Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN Appendiks disebut juga umbai cacing, istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang

tepat karena usus buntu sebenarnya adalah sekum. Organ yang tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Appendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20 !0 tahun, setelah itu menurun. Insidens pada laki laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20 !0 tahun, insidens lelaki lebih tinggi.

"

BAB I TINJAUAN PUSTAKA I. Anatomi Appendiks merupakan suatu organ limfoid seperti tonsil, payer patch #analog dengan $ursa %abricus& membentuk produk immunoglobulin. Appendiks adalah suatu struktur kecil, berbentuk seperti tabung yang berkait menempel pada bagian awal dari sekum. Pangkalnya terletak pada posteromedial caecum. Pada Ileocaecal junction terdapat Valvula Ileocecalis (Bauhini) dan pada pangkal appendiks terdapat valvula appendicularis (Gerlachi). Panjang antara ' "0 cm, diameter 0,' cm. (umennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Appendiks terletak di kuadran kanan bawah abdomen. )epatnya di ileosecum dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli #taenia libera, taenia colica, dan taenia omentum&. *ari topografi anatomi, letak pangkal appendiks berada pada titik +c $urney, yaitu titik pada garis antara umbilicus dan ,IA, kanan yang berjarak "-! dari ,IA, kanan. Appendiks .ermiformis disangga oleh mesoapendiks #mesenteriolum& yang bergabung dengan mesenterium usus halus pada daerah ileum terminale. +esenteriolum berisi a. Apendikularis #cabang a.ileocolica&. Orificiumnya terletak 2,/ cm dari katup ileocecal. +esoapendiknya merupakan jaringan lemak yang mempunyai pembuluh appendiceal dan terkadang juga memiliki limfonodi kecil. ,truktur apendiks mirip dengan usus mempunyai 0 lapisan yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna-propria #otot longitudinal dan sirkuler& dan serosa. Appendiks mungkin tidak terlihat karena adanya membran 1ackson yang merupakan lapisan peritoneum yang menyebar dari bagian lateral abdomen ke ileum terminal, menutup caecum dan appendiks. (apisan submukosa terdiri dari jaringan ikat dan jaringan elastic membentuk jaringan saraf, pembuluh darah dan lymphe. Antara +ukosa dan submukosa terdapat lymphonodes. +ukosa terdiri dari satu lapis collumnar epithelium dan terdiri dari kantong yang disebut crypta lieberkuhn. *inding dalam sama dan berhubungan dengan sekum #inner circular layer&. *inding luar #outer longitudinal muscle& dilapisi oleh pertemuan ketiga taenia colli pada pertemuan caecum dan apendiks. )aenia anterior digunakan sebagai pegangan untuk mencari appendiks. 2

Pada 2/ 3 kasus, apendiks terletak intraperitoneal. 4edudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya. Pada kasus selebihnya, apediks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau ditepi lateral kolon asendens. 5ejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks. 1enis posisi6 Promontorik 7etrocolic retroperitoneal. Antecaecal Paracaecal Pel.ic descenden 7etrocaecal ke belakang caecum. 6 appendiks berada di depan caecum. 6 appendiks terletak hori8ontal di belakang caecum. 6 appendiks menggantung ke arah pel.is minor 6 intraperitoneal atau retroperitoneal9 appendiks berputar ke atas 6 ujung appendiks menunjuk ke arah promontoriun sacri 6 appendiks berada di belakang kolon ascenden dan biasanya

Appendiks dipersarafi oleh parasimpatis dan simpatis. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang ner.us .agus yang mengikuti arteri mesenterika superior dan arteri appendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari ner.us thorakalis :. Oleh karena itu, nyeri .iseral pada appendisitis bermula di sekitar umbilikus. Pendarahan appendiks berasal dari arteri Appendikularis , cabang dari a.Ileocecalis, cabang dari a. +esenterica superior. A. Appendikularis merupakan arteri tanpa kolateral. 1ika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi, appendiks akan mengalami gangren. ,ecara histologis, appendiks mempunyai basis stuktur yang sama seperti usus besar. 5landula mukosanya terpisahkan dari .ascular submucosa oleh mucosa maskularis. $agian luar dari submukosa adalah dinding otot yang utama. Appendiks terbungkus oleh tunika serosa yang terdiri atas .askularisasi pembuluh darah besar dan bergabung menjadi satu di mesoappendiks. 1ika apendik terletak retroperitoneal, maka appendiks tidak terbungkus oleh tunika serosa. ;istologis6 )unika mucosa 6 memiliki kriptus tapi tidak memiliki .illus.

)unika submucosa 6 banyak folikel lymphoid. )unika muscularis 6 stratum sirculare sebelah dalam dan stratum longitudinale

# gabungan tiga tinea coli& sebelah luar. )unika serosa .iscerale. II. Fisiologi Appendiks menghasilkan lendir " 2 ml perhari. (endir itu normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. ;ambatan aliran lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis. *inding appendiks terdiri dari jaringan lymphe yang merupakan bagian dari sistem imun dalam pembuatan antibodi. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan 0 6 bila letaknya intraperitoneal asalnya dari peritoneum

oleh 5A() #gut associated lymphoid tissue& yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. <amun demikian, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limfonodi di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh. 1aringan lymphoid pertama kali muncul pada apendiks sekitar 2 minggu setelah lahir. 1umlahnya meningkat selama pubertas, dan menetap saat dewasa dan kemudian berkurang mengikuti umur. ,etelah usia 20 tahun, tidak ada jaringan lymphoid lagi di apendiks dan terjadi obliterasi lumen apendiks komplit. III. Definisi Apendisitis merupakan peradangan pada appendi= .ermiformis. Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. IV. Etiologi Obstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis. %ekalit merupakan penyebab tersering dari obstruksi apendiks. Penyebab lainnya adalah hipertrofi jaringan limfoid, sisa barium dari pemeriksaan roentgen, diet rendah serat, dan cacing usus termasuk ascaris. )rauma tumpul atau trauma karena colonoscopy dapat mencetuskan inflamasi pada apendiks. Post operasi apendisitis juga dapat menjadi penyebab akibat adanya trauma atau stasis fekal. %rekuensi obstruksi meningkat dengan memberatnya proses inflamasi. %ekalit ditemukan pada 003 dari kasus apendisitis akut, sekitar 2/3 merupakan apendisitis gangrenous tanpa rupture dan sekitar >03 kasus apendisitis gangrenous dengan rupture. Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. 4onstipasi akan meningkatkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa. ,emuanya akan mempermudah terjadinya apendisits akut. V. Patofisiologi Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang distensi. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. +akin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen. 4apasitas lumen apendiks normal hanya sekitar 0," ml. 1ika sekresi sekitar 0,/ dapat meningkatkan tekanan intalumen sekitar 20 cm;20. +anusia merupakan salah satu dari sedikit makhluk hidup yang dapat mengkompensasi peningkatan sekresi yang cukup tinggi sehingga menjadi gangrene atau terjadi perforasi. )ekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia, menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan in.asi bakteri. Infeksi menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah #edema& dan semakin iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural #dinding apendiks&. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. 5angren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 20 !2 jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor. $ila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. ;al tersebut akan menyebabkan obstruksi .ena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. 4eadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.

$ila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene. ,tadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. $ila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. $ila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Infiltrat apendikularis merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai dimukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 20 0? jam pertama, ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikular. *idalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. 1ika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat. Pada anak anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. 4eadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. ,edangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah. 4ecepatan rentetan peristiwa tersebut tergantung pada .irulensi

mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneum parietale dan juga organ lain seperti .esika urinaria, uterus tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses peradangan ini. $ila proses melokalisir ini belum selesai dan sudah terjadi perforasi maka akan timbul peritonitis. @alaupun proses melokalisir sudah selesai tetapi masih belum cukup kuat menahan tahanan atau tegangan dalam ca.um abdominalis, oleh karena itu pendeita harus benar benar istirahat #bedrest&. Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan '

bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut.

VI. Gejala Klinis 5ambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain ". <yeri abdominal <yeri ini merupakan gejala klasik appendisitis. +ula mula nyeri dirasakan samar samar dan tumpul yang merupakan nyeri .iseral di daerah epigastrium atau sekitar umbilicus. ,etelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah #titik +c $urney&. <yeri akan bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupa nyeri somatik setempat. $ila terjadi perangsangan peritonium biasanya penderita akan mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk. 2. +ual muntah biasanya pada fase awal. !. <afsu makan menurun. 0. Obstipasi dan diare pada anak anak. /. *emam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya tubuh belum panas. ,uhu biasanya berkisar !',/A !?,/A B 5ejala appendisitis akut pada anak anak tidak spesifik. 5ejala awalnya sering hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. 4arena gejala yang tidak spesifik ini sering diagnosis appendisitis diketahui setelah terjadi perforasi. VII. Peme i!saan Fisi! *emam biasanya ringan, dengan suhu sekitar !',/ !?,/B. $ila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. $isa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai "B.

". Inspeksi 4adang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. 4embung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses appendikuler. 2. Palpasi *engan palpasi di daerah titik +c. $urney didapatkan tanda tanda peritonitis lokal yaitu6 <yeri tekan di +c. $urney <yeri lepas *efans muscular lokal. *efans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal. Pada appendiks letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak ada, yang ada nyeri pinggang. <yeri rangsangan peritoneum tidak langsung nyeri tekan bawah pada tekanan kiri #7o.sing& nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan #$lumberg& nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan. Appendisitis infiltrat atau adanya abses apendikuler terlihat dengan adanya penonjolan di perut kanan bawah. !. Auskultasi

>

Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata. Pemeriksaan colok dubur akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam > "2. Pada appendisitis pel.ika akan didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Pada apendisitis pel.ika tanda perut sering meragukan, maka kunci diagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Bolok dubur pada anak tidak dianjurkan. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks. Cji psoas dilakukan dengan rangsangan m. psoas lewat hiperekstensi atau fleksi aktif. $ila apendiks yang meradang menempel di m.psoas, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Cji obturator digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. *engan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang, pada apendisitis pel.ika akan menimbulkan nyeri. Psoas sign. <yeri pada saat paha kanan pasien diekstensikan. Pasien dimiringkan kekiri. Pemeriksa meluruskan paha kanan pasien, pada saat itu ada hambatan pada pinggul - pangkal paha kanan. *asar anatomi dari tes psoas. Apendiks yang mengalami peradangan kontak dengan otot psoas yang meregang saat dilakukan manu.er #pemeriksaan&. Tes "#t$ ato . <yeri pada rotasi kedalam secara pasif saat paha pasien difleksikan. Pemeriksa menggerakkan tungkai bawah kelateral, pada saat itu ada tahanan pada sisi samping dari lutut #tanda bintang&, menghasilkan rotasi femur kedalam. *asar Anatomi dari tes obturator 6 Peradangan apendiks dipel.is yang kontak denhgan otot obturator internus yang meregang saat dilakukan manu.er. VIII. Peme i!saan Pen$njang ". Pemeriksaan (aboratorium a. Pemeriksaan darah 6 akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendicitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi, B "0

reaktif protein meningkat. Pada appendicular infiltrat, (D* akan meningkat. b. Pemeriksaan urin 6 untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendisitis. 2. Abdominal : 7ay *igunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis. Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak anak.

5ambaran foto polos abdomen tampak apendikolith #panah&. !. C,5 $ila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan C,5, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. *engan C,5 dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya. 0. $arium enema ,uatu pemeriksaan = ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi komplikasi dari appendisitis ""

pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding. Appendicogram memiliki sensiti.itas dan tingkat akurasi yang tinggi sebagai metode diagnostik untuk menegakkan diagnosis appendisitis khronis. *imana akan tampak pelebaran-penebalan dinding mukosa appendiks, disertai penyempitan lumen hingga sumbatan usus oleh fekalit. /. B) scan *apat menunjukkan tanda tanda dari appendisitis. ,elain itu juga dapat menunjukkan komplikasi dari appendisitis seperti bila terjadi abses. 2. (aparoscopi ,uatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukan dalam abdomen, appendiks dapat di.isualisasikan secara langsung. )ehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. $ila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendiks maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendiks. Sistem s!o Al%a a&o *iagnosis appendisitis akut pada anak tidak mudah ditegakkan hanya berdasarkan gambaran klinis, hal ini disebabkan sulitnya komunikasi antara anak, orang tua dan dokter. Anak belum mampu untuk mendiskripsikan keluhan yang dialami, suatu hal yang relatif lebih mudah pada umur dewasa. 4eadaan ini menghasilkan angka appendiktomi negatif sebesar 203 dan angka perforasi sebesar 20 !03 #7amachandran, ">>2&. ,alah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan medis ialah membuat diagnosis yang tepat. )elah banyak dikemukakan cara untuk menurunkan insidensi apendiktomi negatif, salah satunya adalah dengan instrumen skor Al.arado. ,kor Al.arado adalah sistem skoring sederhana yang bisa dilakukan dengan mudah, cepat dan kurang in.asif #,eleem9 Amri dan $ermansyah, ">>'&. Alfredo Al.arado tahun ">?2 membuat sistem skor yang didasarkan pada tiga gejala , tiga tanda dan dua temuan laboratorium . 4lasifikasi ini berdasarkan pada temuan pra operasi dan untuk menilai derajat keparahan apendisitis. *alam sistem skor Al.arado ini menggunakan faktor risiko meliputi migrasi nyeri, anoreksia, "2

nausea dan atau .omitus, nyeri tekan di abdomen kuadran kanan bawah, nyeri lepas tekan , temperatur lebih dari !',20B, lekositosis dan netrofil lebih dari '/3. <yeri tekan kuadran kanan bawah dan lekositosis mempunyai nilai 2 dan keenam sisanya masing masing mempunyai nilai ", sehingga kedelapan faktor ini memberikan jumlah skor "0 #Al.arado, ">?29 7ice, ">>>&. S!o Al%a a&o untuk diagnosis appendisitis akut6 Gejala &an tan&a' <yeri berpindah Anoreksia +ual muntah <yeri fossa iliaka kanan <yeri lepas Peningkatan suhu E !',!0B 1umlah leukosit E "0="0!-( 1umlah neutrofil E '/3 )otal skor6 4eterangan Ala.arado score 6 *inyatakan appendicitis akut bila E ' point +odified Al.arado score #4alan et al& tanpa obser.asi of ;ematogram6 "G0 /G2 'G> "G0 /G2 dipertimbangkan appendicitis akut possible appendicitis tidak perlu operasi appendicitis akut perlu pembedahan 6 6 obser.asi 6 antibiotic S!o " " " 2 " " 2 " "0

FFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFFF

Penanganan berdasarkan skor Al.arado

' G "0 6 operasi dini I(. Diagnosis Ban&ing ". 5astroenteritis

"!

Pada gastroenteritis, mual muntah dan diare mendahului rasa sakit. ,akit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. ;iperperistaltik sering ditemukan. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan appendisitis. 2. (imfadenitis mesenterica $iasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis. *itandai dengan nyeri perut yang samar samar terutama disebelah kanan, dan disertai dengan perasaan mual muntah. !. Ileitis akut $erkaitan dengan diare dan sering kali riwayat kronis, tetapi tidak jarang anore=ia, mual, muntah. 1ika ditemukan pada laparotomi, appendiktomi insidental diindikasikan utntuk menghilangkan gejala yang membingungkan. 0. *;% Pada penyakit ini pemeriksaan darah terdapat trombositopeni, leukopeni, rumple leed #H&, hematokrit meningkat. /. Peradangan pel.is )uba fallopi kanan dan o.arium terletak dekat appendiks. 7adang kedua organ ini sering bersamaan sehingga disebut salpingo ooforitis atau adnecitis. Cntuk menegakkan diagnosis penyakit ini didapatkan riwayat kontak se=ual. ,uhu biasanya lebih tinggi daripada appendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. $iasanya disertai dengan keputihan. Pada colok .aginal jika uterus diayunkan maka akan terasa nyeri. 2. 4ehamilan ektopik Ada riwayat terhambat menstruasi dengan keluhan yang tidak menentu. 1ika terjadi ruptur tuba atau abortus di luar rahim dengan perdarahan akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pel.is dan mungkin akan terjadi syok hipo.olemik. Pada pemeriksaan colok .agina didapatkan nyeri dan penonjolan di ca.um *ouglas, dan pada kuldosentesis akan didapatkan darah. "0

'. *i.erticulitis +eskipun di.erculitis biasanya terletak di perut bagian kiri, tetapi kadang kadang dapat juga terjadi di sebelah kanan. 1ika terjadi peradangan dan ruptur pada di.erticulum gejala klinis akan sukar dibedakan dengan gejala gejala appendisitis. ?. $atu ureter atau batu ginjal Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. ;ematuria sering ditemukan. %oto polos abdomen atau urografi intra.ena dapat memastikan penyakit tersebut. :. Penatala!sanaan A))en&i!tomi Bito Dlektif 6 akut, abses I perforasi 6 kronik

$ila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah apendektomi dan merupakan satu satunya pilihan yang terbaik. Penundaan apendektomi sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi. Insidensi appendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar 203. Pada appendisitis akut tanpa komplikasi tidak banyak masalah.

"/

Perjalanan patologis penyakit dimulai pada saat apendiks menjadi dilindungi oleh omentum dan gulungan usus halus didekatnya. 1ika peradangan pada apendiks tidak dapat diatasi sehingga penderita terus mengalami peritonitis umum, massa tadi menjadi terisi nanah, semula dalam jumlah sedikit, tetapi segera menjadi abses yang jelas batasnya. +assa apendiks terjadi bila terjadi apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus halus. Pada massa periapendikular yang pendidingannya belum sempurna, dapat terjadi penyebaran pus keseluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena itu, massa periapendikular yang masih bebas disarankan segera dioperasi untuk mencegah penyulit tersebut. ,elain itu, operasi lebih mudah. Pada anak, dipersiapkan untuk operasi dalam waktu 2 ! hari saja. Pasien dewasa dengan massa periapendikular yang terpancang dengan pendindingan sempurna, dianjurkan untuk dirawat dahulu dan diberi antibiotik sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya peritonitis. $ila sudah tidak ada demam, massa periapendikular hilang, dan leukosit normal, penderita boleh pulang dan apendiktomi elektif dapat dikerjakan 2 ! bulan kemudian agar perdarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin. $ila terjadi perforasi, akan terbentuk abses apendiks. ;al ini ditandai dengan kenaikan suhu dan frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba pembengkakan massa, serta bertambahnya angka leukosit. +assa apendiks dengan proses radang yang masih aktif sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah pasien dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tinggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi. Pada periapendikular infiltrat, dilarang keras membuka perut, tindakan bedah apabila dilakukan akan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut. Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau pun tanpa peritonitis umum.

"2

)erapi sementara untuk ? "2 minggu adalah konser.atif saja. Pada anak kecil, wanita hamil, dan penderita usia lanjut, jika secara konser.atif tidak membaik atau berkembang menjadi abses, dianjurkan operasi secepatnya. $ila pada waktu membuka perut terdapat periapendikular infiltrat maka luka operasi ditutup lagi, apendiks dibiarkan saja. )erapi konser.atif pada periapendikular infiltrat 6 ". )otal bed rest posisi fawler agar pus terkumpul di ca.um douglassi. 2. *iet lunak bubur saring !. Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. $aru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 2 ? minggu kemudian, dilakukan apendiktomi. 4alau sudah terjadi abses, dianjurkan drainase saja dan apendiktomi dikerjakan setelah 2 ? minggu kemudian. 1ika ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun, dan pemeriksaan jasmani dan laboratorium tidak menunjukkan tanda radang atau abses, dapat dipertimbangkan membatalakan tindakan bedah. Analgesik diberikan hanya kalau perlu saja. Obser.asi suhu dan nadi. $iasanya 0? jam gejala akan mereda. $ila gejala menghebat, tandanya terjadi perforasi maka harus dipertimbangkan appendiktomy. $atas dari massa hendaknya diberi tanda #demografi& setiap hari. $iasanya pada hari ke/ ' massa mulai mengecil dan terlokalisir. $ila massa tidak juga mengecil, tandanya telah terbentuk abses dan massa harus segera dibuka dan didrainase. Baranya dengan membuat insisi pada dinding perut sebelah lateral dimana nyeri tekan adalah maksimum #incisi grid iron&. Abses dicapai secara ekstraperitoneal, bila apendiks mudah diambil, lebih baik diambil karena apendik ini akan menjadi sumber infeksi. $ila apendiks sukar dilepas, maka apendiks dapat dipertahankan karena jika dipaksakan akan ruptur dan infeksi dapat menyebar. Abses didrainase dengan selang yang berdiameter besar, dan dikeluarkan lewat samping perut. Pipa drainase didiamkan selama '2 jam, bila pus sudah kurang dari "00 cc-hari, drain dapat diputar dan ditarik sedikit demi sedikit sepanjang " inci tiap hari. Antibiotik sistemik

"'

dilanjutkan sampai minimal / hari post operasi. Cntuk mengecek pengecilan abses tiap hari penderita di 7). Penderita periapendikular infiltrat diobser.asi selama 2 minggu tentang 6

(D* 1umlah leukosit +assa

Periapendikular infiltrat dianggap tenang apabila 6 ". Anamesa 6 penderita sudah tidak mengeluh sakit atau nyeri abdomen 2. Pemeriksaan fisik 6
o

4eadaan umum penderita baik, tidak terdapat kenaikan suhu tubuh #diukur rectal dan aksiler&

o o

)anda tanda apendisitis sudah tidak terdapat +assa sudah mengecil atau menghilang, atau massa tetap ada tetapi lebih kecil dibanding semula.

(aboratorium 6 (D* kurang dari 20, (eukosit normal

4ebijakan untuk operasi periapendikular infiltrat 6 ". $ila (D* telah menurun kurang dari 00 2. )idak didapatkan leukositosis !. )idak didapatkan massa atau pada pemeriksaan berulang massa sudah tidak mengecil lagi. $ila (D* tetap tinggi ,maka perlu diperiksa
o o

Apakah penderita sudah bed rest total Pemakaian antibiotik penderita

"?

4emungkinan adanya sebab lain.

d. $ila dalam ? "2 minggu masih terdapat tanda tanda infiltrat atau tidak ada perbaikan, operasi tetap dilakukan. e. $ila ada massa periapendikular yang fi=ed, ini berarti sudah terjadi abses dan terapi adalah drainase. Pembedahannya adalah dengan appendiktomi, yang dapat dicapai melalui insisi +c $urney. )indakan pembedahan pada kasus apendisitis akut dengan penyulit peritonitis berupa apendektomi yang dicapai melalui laparotomi. (apisan kulit yang dibuka pada Appendektomi 6 ". 2. !. 0. /. Butis ,ub cutis %ascia ,carfa %ascia Bamfer Aponeurosis +OD 2. '. ?. >. "0. +OI +. )rans.ersus %ascia trans.ersalis Pre Peritoneum Peritoneum

(I. Kom)li!asi 4omplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus. Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal ataupun suatu peritonitis generalisata. )anda tanda terjadinya suatu perforasi adalah 6

nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen menyeluruh ,uhu tubuh naik tinggi sekali. <adi semakin cepat. *efance +uskular yang menyeluruh

">

$ising usus berkurang Perut distended

(II. P ognosis *engan diagnosis yang akurat serta pembedahan tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil. 4eterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi. ,erangan berulang dapat terjadi bila appendiks tidak diangkat.

DAFTA* PUSTAKA ". http6--www.bedahugm.net-$edah *igesti-Apendik-Dpidemiologi.html 2. *e 1ong,.@., ,jamsuhidajat, 7., 2000. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2 . D5B. 1akarta. !. http6--www.medicinenet.com-appendicitis0. 4artika, *ina, 200/. hirur!ica. )osca Dnterprise. Jogyakarta. /. +ansjoer,A., dkk. 2000. "apita #elekta "edokteran Edisi "eti!a $ilid "edua . Penerbit +edia Aesculapius %akultas 4edokteran Cni.ersitas Indonesia. 1akarta. 2. ;ugh, A.%.*udley. ">>2. Ilmu Bedah Ga%at &arurat edisi kese'elas . 5adjah +ada Cni.ersity Press. Jogyakarta.

20

'. 7eksoprodjo, ,., dkk.">>/. "umpulan "uliah Ilmu Bedah. $agian $edah ,taf Pengajar %akultas 4edokteran Cni.ersitas Indonesia. $ina 7upa Aksara. 1akarta.

2"

Anda mungkin juga menyukai