Anda di halaman 1dari 15

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II

ASUHAN KEPERAWATANAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

OLEH: I MADE ADI GUNAWAN I GEDE SURYA SASTRAWAN PUTU DEWI PRADNYANI (P07120011009) (P07120011010) (P07120011016)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN KELAS I.1 REGULER TAHUN 2012

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENSI
A. PENGERTIAN Oksigenisasi adalah pemberian tambahan aliran gas oksigen lebih dari 20 % pada tekanan/Atm. Sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah pada kondisi klien yang membutuhkan. Oksigenisasi adalah pemasangan oksigen yang diberikan pada pasien untuk mengatasi masalah pernapasan. Misalnya pada penderita Asma, Bronkopneumonia, pasien tidak sadar, pasien penyakit jantung, dan lain-lain. Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Mubarak, 2007). B. WOC

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Analisa Gas darah Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar O2 dan CO2 pada darah. Terjadi hipoksemia dan hipokapnia jika PaCO < 35 mmHg dan terjadinya hiperkapnia (PaCO 45 mmHg). 2. Biopsi Biopsi berguna untuk mengambil spesimen jaringan paru-paru. Biopsi ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Data-data yang dikumpul atau dikaji meliputi : 1. Identitas Pasien Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku, bangasa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor register, pekerjaan pasien, dan nama orang tua/ suami/ istri. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi kesehatannya saat ini. Keluhan umum penyakit pernapasan mencakup dispnea, batuk, pembentukan sputum, dan nyeri dada. b. Riwayat Penyakit Saat Ini Pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi biasanya akan diawali dengan sesak napas, batuk-batuk,kemudian akan terjadi sianosis. Perlu juga ditanyakan sejak kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang dilakukan untuk menurunkan dan menghilangkan keluhan tersebut. c. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan pula apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TB paru, pneumonia, gagal jantung, trauma. Hal ini perlu diketahui untuk melihat ada tidaknya faktor predisposisi. d. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang mungkin dapat menyebabkan gangguan pemenuhan oksigen. 3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual a. Bernapas Pasien dengan gangguan pemenuhan oksigen biasanya mengeluh sesak, frekuensi pernapasan >20 x permenit. b. Makan dan Minum Makan : Pasien biasanya didapatkan indikasi penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.

c. Eliminasi BAK : Pengukuran volume output urine dilakukan dalam hubungannya dengan intake cairan. Oleh karena itu, perlu memonitor adanya oliguria, karena itu merupakan atanda awal syok. d. Gerak dan Aktivitas e. Istirahat dan Tidur Penderita gangguan pemenuhan oksigen biasanya akan mengalaki susah tidur karena terbangun akibat asma dan nyeri pada dadanya. f. Kebersihan Diri g. Pengaturan Suhu Tubuh h. Rasa Nyaman i. Rasa Aman j. Sosialisasi dan Komunikasi k. Prestasi dan Produktivitas l. Ibadah m. Rekreasi n. Pengetahuan/ Belajar 4. Pemeriksaan Fisik Kondisi dan warna kulit klien diperhatikan selama pemeriksaan toraks (pucat, biru, kemerahan). Kaji tingkat kesadaran klien dan orientasikan selama pemeriksaan untuk menentukan kecukupan pertukaran gas. a. INSPEKSI. Perhatikan manifestasi distres pernapasan saat ini: posisi yang nyaman, takipnea, mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping hidung mengembang, dispnea, warna kulit wajah dan bibir, dan penggunaan otot-otot asesori pernapasan. Perhatikan rasio inspirasi-ke-ekspirasi, karena lamanya ekspirasi normal dua kali dari lamanya inspirasi normal, maka rasio normal ekspirasi inspirasi 2 : 1. Amati pola bicara. b. PALPASI dilakukan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur di atas atau di bawah permukaan tubuh. Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding dada. Palpasi dada dan medula spinalis adalah teknik skrining umum untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas seperti inflamasi. c. PERKUSI : Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan mengetuk dinding dada dengan tangan. Pengetukan dinding dada antara iga menghasilkan berbagai bunyi yang digambarkan sesuai dengan sifat akustiknyaresonan, hiperesonan, pekak, datar, atau timpanik. d. AUSKULTASI : mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop. Dengan mendengarkan paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut, pemeriksa mampu mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi napas tambahan, dan karakter suara yang diucapkan atau dibisikan. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme / peningkatan produksi sekret ditandai dengan kesulitan bernapas, perubahan

kedalaman/ kecepatan pernapasan, penggunaan otot aksesori, bunyi napas tak normal, batuk, dengan / tanpa produksi sputum. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen ditandai dengan Dispnea, bingung, gelisah, perubahan tanda vital. C. PERENCANAAN No Diagnosa . Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme / peningkatan produksi sekret ditandai dengan kesulitan bernapas, perubahan kedalaman/ kecepatan pernapasan, penggunaan otot aksesori, bunyi napas tak normal, batuk, dengan / tanpa produksi sputum.

Tujuan

Intervensi

Rasional

Setelah a. Auskultasi daerah a. Penurunan aliran udara diberikan paru-paru, timbul pada area yang askep mencatat area konsolidasi dengan selama .... x menurun/tidak cairan. Suara napas 24 jam adanya aliran bronkial normal diatas diharapkan udara serta bronkus dapat juga jalan nafas mencatat adanya crackles, ronkhi, dan pasien suara napas wheezes terdengar pada kembali tambahan seperti saat inspirasi dan atau efektif. ronchi ekspirasi sebagai respon Dengan dari akumulasi cairan, kriteria sekresi kental, dan hasil: spasme/obstruksi saluran Secara napas. verbal tidak b. Membantu pasien b. Napas dalam akan ada keluhan dalam melakukan memfasilitasi sesak latihan napas pengembangan Suara napas dalam. maksimum parunormal Mendemonstrasik paru/saluran udara kecil. (vesikular) an/membantu Batuk merupakan Pasien tidak pasien belajar mekanisme pembersihan batuk untuk batuk, diri normal, dibantu silia misalnya untuk memelihara menahan dada kepatenan saluran udara. dan batuk efektif Menahan dada akan pada saat posisi membantu untuk tegak lurus. mengurangi ketidaknyamanan dan posisi tegak lurus akan memberikan tekanan lebih besar untuk batuk. c. Melakukan c. Menstimulasi batuk atau suction atas pembersihan saluran indikasi. napas secara mekanis pada pasien yang tidak mampu melakukannya dikarenakan ketidakefektifan batuk atau penurunan kesadaran. d. Memberikan d. Cairan (terutama cairan

cairan + 2500 ml/hari (jika tidak ada kontraindikasi) dan air hangat. e. Kolaborasi pemberian nebulizer dan fisioterapi pernapasan lainnya, misal incentive spirometer, IPPB, perkusi, dan postural drainage. Melakukan tindakan selang diantara waktu makan dan membatasi cairan jika cairan sudah mencukupi. f. Kolaborasi pemberian obat atas indikasi: mukolitik, ekspoktoran, bronkodilator, dan analgesik.

hangat) akan membantu memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

e. Memfasilitasi pencairan dan pengeluaran sekret. Portural drainage mungkin tidak efektif pada pneumoni interstisial atau yang disebabkan oleh eksudat atau kerusakan dari alveolar. Pengaturan tata laksana atau jadwal dari intake oral akan mengurangi kemungkinan muntah dan batuk.

g. Membantu dengan bronchoscopy/tho racentesis jika diindikasinya. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen ditandai dengan Dispnea, bingung, gelisah, perubahan tanda vital. Setelah diberikan askep selama.... x 24 jam diharapkan kebutuhan O2 terpenuhi dengan outcome : Tidak sesak

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot bantu, napas bibir, ketidakmampuan berbicara. b. Tinggikan kepala b. Pengiriman oksigen dapat tempat tidur, diperbaiki dengan posisi bantu pasien duduk tinggi. untuk memilih

f. Membantu mengurangi bronkospasme dengan mobilisasi dri sekret. Analgesik diberikan untuk meningkatkan usaha batuk dengan mengurangi rasa tidak nyaman, tetapi harus digunakan sesuai penyebabnya. g. Kadang-kadang diperlukan untuk mengeluarkan sumbatan mukus, sekret yang purulen, dan atau mencegah atelektasis. a. Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/ atau kronisnya proses penyakit.

Tidak bingung Tidak gelisah Rr = 12-20 x /menit S= 36-37OC Tekanan darah sistolik dan diastolic dalam keadaan normal (sistole = 110-130 mmHg, diastole =70-90 mmHg) N= 60-100 x per menit (orang dewasa)

posisi yang mudah untuk bernapas. c. Dorong c. Kental, tebal, dan mengeluarkan banyaknya sekresi adalah sputum. sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. d. Awasi tanda vital d. Takikardia dan perubahan dan irama TD dapat menunjukkan jantung. efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung. e. Anjurkan untuk e. Minum air hangat dapat meminum air mengencerkan sekret. hangat. f. Kolaborasi f. Dapat pemberian O2 memperbaiki/mencegah dan obat memburuknya hipoksia. bronkodilator. Bronkodilator berfungsi untuk mengencerkan sekret, mempermudah pengeluaran dan membantu menurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus

D. IMPLEMENTASI Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. E. EVALUASI Evaluasi berdasarkan tujuan dan outcome.

Daftar Pustaka Carpenito, Lynda Juall.2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC http://mihardi77.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html (diakses 2 Juni 2012)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN WS DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG NUSA INDAH RSUD BANGLI TANGGAL 16 MEI 2012
I. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Mei 2012 pukul 15.00 WITA di ruang Nusa Indah RSUD Bangli dan masuk rumah sakit tanggal 14 Mei 2012 dengan sumber data dari pasien, keluarga pasien, dan catatan medis. Nomor CM : Data Dasar A. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Pendidikan Status Alamat Diagnosa medis

WS 74 tahun Laki-laki Hindu Petani Tamat Sekolah Rakyat Sudah menikah Br. Bebalang, Bangli HIL (D) repponibilis + BPH grade II + Asma Bronkial Sumber biaya : JKBM Hubungan dengan pasien : : : : : : : : : :

Penanggung : SD : 43 tahun : Laki-laki : Hindu : PNS : Tamat S1 : Sudah menikah : Br. Bebalang, Bangli :-

:: Anak

B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama Pasien mengeluh tidak bisa kencing sejak 14 Mei 2012 pagi hari. Pada saat pengkajian pasien mengeluh sesak napas dan batuk. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut sejak 13 Mei 2012, tidak bisa kencing, pasien juga mengeluh sesak dan batuk dan terdapat benjolan pada skrotumnya. Pasien masuk melalui Unit Gawat Darurat (UGD). Sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien sempat berobat ke dokter umum. Setelah dirawat di RS pasien mendapatkan therapy IVRL 20 tpm, Cefotaxime 3 x 1 gr, Ventolin 3 x 1 ampul. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien memiliki riwayat penyakit asma dan riwayat operasi prostat 3 bulan yang lalu.

4. Riwayat Penyakit Keluarga Anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang diderita oleh pasien ataupun penyakit lain seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, gagal ginjal. C. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual 1. Bernapas Pasien mengatakan sesak sejak sehari sebelum masuk rumah sakit dan batuk. 2. Makan dan Minum a. Makan : Sebelum masuk rumah sakit pasien biasa makan 2-3 x sehari dan habis 1 porsi. Selama di rumah sakit pasien juga makan 3 x sehari dan habis porsi. b. Minum : Sebelum masuk rumah sakit pasien biasa minum 5 gelas sehari. Selama di rumah sakit pasien minum 2-3 gelas perhari dan minum air hangat kuku. 3. Eliminasi a. BAB : Selama di rumah sakit pasien BAB 1 x sehari. Pasien mengeluh fesesnya keras, berwarna kuning, dan ketika BAB mengeluarkan darah. b. BAK : Sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh tidak bisa berkemih. Setelah masuk rumah sakit pasien menggunakan kateter. 4. Gerak dan Aktivitas Pasien dapat duduk dan pergi ke kamar mandi tetapi dibantu oleh keluarga. 5. Istirahat dan Tidur Selama di rumah sakit pasien mengeluh kurang tidur dan sering terbangun 2-3 x selama 20 menit karena merasakan nyeri dan sesak. 6. Kebersihan Diri Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan mandi 1 x sehari. Setelah di rumah sakit pasien biasanya di lap oleh kelurganya 1 x sehari. 7. Pengaturan Suhu Tubuh Pada saat pengkajian suhu tubuh pasien 37o C. 8. Rasa Nyaman Pada saat pengkajian pasien merasakan nyeri pada perut. Pasien juga terlihat meringis. 9. Rasa Aman Pasien mengatakan merasa cemas dan takut terhadap penyakit yang dideritanya. 10. Sosialisasi dan Komunikasi Selama di rumah sakit pasien jarang berkomunikasi dengan pasien lainnya dan hanya komunikasi dengan keluarganya. 11. Prestasi dan Produktivitas Pasien belum pernah mendapatkan prestasi. 12. Ibadah Pasien beragama Hindu dan selama di rumah sakit pasien hanya diwakilkan oleh keluarganya untuk sembahyang di Padmasana rumah sakit. 13. Rekreasi

Sebelum masuk rumah sakit pasien biasa menghabiskan waktunya dengan metajen (sabung ayam). 14. Belajar Pasien ingin tahu dan mau belajar mengenai cara mengurangi rasa nyeri dan penyakit asmanya. D. Data Pemeriksaan Umum 1. Kesan Umum Keadaan umum : Lemah Kesadaran : Compos mentis Bentuk tubuh : Tinggi, kurus Warna kulit : Sawo matang Turgor kulit : Elastis 2. Gejala Kardinal Tekanan Darah : Suhu : Nadi : Respirasi : 3. Pemeriksaan Fisik Kepala : Simetris, bentuk lonjong, rambut beruban dan lengket, rambut tersebar merata,tidak ada benjolan dan tidak ada lesi. Mata : Simetris, kornea normal, reflek pupil +/+, tidak ada ikterus, isokor. Telinga : Simetris, pendengaaran terganggu. Leher : Tidak ada massa dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Thorax : Simetris, terdengar bunyi Wheezing. Abdomen : Simetris. tidak ada lesi, tidak kembung Ekstremitas : - Atas : Terpasang IVRL, tidak ada lesi - Bawah : Tidak terdapat varises Genetalia : Terdapat benjolan pada skrotum, terpasang kateter E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium tanggal 14 Mei 2012 (Pk. 06.22 WITA) WBC 9,7 109/l 3,5-10,0 LYM % 20,4 % 15,0-55,0 9 LYM 2,0 0,5-5,0 10 /l 9 MID 0,7 0,1-1,5 10 /l MID % 7,8 % 2,0-5,0 9 GRAN 7,0 1,2-8,0 10 /l GRA % 71,8 % 35,0-80,0 RBC 5,17 1012/l 3,50-5,50 Hgb 14,7 HL g/dl 11,5-16,5 Hct 44,5 % 35,0-55,0 MCV 86,2 fl 75,0-100,0

MCH MCHC RDW % RDWa PLT MPV PDW PCT LPCR

28,5 33,1 14,0 64,1 314 L 7,8 11,5 0,24 15,3

pg g/dl % fl 109/l fl Fl % %

25,0-35,0 31,0-38,0 11,0-16,0 30,0-150,0 150-400 8,0-11,0 0,1-99,9 0,01-9,99 0,1-99,9

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN A. Analisa Data No Data 1 DS : Pasien mengeluh sesak. DO : Pasien mengalami sesak, batuk, gelisah, Rr = 43 x / menit B. Analisa Masalah Problem Etiologi Symptom Proses terjadinya

Standar Normal Tidak sesak Tidak batuk Tidak gelisah Rr = 12-20 x /menit

Masalah Keperawatan Gangguan pertukaran gas

: : : :

Akibat

Gangguan pertukaran gas Spasme bronkus Sesak, batuk, gelisah, Rr = 43 x / menit Bila seseorang terpapar alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien), faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkiolus maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Diameter bronkiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Bronkiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama saan ekspirasi. : Terjadi hipoksia

C. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme bronkus ditandai dengan sesak, batuk, gelisah, Rr = 43 x / menit.

III. PERENCANAAN A. Prioritas Diagnosa 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme bronkus ditandai dengan sesak, batuk, gelisah, Rr = 43 x / menit. B. Rencana Keperawatan No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional . Keperawatan 1. Rabu, 15 Mei Gangguan Setelah g. Kaji g. Berguna dalam 2012 pertukaran diberikan frekuensi, evaluasi derajat Pk. 15.00 gas askep kedalaman distres WITA berhubungan selama 1 x pernapasan. pernapasan dengan 24 jam Catat dan/ atau spasme diharapkan penggunaan kronisnya bronkus kebutuhan otot bantu, proses ditandai O2 napas bibir, penyakit. dengan sesak, terpenuhi ketidakmamp batuk, dengan uan gelisah, Rr = outcome : berbicara. 43 x / menit. Tidak sesak h. Tinggikan h. Pengiriman Tidak batuk kepala oksigen dapat Tidak tempat tidur, diperbaiki gelisah bantu pasien dengan posisi Rr = 12-20 untuk duduk tinggi. x /menit memilih posisi yang mudah untuk bernapas. i. Dorong i. Kental, tebal, mengeluarka dan banyaknya n sputum. sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. j. Awasi tanda j. Takikardia dan vital dan perubahan TD irama dapat jantung. menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung. k. Anjurkan k. Minum air untuk hangat dapat meminum mengencerkan air hangat. sekret.

l. Kolaborasi l. Dapat pemberian memperbaiki/m O2 dan obat encegah bronkodilato memburuknya r. hipoksia. Bronkodilator berfungsi untuk mengencerkan sekret, mempermudah pengeluaran dan membantu menurunkan/m encegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus

IV. IMPLEMENTASI No. Hari/Tgl/Jam No.Dx. 1. Rabu, 16 Mei 1 2012 Pk. 15.00

Tindakan Keperawatan Evaluasi Formatif Paraf Mengobservasi keadaan Keadaan umum lemah, umum pasien batuk (+), sesak (+), nyeri (+), infus lancar. Rr= 43 x/menit Memposisikan pasien Pasien mengatakan menjadi semi fowler sesaknya berkurang Menganjurkan pasien Pasien minum air untuk minum air hangat hangat yang disediakan Memberikan therapy Nyeri (-), alergi(-), O2 injeksi Cefotaxime 1 gr, terhirup oleh pasien Flixotide 1 amp melalui nebulizer, dan pemberian O2 sebanyak 2 L/menit menggunakan kanula nasal Mengobservasi TTV N=128 X/ menit, S= 38,5oC, TD= 90/50 mmHg, Rr= 34 x/menit. Memberikan therapy Nyeri (-), alergi(-), O2 injeksi Cefotaxime 1 gr, terhirup oleh pasien Flixotide 1 amp melalui

Pk. 16 .00

Pk. 17.00

Pk. 22.00

2.

Kamis, 17 Mei 2012 Pk. 06.00

nebulizer, dan pemberian O2 sebanyak 2 L/menit menggunakan kanula nasal Pk. 07.00 Mengobservasi keadaan Keadaan umum lemah, umum pasien sesak (+) Menganjurkan pasien Pasien minum untuk minum air hangat hangat gelas Mengobservasi keadaan Pasien Istirahat umum pasien Mengobservasi TTV N=112 X/ menit, S= 39,1oC, TD= 80/40 mmHg, Rr= 32 x/menit. air

Pk. 08.00

Pk. 12.00

Pk. 14.00

Memberikan therapy Nyeri (-), alergi(-), O2 injeksi Cefotaxime 1 gr, terhirup oleh pasien Ventolin 1 amp melalui nebulizer, dan pemberian O2 sebanyak 2 L/menit menggunakan kanula nasal Pk. 15.00 Mengobservasi keadaan Keadaan umum lemah, umum sesak (+), Rr= 34 x permenit

V. EVALUASI No. Hari/Tgl/Jam 1. Kamis, 17 Mei 2012 Pk. 15.00 WITA

No. Dx 1

Evaluasi Sumatif S : Pasien mengeluh sesak dan batuk O : Sesak (+), Batuk (+), terlihat gelisah, Rr= 34 x permenit A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervensi

Paraf

Anda mungkin juga menyukai