Anda di halaman 1dari 3

Atropin (campuran d- dan I- hiosiamin) merupakan alkaloid aktif.

Alkaloid ini merupakan ester organic dari asam tropat dengan tropanol atau skopin (basa organik). Pada dosis kecil, atropin hanya akan menekan sekresi air liur, mucus bronkus dan keringat. Sedangkan dilatasi pupil, gangguan akomodasi dan penghambatan N. vagus terhadap jantung baru terlihat pada dosis besar (FKUI, 2007). Hambatan oleh atropin bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian asetilkolinesterase. Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat terhadap yang eksogen. Atropin juga memiliki pengaruh kuat pada efek perifer terhadap jantung, usus dan otot bronkus (FKUI, 2007). Farmakodinamik atropin terjadi di berbagai sistem, akan tetapi di sini akan dibahas farmakodinamik pada sistem kardiovaskular. Pengaruh atropin terhadap jantung bersifat bifasik. Dengan dosis 0,4-0,6 mg, frekuensi jantung berkurang, mungkin disebabkan perangsangan nucleus N. vagus. Bradikardi biasanya tidak nyata dan tidak disertai perubahan tekanan darah atau curah jantung. Pada dosis lebih dari 2 mg, terjadi hambatan N. vagus dan timbul suatu takikardi dimana terjadi peningkatan serangan sistolik dan diastolik pada tekanan darah serta denyut jantung (FKUI, 2007; Malik, et al., 2009). Atropin juga dapat menghambat bradikardi yang ditimbulkan oleh obat kolinergik, maupun bradikardi yang dikarenakan overdosis dari calcium-channel blocker (FKUI, 2007; Harris, 2006). Atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan darah, tetapi dapat menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin atau ester kolin lain (FKUI, 2007). Farmakokinetik dari atropin yaitu mudah diserap dari semua tempat, kecuali dari kulit. Dari sirkulasi darah, atropin cepat memasuki jaringan dan kebanyakan mengalami hidrolisis enzimatik oleh hepar. Sebagian diekskresi melalui ginjal dalam bentuk asal (FKUI, 2007). Berdasarkan toksikologinya, atropin kadang menyebabkan keracunan, terutama pada anak dikarenakan salah hitung dosis, karena itu atropin tidak dianjurkan untuk anak di bawah 4 tahun. Gejala keracunan timbul dalam 15-20 menit, dimulai dengan pusing, mulut kering, tidak dapat menelan, sukar berbicara dan perasaan haus sekali karena air liur tidak ada. Penglihatan menjadi kabur dan

daya melihat jarak dekat menghilang. Kulit terasa panas, kering dan pada perabaan seperti bahan beledru, berwarna merah terutama di bagian muka, leher dan bahu. Suhu badan tinggi pada anak. Jantung berdenyut cepat sekali dan mungkin berupa gallop rhythm, hal ini menyebabkan tekanan darah naik (FKUI, 2007). Gejala sentral dapat berupa tidak terkendalinya gerakan otot, mengantuk, bingung, agitasi, halusinasi, disathria, ataksia, mengigau serta pemanjangan sedasi (FKUI, 2007; Saura, et al., 2007; Geleinjse, et al., 2010). Pada keadaan berat dapat berakhir koma, tekanan darah menurun, dan depresi respirasi yang menyebabkan kematian. Gejala berlangsung selama 3 hari dan dijaga untuk mencegah komplikasi jantung dan gangguan keseimbangan elektrolit (FKUI, 2007). Dosis atropin umumnya berkisar antara seperempat sampai 1 mg. untuk keracunan antikolinesterase digunakan dosis 2 mg/kali. Dosis untuk mengatasi keracunan kolinergik pada anak adalah 0,04 mg/kg per kali. Sedangkan untuk sediaan dari atropin sulfat adalah tablet 0,25 dan 0,50 mg dan dapat juga berupa suntikan (FKUI, 2007). Atropin dikontraindikasikan secara absolut pada penderita glaucoma sudut sempit, stenosis pilorik, dan myasthenia gravis. Sedangkan kontraindikasi relatif untuk atropin adalah uropati obstruktif (Geleinjse, et al., 2010).

Daftar Pustaka : FKUI. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi V. Jakarta : FKUI. Geleinjse, Marcel L., Boudewijn J. Krenning, Attila Nemes, et al. 2010. Incidence, Pathophysiology, and Treatment of Complications During Dobutamine-Atropine Stress Echocardiography. Circulation Journal of the American Heart Association. Vol. 121 : 1756-67. Harris, N. Stuart. 2006. A 40-Year-Old Woman with Hypotension after an Overdose of Amlodipine. The New England Journal of Medicine. Vol. 355: 602-11. Malik, Javid Ahmad, Dheeraj Gupta, Ashutosh N. Agarwal, et al. 2009. Anticholinergic Premedication for Flexible Bronchoscopy : A

Randomized, Double-Blind, Placebo-Controlled Study of Atropine and Glycopyrrolate. Chest. Vol. 136 : 347-54. Saura, Daniel, Pablo Penafiel, Ana Morales, et al. 2007. Transient global amnesia after dobutamineatropine stress echocardiography. European Journal of Echocardiography. Vol. 9 : 567-68.

Anda mungkin juga menyukai