Anda di halaman 1dari 21

Mat-Kim/Diff.

Parsial/ 46

. DIFFERENSIAL PARSIAL

1 Pendahuluan dan Notasi


Jika y = f(x) maka dy/dx dapat dipandang sebagai slope dari kurva y = f(x) atau sebagai laju
perubahan y terhadap x. Konsep laju sangat sering dijumpai dalam IPA. Persamaan yang berhubungan
dengan laju (persamaan differensial) sering dibutuhkan untuk menyelesaikan problem-problem terapan.
Differensial juga digunakan untuk menentukan titik maksimum atau minimum kurva dan juga
digunakan dalam memperoleh power series dari suatu fungsi (Lihat Bab Tentang Deret). Aplikasiaplikasi tersebut juga terjadi juga kita berbicara mengenai fungsi yang terdiri atas beberapa variabel.
Marilah kita perhatikan fungsi z yang terdiri atas dua variabel x dan y; Penulisan fungsi z yang
terdiri atas dua variabel x dan y adalah z = f(x,y). Penurunan (differensial) terhadap fungsi z dapat
dilakukan secara parsial yaitu terhadap x pada y konstan atau terhadap y pada x konstan. Notasi
z
z
differensial parsial fungsi z terhadap x pada y konstan adalah
atau x sedang notasi

y
x
z
y

atau
y
. Jika kita

x
menurunkan fungsi z secara parsial terhadap x maka y kita pandang sama dengan bilangan konstan,
demikian pula sebaliknya jika kita menurunkan secara parsial fungsi z terhadap y maka x kita pandang
sebagai bilangan konstan. Penurunan kedua, ketiga dst, juga dapat dilakukan secara parsial. Selanjutnya
mari -lah kita pahami notasi-notasi berikut:
differensial parsial fungsi z terhadap y pada x konstan adalah

2 z
x2

artinya fungsi z diturunkan secara parsial dua kali terhadap x.

2 z
artinya fungsi z diturunkan secara parsial terhadap y dulu kemudian diturunkan lagi secara
x y

parsial terhadap x.
2 z
artinya fungsi z diturunkan secara parsial terhadap x dulu kemudian diturunkan lagi secara
y x

parsial terhadap y.
Contoh:
Diketahui z = f(x,y) = x 3 y e x y , maka:
z
= 3 x 2 y y.e x y
x
2 z
x2

=..............

2 z
=.............
x y

Samakah hasil

z
= x 3 x.e x y
y
2 z
y 2

=..............

2 z
=.............
y x

2 z
2 z
dengan
pada contoh di atas?
x y
y x

Catatan:
2 z
2 z
dan
harganya dapat sama tetapi dapat pula berbeda tergantung dari z.
x y
y x

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 47

Jika

2 z
2 z
=
, maka z disebut fungsi differensial eksak.
x y
y x

Jika

2 z
x y

Soal 1:
Jika z =

x 2 y 2

2 z
, maka z disebut fungsi differensial tak eksak.
y x

; x = r cos ; y = r sin dan

2)
y

r x

5)
r y

7)

3)

4)

p 2 +q 2 + r 2

tentukan:
z

1) x

Jika z = ln

x 2 + y2 =r 2

x r

6)

; tentukan:

z
p

8)

z
q

9)

z
r

Buatlah deret Maclaurin untuk:


10) sin x cos y

11) ln (1 + x y)

12)

1 +x y

2 Differensiasi secara implisit


Jika penulisan suatu fungsi dilakukan sedemikian rupa sehingga variabel terikat berada di ruas kiri dan
variabel bebas berada di ruas kanan, maka fungsi seperti itu disebut fungsi eksplisit. Fungsi-fungsi yang
sudah kita bicarakan pada 4.1 di atas merupakan fungsi-fungsi eksplisit. Penurunan fungsi seperti
pada 4.1 di atas disebut penurunan (differensiasi) secara eksplisit. Di lain pihak dikenal juga fungsifungsi implisit, yaitu fungsi-fungsi yang variabel terikat dan variabel bebasnya tidak diletakkan pada
ruas terpisah. Untuk menurunkan fungsi implisit, dapat dilakukan dengan mengubah bentuk fungsi
implisit tersebut menjadi bentuk eksplisit dulu baru diturunkan seperti penurunan yang biasa dilakukan.
Tetapi dapat saja terjadi, fungsi implisitnya tidak dapat diubah menjadi bentuk eksplisit. Untuk itu
dilakukan penurunan secara implisit yang diawali dengan penurunan masing-masing sukunya.
Contoh: Tentukan dy/dx dari x + e x y = y 2

Jika masing-masing suku diturunkan, diperoleh:


dx + d e x y = d y 2 dx + e x y dxy = 2y dy dx + e xy (y dx + x dy) = 2y dy
dx + e xy y dx + e xy x dy = 2y dy
Jika kedua ruas dibagi dx:
dy
dy
dy
dy
1 + e xy y + e xy x
= 2y
x e xy
2y
= 1 y e xy
dx
dx
dx
dx
dy
(x e xy 2y )
= (1 + y e xy )
dx
Jadi:
dy
1+ y . e xy
=
dx
xe xy 2 y

Berikutnya adalah bagaimana jika fungsi implisitnya terdiri atas beberapa variabel dan kita
hendak menurunkan secara parsial terhadap salah satu variabel.
z

Contoh: Tentukan x dari 2z + e 2z + 3y = x 2

y
Jawab: Karena y konstan maka turunan y = 0, sehingga jika fungsi di atas diturunkan secara
parsial suku demi suku, kita peroleh:
( 2z) y + ( e 2z ) y = ( x 2 ) y

2 ( z) y + 2. e 2z ( z) y = 2x ( x ) y

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 48

Jika kedua ruas dibagi x, diperoleh:


z

2 x + 2. e 2z x = 2x

z
= 2x

(2 + 2. e 2z ) x

Jadi:
2x
z

=
=
x y
2 + 2 . e 2z

x
1 + e 2z

3 Differensial Total
Telah kita ketahui bahwa jika suatu fungsi mempunyai lebih dari satu variabel bebas, dapat diturunkan
secara parsial terhadap masing-masing variabel bebas. Tetapi perlu diketahui bahwa fungsi tersebut
dapat pula diturunkan secara total. Yang akan kita cari adalah bagaimana hubungan antara differensial
total dengan differensial parsial. Kita ambil saja fungsi z = f(x,y) yang bentuknya sederhana:
z=x2 +y2
(3.1)
Jika z diturunkan terhadap x pada y konstan maka kita tulis:
z

= 2x
x y

(3.2)

Jika z diturunkan terhadap y pada x konstan maka kita tulis:


z

y
= 2y

(3.3)

Jika z diturunkan secara total, hasilnya adalah:


dz = d x 2 + d y 2 = 2x dx + 2y dy
Jika (3.2) dan (3.3) dimasukkan ke dalam (3.4), maka diperoleh:
z

(3.4)

dz = x dx +
y
dy

x
Jadi secara umum dapat dinyatakan bahwa jika z = f(x,y) maka:
dz = x dx +
y
dy

(3.5)

4 Aturan Berantai
Aplikasi persamaan (3.5) antara lain untuk mencari penyelesaian pada fungsi berantai. Sebagai contoh z
= f (x,y) ; x = f (s,t) dan y = f (s,t). Jika akan dicari turunan parsial z terhadap s pada t konstan atau
turunan z terhadap t pada s konstan, maka sifat differensial total diperlukan untuk menyelesaikan kasus
ini. Perlu diketahui bahwa jika z fungsi x dan y padahal x maupun y adalah fungsi s dan t, maka z
adalah fungsi s dan t.
z
z
dan
jika diketahui: z = x y ;
s t
t s

Contoh 1: Tentukan

x = sin (s + t) ; y = (s t)

Penyelesaian:
Karena z fungsi x dan y sedang x maupun y adalah fungsi s dan t, maka z adalah fungsi s dan t,
sehingga berlaku:
z
z
ds +
dt
s t
t s

dz =

(4.1)

dari z = x.y dz = y dx + x dy
dari x = sin (s + t) dx = cos (s + t) d(s + t) dx = cos(s + t) (ds + dt)
dari y = (s t) dy = ds dt
Jadi:
dz = y . cos(s + t) (ds + dt) + x (ds dt) atau:
dz = y . cos(s + t) ds + y . cos(s + t) dt + x .ds x dt) atau:

dz = y . cos(s + t) + x ds + y . cos(s + t) x dt
Dengan membandingkan (4.1) dan (4.2) dapat diketahui bahwa:

(4.2)

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 49

= y . cos(s + t) + x
s t
z

= y . cos(s + t) x
t s

Contoh 2: Tentukan harga dz/dt jika:


z=xy
(1)
2
2
2
x +y =t
(2)
y
x sin t = y . e
(3)
Jawab: Beda soal ini dengan yang tadi adalah pada soal ini, x dan y tidak secara eksplisit dinyatakan
dalam t. Untuk tipe soal seperti ini penyelesaiannya adalah:
Dari (1)
dz = dx dy
Kita butuh harga dx dan dy. Untuk itu persamaan (2) dan (3) diturunkan suku demi suku:
Dari (2)
2x dx + 2y dy = 2 t dt
(4)
y
y
Dari (3)
sin t dx + x cos t dt = e dy + y . e dy
sin t dx + x cos t dt = ( ey + y . ey ) dy
Karena dx dan dy akan dicari, maka semua suku yang mengandung dx dan dy diletakkan di ruas kiri:
2x dx +
2y dy = 2 t dt
y
sin t dx ( 1 + y ) e dy = x cos t dt
(6)

(4)

Tampak bahwa kita telah memperoleh himpunan persamaan linear dalam bentuk standar. Dengan aturan
Cramer, dx dan dy dapat diperoleh, yaitu:

dx =

dy =

D - dx
D

t dt
x cos t. dt

x
sin t

y
(y +1) e y
y
(y +1) e y

t.dt. (y +1) e y +x y cos t. dt


x (y +1)e y y sin t

t.. (y +1) e y +x y cos t


.dt
x (y +1)e y y sin t
D - dy
D

2x
sin t
x
sin t

t dt
x cos t.dt
y
(y +1) e y

2x 2 cos t. dt t . sin t . dt
x (y +1)e y y sin t

2x 2 cos t. t . sin t
dt
x (y +1)e y y sin t

Jadi: dz/dt = dx/dt dy/dt =

t.. (y +1) e y +x y cos t


2x 2 cos t. t . sin t

x (y +1)e y y sin t
x (y +1)e y y sin t

=...............
z
z
dan
jika diketahui:
s
t
z = x2 + x y

Contoh 3: Tentukan
2

x + y = st + 5

(1)
(2)

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 50

x3 y2 = s2 + t2

(3)
Jawab:
Dari (1) dz = 2 x dx + y dx + x dy
(4)
Kita butuh harga dy dan dx.
Dari (2) 2 x dx + 3 y2 dy = s dt + t ds
(5)
2
Dari (3) 3 x dx 2 y dy = 2 s ds + 2 t dt
(6)
Karena dx dan dy yang dicari sudah berada di ruas kiri, maka persamaan (5) dan (6) sudah berbentuk
baku, sehingga dy dan dx dapat dicari dengan aturan Cramer:
dx =

D - dx
D

3 y2
2 y

s dt +t ds
2s ds +2 t dt
2x
3 x2

3 y2
2 y

(2sy dt 2 yt ds) (6y 2s ds +6y 2 t dt)


4 xy 9 x 2 y 2

2sy dt 2 yt ds 6y 2s ds 6y 2 t dt
4 xy 9 x 2 y 2

2sy dt 6y 2 t dt 2 yt ds 6y 2s ds
4 xy 9 x 2 y 2

( 2sy 6y 2 t ) dt (2 yt +6y 2s) ds


4 xy 9 x 2 y 2

2x

dy

D - dy

4 xy 9 x 2 y 2

3 x2

s dt + t ds

2s ds +2 t dt
2x
3 y2
2
3 x
2 y

( 4sx ds +4 xt dt ) (3x 2s dt +3x 2 t ds)

4sx ds +4 xt dt 3x 2s dt 3x 2 t ds
4 xy 9 x 2 y 2

4sx ds 3x 2 t ds +4 xt dt 3x 2s dt
4 xy 9 x 2 y 2

( 4sx 3x 2 t) ds +(4 xt 3x 2s) dt


4 xy 9 x 2 y 2

Kembali ke persamaan (4) :


dz = 2 x dx + y dx + x dy = (2 x + y ) dx + x dy
= (2 x + y )

( 2sy 6y 2 t ) dt (2 yt +6y 2s) ds


4 xy 9 x 2 y 2

+x

( 4sx 3x 2 t) ds +(4 xt 3x 2s) dt


4 xy 9 x 2 y 2

z
berarti dt = 0 jadi:
s
z
(2 yt +6y 2s)
= (2 x + y )
s
4 xy 9 x 2 y 2
z
berarti ds = 0 jadi:
t

+x

( 4 sx 3x 2 t)
4 xy 9 x 2 y 2

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 51

z
( 2sy 6y 2 t )
(4 xt 3x 2s)
= (2 x + y )
+
x
t
4 xy 9 x 2 y 2
4 xy 9 x 2 y 2

Soal 4 :
1) Jika z = y . ln x ; y = 2 sin (s + t), dan x = s + t, tentukan:
z
z
a)
b)
s
t
y
2) Jika z = x . e
; x = sin t dan y = cos s ; Tentukan :
z
z
a)
b)
s
t
3) Jika z = x2 + y2 ; x +
z
a)
b)
s
4) Jika z = w + x2 + y2 ;
z
a)
b)
s

y = 2s dan x y = s + t , tentukan
z
t
w + x = 3s ; x + y = 2s + t dan 2x y = 4s t , tentukan
z
t

5 Perubahan Variabel
Salah satu kegunaan penting dari differensial parsial adalah untuk membuat perubahan variabel
(change of variables) misalnya dari koordinat rektangular ke koordinat polar. Perubahan variabel ini
seringkali dapat membuat bentuk fungsi menjadi lebih sederhana sehingga dapat mempermudah
penyelesaian problem-problem fisika. Sebagai contoh jika kita perhitungan tentang vibrasi dari membran
sirkular atau aliran kalor pada silinder sirkular maka penggunaan koordinat polar jauh lebih baik sedang jika
untuk kasus yang berhubungan dengan rambatan gelombang bunyi dalam ruangan maka penggunaan
koordinat rektangular lebih menguntungkan. Untuk itu perhatikan contoh berikut:
Contoh 1.
Buatlah perubahan variabel r = x + vt ; s = x - vt dalam persamaan gelombang :

2 F
x 2

1 2 F
v 2 t 2

= 0 dan

selesaikanlah persamaannya.
Catatan: 1. Untuk kasus ini, inti masalahnya adalah persamaan gelombang yang dinyatakan dalam variabel x
dan t itu diminta untuk dinyatakan dalam variabel r dan s artinya bentuk

2 F
x 2

dan

2 F
t 2

harus dinyatakan dalam variabel r dan s.


2. Perlu diketahui bahwa karena persamaan gelombang yang diketahui dinyatakan dalam variabel x
dan t, maka
2 F
x 2

2 F
x 2

1 2 F
v 2 t 2

1 2 F
v 2 t 2

= 0 seharusnya secara lengkap ditulis:

=0

Penyelesaiannya dilakukan melalui manipulasi sebagai berikut:


1. Menyatakan
F

2 F
x

dalam r dan s . Untuk itu kita mulai dengan mengubah


F

F
dalam r dan s.
x

= . . . . r + . . . . s

Sudah barang tentu agar kedua ruas tetap sama, maka titik-titik suku pertama ruas kanan harus diisi
sedang suku kedua ruas kanan diisi dengan

s
sehingga menjadi:
x

r
x

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 52
F

r F
s F

=
x r
x s
Karena diketahui r = x + vt dan s = x - vt maka:
r
s

= 1 dan
= 1 sehingga (5.4.1) menjadi:
x
x
F
F F

x
r s
dan:

=
+

Kita tahu bahwa

2F
x 2

(5-1)

(5.2)

(5.3)
F

.
. Dengan menggunakan (5.3) dan (5.2) kita peroleh:

2 F

F F

2 F
2 F
2 F
+
+

=
=
+
2
+
s
r s r
r s
r 2
s 2
x 2

2. Menyatakan

2 F
x 2

dalam r dan s . Untuk itu kita mulai dengan mengubah

(5.4)

F
dalam r dan s.

Dengan cara yang sama dapat kita peroleh:

F
r
F
s F
=
.
+
.
t
t
r
t
s
Karena diketahui r = x + vt dan s = x - vt maka:
r
s
= v dan
= v sehingga (5.4.5) menjadi:
t
t

=v

= v F
s
r
t
r

s
dan:

=v
s

t
r

Kita tahu bahwa


2 F
t 2

2 F
t 2

(5.5)

(5.6)

(5.7)
F

.
. Dengan menggunakan (5.7) dan (5.6) kita peroleh:

t
t

2
F
F
2 F

2 F

v
= v2 (
2 F +
)
s r
r
s
r s
s 2
r 2

= v

(5.8)

3. Memasukkan (5.4) dan (5.3) ke dalam fungsi gelombang asalnya, dan hasilnya adalah fungsi gelombang
tersebut dinyatakan dalam variabel r dan s.
2
2
2
1
2 F
1 2 F
2 F
2 F
2 F
2( F 2 F + F )

= 0 atau: (
+
2
+
)

.
v
v2
r s
r s
x 2
v 2 t 2
r 2
s 2
r 2
s 2
=0
2
atau: 4 F = 0 atau:

r s

2 F
r s

=0

(5.9)

Persamaan (5.9) itu fungsi gelombang yang dinyatakan dalam variabel r dan s. Selanjutnya bagaimana
penyelesaiannya ?
2
F
F
Telah kita ketahui bahwa F =
= 0, yang artinya jika
diturunkan lagi terhadap r

s
s
r s

F
hasilnya 0, hingga dapat dipastikan bahwa
hanya merupakan fungsi s saja atau
tidak

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 53

F
diintegralkan hasilnya adalah f(s) + konstan. Konstante ini bisa
s
jadi bukan benar-benar konstanta tetapi adalah fungsi r sebut saja g(r), yang dianggap konstanta karena
fungsi r yang diturunkan terhadap s toh memang dianggap konstanta. Jadi penyelesaiannya adalah:

mengandung variabel r dan jika

F = f(s) + g(r)
atau:
F = f(x-vt) + g(x+vt)
Contoh 2.
Tulislah persamaan Laplace :

2 F
x 2

2 F
y 2

= 0 dalam

koordinat polar r dan , jika hubungan antara

koordinat rektangular dengan koordinat polar adalah: x = r cos dan y = r sin .


Catatan: 1. Untuk kasus ini, inti masalahnya adalah persamaan gelombang yang dinyatakan dalam variabel x
dan y itu diminta untuk dinyatakan dalam variabel r dan artinya bentuk
harus dinyatakan dalam variabel r dan .

2 F
x 2

dan

2 F
y 2

2. Perlu diketahui bahwa karena persamaan gelombang yang diketahui dinyatakan dalam variabel x
dan t, maka

2 F
x 2

2 F
y 2

=0

seharusnya secara lengkap ditulis:

2
2 F

+ F = 0
2
x 2

y y x

Penyelesaiannya dilakukan melalui manipulasi sebagai berikut:


2 F

1. Menyatakan 2 dalam r dan . Untuk itu kita mulai dengan mengubah x dalam r dan .

F
F
F

=....
+....

x y
r
r

Sudah barang tentu agar kedua ruas tetap sama, maka titik-titik suku pertama ruas kanan harus diisi
sedang suku kedua ruas kanan diisi dengan

sehingga menjadi:
x

r
x

r F
F
F

=

+

(5.10)
x y
x y r x y r
r
r
Harga x tidak dapat dicari dari hubungan x = r cos , karena x harus dicari dari hubungan

antara r, x dan y sedang x = r cos menyatakan hubungan antara r , x dan . Hubungan antara r, x dan y
1/ 2
adalah r = x 2 + y 2
(Buktikan !)

r
x
Jadi : x =
= cos

y
r

Harga x juga tidak dapat dicari dari hubungan y = r sin sebab x harus dicari dari hubungan

y
antara x, y dan . Untuk itu bagilah y dengan x:
1
x dy y dx
y
r sin
y
y
=
atau tan =
atau d tan = d

d =
2
x
r cos
x
x
cos
x2
jadi:

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 54

x dy y dx

d = cos2

x2
Untuk y konstan maka dy = 0:
y( x ) y
() y = cos 2
() y = sin ( x ) y

2
r
x
jadi:
sin

=
x
r
Dengan demikian (5.10) dapat ditulis:
F
F
sin F

= cos

x y
r
r
r
atau:

sin

= cos

x y

r
r
2 F

Selanjutnya

(5.12)

dapat diketahui yaitu:

x 2

2 F

x 2

(5.11)

x y x y

= cos r

sin

bekerja pada
r
r

F
sin F

r
r
r

cos

2 F
1 F
F
sin
sin cos

cos

r
r
r
r
r
r

= cos 2

sin sin F

r
r
r
r

2
2
2 F

sin cos 1 F +1 F sin sin F +cos F

2
2

r
r
r

r
r r r
2

sin
F
F
cos
+sin
+
2

r
r
2

2 F
1 F
1 2 F

sin cos
=
+ sin cos
cos 2 2
r r
r 2
r
sin 2 F sin cos 2 F

= cos 2

+
2 F

2. Menyatakan

2
y

sin cos F sin 2 2 F


+
r
r2
r2
2

(5.13)
F

dalam r dan . Untuk itu kita mulai dengan mengubah


y
dalam r dan .

F
F
F

y
= . . . . r + . . . .

Sudah barang tentu agar kedua ruas tetap sama, maka titik-titik suku pertama ruas kanan harus diisi y

sedang suku kedua ruas kanan diisi dengan y sehingga menjadi:

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 55

+
r

F
r

y
= y

x
x

y

r

(5.14)

Analog dengan cara di atas diperoleh:


r

y x

= sin


cos

y
=

x
r

Sehingga (5.14) menjadi:


F
F
cos F

y
= sin r +

x
r

dan:

= sin r +

(5.15)

cos

r
r

(5.16)

2 F

Selanjutnya

2 dapat diketahui, yaitu:


y

2 F

y 2 =
y x

= sin r +

F
cos
cos F

bekerja pada sin


+

r
r
r
r

2 F
F
cos F
cos

sin

= sin 2
r 2 + sin r

r
r
r
r
r

cos cos F

r
r
r
r

2
2
2 F

cos
+sin cos 1 F + 1 F
cos F +sin F
+

2
r 2 r r
r
r
r

cos
sin F +cos F
+
r
r2
2

2
F
1 F
1 2 F

+sin cos
=
sin cos
sin 2 2
r r
r 2
r
cos 2 F sin cos 2 F

= sin 2

sin cos F cos 2 2 F


+

r
r2
r2
2

(5.17)

Akhirnya persamaan Laplace diperoleh yaitu dengan menggabungkan (5.13) dan (5.17):
2
2 F

+ F =
2
x 2

y y x

2 F

cos 2 2
r

+ sin cos

1 F
1 2 F
sin cos
r r
r 2

sin 2 F
r
r
2 F
2
sin cos F sin 2 2 F

sin cos 1 F +
2
+
sin cos F +
+
sin

2
2
2
2
2

sin cos

2
2
sin cos F cos 2 2 F
1 2 F
+
+ cos F + sin cos F
r
r r
r
r
r
r
r2
r2
2

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 56

2
2
2 F
2 F
2
+ sin F + sin F +

+
2
sin

2
2

2
2
r
r
r

r
r

= cos 2

2
2
cos 2 F + cos F
r
r
r2
2

2 F
1
F
1 2 F

=
+ 2
r 2 + r
r
r 2

2 F
F
1 2 F
+ 1
Jadi persamaan Laplace dalam koordinat polar adalah
+
=0
r 2
r
r
r 2 2

Soal 5:

1. Dalam persamaan differensial parsial :


2 F
x 2

2 F
2 F
+6
=0
x y
y 2

Jika variabel persamaan tersebut dinyatakan dalam s dan t dan diketahui s = y + 2 x dan t = y + 3 x maka
tunjukkanlah bahwa persamaan di atas menjadi:
2 F
=0
s t

2. Nyatakan persamaan differensial parsial:


2

2 F
x 2

2 F
2 F
10
=0
x y
y 2

ke dalam variabel baru yaitu u dan v, jika diketahui u = 5x 2 y dan v = 2x + y


3. Diketahui bahwa w = f (x,y) dan mengikuti bentuk persamaan:
2 w
x 2

2 w
y 2

=1

Jika x = u + v dan y = u v, buktikan bahwa


2 w
=1
u v

4. Reduksilah persamaan:
2 y
y
+ 2x
x2

5y = 0
x 2
x

menjadi persamaan differensial baru dengan koefisien yang dinyatakan dalam

2 y
z 2

y
dan y , oleh
z

perubahan variabel x = ez
5. Persamaan Legendre:
2 y

y
+ 2y = 0
x
x
akan diubah menjadi pers. differensial baru dengan mengubah variabel bebas x ke dengan x = cos .
Bagaimanakah bentuk persamaan differensial yang baru itu ?
6. Ubahlah variabel bebas x ke u = 2 x dalam persamaan Bessel:
y
2 y
+
x
(1x)y = 0
x2
x
x 2

(1 x 2 )

2x

6 Differensiasi Terhadap Integral ; Aturan Leibniz


Mengingat bahwa definisi integral adalah anti differensial, tentu saja, jika:
d F(x)
f(x) =
dx

(6.1)

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 57

maka:
b

=F(x)

a f ( x ) dx

=F(b) F(a)

Analog dengan itu jika x diganti t sedang batas atasnya diganti x, maka diperoleh:
x

f ( t ) dt =F(t)

=F(x) F(a)

(6-2)

dengan a konstan. Jika (6.2) didifferensialkan terhadap x, diperoleh:


d x
d
f ( t ) dt =
[ F(x) F(a)] = d F(x) = f(x)
dx a
dx
dx
jadi:
d x
f ( t ) dt = f (x)
dx a
Jika batas integral pada (6.2) dibalik, maka diperoleh:

x f ( t ) dt

=F(t)

(6.3)

=F(a) F(x)

sehingga:
d a
f ( t ) dt = f (x)
dx x

(6.4)

Contoh 1:
Tentukan

d x
sin t dt .
dx /4

Jawab:
Dengan menggunakan (6.3) maka langsung diperoleh:
d x
sin t dt = sin x
dx /4
Tidak percaya ? Mari kita buktikan:

/4 sin t dt =

cos t

/ 4

= [ cos x cos /4 ] = cos x

Jadi:
d x
d
sin t dt =
cos x = sin x
dx /4
dx

( terbukti )

Jika x dalam (6.3) diganti dengan v sedang x dalam (6.4) diganti u maka diperoleh:
d v
f ( t ) dt =f (v)
dI/dv =
(6.5)
dv a
d a
f ( t ) dt = f (u)
dI/du =
(6.6)
du u

Selanjutnya kita menganggap u dan v adalah fungsi x dan kita ingin menentukan dI/dx dengan
I=

u f ( t )

dt

Manakala integral tersebut dievaluasi, jawabnya bergantung pada harga batas u dan v. Dengan demikian
maka dI/dx merupakan problem differensial parsial. Karena nilai I bergantung pada u dan v maka I
merupakan fungsi u dan v yang masing-masing merupakan fungsi x, jadi:
dI
I du I dv
+
=
(6.7)
dx
u dx v dx
Berdasarkan (6.5) dI/dv = f(v) sedang menurut (6.6) dI/du = f(v), sehingga :
dI/dx =
(6.8)

d v( x )
dv
du
f ( t ) dt = f(v)
f(u)
dx u ( x )
dx
dx

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 58

Contoh 2:
x1 / 3 2
t
dt
0

Tentukan dI/dx jika I =

Jawab:
Dengan komparasi terhadap (6.8) maka dapat diketahui bahwa :
v = x1/3
f(v) = ( x1/3)2
u=0
f(u) = 02 = 0
Jadi:
dv
du
d 1/ 3
1
2 / 3 . 1 . x -2/3
x
dI/dx = f(v)
f(u)
= ( x1/3)2
0= x
=
dx
dx
dx
3
3
Soal di atas juga dapat diselesaikan dengan mengintegralkan dulu, kemudian hasilnya didifferensialkan:
x1 / 3
x1 / 3
1
x
x1 / 3 2
1/ 3 3 0 3
1 3
I =
=
= 1 t 3
= 3 x
t
dt
=
t

0
3

3
3
0

0
Jadi:
1
dI/dx =
3
Tampaknya, cara yang kedua itu lebih sederhana dari pada menggunakan (6.8), tetapi tidaklah selalu
demikian. Marilah kita lihat contoh berikut:
Contoh 3 :

( )

Tentukan dI/dx jika I =

sin 1 x sin t
dt
x2
t

Jawab:
Untuk kasus ini harga I tidak dapat dievaluasi karena I integral tak tentu. Harga dI/dx hanya dapat ditentukan
dengan menggunakan (6.8). Berdasarkan (6.8) maka:
1

v = t batas atas = sin x

f(v) = f(t) yang t nya diganti v =

u = t batas bawah = x2

f(u) = f(t) yang t nya diganti u =

jadi:
dI/dx = f(v)
=
=

sin 1 x
sin x 2
x2

dv
du
sin (sin 1 x ) d
sin x 2 d
sin 1 x
x2
f(u)
=

1
2
dx
dx
dx
dx
sin
x
x

sin (sin 1 x )
sin 1 x

(sin

sin (sin 1 x )

1
1x 2

x .

1 x

sin x 2
x2

. 2x

2
sin x 2
x

Selanjutnya kita akan menentukan dI/dx dengan I =

a f

(x , t ) dt

, a dan b konstan. Dalam hal ini kita

boleh menggunakan:
b f ( x , t )
d b
f ( x , t ) dt =
dt
dI/dx =
(6.9)
a
dx a
x
Dalam aplikasinya, (6.9) ini justru digunakan untuk mengevaluasi integral tak tentu, yang tidak mungkin
dievaluasi secara biasa.
Contoh 4:

Tentukan I =

1 tx 1
dt
0
ln t

x>0

Jawab:
Kita tidak mungkin mengevaluasi integral di atas dengan menggunakan pengintegralan konvensional, karena
bentuk di atas merupakan integral tak tentu. Untuk itu kita gunakan (6.9) dengan:
x
f(x , t ) = t 1

ln t

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 59

sehingga:
dI/dx =

t x 1

1
ln t dt

0
x

d 1 tx 1
dt
dx 0 ln t

tx 1

Kita evaluasi dulu


ln t :
x

Jadi:

tx 1
1 t x 1 = 1 . t x . ln t = x
=
t
ln t
ln t
ln t
x
x

dI/dx =

1 x
. dt

0 t

1
1
1

t x +1 =
=
x
+
1
x +1

dengan demikian maka :


1
dx
dI =
sehingga
I = ln (x + 1) + C
(6.10)
x +1
Jika (6.8) dan (6.9) digabungkan, maka diperoleh sebuah formula yang disebut aturan Leibniz untuk
penurunan integral, yaitu:
v( x )

dI/dx =

( x , t ) dt

= f (x , v)

u(x)

v f(x , t)
dv
du
dt (6.11)
f (x , u)
+
u
dx
dx
x

Contoh 5:
Tentukan dI/dx jika I =

2 x e xt
dt
x
t

Jawab:
xt
Dari soal diketahui bahwa v = 2x ; u = x dan f( x , t ) = e
jadi

f( x , v) = e

x . 2x

2x

2 x2

2x

f(x,u)=

e x. x
x

x
= e

xt
f(x , t)
dv/dx = 2 ; du/dx = 1
;
= 1 .t . e xt = t . e
= etx
x
t
t
Jadi dengan memasukkan data di atas ke dalam (6.11) diperoleh:
2x

2x
e2 x
ex
1

2x tx
ex
.
2

. 1 + e tx
dI/dx = e
=
.2
.1 +
e . dt
2
x
x
x

x
x
2x
x
2

2x2
2x

2x
= e

.2

x2
x

2
ex

2
1

1
. 1 + e 2x e x 2
x
x

2 1
2
1
+ e 2x e x
x
x

2x
=2 e
x

ex
2
x

Soal 6:
1) Jika y =

sin t 2 dt

v 1 e t
dt
u
t
v 1 e t

2) jika s =

3) jika s =

, tentukan dy/dx
, tentukan

s
v

dan

s
u

dt ; v = 2x dan u = x ; tentukan ds/dx

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 60

4) jika z =

cos x sin t

sin x

5) Tentukan dI/dx jika I =

dt ; tentukan dz/dx
x2

3x

( x t)

7. Aplikasi differensial Parsial dalam Problem Maksimum dan Minimum


Selain untuk menentukan slope dan laju aplikasi lain dari derivatif (penuruanan) adalah penentuan
titik maksimum dan minimum dari y = f(x) dengan setting dy/dx = 0. Dalam problem terapan seringkali, kita
harus menentukan maksimum dan minimum fungsi yang variabelnya lebih dari satu. Marilah kita bayangkan
z = f(x, y) yang menyatakan sebuah permukaan. Jika seandainya ada titik maksimum pada permukaan itu
(seperti puncak sebuah bukit), maka kurva untuk x = konstan dan y = konstan, yang melalui titik maksimum
juga mempunyai nilai maksima pada titik itu. Di titik maksimum itu berlaku z / dx dan z / y
harganya nol. Perlu diingat lagi, bahwa dy/dx adalah kondisi yang dibutuhkan untuk titik maksimum dari y =
f(x), tetapi itu tidak cukup; bisa jadi titik itu bukan titik maksimum, tetapi titik minimum atau titik belok dari
kurva y f(x). Sesuatu yang sama juga terjadi pada fungsi z = f(x , y). Titik dimana z / x = 0 dan
z / y = 0 dapat berupa titik maksimum, atau minimum, atau bisa jadi keduanya. [ Contoh menarik dari
sebuah titik yang dapat berupa maksimim dan sekaligus minimu adalah titik saddle (pelana kuda). Jika
pelana dilihat dari muka ke belakang ia mempunyai titik minimum, tetapi jika dilihat dari samping yang satu
ke samping yang lain, ia mempunyai titik maksimum]. Marilah sekarang kita bahas contoh soal maksimum
dan minimum.
Kita telah tahu bahwa untuk fungsi yang variabelnya cuma satu yaitu y = f(x) , maka y mempunyai harga ekstrim di x =
a, jika

dy
d2y
d2y
= 0 di x = a; ekstrimnya maksimum jika
< 0 dan minimum jika
> 0 di x = a.
dx
dx 2
dx 2
Selanjutnya jika fungsinya dua variabel, misal z = f(x, y), berlaku:

z mempunyai harga ekstrim di x,y = a,b atau a,b adalah titik ekstrim, jika dititik itu:

z
z
= 0 dan
= 0.

y
x
* Ekstrimnya maksimum jika di titik itu:
2 z
x 2

dan

2 z
y 2

keduanya negatif

* Ekstrimnya minimum jika di titik itu:


2 z
x 2

dan

2 z
y 2

keduanya positif

* Ekstrimnya minimum dan juga maksimum jika di titik itu:


2 z
x 2

dan

2 z
y 2

berlawanan tanda

Contoh 1:
Tentukan titik maksimum/minimum dari fungsi x2 + y2 + 2x + 3y + 25
Jawab:
z = x2 + y2 + 2x + 3y + 25
jadi:

z
= 0 2x + 2 = 0 x = 1
x

2 z
x 2
2 z
y 2

= 0 2y + 3 = 0 y = 3/2
= 2 jadi > 0
= 2 jadi > 0

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 61
Jadi z mempunyai titik minimum di (1, 3/2)

2w

Contoh 2:
Sebuah tenda kemah pramuka dengan volume
F
V (gambar 7.1) diletakkan di atas permukaan tanah.
Tenda itu dibuat tanpa lantai dengan bahan yang
sesedikit mungkin. Tentukan lebar 2w dan tinggi tenda
w tgD dinyatakan dalam .
Jawab: Kita harus membuatEagar jumlah luas bidangbidang pada tenda itu minimal, tetapi menghasilkan
volume V.

V = Luas ABED x tinggi tenda = 2w . . w tg


2w
A = 2 luas ABC + 2 luas BEFC = 2w2 tg +
cos

Gambar 7.1
Tampak bahwa masih ada variabel bebas penentu A yaitu w, dan . Kita upayakan agar variabelnya
tinggal dua, untuk itu dieliminir dengan memsubstitusikan dari V ke A, sehingga:
2V
A = 2 w2 tg + w csc
Sejarang kita mempunyai A sebagai fungsi w dan (Ingat V = konstan). Untuk meminimalkan A,
dikondisikan :
B
2V csc
A
= 0 4w tg
=0
w
w2
A
2V
= 0 2 w2 sec2
csc cot = 0

w
Solusi untuk w3 adalah:
V csc cot
V csc
w3 =
dan w3 =
2 tan
sec 2
Kombinasi keduanya menghasilkan:
cos
2 sin 2

cos cos 2
sin 2

Jadi:
cos 2 =

1
2

atau = 450

tg = 1

sehingga:

V=w

Dari A / w = 0 diperoleh lebar 2w = 2


Tinggi tenda = w tg = w =

2.

Soal 7:
Tentukan titik maksimum dan atau minimum fungsi berikut:
1) x2 + y2 + 2x 4y + 10 2) x2 y2 + 2x 4y + 10 3) 4 + x + y x2 xy y2
4) Diketahui z = (y x2) (y 2x2) . Buktikan bahwa z mempunyai maksimum maupun minimum di (0,0)
5) Dari reaksi A + B C, diketahui bahwa kecepatan reaksinya sebanding dengan kuadrat jumlah konsentrasi
reaktannya. Tentukan konsentasi reaktan yang menghasilkan kecepatan ekstrim.
6) Akan dibuat akuarium dengan volume 5000 liter. Tentukan proporsi ukuran yang paling ekonomis.
8. Problem Maksimum dan Minimum dengan Pembatas ; Multiplier Lagrange
Marilah kita perhatikan kasus berikut:
Contoh 1:
Sebuah kawat dilengkungkan sehingga membentuk kurva y = 1 x2. Seutas benang direntangkan dari titik
origin ke titik (x, y) yang terletak pada kurva. Tentukan (x, y) untuk meminimalkan panjang benang. Tentukan pula
jarak minimalnya.

Gambar 8.1

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 62
y
(x , y)
x

x 2 +y 2

Pada kasus ini kita hendak meminimalkan jarak d =


2

dari titik origin sampai ke titik (x , y) ; ini

adalah ekivalen dengan meminimalkan f = d = x + y . Tetapi, x dan y tidak saling bebas ; mereka dihubungkan oleh
persamaan kurva. Adanya hubungan tambahan di antara sesama variabel inilah yang dimaksud dengan pembatas.
Ada beberapa cara untuk menyelesaikan kasus di atas. Kita akan membahas tiga macam cara untuk
menyelesaikannya, yaitu : (a) eliminasi , (b) differensiasi implisit , (c) multiplier Lagrange.
(a) Metode Eliminasi
Dalam metode ini kita eliminir y dari f dan diganti dengan 1 x2 sehingga f yang akan diminimalkan adalah:
2

2 2

f = x + (1 x ) = x x + 1
Sekarang yang kita hadapi adalah kalkulus ordiner. Fungsi f akan minimum, jika:

df
= 4x 3 2x = 0 x = 0 atau x =
dx

1
2

Jadi ada tiga harga x yang memenuhi, dengan demikian kita dapat menghitung 3 harga y yang bersangkutan, sehingga
kita memperoleh 3 titik ekstrim yaitu (0, 1) ; (

1
, ) dan (
2

1
, ). Tetapi dari tiga titik itu masih belum jelas,
2

mana yang titik maksimum, mana yang minimum. Untuk itu kita turunan kedua:

d 2f

= 12 x 2 =
dx 2

( maksimum )
2 untuk x = 0

4 untuk x = 1/2 ( minimum)

4 untuk x = 1/2 (minimum)

Jadi minimum terjadi di titik x = +


Jarak minimumnya adalah =

1
dan y = atau (
2

x 2 +y 2

1 / 2 +1/3 =

1
, ) dan (
2

1
,)
2

3/ 4 .

(b) Metode Differensiasi Implisit


Jika seandainya solusi dengan cara di atas tidak dapat dilakukan, kita masih dapat menyelesaikan dengan cara
2

berikut. Dari f = x + y , kita peroleh:


df = 2x dx + 2y dy

dy
df
= 2x + 2y
dx
dx

(8-1)

Dari y = 1 x2 , kita peroleh:


dy = 2x dx dy/dx = 2y
Substitusi dy/dx ke dalam (8-1) diperoleh:

df
= 2x 4xy
dx
Agar f minimal, maka df/dx = 0, jadi:
2x 4xy = 0
Selanjutnya persamaan itu diselesaikan secara simultan dengan y = 1 x2. Dan hasilnya adalah:
x = 0 atau x = + 1 / 2 . Tes minimum dan maksimumnya dilakukan dengan menurunkan lagi (8-1):

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 63
d 2f

dy

=2+2

dx
dx 2

+ 2y

d2y
dx 2
2

Untuk x = 0, diperoleh y = 1, dy/dx = 2x = 0 dan d y/dx = 2


, Jadi:
d 2f
dx 2

= 2 + 2 . 0 + 2y . 2 = 2 4y = 2 4 = 2.

Jadi di x = 0 dan y = 1, fungsi f maksimum.


Untuk x = +
, Jadi:

1 / 2 diperoleh y = , dy/dx = 2x = 2

d 2f
dx 2

Jadi di titik (

, d y/dx = 2

= 2 + 2 . 2 + 2y . 2 = 2 + 4 2 = 4

1
, ) dan (
2

Jarak minimumnya adalah =

1
, ), fungsi f minimum.
2
x 2 +y 2

1 / 2 +1/3 =

3/ 4 .

Kita dapat menyelesaikan soal dengan variabel yang lebih banyak, dengan cara seperti yang kita
gunakan untuk menyelesaikan contoh 1. Marilah kita bahas contoh berikut.
Contoh 2:

Tentukan jarak terpendek dari titik origin ke bidang x 2y 2 z = 3.


Jawab:
Kita ingin meminimalkan d =

x 2 + y 2 +z 2

dari titik origin ke titik (x, y, z) pada bidang. Ini sama dengan

d 2 =x 2 + y 2 +z 2

meminimalkan f =
dari titik origin ke titik (x, y, z) pada bidang x 2y 2 z = 3. Untuk ini salah
satu variabel (misal x) dieliminir sehingga:
2

f = (3 + 2y + 2z) + y + z
Ini adalah fungsi dengan 2 variabel yaitu y dan z, jadi f ekstrim jika: f / y =0 dan f / z =0 .

f
= 2(3 + 2y + 2z ) . 2 + 2y = 12 + 10y + 8 z = 0

f
= 2(3 + 2y + 2z ) . 2 + 2z = 12 + 8 y + 10 z = 0

Dari solusi dua persamaan di atas diperoleh y = z = 2/3. Selanjutnya dari persamaan bidang x = 1/3. Jadi:
fekstrim = (1/3)2 + (2/3)2 + (2/3)2 = 1 dekstrim = 1 = 1
Kita masih harus menguji benarkah harga ekstrimnya minimal. Untuk itu kita lihat :
2 f
y 2
2 f

z 2

Karena

2 f

= 10
=8
2 f

dan
keduanya positif , maka harga ekstrimnya minimum, jadi:
y 2
z 2
dmin = 1.

(c) Multiplier Lagrange


Metode (a) dan (b) dapat melibatkan sejumlah besar langkah-langkah aljabar jika fungsinya rumit. Sekarang
akan gunakan cara yang singkat yaitu dengan menggunakan metode multiplier Lagrange. Secara umum metode ini
digunakan apabila kita ingin menentukan maksimum atau minimum fungsi f(x , y) sedang x dan y dihubungkan oleh
persamaan ( x , y) = konstan, sehingga sesungguhnya f adalah fungsi variabel tunggal (katakan x). (Pada contoh 1, =
x2 + y = 1, pada contoh 2, = x 2y z = 3) Untuk menentukan titik maksimum atau minimum, kita harus
menyelesaikan df/dx = 0 atau df = 0 sebagaimana dalam (8-1). Karena = konstan, tentu saja d = 0.

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 64
f
f
df =
dx +
dy =0 ,
x
y

(8-2)

d=
dx +
dy =0 ,
x
y

Dalam metode (b) kita menyelesaikan d/dx (dalam hal ini dy/dx) kemudian mensubstitusikannya ke dalam df; hal ini
sering melibatkan aljabar yang rumit. Sebagai gantinya kita akan mengalikan persamaan d dengan ( inilah yang
disebut multiplier Lagrange ) dan menambahkannya ke dalam persamaan df, sehingga kita mempunyai:
f

f
+

dx +
(8-3)
y + y
dy =0

Sekarang kita tentukan bahwa:


f

(8-4)
y + y
=0

Sehingga dari (8-3) dan (8-4) diperoleh:


f
+

=0
x
x

(8-5)

Sekarang, persamaan (8-4) , (8-5) dan ( x , y) dapat diselesaikan untuk menentukan x, y dan yang belum diketahui.
Sebenarnya kita tidak membutuhkan nilai , tetapi nilai diperlukan untuk memperoleh x dan y yang kita inginkan.
Perlu diketahui bahwa persamaan (8-4) dan (8-5) adalah persamaan yang secara tepat akan kita tulis, jika kita
mempunyai fungsi dua variabel x dan y, yaitu:
F(x , y) = f(x , y) + (x , y)
(8-6)
dan kita ingin mencari nilai maksimum dan minimumnya. Kenyataannya, sudah tentu bahwa x dan y tidaklah saling
bebas ; mereka dihubungkan oleh persamaan . Namun, (8-8) memberi kita jalan yang mudah untuk mendapatkan (8-4)
dan (8-5). Jadi kita dapat menyatakan metode multiplier Lagrange dengan pernyataan berikut:
Untuk mendapatkan nilai maksimum atau minimum f(x, y) manakala x dan y
dihubungkan oleh persamaan (x , y) = konstan, buatlah fungsi F(x , y)
sebagaimana dalam (8-6) dan buatlah agar dua buah differensial parsial dari F sama
dengan nol [ persamaan (8-4) dan (8-6). Kemudian selesaikan kedua persamaan
dan persamaan (x, y) = konstan tersebut untuk menentukan x, y dan .

(8-7)

Sebagai ilustrasi kita akan menggunakan metode multiplier Lagrange ini untuk menyelesaikan contoh 1.
2

f(x , y) = x + y ,
(x , y) = y + x = 1
dan kita tuliskan persamaan untuk meminimalkan:
2

F(x , y) = f + = x + y + ( y + x ),
yaitu:

F
=2x +. 2x = 0 ,
x

(8-8)

F
=2y + = 0
y
2

Kita selesaikan (8-8) secara simultan dengan = y + x . Maka akan kita peroleh :
Dari (8-8) yang pertama diperoleh x = 0 atau = 1. Dengan x = 0, maka menghasilkan y = 1. Dan dari y = 1 ini (8-8)
yang kedua menghasilkan = 2. Jika kita gunakan = 1, persamaan (8-8) yang kedua akan menghasilkan y = .
Jika y = ini kita masukkan ke dalam , maka kita akan peroleh x = + 1 / 2 . Hasil ini persis sama dengan yang
sudah kita peroleh sebelumnya.
Multiplier Lagrang akan sangat bermanfaat apabila kita harus menyelesaikan problem maksimu minimum
yang sulit, seperti contoh berikut:
Contoh 3:
Sebuah balok dengan volume 8 xyz. Tentukan volume maksimalnya engan ketentuan
x2
a2

Jawab:

y2
b2

z2
c2

=1

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 65

Dalam kasus ini f (x , y, z) = 8 xyz dan ( x , y, z ) =

x2
a2

y2
b2

z2
c2

=1 sehingga dengan metode multiplier

Lagrange kita tulis:


F (x , y, z) = f + = 8 xyz +

x2

y2

z2

a 2 b2 c2
Selanjutnya kita tentukan tiga buah differesial parsialnya yang masing-masing harus = nol, yaitu:
F
2x
=8 yz +.
=0
x
a2
2y
F
=8 xz +.
y
b2

=0

F
2z
=8 xy +.
=0
z
c2

Selanjutnya ketiga persamaan di atas bersama dengan persamaan kita selesaikan secara simultan untuk menentukan x,
y, z dan . ( Meskipun kita tidak harus menghitung , tetapi akan lebih mudah jika hitung lebih dulu). Kalikan
persamaan pertama dengan x, kedua dengan y dan ketiga dengan z, kemudian dijumlahkan, sehingga diperoleh:
2

y
x
z
3 . 8xyz + 2 2 + 2 + 2 = 0
a
b
c

x2 y2 z2
Karena 2 + 2 + 2 = = 1, maka :
b
c
a

24xyz + 2 = 0
atau = 12 xyz
Substitusi ke dalam F / x , menghasilkan:
2x
2x
8yz 12 xyz . 2 = 0
8 12 x 2 = 0
a
a
Analog dengan cara di atas, diperoleh:
y=b

1
3

dan

z=c

x=a

1
3

1
3

Jadi volume balok:


V = 8 xyz =

8abc

3 3
Contoh 3 di atas menunjukkan bahwa metode multiplier Lagrange dapat digunakan untuk menentukan
maksimum-minimum fungsi yang variabelnya banyak. Untuk langkah-langkahnya adalah:
Untuk menentukan maksimum-minimum fungsi f(x , y, z) yang dibatasi oleh (x ,
y, z) = konstan, kita buat fungsi F = f + dan kita tulis ketiga differensial
parsialnya yang masing-masing harus = 0. Ketiga persamaan ini kita selesaikan
secara simultan bersama = konstan untuk memperoleh , x, y dan z. ( Untuk
problem yang variabelnya lebih dari 3 , akan dihasilkan persamaan yang lebih
banyak lagi, tetapi metodenya tetap sama).

(8-9)

Kita juga dapat menggunakan metode multiplier Lagrange untuk menentukan maksimum-minimum fungsi f yang
dibatasi oleh dua buah persamaan . Jika ada dua pembatas yaitu 1 = konstan dan 2 = konstan, maka langkahlangkahnya adalah:
Untuk menentukan maksimum-minimum fungsi f(x , y, z) yang dibatasi oleh 1(x ,
y, z) = konstan dan 2(x , y, z) = konstan, kita buat fungsi:
F = f + 11+ 22 dan kita tulis ketiga differensial parsialnya yang masingmasing harus = 0. Ketiga persamaan ini kita selesaikan secara simultan bersama 1

(8-10)

Mat-Kim/Diff. Parsial/ 66

dan 2 untuk memperoleh 1 , 2 , x, y dan z.


Contoh 4:
Tentukan jarak minimal dari origin sampai ke perpotongan antara 7x + 24z = 0 dengan xy = 6.
Jawab:
2

Kita akan meminimalkan f = x + y + z yang dibatasi oleh 2 buah kondisi yaitu 1 = 7x + 24z dan 2 = xy = 6.
Kita tulis dulu:
2

F(x, y, z) = f + 11 + 22 = x + y + z + 1 (7x + 24 z) + 2 (xy)


Ketiga differensial parsialnya adalah:
Differensial parsial terhadap x 2x + 7 1 + 2y = 0
Differensial parsial terhadap x 2y + 2x = 0
Differensial parsial terhadap x 2z + 24 1 = 0
Persamaan-persamaan di atas dapat diselesaikan bersama dengan 1 = 7x + 24 z = 0 dan 2 = xy = 6 sehingga
menghasilkan :
x = + 12/5
y = + 5/2
z = 7/10
Jadi jarak minimum :
5
d = x 2 + y 2 +z 2 =
= 3,54
2
Soal 8:

1) Tentukan luas maksimum yang ditunjukkan oleh gambar berikut, jika keliling-luarnya = 100 cm
s

2) Tentukan titik pada 2x + 3y + z = 11 yang membuat f = 4x + y + z menjadi minimum.


3) Tentukan jarak terpendek dari titik origin ke perpotongan garis 2x + y z = 1 dan x y + z = 2
4) Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan adalah v = k x y z dengan k tetapan laju reaksi pada
2

temperatur tertentu, sedang x, y dan z adalah konsentrasi reaktan. Jika x + y + z = 1 M , tentukan laju reaksi
maksimum.
===000===

Anda mungkin juga menyukai