (harta benda milik korban) 13. golongan darah 14. sidik jari 15. catatan gigi 16. DNA

ASPEK MEDIKOLEGAL REKAM MEDIS


UU RI No 29 Tahun 2004 Pasal 46: (1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. (2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan. (3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Penjelasan Pasal 46 UU RI No 29 tahun 2004


(1)

(2)

(3)

Yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis, berkas dan catatan tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun. Perubahan catatan atau kesalahan dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan petugas adalah dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien. Apabila dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi elektronik, kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan menggunakan nomor identitas pribadi (personal identification number)

UU RI No 29 tahun 2004 Pasal 47 (1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien. (2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. (3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri

KERAHASIAAN REKAM MEDIS


KUHP Pasal 322 (1) Barangsiapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia yang menurut jabatannya atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, ia diwajibkan menyimpannya, dihukum penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 9.000 (2) Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seorang yang ditentukan maka perbuatan itu hanya dituntut atas pengaduan orang itu.

KUHAP Pasal 120 (1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus. (2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji dimuka penyidik bahwa ia akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta

KUHAP Pasal 170 (1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka. (2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.

UU RI No 29 Tahun 2004 Pasal 48 (1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran. (2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri Pasal 51 Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan Praktik Kedokteran mempunyai kewajiban c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

UU RI No 29 Tahun 2004 Pasal 79 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang: (c). Dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e

UU RI No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 57


(1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan (2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal: a. perintah undang-undang b. perintah pengadilan c. izin yang bersangkutan d. kepentingan masyarakat e. kepentingan orang tersebut

UU RI No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 38


(1) Setiap rumah sakit harus menyimpan rahasia kedokteran (2) Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, untuk pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, atas persetujuan pasien sendiri atau berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan peraturan menteri

Penjelasan pasal 38
(1) Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang ditemukan oleh dokter dan dokter gigi dalam rangka pengobatan dan dicatat dalam rekam medis yang dimiliki pasien dan bersifat rahasia

PERMENKES No 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 10


(1) Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. (2) Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal: a. untuk kepentingan kesehatan pasien b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan c. permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri d. permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundangundangan e. untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien

SANKSI KALAU SEORANG DOKTER TIDAK MEMBUAT REKAM MEDIS


UU RI No 29 Tahun 2004 Pasal 79 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang: (b) Dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1)

Sanksi Administratif UU RI No 29 Tahun 2004 Pasal 69 1. Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia mengikat dokter, dokter gigi dan Konsil Kedokteran Indonesia. 2. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa dinyatakan tidak bersalah atau pemberian sanksi disiplin. 3. Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa: a. pemberian peringatan tertulis. b. rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 269/Menkes/Per/III/2008


Pasal 16 (1) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan organisasi profesi terkait melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Pasal 17 (1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratif sesuai dengan kewenangan masing-masing. (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa peringatan teguran lisan, teguran tertulis sampai pencabutan izin.

PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN (INFORMED CONSENT)


Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien Suatu persetujuan dianggap sah apabila: Pasien telah diberi penjelasan / informasi Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk memberikan keputusan / persetujuan Persetujuan harus diberikan secara sukarela

Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik, atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan. Misalnya tindakan bedah atau tindakan invasif tertentu.

Tindakan invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.

Siapa pemberi informasi? 1. Dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaan / tindakan 2. Dokter lain yang diberi wewenang 3. Dokter setelah memberi informasi harus bertanda tangan pada kolom informasi baik pada format persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran

Siapa yang dapat memberi persetujuan


1. Pasien yang kompeten a. Pasien dewasa bukan anak-anak menurut peraturan perundang-undangan. b. Pasien yang telah / pernah menikah c. Tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar d. Tidak mengalami kemunduran perkembangan mental e. Tidak mengalami penyakit mental 2. Pasien yang tidak kompeten Keluarga terdekat atau pengampu umumnya dianggap dapat memberikan persetujuan tindakan kedokteran bagi orang dewasa lain yang tidak kompeten

3. Dalam keadaan gawat darurat dan tidak ada keluarga yang mengantar untuk menyelamatkan jiwa pasien tidak diperlukan persetujuan. Namun setelah pasien sadar atau dalam kondisi yang sudah memungkinkan segera diberikan penjelasan dan dibuat persetujuan. 4. Dalam keadaan bencana alam dimana pasiennya hidup dan dalam keadaan gawat darurat dan tidak ada keluarga yang mengantar, untuk menyelamatkan jiwa pasien tidak diperlukan persetujuan. Pada DVI untuk identifikasi korban bencana tidak diperlukan persetujuan dari keluarga, karena identifikasi korban bencana biasanya belum diketahui keluarganya, setelah proses identifikasi selesai baru diketahui keluarganya.

Penjelasan yang harus diberikan kepada pasien atau keluarganya adalah: Menurut UU RI No 29 Tahun 2004:
1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis 2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan 3. Alternatif tindakan lain dan resikonya 4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi 5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukanMenurut

Permenkes No 290/Menkes/PER/III/2008
1. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran 2. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan 3. Alternatif tindakan lain dan resikonya 4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi 5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan 6. Perkiraan pembiayaan

Bagaimana pasien menyampaikan persetujuannya kepada dokter? Persetujuan yang bersifat tersirat atau tidak dinyatakan (implied consent) Persetujuan yang dinyatakan (express consent) Pasien dapat memberikan persetujuan dengan menyatakannya secara lisan (oral consent) ataupun tertulis (written consent)

PENELITIAN
Dokter dan dokter gigi dalam melakukan penelitian dengan menggunakan manusia sebagai subjek harus memperoleh persetujuan dari mereka yang menjadi subjek dalam penelitian tersebut.

38

Subjek dalam penelitian tersebut harus mendapat informasi: 1. Tujuan penelitian atau penapisan 2. Manfaat penelitian dan penapisan 3. Protokol penelitian dan penapisan, serta tindakan medis 4. Keuntungan penelitian dan penapisan 5. Kemungkinan ketidaknyamanan yang akan dijumpai, termasuk risiko yang mungkin terjadi 6. Hasil yang diharapkan untuk masyarakat umum dan bidang kesehatan 7. Bahwa persetujuan tidak mengikat dan subyek dapat sewaktu-waktu mengundurkan diri 8. Bahwa penelitian tersebut telah disetujui oleh panitia etika penelitian
39

Sanksi seorang dokter tidak memperoleh persetujuan tindakan kedokteran: 1. Sanksi pidana - penyerangan (assault) - kalau seorang dokter melakukan operasi kepada pasien tanpa persetujuan tindakan kedokteran dapat kena sanksi pidana Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan. 2. Sanksi perdata - Pasal 1365 KUH Perdata - Pasal 1367 KUH Perdata - Pasal 1370 KUH Perdata - Pasal 1371 KUH Perdata
40

3. Sanksi Administratif a. Pasal 69 UU RI No.29 tahun 2004 1. Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia mengikat dokter, dokter gigi dan Konsil Kedokteran Indonesia. 2. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa dinyatakan tidak bersalah atau pemberian sanksi disiplin. 3. Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat berupa: - pemberian peringatan tertulis - rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik - kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi
41

Pasal 18 Permenkes No.290/MENKES/PER/III/2008

(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan dengan melibatkan organisasi profesi terkait sesuai tugas dan fungsi masing-masing. (2) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
Pasal 19 (1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratif sesuai dengan kewenangannya masing-masing
42

(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan Surat ijin Praktek

43

44

45

46

Anda mungkin juga menyukai