Anda di halaman 1dari 6

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi

i pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur. Jenis-jenis yang digunakan adalah: a. Klorokuin, paling banyak digunakan karena harganya terjangkau, namun efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari hidrosiklorokuin 400 mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik. b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric digunakan dalam dosis 1 x 500 mg/hari, ditingkatkan 500 mg per minggu, sampai mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka panjang sampai tercapai remisi sempurna. Jika dalam waktu 3 bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti dengan yang lain, atau dikombinasi. Efek sampingnya nausea, muntah, dan dyspepsia. c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan dalam dosis 250300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4x 250-300 mg/hari. Efek samping antara lain ruam kulit urtikaria atau mobiliformis, stomatitis, dan pemfigus. d. Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro sodium tiomalat (AST) diberikan intramuskular, dimulai dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu kemudian disusul dosis kedua sebesar 20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika diperlukan, dapat diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan remisi tercapai. Efek samping berupa pruritis, stomatitis, proteinuria, trombositopenia, dan aplasia sumsum tulang. Jenis yang lain adalah auranofin yang diberikan dalam dosis 2 x 3 mg. Efek samping lebih jarang dijumpai, pada awal sering ditemukan diare yang dapat diatasi dengan penurunan dosis. e. Obat imunosupresif atau imunoregulator. Metotreksat sangat mudah digunakan dan waktu mula kerjanya relatif pendek dibandingkan dengan yang lain. Dosis dimulai 5-7,5 mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan tidak menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan. Dosis jarang melebihi 20 mg/minggu. Efek samping jarang ditemukan. Penggunaan siklosporin untuk artritis reumatoid masih dalam penelitian. f. Kortikosteroid hanya dipakai untuk pengobatan artritis reumatoid dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang sangat berat. Dalam dosis rendah (seperti prednison 5-7,5 mg satu kali sehari) sangat bermanfaat sebagai bridging therapy dalam mengatasi sinovitis sebelum DMARD mulai bekerja, yang kemudian dihentikan secara bertahap. Dapat diberikan suntikan kortikosteroid intraartikular jika terdapat peradangan yang berat. Sebelumnya, infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu.3 4. Riwayat Penyakit alamiah Riwayat penyakit alamiah AR sangat bervariasi. Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode AR dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Pada pihak lain sebagian besar pasien akan

menderita penyakit ini sepanjang hidupnya dengan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita AR yang progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi.12 Penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa dengan pengobatan yang digunakan saat ini, sebagian besar pasien AR umumnya akan dapat mencapai remisi dan dapat mempertahankannya dengan baik pada 5 atau 10 tahun pertamanya. Setelah kurun waktu tersebut, umumnya pasien akan mulai merasakan bahwa remisi mulai sukar dipertahankan dengan pengobatan yang biasa digunakan selama itu. Hal ini mungkin disebabkan karena pasien sukar mempertahankan ketaatannya untuk terus berobat dalam jangka waktu yang lama, timbulnya efek samping jangka panjang kortikosteroid. Khasiat DMARD yang menurun dengan berjalannya waktu atau karena timbulnya penyakit lain yang merupakan komplikasi AR atau pengobatannya. Hal ini masih merupakan persoalan yang banyak diteliti saat ini, karena saat ini belum berhasil dijumpai obat yang bersifat sebagai disease controlling antirheumatic therapy (DC-ART).9 5. Rehabilitasi pasien AR Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien AR dengan cara:1 Mengurangi rasa nyeri Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot Mencegah terjadinya deformitas Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang lain. Rehabilitasi dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan, pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik. Manfaat terapi fisis dalam pengobatan AR telah ternyata terbukti dan saat ini merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam penatalaksanaan AR. Bagian lain tubuh, selain sendi, yang dipengaruhi oleh rheumatoid radang dirawat secara individual. Sjogren's syndrome (seperti yang dijelaskan di atas, melihat gejala) dapat membantu dengan air mata buatan dan kelembaban kamar di rumah atau kantor anda. Obat tetes mata, cortisporine ophthalmic drops (Restasis), juga tersedia untuk membantu mata kering pada orang-orang yang terpengaruh. Tetap check-up mata dan antibiotik awal untuk pengobatan infeksi mata adalah penting. Radang otot (tendinitis), bursae (radang kandung lendir), dan rheumatoid nodules dapat disuntik dengan cortisone. Peradangan lapisan dari jantung dan/atau paru-paru atau mungkin memerlukan obat oral cortisone dosis tinggi.

6. Pembedahan Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya. Untuk pencegahan dan penyembuhan radang sendi, pengobatan yang terbaik adalah secara alami. MAKANAN:

Hindari daging merah, jeroan, lemak jenuh, susu & produk susu, kafein, garam, gula putih, tepung putih (segala makanan yang dibuat darinya), semua junk food dan rokok. Untuk sementara hindari dulu tomat, kentang, terong & lada yang mengandung solanin karena akan memicu reaksi arthritis bagi sebagian orang. Mengkonsumsi makanan yang bersifat alkalin. Sayur-sayuran 50-60% mentah, buahbuahan (vegetarian diet). Konsumsilah lebih banyak makanan yang mengandung sulfur seperti asparagus, bawang putih dan bawang bombay. Karena sulfur diperlukan untuk memperbaiki dan membangun kembali tulang, kartilage dan jaringannya. Sulfur juga membantu penyerapan kalsium. Flax seeds. Nenas, sering-seringlah makan nenas. Karena bromelain yaitu enzim pada nenas sangat baik untuk mengurangi peradangan. Agar efektif, nenas harus segar bukan yang sudah dibekukan atau dikaleng. Konsumsi beras pecah kulit dan makanan yang mengandung serat. Hindari konsumsi suplemen zat besi karena zat besi diperkirakan dapat memperparah nyeri, bengkak dan kerusakan. Jus anggur dan anggur.

OLAH RAGA: Olah raga teratur sangat penting untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas. Tetapi harus diperhatikan untuk tidak memberikan beban yang berlebihan pada bagian yang sakit (harus sesuai dengan kemampuan masing-masing orang). Olah raga dapat meningkatkan kecepatan metabolisme untuk memproduksi cairan synovial, yang dapat mengambil radikal bebas. Olah raga juga berfungsi sebagai antioksidan jika dilakukan secara regular. Dengan berolah raga, tubuh juga menghasilkan cortisone yang dapat menetralisir deposit kalsium. Ini lebih baik dari cortisone obat yang kadang malah bisa melarutkan tulang. Dokter dulu beritahu kepada pasiennya jangan berolah raga. Tetapi, penelitian terakhir menunjukkan bahwa olah raga bahkan dapat meredakan nyeri, sendi lebih fleksibel, gerakan lebih bebas, meningkatkan sirkulasi darah, dan meningkatkan mobilitas. 95% penderita arthritis berolah raga mendapatkan keuntungannya. Belajar untuk bernafas dalam-dalam. Berolah ragalah di bawah sinar matahari agar mendapatkan vitamin D yang cukup untuk kesehatan tulang. (penelitian di Oslo Norwegia menunjukkan bahwa penderita rematik lebih parah di musin salju). Jika kelebihan berat badan/obesitas, maka harus segera menurunkan berat badan. KOMPRES:

Untuk mengurangi rasa nyeri/sakit, dapat juga dikompres dengan es dan air hangat bergantian. Untuk menghilangkan kekakuan pada pagi hari, mandilah air hangat di pagi hari.

DETOX: Dengan detox dapat sangat mengurangi rasa sakit, terlebih detox juga bisa menurunkan berat badan bagi yang kegemukan/obesitas. Dengan berpuasa sampai 5 hari atau lebih mempunyai efek mengurangi radang.

Untuk membedakan reumatoid artritis (RA), gout dan osteoartritis (OA) kita perlu memulai dengan penyebab masing-masing. Reumatoid artritis (RA) adalah penyakit di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan yang sehat, menyebabkan peradangan yang merusak sendi. Gout disebabkan kelebihan asam urat di dalam tubuh (hiperurikemia) yang berlangsung bertahun-tahun sehingga terjadi penumpukan asam urat yang mengkristal di sendi yang terkena. Sedangkan osteoartritis adalah kerusakan dan keausan tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan. Penyebab osteoartritis adalah proses penuaan, cedera, kelemahan tulang atau penggunaan sendi berulang/ terlalu berat. Ketiga penyakit itu samasama menimbulkan rasa sakit, kekakuan dan peradangan di persendian, tetapi polanya

berbeda.

photo 2009 Borqje | more info (via: Wylio)

RA dapat memengaruhi setiap sendi di tubuh, tetapi sendi tulang kecil di tangan dan kaki yang paling terpengaruh. Di sisi lain, gout biasanya mempengaruhi sendi yang lebih besar di pergelangan kaki, tumit, lutut, pergelangan tangan, jari, siku dll. OA paling umum menyerang bantalan sendi berat seperti pinggul dan lutut. RA biasanya menyebabkan nyeri atau kekakuan berkepanjangan (berlangsung lebih dari 30 menit) di pagi hari atau setelah istirahat panjang. Kekakuan akibat gout hadir hanya pada saat serangan terjadi, yang biasanya di malam hari setelah mengkonsumsi makanan tinggi purin atau obat perangsang air seni (diuretik). Pada OA, rasa sakit timbul setelah beraktivitas. Kekakuan di pagi hari hanya berlangsung singkat (kurang dari setengah jam), dan rasa sakit persendian dapat memburuk di sepanjang hari. RA memengaruhi sendi yang sama di kedua sisi tubuh (simetris), meskipun pada awalnya mungkin hanya satu sisi. Sedangkan Gout dan OA dapat melibatkan hanya satu sendi tunggal.

RA tiga kali lebih umum pada perempuan dan seringkali dimulai antara usia 25 dan 55. Gout lebih umum pada laki-laki, terutama mereka yang berusia antara 40 dan 50. Wanita lebih jarang mengembangkan gout sebelum menopause. OA bisa menyerang laki-laki maupun perempuan, tapi insidennya lebih umum pada mereka yang kelebihan berat badan. Pada umumnya pengembangan OA dimulai pada usia yang lebih tua daripada RA dan gout. RA mungkin hanya berlangsung untuk waktu yang singkat, atau gejala bisa datang dan pergi. Bentuk RA yang berat dapat berlangsung seumur hidup. Rasa sakit dan bengkak gout dapat hilang dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup. Bila timbul kembali, gout biasanya menyerang sendi yang sama atau sendi yang sama di sisi lain tubuh. Kerusakan sendi OA bersifat permanen. RA dapat memengaruhi bagian tubuh selain sendi, seperti mulut, mata, ginjal, jantung dan paru-paru sehingga menyebabkan kelelahan ekstrim, penurunan berat badan dan malaise (lesu). Gout dan OA hanya memengaruhi sendi.

Perbandingan di atas hanyalah untuk memberikan gambaran umum bagi Anda. Diagnosis akhir pada akhirnya perlu dibuat oleh dokter. Jika Anda mengalami salah satu gejala di atas, konsultasikanlah dengan dokter keluarga Anda.

PENDAHULUAN Pauciarticular onset juvenile idiopathic arthritis (JIA) atau pauciarthritis (sebelumnya disebut onset pauciarticular arthritis juvenile arthritis) adalah subset dari JIA yang mencakup pasien dengan keterlibatan kurang dari lima sendi. Ini adalah subkelompok yang paling umum, yang merupakan sekitar 50 persen dari kasus JIA ( tabel 1 ). Sebuah nomenklatur yang diusulkan membagi kelompok ini ke pauciarthritis persisten (tanpa keterlibatan sendi tambahan setelah enam bulan pertama sakit) dan pauciarthritis diperpanjang (keterlibatan empat atau kurang sendi selama enam bulan pertama sakit; tambahan sendi yang terlibat dari waktu ke waktu, sehingga lebih dari empat sendi akhirnya terpengaruh). (Lihat "Klasifikasi arthritis remaja (JRA / JIA)" .) Masalah-masalah klinis yang berkaitan dengan onset pauciarticular JIA dibahas dalam ulasan ini. Onset sistemik dan onset polyarticular JIA dibahas secara terpisah. (Lihat "Sistemik onset juvenile idiopathic arthritis: Manifestasi klinis dan diagnosis" dan "onset juvenile idiopathic arthritis Polyarticular: Manifestasi klinis dan diagnosis" .) PRESENTASI KLINIS Pauciarticular onset juvenile idiopathic arthritis (JIA) mempengaruhi perempuan lebih sering daripada laki-laki, seperti halnya penyakit polyarticular. Puncak kejadian onset pauciarticular JIA berada di tahun kedua dan ketiga. Hal ini kurang umum lebih dari 5 tahun dan jarang dimulai setelah usia 10. Seorang anak dengan keterlibatan sendi besar yang dimulai pada usia remaja awal yang paling sering memiliki spondyloarthropathy a. Spondyloarthropathies disebut "-enthesitis terkait arthritis", yang merupakan bagian yang berbeda dari juvenile idiopathic arthritis (JIA) dalam nomenklatur baru. (Lihat "spondyloarthropathy pada anakanak" .)

Anak khas dengan onset pauciarticular JIA adalah seorang gadis yang melihat akan pincang tanpa keluhan. Seringkali keluarga pemberitahuan bahwa anak "berjalan lucu" di pagi hari, tapi setelah beberapa saat tampaknya baik-baik saja. Dalam banyak kasus, anak tidak pernah mengeluh sakit, keluarga mencari nasihat medis hanya karena lutut bengkak. Hal ini biasa bagi keluarga untuk dapat menentukan kapan tepatnya penyakit dimulai. Onset pauciarticular JIA mempengaruhi sendi-sendi besar (lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku), tapi hampir tidak pernah dimulai di pinggul. Ada beberapa jenis arthritis yang mungkin memiliki onset pauciarticular dalam kelompok usia ini, tetapi tidak Juvenile rheumatoid arthritis (JRA). Namun, di bawah nomenklatur baru kondisi ini tercakup dalam klasifikasi pauciarticular JIA. Manifestasi sistemik (selain uveitis) memiliki karakteristik absen. Dengan demikian, demam, ruam, atau gejala konstitusional lainnya menyarankan diagnosis yang berbeda. (Lihat 'Diagnosis' di bawah ini.)

Anda mungkin juga menyukai