Anda di halaman 1dari 16

PEMBAHASAN

2.1.

Definisi Hipertensi Dalam Kahamilan Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension.hiper artinya tekanan yang berlebihan dan tension artinya tensi.hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan diastoliknya lebih besar dari 120 mmHg.(Ai Yeye Rukiyah.2010) Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosa hipertensi harus bersifat spiesifik usia. Pada umumnya, tekanan yang dianggap optimal adalah < 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik, sementara tekanan yang dianggap hipertensif adalah > 140 mmHg untuk sistolik dan 90 mmHg untuk diastolik. Hipertensi merupakan tekanan darah yang dipompa jantung, mengalir cepat sehingga menekan dinding arteri dalam pembuluh darah. Umumnya hipertensi jika pada pemeriksaan: tekanan darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik yang biasa ditulis 140/90 mmHg Hipertensi karena kehamilan yaitu hipertensi yang tejadi karena atau pada saat kehamilan dapat mempengaruhi kehamilan itu.

2.2.

Sebab Terjadinya Hipertensi Dalam Kehamilan Penyebab Hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah :

1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot

arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. 2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel a) Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas

Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima electron atau atom/molekul yang mempunyai electron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah, maka dulu hipertensi dalam kehamian disebut toxaemia. Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan. b) Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, missal vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang relative tinggi. Perksidan lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak. c) Disfungsi sel endotel

Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut disfungsi endotel. 3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinaya reaksi inflamasi.

4. Teori adaptasi kardiovaskular Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang sehinggapembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipert ensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan. 5. Teori defisiensi gizi Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah dilakukan di inggris ialah penelitian tentang pengaruh diet pada preeklampsia beberapa waktu sebelum pecahnya Perang Dunia ke II. Suasana serba sulit mendapat gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan kenaikan insiden hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termaksud minyak hati halibut dapat mengurangi risiko preeclampsia. 6. Teori inflamasi Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga msih

dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, dimana ada preeklampsia terjadi peningkatan stresoksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif kan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofobls juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi juh lebih besar, dibanding reaksi inflamsi pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan mengaktifasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala pada preeklampsia pada ibu.

2.3. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan Hipertensi dalam kehamilan sebagai komplikasi kehamilan

a. Preklamsia. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria preklamsia juga terbagi yakni preklamsia ringan dan preklamsia berat. b. Eklamsia Eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita preeklampsia, yang juga dapat disertai koma. Hipertensi kronik Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan. Hipertensi dalam kehamilan sebagai akibat dari hipertensi menahun atau superimposed preklamsia dan eklamsia. Gestasional hepertension Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.

2.4. Pencegahan Penyakit Hipertensi Dalam Kehamilan Pencegahan kejadian hipertensi dalam kehamilan secara umum agar

menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah kearah gaya hidup sehat,tidak terlalu banyak fikiran,mengatur diet pola makan seperti rendah garam rendah kolesterol,dan lemak jenuh,meningkatkan komsumsi buah dan sayuran, tidak mengkomsumsi alkohol dan rokok, Lakukan kontrol rutin terhadap kehamilan ibu dan ikuti petunjuk yang disarankan oleh dokter 2.5. Pengobatan Penyakit Hipertensi Dalam Kehamilan Apabila ibu hamil mengalami hipertensi maka dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu wawancara (anamnesa)kemudian dilakukan pemeriksaan fisik,pemeriksaan laboratorium,pengobatan nonfarmakologik, mengurangi berat badan bila berlebihan ,membatasi alcohol dan menghentikan rokok, menghentikan mengkomsumsi kopi yang berlebihan,berolahraga ringan, mengurangi asupan natrium,mempertahankan asupan kalsium dan magnesium adekuat perbanyak unsure kalium tidak stress dan istrahat yang cukup. Dianjurkan minum obat yang tidak banyak efek samping misalnya jenis obat hydralazin yang efektif untuk hipertensi dalam kehamilan, cara kerja obat ini langsung pada pembulu darah,

REPUBLIKA.CO.ID, Jurnal American Academy of Neurology belum lama ini memuat penelitian yang melihat adanya kaitan antara hipertensi yang dialami ibu hamil dengan tingkat kecerdasan anak yang dilahirkan. Untuk sampai pada kesimpulan tersebut, peneliti menguji kemampuan kognitif 400 pria di usia 20 tahun. Lantas, mereka diuji lagi saat berusia rata-rata 69 tahun. Responden yang ibunya mengalami hipertensi semasa hamil tampak mencetak skor lebih rendah di tiap tahapan usia. Mereka juga mengalami penurunan nilai IQ yang lebih besar di usia lanjut. Fenomena itu kemungkinan besar terjadi karena hipertensi berdampak negatif pada kondisi di dalam kandungan sehingga pertumbuhan janin pun terganggu. Penulis laporan ilmiah tersebut, Katri Raikonen, menjelaskan, hipertensi dan kondisi terkait, seperti preeklampsia, menimbulkan komplikasi pada 10 persen ibu hamil. Kondisi itu dapat memengaruhi kandungan. Penelitian kami menunjukkan, penurunan kemampuan berpikir di usia senja kemungkinan berasal dari peristiwa di masa janin, saat mayoritas perkembangan fungsi dan struktur otak berlangsung. Penelitian tersebut merupakan riset pertama yang menunjukkan kemungkinan efek jangka panjang terhadap kemampuan kognitif. Penelitian lain telah mengungkapkan, anak yang lahir dari ibu yang mengalami tekanan darah tinggi semasa hamil kelak memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung dan stroke. Penelitian terbaru ini sekaligus menjadi pengingat pen tingnya pemantauan tekanan darah dan terapi hipertensi di masa kehamilan, komentar Prof Jeremy Pearson dari British Heart Foundation, seperti dikutip bbc.co.uk. Sementara itu, peneliti dari Mayo Clinic belum lama ini mempresentasikan penelitiannya pada American Society of Nephrology. Mereka mengembangkan alat tes yang dapat memprediksikan kemungkinan terjadinya preeklampsia pada ibu hamil. Pengujian dilakukan dengan melihat keberadaan sel spesifik yang ada di ginjal pada urine 300 responden. Dari 15 ibu hamil yang mengalami preeklampsia, semuanya positif memiliki sel tersebut pada urinenya. Preeklampsia merupakan kelainan yang terjadi di ujung masa kehamilan dan ditandai dengan naiknya tekanan darah serta kelebihan protein pada urine. Pengembangan alat tes yang akurat akan sangat bermanfaat, komentar Ann Marie Barnard selaku ketua pelaksana Kelompok Aksi Preeklampsia. Berdasarkan pemantauan Kelompok Aksi Preeklampsia, terlihat banyak perempuan yang takut hamil lagi setelah mengalami preeklampsia. Jumlahnya cukup signifikan. Sebanyak 1.500 perempuan menghubungi nomor bantuan yang disediakan kelompok tersebut. Mereka menyatakan kekhawatirannya untuk kembali mengandung karena kandungannya berakhir tragis akibat preeklampsia. Tetapi, banyak juga yang memilih menjalani kehamilan berikutnya, ungkap Barnard. Redaktur : Endah Hapsari Tweet 1.093 reads Share

Berita Terkait: 4 Penyakit yang Bikin Pria 'Padam' Ingin Terhindar Diabetes dan Hipertensi? Ini Tipsnya Ini Bahaya Terlalu Banyak Konsumsi Makanan Asin dan Manis Alami Hipertensi dan Obesitas, Apa yang Harus Dilakukan? Mayoritas Pengguna Terminal Kampung Rambutan Hipertensi Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur(HR. Thabrani) VIDEO TERKAIT:

Hipertensi Intai Anak Muda

BAB 1 Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 persen kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/ kesakitan pada ibu (termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru), gagal ginjal akut, dan penggumpalan/ pengentalan darah di dalam pembuluh darah) serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/ plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur). Selain itu, hipertensi pada kehamilan juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu. Hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu:
1. Hipertensi kronik: hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang

diukur setelah beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi duduk) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu. usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam air seni (proteinuria). Eklamsia: preeklamsia yang disertai dengan kejang. pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil.

2. Preeklamsia-Eklamsia: peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah

3. Preeklamsia superimposed pada hipertensi kronik: preeklamsia yang terjadi 4. Hipertensi gestasional: hipertensi pada kehamilan yang timbul pada trimester

akhir kehamilan, namun tanpa disertai gejala dan tanda preeklamsia, bersifat sementara dan tekanan darah kembali normal setelah melahirkan (postpartum). Hipertensi gestasional berkaitan dengan timbulnya hipertensi kronik suatu saat di masa yang akan datang.

Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 5% dari seluruh kehamilan, 10% pada kehamilan anak pertama, dan 20-25% pada perempuan hamil dengan riwayat hipertensi kronik sebelum hamil. Faktor risiko ibu untuk terjadinya preeklamsia antara lain meliputi kehamilan pertama, pasangan/ paternitas baru, usia lebih muda dari 18 tahun atau lebih tua dari 35 tahun, riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, riwayat keluarga dengan preeklamsia, obesitas/ kegemukan, dan selang waktu jarak antar kehamilan kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun.

Dasar penyebab preeklamsia diduga adalah gangguan pada fungsi endotel pembuluh darah (sel pelapis bagian dalam pembuluh darah) yang menimbulkan vasospasme pembuluh darah (kontraksi otot pembuluh darah yang menyebabkan diameter lumen pembuluh darah mengecil/ menciut). Perubahan respons imun ibu terhadap janin/ jaringan plasenta (ari-ari) diduga juga berperan pada terjadinya preeklamsia. Kerusakan endotel tidak hanya menimbulkan mikrotrombosis difus plasenta (sumbatan pembuluh darah plasenta) yang menyebabkan plasenta berkembang abnormal atau rusak, tapi juga menimbulkan gangguan fungsi berbagai organ tubuh dan kebocoran pembuluh darah kapiler yang bermanifestasi pada ibu dengan bertambahnya berat badan ibu secara cepat, bengkak (perburukan mendadak bengkak pada kedua tungkai, bengkak pada tangan dan wajah), edema paru, dan/ atau hemokonsentrasi (kadar hemoglobin/ Hb lebih dari 13 g/dL). Plasenta yang tidak normal akibat mikrotrombosis difus, akan menurunkan aliran darah dari rahim ke plasenta. Hal tersebut akan memengaruhi kehidupan janin dan bermanifestasi secara klinis dalam bentuk pertumbuhan janin terhambat di dalam kandungan/ rahim dan oligohidramnion (cairan ketuban sedikit). Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di dalam tulisan di atas, pemeriksaan kehamilan secara berkala sangat penting pada semua ibu hamil untuk mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan sehingga dapat diberikan tatalaksana yang tepat. Lebih lanjut, perempuan yang menderita hipertensi pada kehamilan memerlukan tindak lanjut medis atau dimonitor kondisi medisnya setelah melahirkan. Hipertensi atau tinggi nya tekanan darah yang terjadi pada masa kehamilan bisa membahayakan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Hipertensi biasanya terjadi pada kehamilan pertama, kehamilan dibawah usia 20 tahun dan diatas 40 tahun, pada wanita yang menderita obesitas, serta janin kembar. Dampak paling berbahaya yang ditimbulkan oleh hipertensi yaitu preeclampsia, yang bisa mengancam keselamatan ibu dan bayi.

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) adalah tekanan yang diakibatkan dari aliran darah yang dipompa oleh jantung, mengalir cepat sehingga menekan dan merusak dinding arteri pada pembuluh darah. Seseorang dikatakan memiliki hipertensi jika pada pemeriksaan, tekanan darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik yang biasa ditulis 140/90 mmHg. Kelebihan berat badan, sensitifitas garam, konsumsi alkohol, kebiasaan hidup tidak sehat dan faktor keturunan adalah beberapa faktor penyebab munculnya masalah hipertensi.

Ada banyak kasus dimana wanita hamil dengan hipertensi mampu menjaga kehamilan sampai dengan kelahiran dengan selamat. Dengan bantuan medis selama kehamilan, komplikasi selama kehamilan dapat dicegah. Bagaimanapun juga, hipertensi selama kehamilan selalu dibutuhkan perhatian khusus. Wanita hamil yang menderita hipertensi dimulai sebelum hamil, memiliki kemungkinan komplikasi pada kehamilannya lebih besar dibandingkan dengan wanita hamil yang menderita hipertensi ketika sudah hamil. Karena beberapa wanita hamil memiliki kemungkinan menderita hipertensi selama kehamilan karena beberapa faktor. Banyak akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipertensi. Resiko terbesar hipertensi pada wanita hamil adalah kerusakan pada ginjal. Pada kasus yang lebih serius, ibu bisa menderita preeclampsia atau keracunan pada kehamilan, yang akan sangat membahayakan baik baik ibu maupun bagi janin. Selain itu hipertensi bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah, stroke, dan gagal jantung di kemudian hari. Preeclampsia dimulai pada kehamilan minggu ke-20, sebagai akibat dari hipertensi. Berpengaruh pada ginjal dan pengeluaran protein melalui urin, juga mempengaruhi otak, placenta dan hati (liver). Pada janin, preeclampsia bisa menyebabkan berat badan lahir rendah, keguguran, dan lahir prematur. Berdasarkan penelitian, preeclampsia menjadi penyebab terbesar nomer 2 pada kasus keguguran atau kematian janin. Gejala-gejala yang ditimbulkan berupa sering pusing, penglihatan yang kabur dan sensitif terhadap sinar, juga proteinuria (protein pada urin) pada pemeriksaan laboratorium. Sejauh ini tidak ada penanganan khusus untuk preeclampsia, satu-satunya jalan adalah menjaga kehamilan tetap sehat sehingga janin bisa lahir dengan selamat. Maka itu, dianjurkan untuk calon ibu merencanakan kehamilannya. Selalu periksa tekanan darah, sehingga selalu tetap normal dan tetap terkontrol, jauhi narkoba, alkohol, dan rokok. Jika terpaksa harus mengkonsumsi obat, selalu konsultasikan dengan dokter kandungan anda.

BAB 11

HIPERTENSI PADA IBU HAMIL 1 Definisi

Hipertensi: Kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg/lebih atau kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg diatas tekanan dasar. Peningkatan MAP > 20 mmHg/ jika tekanan darah sebelumnya tidak diketahui, MAP sebesar 105 mmHg. Peningkatan darah terjadi minimal dengan 2 kali pemeriksaan, jarak 4 6 jam, dengan teknik dan alat yang standar. Hipertensi sementara perkembangan hipertensi selama masa hamil/24 jam I nifas tanpa ada tanda preeklampsia. Hipertensi kronis hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan/sebelum gestasi 20 minggu. Atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan Preeklampsia Kondisi spesifik kehamilan, hipertensi terjadi setelah minggu ke 20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Merupakan penyakit vasospastik yang ditandai dengan hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Akan tetapi yang dibahas dalam makalah ini hanya hipertensi yang timbul pada saat hamil. Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan kadang-kadang disertai proteinuria, oedema, convulsi, coma, atau gejala-gejala lain. Klasifikasi menurut American Committee and Maternal Welfare: Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah preeklamsi dan eklamsi. Diagnosa dibuat atas dasar hipertensi dengan proteinuri atau oedema atau keduaduanya pada wanita hamil setelah minggu 20.

Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum kehamilan atau penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hipertensi ini tetap setelah kehamilan berakhir. dengan hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dengan kehamilan, dengan gejala-gejala hipertensi naik, proteinuri, oedem dan kelainan retina. 2. Transient hypertension. Diagnosa dibuat kalau timbul hipertensi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari nifas pada wanita yang tadinya normotensif dan yang hilang dalam 10 hari post partum. Hipertensi pada saat kehamilan yang dibahas dalam makalah ini adalah hipertensi akut, karena hanya muncul pada saat hamil, dan sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. 2.2 Etiologi Hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita yang :
1. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali 1. Preklamsi dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis. Pasien

1. Hypertensi yang kronis.

kembar atau mola hidatiosa 3. Sudah mengidap penyakit vascular 4. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil 2.3 Patofisiologi Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama kali dianjurkan oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembulhpembuluh darah halus dibawah kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari perubahan-perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena. Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah. Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahanperubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel. Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit dan fibrinogen, mengendap di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan

2. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada kehamilan

perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ lain yang kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang berat. 2.4 Manifestasi (gejal ) klinis Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain : 1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg 2. Proteinuria samar sampai +1 3. Peningkatan enzim hati minimal Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain:
1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih 2. Proteinuria + 2 persisten atau lebih 3. Nyeri kepala 4. Gangguan penglihatan 5. Nyeri abdomen atas 6. Oliguria (jarang kencing) 7. Kejang 8. Kreatinin meningkat 9. Trombositopenia 10. Peningkatan enzim hati 11. Pertumbuhan janin terhambat 12. Edema paru 1. CT-Scan Hepar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar 2. MRI memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

mendasar tentang lesi-lesi masih belum terungkapkan. 2.6 Komplikasi


1. Perubahan Kardiovaskuler

Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhioleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan.
2. Perubahan hematologis 3. Gangguan fungsi ginjal 4. Edema paru

Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit tersebut. Prognosis untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah

penyakit paling berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Angka kematian ibu akibat hipertensi ini telah menurun selama 3 dekade terakhir ini dari 5% -10% menadi kurang dari 3% kasus. 2.7 Penatalaksanaan Adapun penatalaksanaannya antara lain : Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu. Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup: a) Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuantemuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan berat yang pesat b) Berat badan saat masuk dan kemusian setiap hari c) Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari d) Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah malam dan pagi hari e) Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi f) Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis maupun USG g) Terminasi kehamilan Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah
3. Terapi obat antihipertensi 2. Penatalaksanaan di rumah sakit 1. Deteksi prenatal dini

Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian.

Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau menunggu terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu. 2.8 Penatalaksananan GiZi Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain pengawasan ketat, pembatasan aktivitas, istirahat di tempat tidur dengan posisi lateral kiri yang bergantung pada tingginya tekanan darah, umur kehamilan, serta faktor risiko yang ada pada ibu dan janin. Dianjurkan untuk diet normal tanpa pembatasan garam,. Ibu hamil dengan hipertensi sedang (tekanan diastolik lebih dari 95 mmHg) dapat diberi obat antihipertensi. Jika hipertensi lebih berat (tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg), ibu hamil dapat diberi obat antihipertensi parenteral, seperti labetalol, hidralazin, klonidin, dan antagonis kalsium. Untuk mencegah kejang, dapat diberikan magnesium sulfat atau fenitoin. (kompas) Pada beberapa kasus hipertensi dokter kandungan biasanya menganjurkan pasiennya untuk melakukan bed rest. Sementara bagi wanita hamil itu sendiri bisa mengurangi tekanan darahnya dengan cara melakukan diet sehat, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang bisa menurunkan tekanan darah mereka, diantaranya: 1) Coklat Siapa yang tak suka coklat, sudah sejak dahulu kala, coklat menjadi makanan favorit hampir semua orang diseluruh dunia, terutama wanita. Selain rasanya yang nikmat, jika dikonsumsi dalam porsi kecil, coklat dapat berguna sebagai magnesium yang bisa melancarkan aliran darah dan menurunkan tekanan darah. Jika anda takut lemak coklat membuat anda gemuk, anda bisa mencari alternatif makanan lain yang juga mengandung magnesium diantaranya: Bayam, almon, alpukat, ikan, gandum, ketan hitam, artichoke(sejenis sayuran),dan biji buah labu. 2) Pisang Pisang merupakan sumber zat potasium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi pembekuan cairan dalam tubuh. selain pada buah pisang potasium juga bisa ditemui pada kismis, bayam, yogurt, bit, Brussels sprout(sejenis kubis), alpukat, dan jeruk. 3) Ikan Kandungan asam lemak omega 3 dalam ikan dapat membantu melancarkan aliran

4. Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat

darah dan melindungi dari efek tekanan darah tinggi serta mengurangi peradangan. Saat mengkonsumsi ikan hindari jenis ikan yang mengandung kadar merkuri tinggi seperti tuna,swordfish(ikan cucut), makarel, ikan halibut, serta kakap putih. Sebaliknya pilihlah ikan yang mengandung kadar mercuri rendah seperti ikan anchovies, ikan char, ikan flounder, ikan harring, ikan gindara, ikan salmon, dan ikan sturgeon. 4) Buah Jeruk Vitamin C sangat bermanfaat untuk melegakan arteri yang menyempit, serta membantu menurunkan tekanan darah. Sumber vitamin C terdapat pada buah jeruk, anggur, kiwi, dan strawberry. Vitamin C juga banyak ditemui pada sayuran seperti kembang kol, paprika, dan kentang. 5) Makanan rendah sodium Sodium membuat tubuh menahan cairan yang masuk, dan membuat jantung anda harus bekerja ektra kuat untuk memompa cairan lebih banyak, yang berakibat pada hipertensi. Oleh sebab itu disarankan untuk menurunkan kadar sodium anda agar berada pada batas normal, yaitu 2300 mg. Caranya yaitu dengan terlebih dahulu mengecek label kandugan sodium yang tertera pada kemasan makanan yang akan anda konsumsi, serta pilihlah rempah-rempah atau herba sebagai penguat rasa masakan anda dirumah.

http://www.kafebalita.com/content/articles/read/2009/05/bahaya-hipertensipada-kehamilan/1168 http://www.permatacibubur.com/en/see.php?id=Mar3-2&lang=id http://abidinblog.blogspot.com/2009/06/hipertensi-tekanan-darah-tinggipada.html http://lusicaem.blogspot.com/2009/06/waspadai-kemunculan-hipertensi-pada.html

Anda mungkin juga menyukai