Anda di halaman 1dari 16

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK DERIVAT PERKEBUNAN REVIEW JURNAL SABUN DARI MINYAK KELAPA

oleh kelompok 8: NovidhaSatya N. NurKarimah RizkyOkkyKurnia KhalimatusSadiah FirmanIswahyudi 111710101026 111710101038 111710101046 111710101054 111710101080

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2013

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni. Pada waktu proses pembuatan harus dipastikan supaya senyawa esensial pada minyak kelapa murni masih dalam keadaan utuh sempurna, salah satu caranya yaitu dengan penyulingan. Dengan proses ini diharapkan agar bisa menghasilkan minyak yang berkualitas tinggi, memiliki kandungan asam lemak bebas dan kadar air yang rendah, harum, dan berwarna jernih. VCO yang diproduksi menggunakan bahan baku kelapa segar ini bersifat anti bakteri, anti jamur dan antibiotik. Jadi bisa kita simpulkan bahwa manfaat minyak kelapa murni sangatlah banyak untuk kesehatan tubuh kita. VCO ini juga dapat dimanfaatkan dengan diolah menjadi produk sabun mandi, dimana minyak kelapa secara individual mempunyai sifat daya bersihnya yang luar biasa, kekerasan pembentuk sabun yang tinggi, dan pembentuk kadar busa yang tinggi. Dalam praktikum ini, kami mencoba untuk mengetahui serta memahami bagaimana tata cara serta berbagai macam perlakuan penerapan teknik pembuatan sabun dengan bahan VCO.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui tatacara, alat,dan bahan pembuatan sabun VCO. 2. Memahami berbagai cara dan perlakuan yang dilakukan selama proses pembuatan sabun VCO. 3. Memahami berbagai faktor yang berpengaruh terhadap proses pembuatan sabun VCO.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sabun 2.1.1 Sejarah Sabun Produk sabun sebenarnya tidak pernah ditemukan, tetapi secara

berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan berlemak (fatty material). Sekitar tahun 1800, sabun dipercaya sebagai hasil campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan sabun lunak telah dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses. Bahan mentah yang tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan sabun sintesis dan deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi reaksi sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yang merupakan zat pembasah (wetting agent).

2.1.2 Pengertian Sabun Sabun adalah salah satu karbon yang sangat komersial baik dari sisi penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga produk yang memberikan pengembangan yang cukup baik. Sabun merupakan surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan yang tercetak seperti batangan. Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.

Struktur Asam Laurat

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Bahan baku pembuatan sabun, antara lain: a. Minyak kelapa sawit Mengandung asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam myfistat. b. Minyak Zaitun Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat. c. Minyak Kelapa Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.

2.2. Minyak Kelapa Virgin Coconut Oil ataudalamistilah Indonesia disebut minyak kelapa murni merupakan minyak yang diproduksimenggunakanbahanbakukelapasegar. Pada proses pembuatannya dilakukan pemanasan secara terkendali atau juga bias tanpa pemanasan dan tanpa bahan kimia sama sekali. Minyak kelapa murni

bersifat anti bakteri, anti jamur dan antibiotik. Jadi bias disimpulkan bahwa manfaat minyak kelapa murni sangatlah banyak untuk kesehatan tubuh kita. Pada waktu proses pembuatan harus dipastikan supaya senyawa esensial pada minyak kelapa murni masih dalam keadaan utuh sempurna, salah satu caranya yaitu dengan penyulingan. Dengan proses ini diharapkan agar bisa menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, memiliki kandungan asam lemak bebas dan kadar air yang rendah, harum mewangi, berwarna jernih dan dan bisa bertahan lama sama 1 tahun lebih. Beberapa keunggulan manfaat minyak kelapa murni: 1. Biaya yang diperlukan sangatlah murah dan juga bahan baku yang diperlukan sangat mudah didapatkan. 2. Penggunaan energi yang dibutuhkan sangatlah sedikit karena tidak menggunakan bahan bakar. Hal ini juga memungkinkan kandungan nutrisi dalam minyak kelapa murni tetap terjaga dengan baik khususnya kadar asam lemak. 3. Proses pengolahan yang tidak sulit dan sangat sederhana. Minyak kelapa juga berkhasiat untuk menghilangkan infeksi bakteri dan jamur. Selain itu juga berfungsi untuk kesehatan kulit. Inilah beberapa manfaat minyak kelapa murni untuk kecantikan dan kesehatan kulit:

Minyak kelapa murni dapat dipakai sebagai penyembuh iritasi dan pelembab kulit yang kering.

Berfungsi mengembalikan kesehatan rambut yang pecah-pecah dan pelembab kulit kepala yang kering, yaitu dengan cara pijat kulit kepala setelah keramas menggunakan minyak kelapa.

Mempersehat dan memperkuat kuku, dengan cara memijat tangan dan kuku dengan minyak kelapa.

Berfungsi sebagai deodorant dengan cara mengoleskan pada ketiak, karena minyak kelapa bersifat anti jamur.

Menyembuhkan jerawat, dengan cara mengoleskan pada bagian kulit yang terkena jerawat, kemudian diamkan semalam supaya jerawat kempes.

Karena jerawat sendiri disebabkan oleh infeksi bakteri dan sementara minyak kelapa berfungsi anti bakteri.

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. timbangan analitik gelas piala penangas air pengaduk gelas oven corong pemisah labu erlenmeyer pendingin tegak biuret

10. mikro biuret 11. tabung reaksi 12. wadah sabun 13. blender 14. botol timbang

3.1.2 Bahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. daging buah kelapa wortel lokal NaOH H2SO4 20% metil jingga 0,05% mikro parafin petroleum eter.

3.2 Skema Kerja Skema Kerja Pembuatan Santan 10 butir kelapa

parut

campur dengan air panas 70C dengan perbandingan 1:1 pemerasan

diamkan 2 jam krim skim

Pembuatan Ekstrak Wortel

wortel

pencucian

pemotongan

penghalusan

ekstrak wortel

Pembuatan VCO Mengandung Karatenoid Wortel

ekstrak wortel 300 mL

+ krim santan 700 mL

aduk

diamkan selama 18 jam

sentrifugasi 3000 rpm, 15 menit

ambil minyak pada lapisan atas

VCO

Penentuan Bilangan Penyabunan 2,5 g VCO

+ 25 mL NaOH 0,5 M refluks

dinginkan

+ 2 tetes indikator fenolftalein titrasi dengan HCl sampai warna tetap hilang

Pembuatan Sabun

20 g VCO

+ NaOH konsentrasi 25%, 30%, dan 35% aduk hingga mengental dan homogen tuang dalam wadah

diamkan selama 4 minggu sabun

BAB 4. PEMBAHASAN

Pada pemuatan sabun VCO perlu ditambahkan alkali yang berfungsi membantu proses saponifikasi. Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Reaksi dibawah ini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida.
O CH2OC[CH2]14CH3 O CH2OC[CH2]14CH3 O CH2OC[CH2]14CH3 CH2OH + 3 NaOH CHOH + 3CH3[CH2]14CO2Na CH2OH

Tripalmitin (minyak dari sawit)

Larutan Basa (alkali)

Gliserol

Natrium Palmitat (Sabun)

Reaksi Saponifikasi tripalmitin

Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty Acid (FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol), karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri.
O ROCH Asam lemak + NaOH alkali R COONa Sabun + H2O Air

Reaksi saponifikasi Asam lemak

4.1 Karakteristik Sabun Bilangan penyabunan dari VCO yang mengandung karotenoid wortel diperoleh sebesar 173, 18. Ketiga sabun mandi padat yang dihasilkan dari konsentrasi NaOH berbeda, memiliki berat rata-rata 29 gram dan berwarna jingga. Warna jingga pada sabun merupakan warna dari VCO yang mengandung karotenoid wortel. Sabun yang dibuat ini mengandung karotenoid yang diduga baik untuk kulit. VCO yang dihasilkan ini direaksikan dengan NaOH pada beberapa konsentrasi, yaitu 25%, 30%, 35%, dalam wadah berbeda. Perbandingan massa air dan massa NaOH untuk membuat masing-masing konsentrasi larutan NaOH.

4.2 Kualitas Sabun Mandi Padat berdasarkan Uji SNI Tabel dibawah menyajikan data hasil uji SNI terhadap sabun mandi padat dari VCO mengandung karotenoid wortel dan nilai SNI-nya.

4.3 Kadar Air Berdasarkan hasil penelitian bahwa kadar air untuk sabun dengan konsentrasi NaOH 25% dan 30% sudah melampaui kadar air maksimal yang

direkomendasikan menurut SNI (Tabel). Sebaliknya pada konsentrasi NaOH 35%, kadar air sesuai dengan standar yang ditetapkan.Hasil analisis pada Tabel menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan, maka kadar air dalam sabun makin rendah, karena semakin sedikit air yang digunakan. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut saat digunakan (Spitz, 1996). Sabun yang memenuhi kriteria sabun mandi SNI ialah pada konsentrasi NaOH 35%.

4.4 Jumlah Asam Lemak

Sabun yang baik memiliki total asam lemak dengan nilai lebih besar dari 70%, artinya bahan-bahan yang di-tambahkan sebagai bahan pengisi (bahan aditif) dalam pembuatan sabun sebaiknya kurang dari 30%. Jumlah asam lemak untuk sabun dengan konsentrasi NaOH 25%, 30%, 35% memenuhi kualitas menurut SNI untuk sabun mandi padat, karena lebih besar dari 70% (Tabel ). Sabun mandi untuk ketiga konsentrasi bisa disimpan dalam waktu yang lama serta sangat efisien dalam membersihkan kotoran (William and Schmidt, 2002).

4.5 Alkali Bebas Kadar alkali bebas sabun mandi padat dalam penelitian ini memenuhi standar menurut SNI 06-3532-1994. Kadar alkali bebas tertinggi adalah 0,044% pada sabun dengan konsentrasi NaOH 25%, tetapi masih memenuhi standar mutu SNI, yakni kurang dari 0,1% untuk NaOH Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat dengan asam lemak membentuk garam asam lemak (sabun). Alkali dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0,1% untuk natrium, karena alkali memiliki sifat yang keras dan dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Bila kadar alkali bebas terlalu tinggi, akan menyebabkan kulit menjadi kering (Hernani et al., 2010).

4.6 Asam Lemak Bebas Asam lemak bebas dalam sabun mandi yang dibuat pada semua konsentrasi NaOH memenuhi stadar mutu menurut SNI. Standar mutu SNI untuk kadar asam lemak bebas sabun mandi padat adalah kurang dari 2,5% (Tabel 2).

4.7 Lemak Yang Tidak Tersabunkan Lemak yang tidak tersabunkan pada sabun dengan konsentrasi NaOH 25% adalah 9,76%, konsentrasi 30% adalah 9,952%, dan konsentrasi 35% adalah

10,278% (Tabel). Standar mutu menurut SNI untuk lemak yang tidak tersabunkan adalah 2,5%. Sabun mandi padat untuk semua konsentrasi NaOH telah melebihi standar mutu menurut SNI dan hasil ini menunjukan bahwa lemak netral atau trigliserida pada sabun mandi padat yang tidak bereaksi selama proses penyabunan relatif tinggi, sehingga tidak memenuhi SNI. Tingginya lemak yang tidak tersabunkan dalam sabun pada penelitian ini dapat disebabkan oleh komponen senyawa yang tak tersabunkan seperti kandungan senyawa karotenoid yang terlarut dalam VCO yang digunakan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Brown et al. (2011) yang melaporkan bahwa pada proses pembuatan sabun terdapat komponen-komponen dari lemak dan minyak yang tidak dapat tersabunkan oleh perlakuan kaustik biasa. Komponen yang tidak tersabunkan tersebut di antaranya adalah alkohol berantai panjang, pigmen-pigmen, sterol, minyak-minyak mineral dan hidrokarbon.

4.8 Minyak Mineral Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi NaOH 25% dan 35% minyak mineral positif ada karena ditunjukkan dengan kekeruhan, sedangkan untuk konsentrasi NaOH 30% negatif karena hasil setelah dititrasi dengan air warna larutan bening (Tabel 2). Berdasarkan standar mutu menurut SNI, minyak mineral dalam sabun mandi padat seharusnya tidak lebih dari 0,05%, yang ditandai dengan tidak adanya kekeruhan saat dititrasi dengan air. Pada penelitian ini, sabun mandi yang memenuhi standar menurut SNI adalah sabun dengan konsetrasi NaOH 30% sabun dengan konsentrasi NaOH 25% dan 35% tidak memenuhi SNI. Adanya minyak mineral diduga dapat diakibatkan dekarboksilasi asam lemak menjadi golongan alkana. Dekarboksilasi dapat dilakukan secara termal, fotokimia, ataupun secara katalitik dengan bantuan katalis. Baik asam rantai terbuka dan aromatik dapat mengalami reaksi dekarboksilasi (Setiadi & Suranto A, 2010).

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Penelitian ini menyimpulkan bahwa 1. VCO yang mengandung karotenoid wortel dapat digunakan dalam pembuatan sabun mandi padat. 2. Bilangan penyabunan untuk menyabunkan 1 gram VCO yang

mengandung karotenoid wortel adalah 173,18 miligram NaOH 3. Konsentrasi NaOH yang optimal untuk menghasilkan sabun mandi padat dari VCO mengandung karotenoid wortel belum ada yang memenuhi standar SNI. 4. Konsentrasi NaOH yang mendekati kualitas sesuai SNI No. 06-3532-1994 adalah 30% dan 35%.

Anda mungkin juga menyukai