Anda di halaman 1dari 5

1

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2
Misdarina * Yesi Ariani **
*Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Jln Prof. Maas No. 3 Kampus USU Medan 20155,INDONESIA Phone/Fax: 061-8213318 Email: Mezrin_go@yahoo.com

Abstrak
Diabetes Melitus (DM) khususnya DM tipe 2 merupakan salah satu penyakit degenerative yang jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. DM tipe 2 dapat dikendalikan melalui empat pilar penatalaksanaan DM . Terkendalinya DM ditunjukkan dengan normalnya kadar gula darah karena kadar gula darah merupakan indikator dalam diagnosa DM. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan DM dengan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskritif korelasi dengan desain Cross Sectional. Pengampilan sampel dilakukan dengan tehnik insidental sampling berjumlah 82 orang. Hasil uji statistik Spearman menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan DM dengan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan. Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai p = 0,000 (p< 0,05). Rekomendasi bagi pelayanan Keperawatan untuk meningkatkan perannya sebagai edukator dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai DM untuk meningkatkan pengetahuan pasien. Bagi RSUP H.Adam Malik Medan dapat lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan mengenai DM agar dapat menambah informasi terhadap pasien sehingga meningkatkan pengetahuan pasien dan pasien mampu mengelola penyakitnya.

Kata Kunci: Pengetahuan DM, Kadar gula darah, Diabetes Melitus PENDAHULUAN Tingginya pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif salah satunya Diabetes Melitus (DM). DM merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar gula darah yang tinggi (Waspadji, 2007). Menurut American Diabetes Asociation (ADA), DM dapat diklasifikasikan menjadi DM tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain dan DM Gestasional. Di antara tipe yang ada, DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak di temukan yaitu lebih dari 90% (Suyono, 2007). Dalam dua dekade yang akan datang terjadi peningkatan prevalensi pasien DM tipe-2, diperkirakan pada tahun 2025 akan terdapat 300 juta pasien DM tipe-2 di seluruh dunia (Soewondo, 2007). Peningkatan prevalensi DM tipe-2 menunjukkan pentingnya upaya pencegahan. Pencegahan DM tipe-2 adalah dengan mengupayakan kadar gula darah dalam tubuh menjadi normal. Upaya untuk menurunkan kadar gula darah yaitu melalui empat pilar penatalaksanaan DM seperti edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani dan terapi farmakologi (Waspadji, 2007). Pemantauan kadar gula darah sangat penting karena gula darah adalah indikator untuk menentukan diagnosa penyakit DM. Kadar gula darah dapat diperiksa sewaktu, dan ketika puasa. Seseorang di diagnosa menderita DM jika dari hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl, sedangkan kadar gula darah ketika puasa 126 mg/dl (Waspadji, 2007).

Berdasarkan penelitian Rahmadiliyani (2006) di Sukoharjo, Tingkat pengetahuan penderita tentang penyakit menunjukkan rata-rata pengetahuan cukup sebanyak 20 responden(47,6%) dari 42 responden, dan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang penyakit dan komplikasi pada penderita DM dengan tindakan kontrol gula darah. Hasil penelitian Witasari (2009) di Surakarta, menunjukkan tidak adanya hubungan pengetahuan tentang pengelolaan DM dengan pengendalian kadar gula darah puasa. Pengetahuan penderita tentang diabetes melitus merupakan sarana yang dapat membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan (Waspadji , 2007). Berdasarkan hasil survey awal di RSUP H. Adam Malik Medan, prevalensi pasien DM mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sehingga DM menempati peringkat ke 3 penyakit terbanyak di RSUP H. Adam Malik. Dari hasil wawancara dengan staf perawat di Poliklinik Endokrin RSUP H. Adam Malik Medan bahwa sebagian besar pasien kurang mengetahui tentang DM, dan masih terdapatnya sebagian pasien yang tidak melakukan kontrol kadar gula darah, adapun pasien yang melakukan kontrol gula darah tetapi tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang DM dengan kadar gula darah pada pasien DM tipe-2 di RSUP H.Adam Malik Medan. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskritif korelasi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien DM tipe 2 yang datang ke Poliklinik

Endokrin RSUP H.Adam Malik Medan sebanyak 575. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Lameshow dan tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan incidental sampling dengan jumlah 82 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner. Analisa data dilakukan secara univariat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti dan bivariat dengan menggunakan uji spearman dengan interpretasi: bila nilai P value <0,05 maka Ho ditolak berarti ada hubungan antara pengetahuan Diabetes Melitus dengan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan hasil penelitian Data demografi yang diamati pada responden terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Data lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel

1.

Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di Poliklinik Endokrin RSUP H. Adam Malik Medan (n=82) F 46 36 % 56,1 43,9

Tabel 3. Distribusi kadar gula darah Responden di Poliklinik Endokrin RSUP H. Adam Malik Medan (n=82) Variabel Kadar gula darah Mean 246,93 SD 461 Min 112 Mak 573

Karakteristik 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 2. Umur <40 40-65 >65 3. Pendidikan SD SMP SMA PT 4. Pekerjaan PNS Swasta/wiraswasta Pensiun/T.bekerja 5. Pekerjaan >1.200.000 <1.200.00

8 49 25 9 10 26 37 8 24 50

9,8 59,8 30,5 11,0 12,2 31,7 45,1 9,8 29,3 61,0

Dari tabel diatas terlihat bahwa variabel kadar gula darah memilki rata-rata sebesar 246,93 mg/dl, standar deviasi 461 mg/dl, nilai kadar gula darah terendah sebesar 112 mg/dl dan tertinggi 573 mg/dl. Analisis Bivariat Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat, yaitu Ada hubungan antara pengetahuan Diabetes Melitus dengan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 (p value= 0,000) Tabel 4.Hasil uji statistik Hubungan Pengetahuan DM dengan Kadar Gula Darah pada Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP H. Adam Malik Medan. (n=82) Variabel Pengetahuan Kadar gula darah n 82 82 p 0,000 0,000 r 0,484 0,484

50 32

61,0 39,0

Tabel 2.Distribusi Pengetahuan Responden tentang DM Tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP H. Adam Malik Medan (n=82) Pengetahuan f % Baik 37 45,1 Kurang 45 54,9 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pengetahuan responden dengan kategori kurang sebanyak 45 orang (54,9%)

PEMBAHASAN Hubungan Pengetahuan Diabetes Melitus dengan Kadar Gula Darah pada Pasien DM Tipe 2 Berdasarkan hasil Penelitian diketahui bahwa responden memilki pengetahuan yang kurang tentang DM sebesar 54,9% dan memilki kadar gula darah yang tinggi. Pengetahuan DM meliputi empat pilar penatalaksanaan DM yaitu Edukasi DM, perencanaaan makan, latihan jasmani dan terapi farmakologi (Perkeni,2006). Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai P=0,000 (<0,05) dengan

nilai r= -484. Ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan DM dengan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 di RSUP H.Adam Malik Medan dengan arah korelasi negatif yang berarti semakin rendah pengetahuan maka semakin tinggi kadar gula darah. Hal ini sesuai dengan penelitian Ratnasari (2004) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan Diabetes Melitus dengan kadar glukosa darah puasa. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki responden mengenai penyakit DM sehingga tidak mampunya responden mengontrol kadar gula darah dan mengakibatkan kadar gula darah menjadi tinggi. Menurut Notoadmojo (2005) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah informasi. Informasi DM bisa didapatkan melalui edukasi DM. Edukasi DM merupakan salah satu bentuk empat pilar penatalaksanaan DM yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai DM agar dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola penyakitnya. Informasi minimal diberikan setelah diagnosis ditegakkan, mencakup pengetahuan dasar tentang diabetes, penatalaksanaan DM, pemantauan mandiri kadar gula darah, sebab-sebab tingginya kadar gula darah dan lain-lain (Basuki,2007). Kadar gula darah yang tinggi disebabkan oleh tidak sempurnanya proses metabolisme zat makanan dalam sel tubuh. (Majid,2010). Upaya pemantauan kadar gula darah melalui empat pilar penatalaksanan DM yaitu Edukasi Diabetes, Perencanaan makan, Latihan jasmani dan Terapi obat (Perkeni 2006). Pentingnya pemantauan kadar gula darah karena kadar gula darah merupakan indikator dalam diagnosa DM. Perlunya pasien mengetahui upaya pemantauan kadar gula darah melalui empat pilar penatalaksanaan DM agar pasien mampu mengendalikan penyakitnya sehingga kadar gula darah menjadi normal dan dengan normalnya kadar gula darah

maka penyakit DM dapat terkendali. Untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan pengendalian DM, perlu diberikan pengetahuan yang tinggi tentang penatalaksanaan DM. Pengetahuan penderita tentang DM merupakan sarana yang dapat membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya sehingga semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan (Waspadji, 2007). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 54,9% dan kadar gula darah pasien rata-rata 246,9 mg/dl yang berarti tinggi. Dari hasil uji statistik korelasi spearman didapatkan nilai nilai p = 0,000 (<0.05), nilai r = -484. Ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan DM dengan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2, dengan arah korelasi yang negatif yang berarti semakin rendah pengetahuan maka kadar gula darah yang dimiliki tinggi Saran Dari hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan responden dalam kategorik kurang. Oleh karena itu perawat harus meningkatkan perannya sebagai edukator yaitu dengan memberikan penyuluhan mengenai DM. Perawat juga memberikan motivasi kepada pasien agar mau mengontrol penyakitnya. Khusunya bagi perawat komunitas untuk lebih meningkatkan perannya baik itu sebagai edukator, motivator, fasilitator maupun dalam memberikan asuhan keperawata Diharapkan dengan adanya penelitian ini, pihak rumah sakit lebih meningkatkan program-program penyuluhan mengenai DM dan meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan. Kemudian dengan adanya penelitian ini responden termotivasi untuk mencari informasi mengenai DM dan mau mengikuti program-program yang diadakan pihak Rumah Sakit dan sehingga responden mampu untuk mengelola penyakit DM DAFTAR PUSTAKA Basuki,E. (2007). Tehnik penyuluhan Diabetes Mellitus. Dalam Penatalaksanaan Diabetes Majid,C. (2010). Kadar gula darah. Diakses pada tanggal 10 November 2011 dari www.guladarah.com Notoatmodjo, S. (2005). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan. Bandung: Rineka Cipta Perkeni. (2006). Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes MelitustTipe 2 di Indonesia. Ratnasari, A. (2004). Hubungan tingkat pengetahuan tentang pengelolaan DM dengan kadar glukosa darah pada pasien DM rawat jalan di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta. Soegondo, S. (2007). Diagnosis dan klasifikasi Diabetes Melitus terkini. Dalam Penatalaksanaan Diabetes Mellitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Soewondo, P. (2007). Mengapa anda menyandang Diabetes Melitus. Dalam Hidup sehat dengan Diabetes. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Soewondo.P.(2007). Pemantauan pengendalian Diabetes Melitus. Dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Suyono.S.(2007). Kecendrungan peningkatan jumlah penyandang Diabetes. Dalam Penatalaksanaan Diabetes

Mellitus terpadu. Jakarta:Balai Penerbit FKUI. Soegondo. (2007). Prinsip pengobatan Diabetes, insulin dan obat hipoglikemik oral. Dalam Penatalaksanaan Diabetes Mellitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Suyono, S. (2007). Patofisiologi Diabetes Mellitus. Dalam Penatalaksanaan Diabetes Mellitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Waspadji, S. (2007). Diabetes Melitus : Apakah itu. Dalam Hidup Sehat dengan Diabetes. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Witasari (2009). Hubungan tingkat pengetahuan, asupan karbohidrat dan serat dengan pengendalian kadar glukosa darah. Jurnal penelitian sains & teknologi, Surakarta Waspadji, S. (2007). Diabetes Melitus: Mekanisme dasar dan pengelolaannya yang rasional. Dalam Penatalaksanaan Diabetes Mellitus terpadu. Jakarta.: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai