oleh :
Indah Arry Pratama
Dosen tetap Fakultas Teknik UNTB
Abstrak: Seiring dengan kebutuhan kayu sebagai bahan konstruksi yang selalu meningkat, maka dibutuhkan
suatu upaya peningkatan efisiensi penggunaan bahan baku kayu. Salah satu usaha efisiensi itu adalah dengan
teknik menggambungkan satu atau lebih jenis balok (Glulam-laminated-timber). Dalam hal ini dapat
dilakukan dengan penambahan fibre strips pada bagian serat tarik. Rangkaian penelitian ini diawalai dengan
pengujian bahan untuk kayu meranti seperti pengujian kadar air dan berat jenis kayu. Setelah dilakukan
pengujian pendahuluan, maka benda uji lentur berupa balok laminasi dibuat dalam 6 kombinasi, yaitu
kombinasi I terdiri atas balok utuh murni, kombinasi II terdiri atas balok laminasi murni, kombinasi III
terdiri atas fibre strips serat lurus pada lapisan kedua, kombinasi IV terdiri atas fibre strips serat anyaman
pada lapisan kedua, kombinasi V terdiri atas fibre strips serat lurus pada lapisan paling bawah, kombinasi VI
terdiri atas fibre strips serat anyaman pada lapisan paling bawah. Berdasarkan hasil pengujian kuat lentur,
maka yang paling sesuai digunakan sebagai balok laminasi dengan perkuatan fibre strips adalah kombinasi
yang terdiri dari fibre strips serat anyaman direkatkan pada serat yang paling bawah, dengan kuat lentur
maksimum berkisar sebesar 448 kg/cm2. Pada pengujian lentur balok laminasi kombinasi tersebut mampu
menerima beban maksimum sebesar 2950 kg.
Kata kunci : kayu meranti, balok laminasi, fibre strips, kuat lentur
PENDAHULUAN
Kayu merupakan salah satu sumber daya alam
yang dapat diperbaharui, pemanfaatannya sebagai
bahan konstruksi sudah sangat lama, jauh sebelum
berkembangnya teknologi beton dan baja. Kayu
struktural banyak diaplikasikan pada konstruksi
atap, rangka bangunan, gelagar jembatan dan
sebagainya. Disamping tuntutan arsitektural, kayu
memiliki beberapa keuntungan antara lain
merupakan bahan struktur yang ringan, dibeberapa
daerah harga relatif murah.
Kebutuhan akan kayu olahan sebagai bahan
konstruksi selalu meningkat. Disisi lain, untuk
memperoleh kayu gergajian bermutu baik dan
ukuran relatif besar semakin sulit ditemui dipasaran
karena semakin menipisnya produk kayu hasil hutan
alam. Upaya untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan bahan baku kayu dapat dilakukan
dengan pemanfaatan jenis-jenis kayu cepat tumbuh
yang umumnya berdiameter kecil dan mutu rendah.
Balok Laminasi (Glulam Beams) merupakan
gabungan sejumlah kayu (lumber) atau dengan
bahan tambahan lain menjadi satu kesatuan balok
yang utuh. Balok glulam memiliki kelebihan
dibandingkan kayu gergajian yang solid, disamping
kekuatannya tinggi , deformasi yang terjadi sedikit,
dan kayu mutu rendah dapat digunakan untuk daerah
tegangan rendah sehingga pemakaian kayu lebih
efisien. Selain itu adanya berbagai macam bahan
tambahan bangunan seperti fiber yang memilki kuat
Balok Glulam
Menurut Kovalchuck dan Batrushaitis (1989);
dalam Sugiarti (2003) bahwa cacat-cacat (defect)
_____________________________________
Volume 6, No. 5, September 2012
http://www.lpsdimataram.com
Fibre Strips
Fibre strips dibuat dari bahan serat dengan
resin. Fibre strips biasa dipergunakan untuk pintu
kamar mandi, pengganti seng, kotak barang, kapal
laut, dll. Fibre strips memiliki kemampuan untuk
menghasilkan kekuatan yang tinggi, tahan karat, dan
juga ringan. Serat fiber memiliki keuntungan yang
lebih daripada baja. Fiber walaupun memiliki
Modulus Elastisitas yang lebih rendah dari baja,
tetapi serat fiber memiliki kuat tarik yang lebih
tinggi dari pada baja (M.Romani and H.J. Blab).
d.
Teori Perekatan
Teori lima rantai garis perekat (LLGP)
merupakan analisis ilmiah pertama dalam perekatan
(Prayitno, 1994). Teori tersebut berdasarkan atas
gaya yang ada dalam teori molekul, dapat berupa
gaya valensi atau gaya ikatan ion dan gaya yang
saling mencengkram (interlocking forces). Gayagaya ini dikenal dengan adhesi dan kohesi pada
suatu ikatan fisika kimia molekul. Kelima tahapan
LLGP (Prayitno, 1994), yaitu :
1. Flowing (Aliran pada sisi dan samping)
Flow atau aliran sisi dan menyamping merupakan
pergerakan perekat karena gaya berat dan
perbedaan ketinggian permukaan bahan direkat
(adanya lembah dan bukit) atau karena adanya
tekanan dalam proses pengempaan. Aliran
perekat ini merupakan pergerakan massa perekat
karena alur perekat cukup banyak dan mampu
mengalir (kekentalan rendah) dan adanya tekanan
dari sisi bahan direkat pasangannya.
2. Transfering (Perpindahan sisi terlabur kesisi tak
terlabur)
Transfer atau perpindahan perekat dari sisi
terlabur kesisi tidak terlabur merupakan
pergerakan perekat seperti percetakan dimana
tinta menempel pada permukaan yang dicetak.
Marra (1992) dalam Sugiarti, menyebutkan
bahwa perpindahan perekat ini agak sulit
dibandingkan dengan aliran sisi. Perpindahan
perekat ini memerlukan ekstra mobilitas molekul
perekat. Seringkali perpindahan perekat terjadi
bersamaan dengan aliran sisi.
3. Penetration (Masuknya bahan-bahan perekat
kebahan yang direkat)
Penetrasi merupakan pergerakan perekat yang
membawa perekat masuk kedalam tubuh substrat
atau bahan perekat berpori. Penetrasi harus diatur
sedemikian rupa sehingga terbentuk akar perekat
dengan tetap meninggalkan garis perekat film
yang utuh dan pejal. Adonan perekat harus dibuat
sedemikian rupa untuk pengaturan penetrasi
khususnya pada bahan direkat dengan prosentasi
pori yang besar. Seperti pada aliran sisi dan
perpindahan perekat, penetrasi merupakan
pergerakan perekat dalam jumlah besar sehingga
memerlukan ekstra mobilitas molekul. Dengan
kata lain diperlukan pengaturan kekentalan
perekat agar mobilitas molekul tetap dapat
mendukung ketiga pergerakan perekat tersebut.
4. Wetting (Pembasahan kayu oleh pelarut perekat)
Wetting atau pembasahan kayu merupakan
pergerakan perekat yang keempat dan bukan
sebagai pergerakan perekat dalam jumlah beasr
tetapi kegiatan spontan molekul-molekul perekat
sewaktu bersinggungan dengan molekul-molekul
bahan direkat dipermukaan. Oleh karena itu
pergerakan tergantung kecocokan antara dua
molekul yang berbeda tersebut. Teori perekatan
spesifik menyebutkan bahwa daya tarik molekul
yang berbeda (gaya adhesi) ditentukan oleh
kecocokan atau tingkat penyesuaian kedua jenis
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Persiapan Bahan
Bahan yang dipersiapkan adalah Kayu sebagai
bahan konstruksi yang merupakan hasil alam dari
sel-sel dengan tipe beragam dan susunan dindingnya
terdiri dari senyawa lignin, hemiselulosa, dan
selulosa. Kayu akan kita pergunakan disini bisa
menggunakan jenis apa saja, tetapi sebaiknya
dipergunakan jenis kayu yang secara ekonomis oleh
masyarakat bukan bermutu baik sehingga setelah
diolah bisa mendapatkan manfaat yang sangat bagus.
Fiber yang digunakan dapat berbentuk seratserat fiber yang nantinya langsung direkatkan pada
kayu atau dibentuk dalam bentuk lembaran yang
kemudian direkatkan pada kayu yang akan dijadikan
bahan konstruksi struktural.
b.
Persiapan Perekatan
Perekatan berfungsi sebagai penggabung antara
dua substrat yang akan direkat. Kualitas
penggabungan ini biasanya mampu jauh melebihi
daya kohesi kayu bila cara-cara perekataan diikuti
sesuai dengan prosedur yang telah dikeluarkan dari
pabrik pembuat perekat yang sedang dipergunakan
ataupun petunjuk-petunjuk yang dikeluarkan oleh
lembaga riset perekat .
Dalam petunjuk pemakaian perekat proses
persiapan perekat seara umum ditinjau dari sifatsifat perekat tersebut, bahan-bahan yang direkatkan,
dan proses pencampuran bahan perekat dianggap
penting dalam menentukan kualitas perekatan.
c.
Pengempaan
Pengempaan produk perekatan bertujuan untuk
menempelkan lebih rapat sehingga garis perekat
dapat membentuk strata dan sepejal mungkin dengan
ketebalan setipis mungkin (selbo, 1975 dalam
Kusumayadi,2002). Oleh karenanya penekanan
rakitan yang cukup kuat dan seragam serta homogen
pada semua permukaan bahan direkat sangat penting
Ukuran
(cm)
Jumlah
Sampel
76 x 5 x 8
76 x 5 x 8
76 x 5 x 8
76 x 5 x 8
76 x 5 x 8
76 x 5 x 8
_____________________________________
Volume 6, No. 5, September 2012
http://www.lpsdimataram.com
Kombinasi I
Kombinasi II
Kombinasi III
Kombinasi IV
Kombinasi V
Kombinasi VI
P maks
toritis
(kg)
1529,972
1529,972
1891,81
1886,24
1625,19
2602,94
P Eksperimen
(kg)
Selisih
(%)
1400
1300
1450
1850
2200
2250
8,49
15,03
23,32
1,92
16,2
13,56
Lendutan
(mm)
I
II
III
IV
V
VI
22
18
21
20
20
21
Beban
Maksimun
(kg)
1900
1800
2150
2200
2400
2950
Kuat
Lentur
(kg/cm2)
422
399
437
421
449
463
PENUTUP
Berdasarkan hasil pembuatan sampel yang telah
dibuat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian kuat lentur menunjukan
kombinasi VI merupakan kombinasi yang
paling baik, karena memiliki kuat lentur yang
paling besar yaitu 448 kg/cm, dan kemampuan
menahan beban yang paling tinggi yaitu 2950
kg.
2. Berdasarkan pengujian kuat lentur di
bandingkan dengan kombinasi II di dapatkan
kenaikan kuat lentur. Dari fibre dengan serat
lurus didapatkan kenaikan sebesar 9,52% untuk
kombinasi III dan 12,53% untuk kombinasi V.
Sedangkan untuk fibre dengan serat anyaman
didapatkan kenaikan sebesar 5,51% untuk
kombinasi IV dan 16,04% untuk kombinasi VI
dibandingan dengan laminasi tanpa serat.
DAFTAR PUSTAKA
Fakhri, 2000. Pengaruh Jumlah Kayu Pengisi Balok
Demposit
Kayu
Keruing
Sengon
terhadap Kekuatan Lentur Balok Kayu
Laminasi (Glulam Beams). Tesis, Pasca
Sarjana UGM, Yogyakarta.
Kusumayadi, 2002. Tinjauan Kuat Tekan Kolom
Kayu Laminasi (Glulam) Kayu Keruing
dan
Meranti.
Fakultas
Teknik
Universitas Mataram, Mataram.
M. Romani and H.J, BlaB, Design Model For FRP
Reinforced Glulam Beams, University
Karlshure.
Prayitno, T.A. 1995. Perekat Kayu. Fakultas
Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Sri Sugiarti, 2003. Pengaruh Jenis Perekatan
terhadap Kuat Geser Balok Kayu
Laminasi (Glulam Beams) dari Kayu Jati
dan Kayu Mahoni. Fakultas Teknik
Universitas Mataram. Mataram.
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com