Subjective
Pada tanggal 10 Juli 2013, pukul 18.40, bayi lahir secara spontan, jenis kelamin laki-laki, apgar score 8/9/10, berat badan 2500 gram, panjang badan 43 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar dada 28 cm, dengan air ketuban jernih, anus (+), cacat (-). Usia di dalam kandungan: 38 mgg. Nama ibu: Ny.Mukayah
Objective
Menangis kuat, gerakan aktif Vital sign : Suhu : 36,1C Nadi : 142 kali/menit RR : 34 kali/menit Kepala: Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-), dispneu (-) Caput suksadeneum (-) Cephalhematom (-) Toraks: Simetris, retraksi dinding dada (-) Jantung : bunyi jantung I>II, regular Paru : rhonki (-), wheezing (-) Abdomen : soefl, bising usus (+), hepar/lien tidak teraba, tali pusat segar (+) Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-) Genital: Laki-laki , anus (+)
Apgar score
2 2 2 0 01 2
10
Bagian ventral penis, tampak OUE di perbatasan antara frenulum dan glans penis
Assessment
Neonatus Aterm Susp Hipospadia Anterior Susp Undesensus Testis
Planning
Planning diagnostik
Cek OUE dgn menggunakan sonde secara hati-hati USG Abdomen
Planning terapi:
Injeksi Neo K 0.5 mg Resusitasi ASI/PASI ad libitum Termoregulasi
Planning monitoring:
Keadaan umum Vital sign Urin yang keluar
S
- Menangis kuat (+) - Gerak aktif (+) - Minum PASI banyak - Muntah (-) - BAB (+), berwarna kehitaman - BAK (+)
O
- Tanda vital: Suhu: 36,5C Nadi: 148 kali/menit RR: 40 kali/menit - Kepala: Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-), dispneu (-) Caput suksadeneum (-) Cephalhematom (-) - Toraks: Simetris, retraksi dinding dada (-) Jantung: BJ I>II, regular Paru: rhonki (-), wheezing (-) - Abdomen: Soefl, bising usus (+), tali pusat segar (+) - Ekstremitas: Akral hangat, sianosis (-)
A
- Neonatus aterm -Susp Hipospadia anterior -Susp Undesensus Testis
P
- Planning terapi: * ASI/PASI ad libitum *Termoregulasi - Planning monitoring: *Keadaan umum *Vital sign *Urin yg keluar
S
- Menangis kuat (+) - Gerak aktif (+) - Minum PASI banyak - Muntah (-) - BAB (+), berwarna kecoklatan - BAK (+)
O
- Tanda vital: Suhu: 36,9C Nadi: 132 kali/menit RR: 32 kali/menit - Kepala: Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-), dispneu (-) Caput suksadeneum (-) Cephalhematom (-) - Toraks: Simetris, retraksi dinding dada (-) Jantung: BJ I>II, regular Paru: rhonki (-), wheezing (-) - Abdomen: Soefl, bising usus (+), tali pusat segar (+) - Ekstremitas: Akral hangat, sianosis (-)
A
- Neonatus aterm -Susp Hipospadia anterior -Susp Undesensus Testis
P
- Planning terapi: * ASI/PASI ad libitum *Termoregulasi - Planning monitoring: *Keadaan umum *Vital sign *Urin yg keluar
HIPOSPADIA
Definisi
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular hingga perineal.
Epidemiologi
Di Indonesia, berdasarkan data dari BPS thn 2000, rasio hipospadia 1:300-350
Etiologi
Produksi hormon androgen abnormal Perbedaan sensitivitas terhadap hormon androgen pada jaringan yang berhubungan, misalnya tuberkulum genital Hormon estrogen dari lingkungan
Klasifikasi
Anterior
(50%)
Midkorpus Proksimal Penil Glanular Koronal
Tengah (30%)
Posterior (20%)
Patofisiologi
Etiologi : - Produksi hormon androgen abn - Perbedaan sensitivitas terhadap hormon androgen pada jaringan yang berhubungan, misalnya tuberkulum genital - Hormon estrogen dari lingkungan Ggn. pertumbuhan uretra di minggu ke-8 smp ke-20 kehamilan Uretra tumbuh dari proksimal menuju ke korona glans penis. Uretra distal akan berjalan kearah proksimal, kemudian bagian proksimal dan distal akan bersatu membentuk kanalisasi di bag. korona Hipospadia
Prepusium normal terdiri dari kulit dan mulai dari proksimal glans penis dan berkembang secara melingkar (circumferential) meliputi seluruh glans penis. Kegagalan kanalisasi uretra akan menghalangi proses pembentukan prepusium di ventral sehingga terjadilah dorsal hood prepusium.
Gambaran Klinis
Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus Preputium (kulup) tidak ada di bagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis OUE terletak dibawah atau didasar penis Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar Kelengkungan penis kearah ventral Kulit penis bagian bawah sangat tipis Tunika dartos, fascia buch dan korpus spongiosum tidak ada Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis Jika berkemih, anak harus duduk Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum) Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal
Diagnosis
Anamnesis
Jika berkemih anak harus duduk
Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan tambahan - USG dan BNO-IVP mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.
- Jarang dilakukan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipospadia adalah secara operatif. Tujuan fungsional terapi hipospadia adalah :
Kosmetik penis ; sehingga fungsi miksi dan fungsi seksual normal (ereksi lurus dan pancaran ejakulasi kuat)
Penis dapat tumbuh dengan normal Tahapan-tahapan rekonstruksi adalah Melakukan koreksi korde (ortoplasti) Membuat neouretra dari kulit penis (uretroplasti), Membuat glans.
American Academy of Pediatrics merekomendasikan usia 612 bulan sebagai usia ideal untuk pelaksanaan operasi hipospadia. Faktor- faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan waktu operasi hipospadia antara lain agar tidak mengganggu kegiatan belajar, risiko tindakan anestesi, ukuran penis, dan efek psikologis tindakan operasi.
Teknik pembedahan
Komplikasi Pembedahan : - Fistula -Stenosis meatus - Striktur - Divertikula
UNDESENSUS TESTIS
Definisi
Kriptorkismus murni suatu keadaan dimana setelah usia satu tahun, satu atau dua testis tidak berada di dalam kantong skrotum, tetapi berada di salah satu tempat sepanjang jalur penurunan testis yang normal. Testis ektopik Bila di luar jalur normal Pseudokriptorkismus atau testis retraktil Testis terletak di jalur normal tetapi tidak di dalam skrotum dan dapat didorong masuk ke skrotum serta naik lagi bila dilepaskan
Epidemiologi
Insiden 1 : 20.000 bayi neonatus Insiden pada bayi prematur (21%), bayi aterm (4,3%).
Etiologi
Abnormalitas gubernakulum testis
Defek intrinsik testis
Testis di dalam abdomen Suhu di rongga abdomen 100C lebih tinggi daripada suhu di dalam skrotum Kerusakan sel-sel epitel germinal testis
Akibat lain yang ditimbulkan dari letak testis yang tidak berada di skrotum adalah : - Mudah terpuntir (torsio), - Mudah terkena trauma, dan - Lebih mudah mengalami degenerasi maligna
Klasifikasi
Etiopatogenesis
Mekanis/ anatomik
Lokasi
Supraskrotal (40%)
Endokrin/ hormonal
Intrakanalikular (20%)
Intraabdominal (10%)
Herediter/ genetik
Terobstruksi (30%)
Faktor Risiko
BBLR (< 2500mg) Ibu yang terpapar estrogen selama trimester pertama Kelahiran ganda (kembar 2, kembar3) Lahir prematur ( umur kehamilan < 37 minggu) Berat janin yang dibawah umur kehamilan Mempunyai ayah atau saudara dengan riwayat UDT
Diagnosis
Anamnesis
Anak : ortu menemukan testis (-) dlm skrotum Dewasa : infertilitas, ada benjolan di perut bagian bawah, nyeri testis
Pemeriksaan Fisik
Penentuan lokasi testis Penentuan apakah testis palpable
Pemeriksaan Penunjang
Tes HCG USG Abdomen MRI Laparoskopi
Diagnosis Banding
Testis retraktil Anorkismus Testis atrofi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Testis yang tidak berada di skrotum harus diturunkan ke tempatnya (Medikamentosa/ Pembedahan) Jika dibiarkan, testis tidak dapat turun sendiri setelah usia 1 tahun sedangkan setelah 2 tahun terjadi kerusakan testis yang cukup bermakna, maka saat yang tepat untuk melakukan terapi adalah pada usia 1 tahun.
Medikamentosa
Hormonal Terapi dapat segera dimulai setelah usia 9 bulan
Human chorio gonadotropic hormone (HCG) Luteinizing-hormone-releasing-hormone (LHRH) Kombinasi LHRH dengan HCG
Operatif
Tujuan operasi pada kriptorkismus adalah :
Mempertahankan fertilitas Mencegah timbulnya degenerasi maligna Mengurangi resiko cidera khususnya bila testis terletak di tuberkulum pubik Mencegah kemungkinan terjadinya torsio testis Melakukan koreksi hernia Psikologis
Operasi yang dikerjakan adalah orkidopeksi yaitu meletakkan testis ke dalam skrotum dengan melakukan fiksasi pada kantong sub dartos.