Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahunnya. (Pusponegoro, 2010) Di Unit Gawat Darurat (UGD) pengetahuan dan keterampilan petugas sangat dibutuhkan, terutama dalam pengambilan keputusan klinis dimana keterampilan penting bagi petugas dalam penilaian awal, petugas harus mampu memprioritaskan perawatan pasien atas dasar pengambilan keputusan yang tepat, untuk mendukung hal tersebut diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam hal pemisahan jenis dan kegawatan pasien dalam triase, sehingga dalam penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah. (Oman,2008) Sistem triase mulai dikembangkan mulai pada akhir tahun 1950an seiring jumlah kunjungan UGD yang melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan penanganan segera, dimana tujuan dari triase adalah memilih dan menggolongkan semua pasien yang datang ke UGD dan menetapkan prioritas penangannnya dan disaat pertama perawat menilai pasien perawat juga melakukan tindakan diagnostik, sehingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan menstabilkan pasien tidak terlalu lama. (Brooker, 2008). Triase dilakukan berdasarkan pada ABCDE, beratnya cedera, jumlah pasien yang datang, sarana kesehatan yang tersdia serta kemungkinan hidup pasien.( Pusponegoro, 2010)

1.2

Rumusan Masalah Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan laporan Tugas Pengenalan Profesi ini adalah mengenai hal-hal berikut: 1. Bagaimana alur triase pasien di IGD RS Rivai Abdullah? 2. Bagaimana cara mengklasifikasi pasien gawat darurat di RS Rivai Abdullah? 3. Bagaimana prioritas terapi berdasarkan jenis kegawatdaruratan? 4. Bagaimana dokumentasi setelah dilakukan klasifikasi pada pasien gawat darurat di RS Rivai Abdullah?

1.3

Tujuan 1. Untuk mengetahui alur triase pasien di IGD RS Rivai Abdullah 2. Untuk mengetahui cara mengklasifikasi pasien gawat darurat di RS Rivai Abdullah 3. Untuk mengetahui prioritas terapi berdasarkan jenis kegawatdaruratan 4. Untuk mengetahui dokumentasi setelah dilakukan klasifikasi pada pasien gawat darurat di RS Rivai Abdullah

1.4

Manfaat Observasi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang sistem alur triase di UGD RS Rivai Abdullah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Triase Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008). Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage danditurunkan alam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaituproses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang emungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahunnya. (Pusponegoro, 2010)

2.2

Tujuan Triase Diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam hal pemisahan jenis dan kegawatan pasien dalam triase, sehingga dalam penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah. Pemisahan yang dimaksud disebut Triase. (Oman,2008) Tujuan dari triase adalah memilih dan menggolongkan semua pasien yang datang ke UGD dan menetapkan prioritas penangannnya dan disaat pertama perawat menilai pasien perawat juga melakukan tindakan diagnostik, sehingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan menstabilkan pasien tidak terlalu lama.(Brooker, 2008).

2.3

Prinsip dan Tipe Triase Prinsip triase berdasarkan Making the Right Decision A Triage Curriculum (1995) : 1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu

Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di departemen kegawatdaruratan. 2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat Intinya, ketetilian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam proses interview. 3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat. 4. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi Tanggung jawab utama seorang perawat triase adalah mengkaji secara akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostic dan tugas terhadap suatu tempat yang dapat diterima untuk suatu pengobatan. 5. Tercapainya kepuasan pasien Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat menetapkan hasil secara serempak dengan pasien Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada seseorang yang sakit dengan keadaan kritis. Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga atau temannya. Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sesingkat mungkin), The Right Patient, to The Right Place at The Right Time, with The Right Care Provider.

Pengambilan keputusan dalam proses triase dilakukan berdasarkan : Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit Dapat mati dalam hitungan jam Trauma ringan Sudah meninggal

Beberapa tipe sistem triase (Iyer, 2004) : a. Traffic Director Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan memilih antara status mendesak atau tidak mendesak.Tidak ada tes diagnostik permulaan yang diintruksikan dan tidak ada evaluasi yang dilakukan sampai tiba waktu pemeriksaan.

b. Spot Check Pada sistem ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan data subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah satu dari 3 prioritas pengobatan yaitu gawat darurat, mendesak, atau ditunda. Dapat dilakukan beberapa tes diagnostik pendahuluan, dan pasien ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang tunggu.Tidak ada evaluasi ulang yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.

c. Comprehensive Sistem ini merupakan sistem yang paling maju dengan melibatkan dokter dan perawat dalam menjalankan peran triase. Data dasar yang diperoleh meliputi pendidikan dan kebutuhan pelayanan kesehatan primer, keluhan utama, serta informasi subjektif dan objektif. Tes diagnostik pendahuluan dilakukan dan pasien ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu, pasien harus dikaji ulang setiap 15 sampai 60 menit

2.4

Klasifikasi dan Penentuan Prioritas

Dasar-dasar Triase (musliha, 2010) : a) Derajat cedera b) Jumlah yang cedera c) Sarana dan Kemampuan d) Kemungkinan untuk bertahan hidup Pada kasus kegawatdaruratan, kita harus dapat mengatur alur pasien yang baik, terutama pada jumlah ruang yang terbatas, memperioritaskan pasien terutama untuk menekan jumlah morbiditas dan mortalitas, yang terakhir adalah pelabelan/ pengkategorian. 5

Merah

Kuning

Hijau

Emergency

Urgent

Non-Urgent

a) Emergency ( Merah/ P1 ) Penderita yang harus mendapatkan penanganan dengan segera dan mengancam nyawa misalnya kasus trauma berat, akut miokard infark, sumbatan jalan nafas, tension pneumotorak, luka bakar disertai trauma inhalasi b) Urgen ( Kuning / P2 ) Penderita tidak gawat tapi darurat atau tidak darurat tetapi gawat, misalnya pada kasus cedera vertebra, fraktur terbuka, trauma capitis tertutup, appendicitis akut. c) Non Urgent ( Hijau / P3 ) Penderita tidak mengancam nyawa dan tidak perlu mendapatkan penanganan dengan segera misalnya luka lecet, luka memar, demam.

Triage dilakukan oleh orang yang paling berpengalaman dan harus dapat menentukan organ mana yang terganggu dan dapat menyebabkan kematian dan menentukan penanggulangannya. Triage Officer dapat seorang dokter ahli, dokter umum ataupun perawat sesuai dengan kelas atau kebijaksanaan rumah sakit. Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage didasarkan pada keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan umum pasien serta hasil pengkajian fisik yang terfokus. Menurut Comprehensive Speciality Standard, ENA tahun 1999, penentuan triase didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan psikososial selain pada factor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan kesehatan serta alur pasien lewat sistem pelayanan kedaruratan.Hal-hal yang harus dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang cenderung berulang atau meningkat keparahannya . Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah kondisi klien yang meliputi (Wijaya, 2010) :

a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation / sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat

Tabel 1 : Klasifikasi Triase

Tabel 2 : Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)

Tabel 3 : Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan

Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triage yang mengindikasikan kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk tersebut meliputi : Nyeri hebat Perdarahan aktif Stupor / mengantuk Disorientasi Gangguan emosi Dispnea saat istirahat Diaforesis yang ekstrem Sianosis Tanda vital di luar batas normal 9

2.5

Proses Triase Alur dalam proses triase (Rowles, 2007) : 1) Pasien datang diterima petugas / paramedis UGD. 2) Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat. 3) Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD). 4) Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna: a) Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya:Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal, dsb.

b) Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb. c) Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial. d) Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb. e) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning, hijau, hitam. f) Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.

10

g) Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani. h) Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang. i) Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah. 2.6 Dokumentasi Triase Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggungjawabkan. Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian pemahaman dan ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga keperawatan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan secara baik dan benar. Dokumentasi yang berasal dari kebijakan yang mencerminkan standar nasional berperan sebagai alat manajemen resiko bagi perawat UGD. Hal tersebut memungkinkan peninjau yang objektif menyimpulkan bahwa perawat sudah melakukan pemantauan dengan tepat dan mengkomunikasikan perkembangan pasien kepada tim kesehatan. Pencatatan, baik dengan computer, catatan naratif, atau lembar alur harus menunjukkan bahwa perawat gawat darurat telah melakukan pengkajian 11

dan komunikasi, perencanaan dan kolaborasi, implementasi dan evaluasi perawatan yang diberikan, dan melaporkan data penting pada dokter selama situasi serius. Lebih jauh lagi, catatan tersebut harus menunjukkan bahwa perawat gawat darurat bertindak sebagai advokat pasien ketika terjadi penyimpangan standar perawatan yang mengancam keselamatan pasien. (Anonimous,2002).

Pada tahap pengkajian, pada proses triase yang mencakup dokumentasi (ENA, 2005) : 1. Waktu dan datangnya alat transportasi 2. Keluhan utama (misal. Apa yang membuat anda datang kemari?) 3. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan 4. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat 5. Penempatan di area pengobatan yang tepat (msl. kardiak versus trauma, perawatan minor versus perawatan kritis) 6. Permulaan intervensi (misal. balutan steril, es, pemakaian bidai, prosedur diagnostik seperti pemeriksaan sinar X, elektrokardiogram (EKG), atau Gas Darah Arteri (GDA)) Komponen Dokumentasi Triase Tanggal dan waktu tiba Umur pasien Waktu pengkajian Riwayat alergi Riwayat pengobatan Tingkat kegawatan pasien Tanda - tanda vital Pertolongan pertama yang diberikan Pengkajian ulang Pengkajian nyeri Keluhan utama Riwayat keluhan saat ini Data subjektif dan data objektif Periode menstruasi terakhir Imunisasi tetanus terakhir Pemeriksaan diagnostik Administrasi pengobatan Tanda tangan registered nurse

12

13

BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1

Lokasi Pelaksanaan Unit Gawat Darurat (UGD) RS Rivai abdullah

3.2

Waktu Pelaksanaan Adapun waktu pelaksanaan kegiatan tugas pengenalan profesi ini adalah : Hari, tanggal Waktu : Sabtu 12 oktober 2013, Senin 22 oktober 2013 : pukul 15.00 17.00

3.3

Subjek Tugas Mandiri Sistem triase di Unit Gawat Darurat (UGD) RS Rivai abdullah

3.4

Langkah Kerja 1. Membuat proposal 2. Melakukan konsultasi kepada pembimbing Tugas Pengenalan Profesi 3. Meminta izin kepada pihak RS Rivai abdullah untuk melakukan Tugas Pengenalan Profesi 4. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja RS Rivai abdullah serta berdiskusi mengenai alur triase di UGD. 5. Membuat laporan Tugas Pengenalan Profesi dari data yang sudah didapatkan.

3.5

Pengumpulan data Melakukan observasi langsung terhadap sistem triase di Unit Gawat Darurat (UGD) RS Rivai abdullah

3.6

Pengolahan data Analisis deskriptif yaitu pengolahan data yang dilakukan dengan cara

membandingkan teori dan data di lapangan

14

Palembang,

September 2013

Mahasiswa Blok XX, Kelompok Tutorial 3

Mengetahui dan menyetujui, Pembimbing Kelompok Tutorial 3

dr. Indriyani

15

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

RS Rivai abdullah menggunakan sistem triase Spot Check, dimana pada sistem ini, petugas mendapatkan keluhan utama bersama dengan data subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah satu dari 3 prioritas pengobatan yaitu gawat darurat, mendesak, atau ditunda. Setelah itu dapat dilakukan beberapa tes diagnostik pendahuluan, dan pasien ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang tunggu. Tidak ada evaluasi ulang yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.

Dari pintu masuk UGD, sudah ada garis arah untuk dilakukan klasifikasi kegawatan pasien.Pasien akan ditempatkan di sekat-sekat yang telah diberikan tanda warna. Pasien emergency (gawat darurat) ditempatkan di tempat dengan tanda berwarna merah, kuning untuk urgent (mendesak), dan hijau untuk Non-urgent (ditunda). Namun pada RS Rivai abdullah, dikarenakan sedang direnovasi, garis-garis dan tanda yang dulunya ada, belum ditemukan.

Untuk terapi, akan diberikan sesuai dengan penyakit dan status pasien : Pada pasien dengan status emergency (gawat darurat), prinsip terapi adalah ABCDE, dan segera dilakukan Pada pasien dengan status urgent (mendesak) dapat diberikan resusitasi dan selanjutnya ditangani oleh spesialis. Pada pasien dengan status non-urgent (ditunda), ditempatkan di ruang observasi, dan dilanjutkan dengan terapi sesuai kasus (dapat ditunda untuk menangani kasus dengan keadaan gawat darurat terlebih dahulu)

Setelah dilakukan terapi, dilanjutkan dengan dokumentasi. Dokumentasi ini berisi antara lain : Tanggal Respon time (jam datang dan jam dilayani) Nama, Jenis kelamin, umur, alamat Diagnosa

16

Kriteria kasus (Gawat darurat, Gawat tidak darurat, Darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat) Kriteria tindakan (Bedah, non-bedah, Kebidanan) Kriteria kecelakaan medis (KLL, Kec. Kerja, Kec. Rumah tangga, Penganiayaan) Visum et repertum Pemeriksaan penunjang (laboratorium, rontgen, EKG) Informed consent Terapi Tindak lanjut (rawat jalan, rawat inap, rujuk ke RS lebih tinggi, meninggal di IGD, death on arrival, Pulang paksa, pindah ke RS lain) Cara pembayaran Petugas jaga

Pasien Nama Jenis kelamin Umur Alamat Status Agama Tanggal masuk : Admi : perempuan : 51 tahun : Jl. Panca mukti : menikah : islam : 12 oktober 2013 pukul 16.11

Datang dengan luka di kaki, 9 hari yang lalu. Luka berbau khas. TD 120/90, T : 38oC nadi 96x/menit Setelah dibawa ke UGD, dikategorikan dengan tanda berwarna kuning oleh petugas, dan dilakukan resusitasi dan pembersihan luka.

Diagnosis P.penunjang Darah Kimia Klinik

: ulkus diabetikum.

: Hb, Hitung leukosit,eritrosit, jenis leukosit, LED : Kolesterol total, trigliserid, gula darah sewaktu

17

18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan : 1. RS Rivai abdullah menggunakan sistem triase Spot Check 2. Dari pintu masuk UGD, sudah ada garis arah untuk dilakukan klasifikasi kegawatan pasien.Pasien akan ditempatkan di sekat-sekat yang telah diberikan tanda warna. Pasien emergency (gawat darurat) ditempatkan di tempat dengan tanda berwarna merah, kuning untuk urgent (mendesak), dan hijau untuk Non-urgent (ditunda). 3. Pada pasien dengan status emergency (gawat darurat), prinsip terapi adalah ABCDE, dan segera dilakukan Pada pasien dengan status urgent (mendesak) dapat diberikan resusitasi dan selanjutnya ditangani oleh spesialis. Pada pasien dengan status non-urgent (ditunda), ditempatkan di ruang observasi, dan dilanjutkan dengan terapi sesuai kasus (dapat ditunda untuk menangani kasus dengan keadaan gawat darurat terlebih dahulu) 4. Dokumentasi RS abdullah rivai mencakup Tanggal, Respon time (jam datang dan jam dilayani), Nama, Jenis kelamin, umur, alamat, Diagnosa, Kriteria kasus (Gawat darurat, Gawat tidak darurat, Darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat), Kriteria tindakan (Bedah, non-bedah, Kebidanan), Kriteria kecelakaan medis (KLL, Kec. Kerja, Kec. Rumah tangga, Penganiayaan), Visum et repertum, Pemeriksaan penunjang (laboratorium, rontgen, EKG), Informed consent, Terapi, Tindak lanjut (rawat jalan, rawat inap, rujuk ke RS lebih tinggi, meninggal di IGD, death on arrival, Pulang paksa, pindah ke RS lain), Cara pembayaran, dan Petugas jaga.

19

BAB VI PENUTUP

Proposal ini disusun sebagai usaha melakukan penyelenggaraan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi supaya mahasiswa dapat mengamati lebih awal dan melihat secara langsung sistem triase di UGD Rumah Sakit Rivai abdullah. Demikianlah proposal kami, semoga proposal ini menjadi bahan pertimbangan dan perhatian dr.indriyani, selaku pembimbing Kelompok Tutorial 3 dalam mendukung kegiatan Tugas Pengenalan Profesi yang kami laksanakan dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia sekaligus untuk memenuhi tugas pada blok XX ini.

20

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1999. Triage Officers Course. Singapore : Department of Emergency Medicine Singapore General Hospital Anonimous, 2002. Disaster Medicine. Philadephia USA : Lippincott Williams Brooker. C (Editor). (2009). Ensiklopedia Keperawatan (Churchill Livingstones Mini Encyclopedia of Nursing), Penerbit Buku Kedokteran EGC. ENA, 2005. Emergency Care.USA : WB Saunders Company Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC Manchester Triage Group. 2006. Emergency Triage 2nd ed. Blackwell Publishing Ltd: USA Musliha. 2010.Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika Oman, Kathleen S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta : EGC Pusponegoro Aryono D. dr. Sp.B(K)-BD (2010) kasus trauma adalah silent disaster Penerbit : Bandung Rowles C.J dan Moss,R 2007. Nursing Manajemen :Staff Nurse Job Satisfaction and Managenent style. WB Saunder Company. Philadelpia Wijaya, S. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar : PSIK FK Unud

21

LAMPIRAN

22

23

24

Anda mungkin juga menyukai