Anda di halaman 1dari 13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Tahap Satu


Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan
Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun
trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini diaplikasikan pada penelitian tahap dua.
Analisa dilakukan terhadap transparansi, pembusaan, dan kesan setelah
menggunakan sabun (kesat, gatal, panas). Sabun transparan yang diinginkan adalah
yang transparan, banyak busa, tidak menggumpal, dan tidak gatal atau kesat setelah
digunakan.
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan sabun transparan
sangat berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Perbedaan bahan-
bahan tersebut dapat menyebabkan sabun transparan yang dihasilkan berubah
karakteristiknya (Hambali et al., 2005).
Penelitian pendahuluan ini menggunakan metode yang bersumber dari
www.sma.net (2008) dan Hambali et al. (2005). Perbedaan kedua metode tersebut
terletak pada proses pelelehan, pencampuran dan pemanasan bahan. Pada metode
Www.sma.net (2008) NaOH terlebih dahulu dilelehkan kemudian ditambah air dan
bahan-bahan lainnya. Alkohol ditambahkan pada saat pemanasan. Pada metode
Hambali et al. (2005), asam stearat dilelehkan terlebih dahulu, setelah meleleh semua
barulah minyak kelapa dan NaOH 30% ditambahkan. Penambahan alkohol dilakukan
tanpa pemanasan, begitu juga bahan lainnya.
Pengadukan dalam proses pembuatan sabun mandi harus terus dilakukan agar
bahan-bahan dapat tercampur secara sempurna. Pengadukan tidak boleh dilakukan
terlalu cepat, karena semakin cepat pengadukan, busa yang terbentuk saat proses
pembuatan semakin banyak. Hal ini berdampak terhadap penyusutan produk akhir.
Pemilihan formula sabun transparan tidak dilakukan berdasarkan sifat kimia,
tetapi secara deskriptif terhadap transparansi tanpa adanya bintik putih, busa yang
dihasilkan banyak, dan kesan kesat didapatkan setelah pemakaian. Formula I
(www.sma.net, 2008) menghasilkan sabun transparan yang kurang baik. Sabun yang
dihasilkan transparan, namun terlihat banyak bintik putih (seperti kabut), serta busa
yang dihasilkan kurang. Kesan yang didapat yaitu terasa panas dan gatal di tangan
setelah pemakaian.
Bintik putih yang terlihat pada sabun dikarenakan campuran bahan yang tidak
homogen. Penguapan alkohol sebelum proses selesai dapat memacu pembentukan
bintik putih tersebut. Penambahan alkohol dilakukan pada saat pemanasan, akan
menyebabkan penguapan alkohol berjalan lebih cepat, sehingga bahan-bahan yang
dipanaskan belum seluruhnya larut dan tercampur secara homogen. Sabun yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6.

I II
Keterangan : I = Sabun transparan formula www.sma.net (2008)
II = Sabun transparan formula Hambali et al. (2005)
Gambar 6. Sabun Transparan dari Dua Metode
Panas dan gatal yang terasa setelah pemakaian sabun dikarenakan konsentrasi
NaOH yang digunakan terlalu pekat. Hal ini sesuai dengan penjelasan Kamikaze
(2002) yang menyatakan, bahwa NaOH yang terlalu pekat dalam pembuatan sabun
akan memberikan pengaruh negatif yaitu iritasi pada kulit.
Formula II (Hambali et al., 2005) menghasilkan sabun transparan dengan
sifat yang diinginkan yaitu transparan tanpa terbentuknya bintik-bintik putih, busa
yang dihasilkan banyak, dan setelah digunakan memberikan sensasi bersih pada kulit
karena terasa kesat setelah dibilas.
Berbeda dengan metode www.sma.net ( 2008) yaitu penambahan alkoholnya
dilakukan dengan pemanasan, penambahan alkohol pada metode Hambali et al.
(2005) dilakukan tanpa pemanasan. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan alkohol
agar tidak cepat menguap, sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pelarut
dengan baik. Hasil akhir produk didapatkan sabun transparan yang homogen. Hasil
dari kedua formula yang digunakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.


Tabel 6. Analisa Visual Sabun Transparan dengan Dua Formula
Analisa
Formula
I II
Transparansi + ++
Busa + ++
Kesan pada kulit setelah
pemakaian
Panas dan gatal Kesat
Keterangan : I = metode www.sma.net (2008)
II = metode Hambali et al. (2005)
++ = transparan, busa banyak, tidak ada bintik putih
+ = kurang transparan, berbusa, ada bintik putih
Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa metode Hambali et al.
(2005) dapat menghasilkan sabun transparan yang lebih baik dibandingkan metode
www.sma.net (2008), yaitu transparan, busa yang dihasilkan banyak, dan kesan kesat
setelah pemakaian. Berdasarkan hasil ini, maka pada penelitian tahap dua, formula
yang digunakan yaitu metode Hambali et al. (2005) yang dimodifikasi sesuai
perlakuan.
Penelitian Tahap Dua
Penelitian tahap dua menggunakan formula Hambali et al. (2005) yang
dimodifikasi dengan penambahan madu pada beberapa konsentrasi. Formulasinya
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Formulasi Sabun Madu Transparan
Bahan
Jumlah (% b/b)
P
0
P
2,5
P
5
P
7,5

Asam stearat 7 7 7 7
Minyak kelapa 20 20 20 20
NaOH 30% 20,3 20,3 20,3 20,3
Gliserin 13 13 13 13
Etanol 15 15 15 15
Gula pasir 7,5 7,5 7,5 7,5
Cocoamide DEA 3 3 3 3
NaCl 0,2 0,2 0,2 0,2
Asam sitrat 3 3 3 3
Air 4,5 4,5 4,5 4,5
Madu 0 2,5 5 7,5
Sumber : Hambali et al. (2005) yang dimodifikasi
Peningkatan konsentrasi madu menyebabkan warna sabun transparan
semakin mendekati warna madu yaitu kuning kecoklatan. Perbedaan warna sabun
tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. Konsentrasi madu sampai 10% pernah
dilakukan, sabun yang diperoleh berwarna lebih gelap, namun sabun yang dihasilkan
lebih lunak dan lengket setelah digunakan di tangan. Hal ini yang menyebabkan
penambahan madu dibatasi hingga konsentrasi 7,5%.

P
0
P
2,5


P
5
P
7,5

Keterangan : P = Konsentrasi madu (%)
Gambar 7. Perbedaan Warna Sabun Transparan dengan Penambahan
Konsentrasi Madu yang Berbeda
Sabun yang diperoleh memiliki rendemen sebesar 10% dari berat total bahan
yang digunakan. Hasil pengujian terhadap sifat fisik sabun madu transparan yang
meliputi kekerasan sabun, tegangan permukaan, stabilitas emulsi, tegangan antar
muka dan stabilitas busa dapat dilihat pada Tabel 8. Pengujian sifat fisik dilakukan
untuk mengetahui kesesuaian sifat fisik sabun transparan yang dihasilkan.
Tabel 8. Analisa Sifat Fisik Sabun Madu Transparan
Sifat Fisik
Hasil Analisa
P
0%
P
2,5%
P
5%
P
7,5%

Kekerasan (mm/detik) * 7,150,42 8,110,32 9,410,29 9,790,05
Tegangan Permukaan
(dyne/cm) *
31,432,13 27,051,08 25,971,13 25,020,14
Tegangan Antar Muka
(dyne/cm)
tn

19,21,57 16,003,16 14,672,47 13,972,04
Stabilitas Emulsi (%) * 88,142,22 89,331,60 90,751,07 92,711,12
Stabilitas Busa (%)* 30,376,01 42,755,34 66,197,71 78,215,45
Keterangan : * = nyata
tn = tidak nyata
Kekerasan
Gula pasir (sukrosa) merupakan salah satu bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan sabun mandi transparan. Sukrosa yang mengalami proses pemanasan
terurai menjadi glukosa dan fruktosa. Hal ini dapat menurunkan kekerasan dari suatu
produk (Winarno, 1991).
Hasil analisa kekerasan sabun transparan yang diberi penambahan madu 0-
7,5% menunjukkan nilai pada kisaran 7,15-9,79 mm/detik atau bertambah 2,64
mm/detik (Tabel 8). Semakin besar nilai penetrasi jarum dalam sabun, berarti sabun
tersebut semakin lunak. Sebagai sabun pembanding yaitu sabun transparan komersil
Madoe memiliki nilai kekerasan sebesar 6,5 mm/detik, berarti lebih keras
dibanding sabun transparan hasil penelitian. Analisis keragaman menunjukkan
bahwa penambahan madu memberikan pengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kekerasan
sabun transparan yang dihasilkan.
Sifat ortogonalnya menunjukkan bahwa peningkatan penambahan madu
menyebabkan penurunan kekerasan sabun mandi transparan menurun mengikuti
persamaan linear y = 7,23 + 0,37x (R
2
= 0,91), seperti yang tampak pada Gambar 8.
Artinya, setiap penambahan 1% madu akan meningkatkan nilai kekerasan sabun
mandi transparan sebesar 0,37 mm/detik.

Gambar 8. Pengaruh Konsentrasi Madu terhadap Kekerasan Sabun
Transparan
Hal ini disebabkan madu memiliki sifat higroskopis. Gula pereduksi dalam
madu bersifat higroskopis sehingga semakin tinggi kandungan gula pereduksi maka
daya ikat air semakin tinggi (TP News, 2008). Hal ini dapat menurunkan kekerasan
dari suatu produk. Madu memiliki kandungan gula pereduksi (glukosa dan fruktosa)
yang tinggi. Rataan glukosa (dekstrosa) pada madu mencapai 31,3% dan fruktosa
(levulosa) sebesar 38,2% (Sihombing, 1997). Kadar air madu juga dimungkinkan
mempengaruhi penurunan kekerasan sabun transparan.
Madu memiliki kandungan gula pereduksi yang lebih tinggi dibanding
sukrosa. Pemanasan menyebabkan sukrosa terurai menjadi glukosa dan fruktosa. Hal
ini dapat menurunkan kekerasan dari suatu produk (Winarno, 1991).
Tegangan Permukaan
Sabun merupakan produk yang dapat menurunkan tegangan permukaan air
(Suryani et al., 2002). Analisa tegangan permukaan ditujukan untuk mengetahui
kemampuan sabun madu transparan untuk menurunkan tegangan permukaan air.
Perubahan tegangan permukaan pada sabun merupakan suatu pembuktian
pernyataan Kirk et al. (1954), yang menyatakan bahwa sabun mempunyai dua
y = 7,23 + 0,37x; R2 = 0,91
0
3
6
9
12
0 2,5 5 7,5
Konsent rasi Madu (%)
K
e
k
e
r
a
s
a
n

S
a
b
u
n
(
m
m
/
d
t
k
)
struktur gugus yang berbeda yaitu gugus hidrofobik dan gugus hidrofilik. Kedua
gugus tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga sabun dapat
mengikat kotoran berupa minyak atau lemak.
Tegangan permukaan air tanpa campuran sabun pada analisa ini sebesar
58,35 dyne/cm. Tegangan permukaan air yang telah ditambahkan sabun madu
transparan berkisar antara 25,02-31,43 dyne/cm (Tabel 8), sedang sabun transparan
komersil Madoe yang digunakan sebagai sabun pembanding memiliki nilai
tegangan permukaan sebesar 21,6 dyne/cm. Hal ini menunjukkan bahwa sabun
transparan komersil Madoe memiliki kemampuan menurunkan tegangan
permukaan yang lebih baik dibanding sabun yang dihasilkan.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penambahan madu
berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap tegangan permukaan sabun transparan yang
dihasilkan. Pengujian terhadap sifat ortogonalnya menunjukkan bahwa penambahan
madu sampai 7,5% akan menurunkan tegangan permukaan mengikuti garis linear y =
30,42 - 0,81x (R
2
= 0,72), seperti yang dilukiskan pada Gambar 9. Setiap
penambahan 1% madu akan menurunkan nilai tegangan permukaan sabun transparan
sebesar 0,81 dyne/cm.

Gambar 9. Pengaruh Konsentrasi Madu terhadap Tegangan Permukaan
Sabun Transparan
Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung jumlah dan jenis asam
aminonya. Protein dalam madu menyebabkan madu memiliki tegangan permukaan
y = 30,42 - 0,81x ; R
2
= 0,72
20
25
30
35
0 2,5 5 7,5
Konsentrasi Madu (%)
T
e
g
a
n
g
a
n

P
e
r
m
u
k
a
a
n
(
d
y
n
e
/
c
m
)
yang rendah. Semakin tinggi konsentrasi madu yang ditambahkan, semakin banyak
protein dan dapat menyebabkan tegangan permukaan semakin menurun. Kenyataan
ini sesuai dengan pernyataan White and Doner (1980) yaitu madu memiliki
kemampuan tegangan permukaan yang rendah karena adanya protein, sehingga
merupakan humektan yang sempurna dalam produk kosmetik. Protein memiliki
gugus hidrofilik dan hidrofobik. Gugus hidrofilik akan mengikat air dan gugus
hidrofobik mengikat lemak.
Tegangan Antar Muka
Analisa tegangan antar muka ditujukan untuk mengetahui kemampuan sabun
mandi madu transparan menurunkan tegangan antar muka air dengan xylen yang
diasumsikan sebagai kotoran atau lemak. Kemampuan ini merupakan tolak ukur
kemampuan sabun mandi transparan untuk berinteraksi dengan lemak atau kotoran
sehingga kotoran atau lemak dapat dibersihkan.
Tegangan antar muka suatu fasa yang berbeda derajat polaritasnya akan
menurun jika gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda dari kedua fase (adhesi)
lebih besar dibandingkan gaya tarik menarik antar molekul yang sama dalam fase
tersebut (kohesi) (www.pharmacy.wilkes.edu, 2008).
Tegangan antar muka air sebesar 59,0 dyne/cm. Tegangan antar muka air
bercampur sabun transparan dengan campuran madu 0-7,5% berkisar antara 13,97-
19,2 dyne/cm, nilai rataan tegangan antar muka sabun madu transparan yang
diperoleh adalah sebesar 27,37 dyne/cm (Tabel 8) dan mencakup tegangan antar
muka sabun transparan Madoe (18 dyne/cm). Hasil analisis keragaman
menunjukkan bahwa penambahan madu tidak berpengaruh nyata terhadap tegangan
antar muka sabun transparan yang dihasilkan.
Stabilitas Emulsi
Sabun padat termasuk dalam emulsi tipe w/o (Suryani et al., 2002). Stabilitas
suatu emulsi merupakan salah satu karakter penting dan mempunyai pengaruh besar
terhadap mutu produk emulsi ketika dipasarkan. Emulsi yang baik tidak membentuk
lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan warna dan memiliki konsistensi yang tetap.
Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh jumlah asam lemak yang terkandung
dalam sabun. Asam lemak ini berperan dalam menjaga konsistensi sabun. Kestabilan
emulsi dalam sabun juga dipengaruhi oleh kadar air dan bahan dasar yang bersifat
higroskopis. Semakin tinggi kadar air dalam sabun maka akan semakin tidak stabil.
Stabilitas emulsi sabun madu transparan yang dihasilkan memiliki kisaran
nilai antara 88,14-92,71% (Tabel 8). Sebagai pembanding, analisa juga dilakukan
terhadap sabun Madoe yaitu sabun transparan komersil yang ternyata memiliki
nilai stabilitas emulsi sebesar 91,86%.
Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi madu
berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap stabilitas emulsi. Pengujian terhadap sifat
ortogonalnya memperlihatkan bahwa peningkatan konsentrasi madu akan
meningkatkan kestabilan emulsi sabun madu transparan yang dihasilkan mengikuti
persamaan linear y = 87,96 + 0,60x (R
2
= 0,63), seperti terlihat pada Gambar 10. Hal
ini berarti setiap peningkatan 1% madu akan meningkatkan nilai stabilitas emulsi
sebesar 0,60%.

Gambar 10. Pengaruh Konsentrasi Madu terhadap Stabilitas Emulsi Sabun
Transparan
Peningkatan stabilitas emulsi dipengaruhi oleh peningkatan jumlah asam
lemak yang berasal dari hasil reaksi lain dalam formula. Reaksi yang terjadi antara
coco-DEA dan mineral yang terdapat di dalam madu menghasilkan asam lemak
(Qisti, 2008), selain itu dapat juga disebabkan oleh madu yang ditambahkan pada
formula. Jumlah asam lemak sabun transparan yang diberi tambahan madu 0-7,5%
berkisar antara 9,973-21,162% (Qisti, 2008). Tegangan permukaan yang menurun
y = 87,96 + 0,60x ; R
2
= 0,63
85
88
91
94
0 2,5 5 7,5
Konsentrasi Madu (%)
S
t
a
b
i
l
i
t
a
s

E
m
u
l
s
i
(
%
)
(Gambar 9) dengan penambahan madu turut menstabilkan emulsi. Zielenski (1997)
menyatakan bahwa semakin kecil nilai tegangan permukaannya berarti semakin
stabil sistem emulsi tersebut.
Stabilitas Busa
Busa adalah gas yang terjebak oleh lapisan tipis cairan yang mengandung
sejumlah molekul surfaktan yang teradsorpsi pada lapisan tipis tersebut, dalam
gelembung, gugus hidrofobik surfaktan akan mengarah ke gas, sedang bagian
hidrofiliknya akan mengarah ke larutan. Gelembung akan dilapisi oleh lapisan tipis
cairan yang mengandung sejumlah molekul surfaktan dengan orientasi face to face
saat gelembung keluar dari badan cairan (Rileksbook, 2008).
Hasil analisa stabilitas busa sabun madu transparan menunjukkan kisaran
30,37-78,21%, seperti yang tercantum pada Tabel 8. Sabun mandi transparan
Madoe yaitu sabun transparan komersial yang diuji sebagai sabun pembanding
memiliki nilai stabilitas busa sebesar 18,06%.
Hasil analisis keragaman terhadap stabilitas busa sabun mandi transparan
menunjukkan bahwa penambahan madu berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap
stabilita busa. Uji terhadap sifat ortogonal menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi madu, maka stabilitas busa juga semakin meningkat mengikuti
persamaan linear y = 29,33 + 6,68x (R
2
= 0,92), seperti pada Gambar 11.

Gambar 11. Pengaruh Konsentrasi Madu terhadap Stabilitas Busa Sabun
Transparan
y = 29,33 + 6,68x ; R
2
= 0,92
0
20
40
60
80
100
0 2,5 5 7,5
Konsentrasi Madu (%)
S
t
a
b
i
l
i
t
a
s

B
u
s
a

(
%
)
Hal ini berarti setiap peningkatan 1% madu akan meningkatkan nilai
stabilitas busa sebesar 6,68%. Protein dalam madu membantu dalam pembusaan.
Pembentukan busa terjadi saat udara terinkorporasi secara mekanis. Saat udara
terinkorporasi dalam larutan protein, sel-sel terbentuk dari udara yang dikelilingi
oleh lapisan protein pada fase antar muka udara-air (Wong, 1989).
Tegangan permukaan juga dapat mempengaruhi stabilitas busa. Penurunan
tegangan permukaan menyebabkan udara dari luar dengan mudah masuk ke dalam
air. Udara yang masuk terperangkap oleh surfaktan dan membentuk busa.
Pemilihan Sabun Madu Transparan Terbaik
Pemilihan produk terbaik dilakukan dengan cara yang didasarkan pada
pembobotan nilai kepentingan hasil analisa fisik. Nilai kepentingan setiap peubah
ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Penilaian Kepentingan Setiap Peubah Sabun Madu Transparan
Peubah Dasar Pertimbangan Kepentingan NK
Kekerasan
Berhubungan dengan ketahanan
pemakaian sabun
4
Tegangan Permukaan Menentukan daya bersih 5
Stabilitas Emulsi Menentukan umur simpan 3
Tegangan Antar
Muka
Menentukan stabilitas busa 4
Stabilitas Busa
Biasanya konsumen menyukai sabun yang
busanya stabil
5
Keterangan : NK = Nilai Kepentingan
Besarnya nilai kepentingan diperoleh berdasarkan kepentingan sifat fisik
sabun transparan tersebut yang dinilai oleh beberapa orang. Semakin penting peubah,
maka nilai kepentingan semakin besar. Pemilihan sabun madu transparan terbaik
tidak hanya dilihat berdasarkan nilai kepentingan saja, tetapi dilihat juga nilai
pembobotannya. Perhitungan penentuan sabun mandi transparan dapat dilihat pada
Tabel 10. Sabun transparan terbaik ditunjukkan oleh sabun yang memiliki jumlah
nilai bobot tertinggi.


Tabel 10. Pembobotan dalam Penentuan Konsentrasi Terbaik Sabun Madu
Transparan
Peubah
N
K
B
Perlakuan
P
0
P
2,5
P
5
P
7,5

N NB N NB N NB N NB
Kekerasan 4 0,19 3 0,57 2 0,38 2 0,38 2 0,38
Tegangan
Permukaan
5 0,24 2 0,48 2 0,48 2 0,48 3 0,72
Stabilitas
Emulsi
3 0,14 2 0,28 2 0,28 2 0,28 3 0,42
Tegangan
Antar
Muka
4 0,19 2 0,38 2 0,38 2 0,38 2 0,38
Stabilitas
Busa
5 0,24 2 0,48 2 0,48 2 0,48 3 0,72
Jumlah Nilai Bobot 2,19 2,00 2,00 2,62
Keterangan: NK = Nilai Kepentingan
Jumlah NK = 21
B = Bobot = Nilai Kepentingan
Jumlah NK
N = Nilai (1= kurang baik, 2 = baik, 3 = paling baik)
NB = Nilai Bobot = Nilai X Bobot
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sabun transparan terbaik adalah sabun
transparan dengan konsentrasi madu 7,5%. Pengujian sifat fisik sabun transparan
tidak mengacu pada SNI. Hal ini dikarenakan dalam penilaian mutu sabun, SNI lebih
menekankan pada sifat kimia dan tidak pada sifat fisik. Kekerasan sabun transparan
yang ditambahkan madu menghasilkan sabun yang semakin menurun nilai
kekerasannya sejalan dengan bertambahnya konsentrasi madu yang ditambahkan.
Penurunan kekerasan sabun transparan dapat diperbaiki dengan cara menggantikan
lemak yang digunakan dalam formula dan penggunaan madu dengan kadar air yang
lebih rendah.
Nilai tegangan permukaan menunjukkan penurunan. Semakin tinggi
konsentrasi madu yang ditambahkan, tegangan permukaan pun semakin menurun.
Tegangan permukaan yang rendah pada konsentrasi 7,5% mempengaruhi daya
bersih. Nilai tegangan permukaan yang rendah akan meningkatkan daya bersih.
Kemampuan sabun dalam stabilitas emulsi pun meningkat, semakin kecil nilai
tegangan permukaan, emulsi akan lebih stabil. Kestabilan emulsi dapat dilihat dari
warna sabun yang tidak berubah dan tidak adanya endapan atau pembentukan
lapisan-lapisan dalam sabun. Tegangan permukaan yang rendah juga dapat
mempertahankan busa lebih lama. Semakin kecil nilai tegangan permukaan, busa
sabun semakin stabil.
Pemilihan sabun transparan yang ditambahkan madu dengan beberapa
konsentrasi tidak hanya ditentukan dari sifat fisik saja. Keinginan konsumen pun
diperhatikan dalam pembuatan sabun. Biasanya masyarakat Indonesia menginginkan
sabun dengan busa yang banyak. Oleh karena itu, pemilihan sabun terbaik ditentukan
oleh penerimaan masyarakat melalui tingkat kesukaan terhadap produk yang
dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai