RENCANA
PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM
1994 / 95 - 1998 / 99
BUKU
II
3
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Pertama;
Mengingat
Menetapkan :
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM (REPELITA VI) 1994/95 - 1998/99.
Pasal 1
Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam
1994/95 - 1998/99 sebagaimana termuat dalam
5
lampiran Keputusan Presiden ini merupakan
pelaksanaan dari pada Pembangunan Nasional,
Pembangunan Jangka Panjang Kedua, dan
Pembangunan Lima Tahun Keenam sesuai
dengan Garis-garis Besar Haluan Negara yang
telah ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
Pasal 2
Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, menjadi
landasan dan pedoman bagi Pemerintah dalam
melaksanakan Pembangunan Lima Tahun
Keenam.
Pasal 3
Pelaksanaan lebih lanjut Rencana Pembangunan
Lima Tahun Keenam, dituangkan dalam Rencana Tahunan yang tercermin dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijaksanaan-kebijaksanaan Pemerintah lainnya.
Pasal 4
Penuangan dalam Rencana Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dilaksanakan
dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan perubahan dan perkembangan keadaan
yang memerlukan langkah-langkah penyesuaian
terhadap Rencana Pembangunan Lima Tahun
Keenam.
6
Pasal 5
Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 22 Maret 1994
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
S O E H A RTO
Salinan Sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Hukum
dan Perundang-undangan
u.b.
Kepala Bagian Penelitian
Perundang-undangan I
cap/ttd.
Lambock V. Nahattands, S.H.
RENCANA
PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM
1994/95 - 1998/99
LAMPIRAN
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 1994
tentang
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM
(REPELITA VI)
REPUBLIK INDONESIA
BUKU
II
BUKU II
Ba 8 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
b 9 Pemerataan Pembangunan dan Penanggulangan
Ba
b
Kemiskinan
Ba 1 Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja
b 10 Pangan dan Perbaikan Gizi
Ba
b 1 Pengembangan Usaha Nasional
Ba
b 12 K o p e r a s i
Ba
b 13 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ba
b 14 Kelautan dan Kedirgantaraan
Ba
b 15 Pembangunan Daerah
Ba
b 16 Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan
Ba
b 17 Lingkungan Hidup
Ba
b 81 Penataan Ruang dan Pertanahan
Ba
b 9
9
Daftar Singkatan dan Akronim
10
BUKU III
Bab 20 Industri
Bab 21 Pertanian
Bab 22 Pengairan
Bab 23 Perdagangan
Bab 24 Transportasi
Bab 25 Pertambangan
Bab 26 Kehutanan
Bab 27 Pariwisata
Bab 28 Pos dan Telekomunikasi
Bab 29 Transmigrasi
Bab 30 Energi
Daftar Singkatan dan Akronim
BUKU IV
Bab 31 A g a m a
Bab 32 Pendidikan dan Olahraga
Bab 33 Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Bab 34 Kesejahteraan Sosial dan Penanggulangan Bencana
Bab 35 Kesehatan
Bab 36 Kependudukan dan Keluarga Sejahtera
Bab 37 Peranan Wanita, Anak dan Remaja, dan Pemuda
Bab 38 Perumahan dan Permukiman
Bab 39 H u k u m
Bab 40 Politik Dalam Negeri
Bab 41 Hubungan Luar Negeri
Bab 42 Aparatur Negara
Bab 43 Penerangan, Komunikasi dan Media Massa
Bab 44 Pertahanan Keamanan
Bab 45 Sistem Informasi dan Statistik
Bab 46 Sistem Pelaksanaan dan Pengawasan Pembangunan
Daftar Singkatan dan Akronim
BUKU V
Bab 47
Bab 47
BAB 8
PENINGKATAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
17
BAB 8
PENINGKATAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
I.
PENDAHULUAN
18
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan nasional adalah pembangunan dari, oleh, dan untuk
rakyat yang diarahkan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual. Adapun hakikat
pembangunan nasional, seperti dinyatakan dalam Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN) 1993, adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya.
GBHN 1993 meletakkan titik berat PJP II serta prioritas
Repelita VI pada bidang ekonomi yang merupakan penggerak
utama pembangunan seiring dengan kualitas sumber daya manusia.
Manusia dan masyarakat Indonesia ditempatkan sebagai titik pusat
dari segenap gerak pembangunan, sekaligus sebagai modal dasar
atau kekuatan, faktor dominan, dan sasaran utama PJP II.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai rangkaian
upaya untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat
Indonesia seluruhnya mencakup pembangunan manusia, baik
sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan, yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pembangunan
manusia sebagai insan, menekankan harkat, martabat, hak dan
kewajiban manusia, yang tercermin dalam nilai-nilai yang
terkandung dalam diri manusia, baik etika, estetika maupun logika,
yang meliputi nilai-nilai rohaniah, kepribadian, dan kejuangan.
Nilainilai tersebut antara lain adalah beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
mengamalkan ajaran
agama dan ilmunya, bersikap amanah,
radar akan harga diri pri badi dan bangsanya, memiliki
kepercayaan diri, cerdas, terbuka, demokratis, dan memiliki
kesadaran berbangsa dan bernegara.
Selain itu, pembangunan
manusia sebagai insan meliputi juga aspek jasmaniah, terutama
dalam hal pendidikan, kesehatan, dan keadaan gizinya.
Manusia sebagai insan menjadi perhatian utama dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia karena menjadi
dasar dari
19
kehidupan dirinya. Keberhasilan membangun manusia sebagai
insan seutuhnya akan menentukan keberhasilan membangun
manusia pada sisi lainnya, yakni pelaku yang tangguh dalam
membangun diri dan lingkungannya. Pengetahuan, keterampilan,
dan keahlian harus ditegakkan di atas dasar etika moral dan akhlak
yang baik. Pembangunan manusia sebagai insan tidak terbatas pada
kelompok umur tertentu, tetapi berlangsung dalam seluruh
kehidupan manusia sejak janin sampai usia lanjut. Setiap tahap dari
pertumbuhan tersebut terutama tahap awal sangat mempengaruhi
kualitasnya sehingga perhatian yang sungguh-sungguh akan
membentuk manusia yang tangguh, baik dalam sikap mental, daya
pikir maupun daya ciptanya, serta sehat jasmani dan rohaninya.
Pembangunan manusia sebagai sumber daya pembangunan
menekankan manusia sebagai pelaku pembangunan yang memiliki
etos kerja produktif, keterampilan, kreativitas, disiplin, profesionalisme, serta memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang
berwawasan lingkungan maupun kemampuan manajemen. Kualitas
manusia sebagai insan dan sumber daya pembangunan seperti itu
akan membawa Indonesia tumbuh dan maju menjadi bangsa besar
yang sejajar dengan bangsa maju lainnya.
Selain merupakan perwujudan pelaksanaan amanat UUD 1945
dan pengamalan Pancasila, peningkatan kualitas sumber daya
manusia juga merupakan tuntutan yang tumbuh dengan perkem bangan pembangunan yang makin cepat dan kompleks. Perkem bangan ekonomi, industrialisasi, arus informasi, dan perkem bangan iptek yang pesat makin menuntut sumber daya manusia
yang tinggi kualitasnya. Berhasilnya pembangunan nasional
bergantung pada peran aktif masyarakat, sikap mental, tekad,
semangat, ketaatan, dan disiplin para penyelenggara negara serta
seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, peningkatan kualitas
sumber daya manusia menjadi tuntutan yang sangat mendesak, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
20
21
kelompok atau suatu bangsa dalam menghadapi tantangan dengan
mendayagunakan seluruh potensi yang ada di dalam diri dan lingkungan sekitarnya, serta mampu menentukan apa yang terbaik bagi
dirinya. Bangsa yang maju dan mandiri hanya mungkin terbentuk
dari ketangguhan kualitas manusia dan masyarakatnya, kekukuhan
ekonomi, ketahanan nasional, penguasaan iptek yang didukung
dengan upaya mempertahankan serta meningkatkan pembangunan
yang berkelanjutan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan upaya
terpadu untuk mengembangkan potensi jasmani dan rohani secara
utuh, serasi, selaras, dan seimbang dengan perkembangan raga dan
jiwanya. Dalam hal ini, keluarga sebagai wahana pertama untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mempunyai peran
yang penting. Peningkatan kualitas sumber daya manusia bersifat
matra ganda dan lintas sektoral sehingga pelaksanaannya dilakukan
melalui berbagai bidang pembangunan. Selain itu, peningkatan
kualitas sumber daya manusia merupakan proses interaksi yang
dinamik antara pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial budaya
dan politik, perkembangan iptek, penghayatan dan pengamalan
ajaran agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa, hukum, serta
berbagai bidang pembangunan lainnya. Faktor manusia, dengan
potensi keahliannya yang menyatu dengan iptek, merupakan
penggerak dan memegang peran utama yang menentukan bagi
perkembangan sosial, ekonomi, budaya, serta pertahanan dan
keamanan. ,Pembangunan yang bertumpu pada sumber daya
manusia yang berkualitas akhirnya akan membawa bangsa bergerak
ke taraf kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Harapan
seperti itu sangat memerlukan adanya mekanisme yang sistematis,
serta adanya kelembagaan yang mendukung, dan program yang
terarah. Karena luasnya dimensi peningkatan kualitas sumber daya
manusia, penanganannya secara lebih menyeluruh makin
diperlukan.
Dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan
serta dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara dan
ketahanan
22
nasional, pembangunan manusia Indonesia diwujudkan dengan
kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan secara
saksama, dan di atas landasan kekuatan budaya bangsa. Kualitas
manusia ditentukan oleh ketangguhan budaya sehingga mem bangun manusia pada dasarnya adalah membangun akhlak, watak
dan perilaku budaya yang mendukung kemajuan bangsa. Dalam
proses tersebut, terjadi perubahan dari pola pikir lama ke pola
pikir baru yang lebih maju dan dinamis. Dengan ketangguhan
budaya, suatu bangsa dapat meraih kemajuan dan mendukung
pencapaian ketahanan nasional.
Kualitas manusia yang dilandasi oleh disiplin yang tinggi
merupakan faktor dominan bagi pembangunan. Disiplin pribadi,
sebagai pembentuk disiplin nasional yang merupakan perwujudan
kepatuhan dan ketaatan kepada hukum dan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat, menuntut kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang menghayati dan mengamalkan nilainilai
agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Manusia
dan masyarakat Indonesia memiliki jiwa kekeluargaan dan
semangat gotong
royong yang dilandasi oleh pandangan untuk
mendahulukan kepentingan masyarakat dan negara daripada
kepentingan pribadi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum. Seluruh upaya yang dilakukan dalam pemanfaatan
iptek harus dapat meningkatkan kecerdasan dan nilai tambah serta
meningkatkan kehidupan masyarakat.
II.
23
Pembangunan di bidang agama telah meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan umat beragama terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Tata nilai keagamaan yang mendukung pembangunan telah mulai
tumbuh dan berkembang, serta kehidupan keagamaan makin
semarak seirama dengan kemajuan pembangunan nasional.
Pembangunan di bidang kebudayaan memperlihatkan hasil
yang berarti, antara lain dengan makin berkembangnya kebudayaan
nasional yang dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila disamping melembaganya budaya membangun di kalangan masyarakat, serta makin
mantapnya semangat kebangsaan yang berwawasan nasional.
Jumlah penduduk yang buta aksara telah menurun dan yang
memperoleh kesempatan belajar makin banyak, seperti terlihat dari
peningkatan jumlah peserta didik di semua jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan. Jumlah pekerja terdidik makin banyak, yang
berarti kualitas tenaga kerja makin meningkat. Peningkatan kualitas
tenaga kerja juga tercermin dari meningkatnya produktivitas ratarata pekerja. Walaupun relatif masih terbatas dibandingkan dengan
negara maju dan negara industri di Asia Pasifik, peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan
memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai iptek dalam PJP I
terus menunjukkan perkembangannya. Lembaga pendidikan tinggi,
yang berorientasi pada pengembangan iptek tumbuh dalam jumlah
yang makin besar. Kemajuan di bidang pendidikan yang amat
mendasar adalah ditetapkannya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional berikut peraturan
pelaksanaannya, sehingga penyelenggaraan pendidikan dalam PJP
II diharapkan dapat lebih mantap dan terarah.
Pembangunan di bidang kependudukan dan kesehatan
memperlihatkan hasil yang amat berarti dalam upaya peningkatan
kesejahteraan rakyat, seperti terlihat dari indikator penurunan laju
pertumbuhan penduduk, angka kematian bayi, angka kematian
anak balita, angka kematian ibu melahirkan, angka kematian kasar,
fertilitas, serta peningkatan angka harapan hidup penduduk.
Demikian pula, kecukupan pangan dan keadaan gizi penduduk
mengalami perbaikan, seperti terlihat dalam peningkatan
konsumsi kalori dan protein.
24
25
manusia pada PJP II dalam rangka mencapai sasaran kemandirian
bangsa, perlu dikenali berbagai tantangan, kendala, dan peluang
pembangunan.
1.
Tantangan
26
27
Semangat juang yang lemah dapat menimbulkan sikap mudah
menyerah, mematikan inisiatif dan kreativitas, serta dapat menghilangkan rasa tanggung jawab. Padahal, kemampuan bangsa
Indonesia untuk meningkatkan ketahanannya sangat bergantung
pada jiwa kejuangan, khususnya di kalangan generasi muda. Oleh
karena itu, menumbuhkan idealisme, patriotisme, semangat
kejuangan dan kepeloporan di kalangan anak, remaja, dan pemuda
menjadi tantangan yang penting.
Di nisi lain, tingkat disiplin individu, disiplin kelompok, dan
sampai dengan disiplin nasional yang merupakan perwujudan
kepatuhan dan ketaatan pada hukum dan norma yang berlaku
dalam masyarakat masih belum memadai. Hal itu antara lain terlihat dalam menghargai dan menepati waktu, serta di dalam menghormati dan menaati tata tertib, peraturan dan norma-norma sosial.
Dengan demikian, merupakan tantangan untuk menciptakan
manusia dan masyarakat yang memiliki kesadaran disiplin nasional
yang tinggi.
Kepemimpinan sebagai salah satu indikator kualitas sumber
daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan keber hasilan suatu organisasi ataupun pembangunan secara keseluruhan.
Kepemimpinan yang baik dapat mengakibatkan manajemen yang
tepat dan berhasilnya pelaksanaan tugas. Dalam hal itu, tantangan
yang dihadapi adalah mengembangkan kepemimpinan masyarakat
yang berkualitas, andal, dan patut diteladani.
Manusia sebagai insan pembangunan harus selalu sadar akan
hak dan kewajibannya sesuai dengan yang ditetapkan dalam UUD
1945, serta mendahulukan kewajiban daripada haknya sebagai
warga negara. Demikian pula, manusia yang ingin diwujudkan
adalah yang lebih mementingkan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi atau golongan, atas dasar kebersamaan dan
semangat kesetiakawanan, serta senantiasa mempertimbangkan
lingkungan sosial masyarakatnya. Oleh karena itu, menciptakan
ma n u s i a d a n ma s ya r a k a t I n d o n e s i a ya n g m e ma h a mi
dan
28
melaksanakan hak dan kewajibannya secara tepat dan bertanggung
jawab serta menciptakan manusia yang memiliki kepedulian dan
kesetiakawanan sosial, merupakan tantangan yang perlu mendapat
perhatian.
Agar dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat, baik bagi generasi masa kini maupun bagi
generasi masa yang akan datang dan menjamin terlaksananya
pembangunan yang berkelanjutan, sumber daya alam perlu dikelola
dan dimanfaatkan dengan memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup. Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
pelestarian fungsi lingkungan hidup dalam kehidupan manusia
sangat diperlukan sehingga juga merupakan tantangan untuk
mengembangkan sikap sadar dan rasa tanggung jawab manusia dan
masyarakat akan arti penting lingkungan hidupnya.
Jika ditinjau dari aspek kesehatan, mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan masih belum memadai dan belum menjangkau
seluruh penduduk, terutama penduduk di daerah terpencil, di desa
tertinggal, serta penduduk yang tidak mampu. Walaupun kecukupan pangan dan keadaan gizi masyarakat secara umum makin
baik, pola pangan sebagian penduduk masih belum mendukung
kesehatan dan proses pembentukan manusia dengan kecerdasan
yang diharapkan. Layanan penyediaan dan akses untuk air bersih
belum meluas, khususnya dalam kehidupan masyarakat di lingkungan kumuh sehingga dapat mengakibatkan kesulitan untuk
menciptakan budaya dan perilaku hidup bersih dan sehat. Di sisi
lain, untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan mental, olahraga
memegang peranan penting. Oleh karena itu, membangun manusia
yang sehat jasmani dan mentalnya juga merupakan tantangan yang
perlu diperhatikan.
Selanjutnya, walaupun laju pertumbuhan penduduk sudah
berhasil ditekan, pertumbuhan penduduk Indonesia masih tinggi.
Bahkan pada akhir Repelita VI, jumlah penduduk Indonesia
diperkirakan akan mencapai 204,4 juta orang, dan akan
terus
berkembang menjadi 258,2 juta orang pada akhir PJP II. Dampak
pertumbuhan penduduk pada dasawarsa sebelumnya terasa pada
saat ini dengan besarnya jumlah penduduk usia muda. Kualitas
hidup manusia Indonesia sulit menjadi lebih baik apabila
pertumbuhan penduduk tidak terus dikendalikan. Pertambahan
jumlah penduduk dan persentase penduduk usia muda yang masih
tinggi, serta persebaran penduduk yang masih belum merata dapat
menimbulkan masalah pengembangan sumber daya manusia,
khususnya masalah peningkatan kualitas, penyediaan lapangan
kerja, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan hidup secara berkelanjutan. Masalah lain yang perlu
mendapat perhatian adalah arus perpindahan penduduk tanpa
keterampilan yang memadai dari perdesaan ke perkotaan. Jika
perpindahan penduduk ini tidak berhasil dikendalikan, kota-kota di
masa mendatang akan menjadi "desa" yang besar, dengan kantungkantung kemiskinan dan permukiman kumuh. Konsekuensi
permasalahan kependudukan tersebut adalah penyediaan lapangan
kerja yang memadai serta penyediaan pangan, perumahan, sandang, dan kebutuhan dasar lainnya, seperti pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian, peningkatan kualitas hidup penduduk
Indonesia yang jumlahnya besar dan persebarannya tidak merata
itu menjadi tantangan pula.
Karena keadaan geografis dan kondisi setempat, pembangunan
di kawasan timur Indonesia secara relatif lebih tertinggal dibandingkan dengan kawasan barat Indonesia. Demikian pula,
beberapa daerah terpencil di kawasan barat Indonesia. Di samping
itu, masalah kemiskinan masih cukup meluas serta masih banyak
desa yang tertinggal. Kemiskinan merupakan salah satu perwujudan rendahnya kualitas sumber daya manusia, baik sebagai insan
maupun sebagai sumber daya pembangunan. Sementara itu,
pengentasan rakyat dari kemiskinan merupakan komitmen nasional,
yang penanganannya mendapat prioritas sangat tinggi, dan merupakan pesan politik GBHN. Dengan demikian, untuk meningkatkan pemerataan pembangunan serta meningkatkan harkat dan
martabat penduduk di daerah tersebut dihadapi tantangan
untuk
29
30
mempercepat peningkatan kualitas sumber daya manusia guna
membantu rakyat mengentaskan diri dari kemiskinan serta
mengatasi ketertinggalan kawasan timur Indonesia, daerah
terpencil, dan desa tertinggal pada umumnya.
Di sisi lain, dalam pengembangan sumber daya manusia,
selain sumber daya manusia yang produktif dijumpai masalah
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki
keterbatasan untuk produktif, baik karena kurang beruntung seperti
penyandang masalah sosial termasuk penyandang cacat fisik dan
mental, maupun penduduk yang telah lanjut usianya. Jumlah
penduduk usia 60 tahun ke atas makin meningkat dan penyandang
masalah sosial, khususnya penyandang cacat, cukup banyak
jumlahnya sehingga menjadi tantangan untuk meningkatkan
kualitas
hidup penduduk usia lanjut dan penyandang masalah
sosial.
Selanjutnya, wanita baik sebagai warga negara maupun
sebagai sumber daya pembangunan diharapkan peran aktifnya
dalam kegiatan pembangunan, termasuk upaya mewujudkan
keluarga
kecil, sehat, sejahtera, dan bahagia serta
meningkatkan kualitas
anak, remaja, dan pemuda dalam
rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Namun,
perannya belum dapat diwujudkan secara optimal sehingga
meningkatkan peran wanita dalam pembangunan merupakan salah
satu tantangan yang hams dijawab.
Jika ditinjau dari aspek ketenagakerjaan, secara umum dapat
dikatakan bahwa kualitas tenaga kerja Indonesia masih rendah.
Masih banyak tenaga kerja yang hanya berpendidikan SD, bahkan
tidak tamat SD atau tidak pernah sekolah. Komposisi tenaga kerja
seperti itu merupakan masalah tersendiri dalam membangun
manusia Indonesia sebagai sumber daya pembangunan yang
terampil, maju, mandiri, produktif, dan efisien. Rendahnya tingkat
produktivitas serta besarnya jumlah angkatan kerja yang kurang
seimbang dengan ketersediaan kesempatan kerja menyebabkan
pengangguran masih meluas. Di sisi lain, kesejahteraan tenaga
kerja sulit terwujud karena masih ada pengguna tenaga
kerja
32
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari aspek
hukum, khususnya kepastian dan perlindungan hukum bagi
masyarakat. Namun, peningkatan kualitas sumber daya manusia
belum sepenuhnya didukung oleh perangkat hukum yang memadai.
Oleh karena itu, mengembangkan pranata yang mendorong
peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi tantangan
pula.
2. Kendala
Masih melekatnya sikap mental yang sulit melakukan per ubahan atau menerima hal Baru pada sebagian masyarakat,
merupakan salah satu kendala bagi peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
Tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan wanita
yang relatif masih rendah menyebabkan partisipasi angkatan kerja
wanita masih rendah. Demikian pula, kondisi lingkungan sosial
yang kurang mendukung, antara lain adanya perilaku yang bertentangan dengan norma-norma ajaran agama. Masih ada kondisi
sosial budaya yang membatasi ruang gerak kaum wanita dan
cenderung menyebabkan banyak wanita melangsungkan perkawinan pada usia muda, terutama di perdesaan. Sebagian
masyarakat belum menyadari akan perlunya memberi perhatian
terhadap kebutuhan dan hak anak, serta pembinaan keluarga
sejahtera.
Sarana dan prasarana pendidikan, seperti jumlah dan mutu
tenaga kependidikan, ataupun sarana pustaka, sarana dan prasarana
kesehatan serta pelayanan gizi, sarana pelayanan sosial, dan sarana
olahraga, masih belum memadai dan belum secara merata
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Tidak semua orang tua siap menyekolahkan anaknya karena
adanya cara pandang bahwa pendidikan tidak memberi dampak
terhadap peningkatan kualitas hidup secara langsung, di samping
karena kemampuan ekonomi keluarga yang kurang mendukung.
Peluang
34
daya manusia. Demikian pula, peran serta masyarakat dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia makin meningkat.
Upaya dan program peningkatan kualitas sumber daya manusia,
yang dilakukan baik oleh Pemerintah maupun oleh swasta dan
organisasi kemasyarakatan serta lembaga kemasyarakatan lainnya,
juga telah mulai tumbuh.
Peluang lainnya adalah keanekaragaman nilai-nilai budaya
bangsa yang luhur, serta berkembangnya sekolah keagamaan dan
sarana ibadah, yang dapat menunjang pembentukan manusia
Indonesia yang tangguh. Sebagai akibat perkembangan pem bangunan yang makin pesat dan interaksi antarbangsa, tuntutan
akan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek, serta
peningkatan pendidikan, makin meningkat. Kesadaran, pemahaman
dan kepedulian yang besar Pemerintah dan masyarakat terhadap
pentingnya sumber daya manusia berkualitas yang merupakan
tuntutan pembangunan yang cepat, juga merupakan peluang dalam
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN
PEMBANGUNAN
1.
35
Pembinaan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa diarahkan pada peningkatan kualitas
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta
meningkatkan kesadaran dan peran serta aktif umat beragama dan
penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan
tanggung jawabnya untuk secara bersama-sama memperkukuh
landasan spiritual, moral, dan etik bagi pembangunan nasional
sebagai pengamalan Pancasila.
Perlu dikembangkan sumber daya manusia sebagai tenaga ahli
dan tenaga terampil yang mampu melaksanakan alih berbagai jenis
teknologi, termasuk mampu memilih teknologi yang tepat, serta
menerapkan, menguasai, dan mengembangkannya sebagai
teknologi hasil sendiri yang serasi dengan perkembangan budaya
masyarakat agar dapat lebih mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional dan pendapatan masyarakat. Selain itu, perlu
dikembangkan kemampuan sumber daya manusia, baik untuk
perencanaan, pelaksanaan, dan penguasaan teknologi maupun
untuk tumbuhnya profesionalisme dan kewiraswastaan, menuju
terwujudnya masyarakat industri Indonesia.
Kebijaksanaan pemerataan dan peningkatan kesempatan kerja
serta pelatihan tenaga kerja terus dilanjutkan dan ditingkatkan agar
menjangkau setiap warga negara dan terarah pada terwujudnya
angkatan kerja yang terampil dan tangguh. Kesempatan kerja
terbuka bagi setiap orang sesuai dengan kemampuan, keterampilan,
dan keahliannya, serta didukung oleh kemudahan memperoleh
pendidikan dan pelatihan, penguasaan teknologi, informasi pasar
ketenagakerjaan, serta tingkat upah yang sesuai dengan prestasi
dan kualifikasi yang dipersyaratkan.
Upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat agar makin adil dan
merata terus ditingkatkan, serta pertumbuhan ekonomi sebagai
hasil pembangunan harus dapat dirasakan masyarakat melalui
upaya pemerataan yang nyata dalam bentuk perbaikan pendapatan
dan peningkatan daya beli masyarakat. Dalam pada itu,
pemberian
36
pelayanan sosial kepada masyarakat rentan, sebagai tanggung
jawab negara dalam upaya mewujudkan kesejahteraan sosial, perlu
ditingkatkan sehingga dapat dirasakan makin adil dan makin
merata di seluruh tanah air. Peran aktif golongan masyarakat yang
mampu dalam penyelenggaraan pelayanan sosial perlu digalakkan
dan dibudayakan, tidak hanya sebagai perwujudan kesetiakawanan
sosial, tetapi juga sebagai upaya memperkecil kesenjangan sosial.
Pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas
manusia Indonesia dan menumbuhkan kesadaran, serta sikap
budaya bangsa untuk selalu berupaya menambah pengetahuan dan
keterampilan serta mengamalkannya sehingga terwujud manusia
dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, lebih maju, mandiri, berkualitas, dan
menghargai setiap jenis pekerjaan yang memiliki harkat dan
martabat sesuai dengan falsafah Pancasila. Kebudayaan nasional
ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, jati
diri dan kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri, ke banggaan nasional, serta memperkukuh jiwa persatuan dan
kesatuan bangsa.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk makin meningkatkan
kualitas dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan
masyarakat, guna meningkatkan derajat kesehatan, termasuk
perbaikan gizi masyarakat. Pelayanan kesehatan dikembangkan
dengan terus mendorong peran serta aktif masyarakat termasuk
dunia usaha. Kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan bersih
berorientasi kepada kepedulian lingkungan terus dibina sehingga
tumbuh dan berkembang menjadi sikap dan budaya bangsa.
Pembangunan kependudukan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan dan kemampuan manusia serta masyarakat
Indonesia sebagai pelaku utama dan sasaran pembangunan. Untuk
itu, perlu terus dikembangkan iklim kemasyarakatan yang mendukung terwujudnya peningkatan kualitas sumber daya
manusia
37
melalui upaya pembangunan di berbagai bidang dan sektor.
Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mempertimbangkan keterkaitannya dengan upaya pelestarian sumber daya
alam dan lingkungan hidup, penciptaan keserasian antargenerasi,
serta peningkatan kesejahteraan rakyat. Penduduk usia lanjut yang
memiliki pengalaman luas dan kearifan perlu diberi perhatian
untuk tetap berperan dalam pembangunan.
Pembinaan dan pengembangan anak, remaja, dan pemuda
diupayakan melalui pembangunan di berbagai bidang dan sektor
serta didukung oleh iklim yang menunjang terwujudnya masyarakat
belajar. Pembinaan dan pengembangan anak dan remaja Indonesia
harus dimulai sedini mungkin dan perlu terus ditekankan pada
kedudukan dan fungsi mereka sebagai tunas bangsa dan penerus
cita-cita perjuangan bangsa. Pembinaan dan pengembangan
pemuda diarahkan pada upaya persiapan generasi muda menjadi
kader bangsa yang tangguh dan ulet dalam menghadapi tantangan
pembangunan, serta bertanggung jawab terhadap masa depan
kehidupan bangsa dan negara.
Wanita sebagai mitra sejajar pria harus lebih dapat berperan
dalam pembangunan dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara serta ikut melestarikan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena
itu, perlu terus dikembangkan iklim sosial budaya yang mendukung
agar mereka dapat menciptakan dan memanfaatkan seluas-luasnya
kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya melalui
peningkatan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan dengan tetap
memperhatikan kodrat serta harkat dan martabat kaum wanita.
Pembinaan olahraga sebagai salah satu upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia, diarahkan pada peningkatan
kondisi kesehatan fisik, mental, dan rohani manusia Indonesia
dalam upaya pembentukan watak dan kepribadian, disiplin, dan
sportivitas.
38
Sasaran
a. Sasaran PJP II
39
hubungan antara manusia dan lingkungan hidupnya, terwujudnya
sistem kelembagaan dan dilaksanakannya peraturan perundangundangan yang menunjang peningkatan kualitas sumber daya
manusia secara mantap, serta cukup besarnya peran serta
masyarakat dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
b. Sasaran Repelita VI
3.
Kebijaksanaan
41
menyeluruh, yaitu memasukkan unsur keimanan dan ketaqwaan
pada rnetode pengajaran; membekali guru dan tenaga kependidikan
lainnya dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa sehingga mempunyai rasa, jiwa, perilaku , budi pekerti
yang baik, iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; serta
mendorong penyediaan sarana ibadah di beberapa tempat, antara
lain di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, tempat bekerja
dan tempat umum. Bersamaan dengan itu, ditingkatkan pula
peran orang tua, pendidikan dalam keluarga dan masyarakat,
pendidikan seumur hidup, peran pendidikan pesantren dan pendidikan keagamaan lainnya.
Upaya mewujudkan sistem pendidikan yang tepat ditempuh
dengan melakukan reorientasi kebijaksanaan pendidikan dan pelatihan agar tanggap terhadap dinamika pembangunan dan
permintaan pasar tenaga kerja. Hal itu antara lain dilakukan
dengan menyempurnakan metode serta kurikulum pada seluruh
jalur, jenis,
dan jenjang pendidikan. Kurikulum memuat topik
inti, muatan
lokal, dan minat pribadi peserta didik, serta
diberi bobot unsur pendidikan sikap hidup yang mampu mengubah
nilai dan sikap budaya ke arah kesadaran menjaga harkat dan
martabat diri, serta kebesaran bangsa. Demokratisasi pendidikan
bagi seluruh warga negara untuk mendapatkan haknya dalam
pendidikan, ditegakkan dengan memberikan kemudahan memasuki
sekolah dan hak mengembangkan kreativitas. Perhatian yang lebih
besar diberikan terhadap peningkatan mutu, nasib, dan
kesejahteraan guru serta tenaga kependidikan lainnya, terutama di
daerah terpencil, desa tertinggal, dan kawasan timur Indonesia.
Kebijaksanaan selanjutnya adalah meningkatkan kemampuan
konseptual, teknis dan manajerial, bersamaan dengan meningkatkan mental, akhlak, serta iman dan taqwa secara berimbang dan
dinamis; meningkatkan daya tampung peserta didik, dengan
mendayagunakan secara optimal sarana dan prasarana pendidikan
yang ada agar peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang pendi dikan yang lebih tinggi; memperluas kesempatan belajar bagi
anak
42
usia 7-15 tahun di SD dan SLTP melalui program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun; mengurangi secara bertahap
jumlah anak yang putus sekolah dan menuntaskan masalah pendidikan bagi anak usia 10-14 tahun yang terpaksa bekerja; serta
meningkatkan kepedulian masyarakat akan hak anak.
Upaya untuk meningkatkan kesadaran berdisiplin masyarakat
dilakukan dengan menanamkan dan menyebarluaskan sikap
ketaatan masyarakat terhadap hukum, peraturan, dan kepatuhan
terhadap kewajibannya, termasuk bela negara seperti yang
tercantum dalam pasal 30 UUD 1945, baik dalam keluarga,
sekolah,
tempat bekerja maupun tempat umum; serta
mengembangkan iklim yang mendukung sadar hukum, kedisiplinan
di masyarakat, dan
saling menghargai sesama manusia.
Kebijaksanaan untuk mengembangkan kepemimpinan
masyarakat yang berkualitas adalah menanamkan jiwa dan
menumbuhkan kemampuan kepemimpinan dengan ciri-ciri beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memberi teladan dan
mempunyai akhlak yang baik, mampu mengembangkan tekad dan
menjadi daya pendorong bawahan, waspada, berani memberi
koreksi kepada
yang melakukan kesalahan, dapat memilih
dengan tepat, mana
yang harus didahulukan,
menunjukkan tingkah laku yang bersahaja, sederhana, setia,
hemat, cermat, jujur, ikhlas, dan bijaksana
serta
berwawasan kebangsaan. Hal itu ditempuh baik melalui pendidikan
di sekolah sejak SD sampai perguruan tinggi maupun melalui
lembaga pendidikan di luar sekolah, dan lembaga pendidikan
aparatur.
Keluarga sebagai wahana pertama pendidikan anak dan
remaja, harus dapat membekali anak untuk maju dan mandiri.
Selain
bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh dari pendidikan di sekolah, kepada anak, remaja, dan
pemuda dibekali
pula dengan pendidikan budi pekerti. Selain
itu, nilai-nilai agama
dan nilai-nilai luhur budaya bangsa,
serta jiwa kemandirian dan kejuangan ditanamkan melalui
pendidikan pendahuluan bela
43
negara, dan berbagai kegiatan di luar sekolah. Bersamaan dengan
itu, didorong dan diperluas kesempatan untuk memperoleh
pendidikan yang lebih tinggi, baik pendidikan menengah umum,
kejuruan maupun pendidikan tinggi; ditingkatkan minat baca
antara lain dengan mengembangkan sarana perpustakaan; serta
ditanamkan kebiasaan hidup sehat dan pola makan dengan gizi
seimbang. Khusus bagi pemuda, peran serta dan kepeloporannya
ditingkatkan dengan jalan membuka kesempatan yang seluasluasnya untuk berperan serta dan berprestasi dalam pembangunan
nasional, dengan mengembangkan dan memperluas kesempatan
yang memungkinkan pemuda dapat mengisi lapangan kerja atau
membuka lapangan kerja sendiri; serta memperluas kegiatan dan
meningkatkan mutu pelaksanaan pemahaman Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), dan pendidikan politik.
Kebijaksanaan selanjutnya ialah meningkatkan kegiatan P4
bagi masyarakat, dalam rangka membangun manusia yang
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila; membangun
manusia yang berwawasan kebangsaan yang cinta tanah air dengan
meningkatkan dan memperluas pendidikan politik bagi masyarakat
melalui kelembagaan yang ada, baik formal maupun informal;
mendorong kebebasan mengeluarkan pendapat yang bertanggung
jawab dan membudayakan keterbukaan; serta meningkatkan
penyuluhan akan
hak dan kewajiban setiap warga negara. Di
samping itu, sifat
tidak mementingkan diri sendiri,
semangat kebersamaan dan kesetiakawanan sosial ditanamkan
sedini mungkin, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat. Demikian pula, dikembangkan iklim yang mendukung
membudayanya kesetia-kawanan sosial.
Kebijaksanaan lainnya adalah menanamkan kesadaran terhadap
pentingnya mengelola sumber daya alam secara hemat dan lestari,
serta menjelaskan seluas-seluasnya akan hak dan kewajiban untuk
turut berperan serta dalam menjaga kualitas lingkungan hidup,
guna terlaksananya pembangunan berkelanjutan.
44
Dalam rangka meningkatkan kesehatan jasmani dan mental,
ditempuh beberapa kebijaksanaan, yaitu meningkatkan cakupan dan
mutu pelayanan kesehatan terutama kepada penduduk miskin,
penduduk di desa tertinggal, daerah terpencil, dan kawasan timur
Indonesia; mengembangkan cara pelayanan kesehatan masyarakat
yang efektif dan efisien sehingga sesuai dengan keadaan setempat;
mengembangkan cara penyelenggaraan pendidikan dan
penyuluhan kesehatan, yang sesuai dengan perkembangan
teknologi dan informasi yang edukatif; menanamkan kebiasaan,
dan memasyarakatkan budaya hidup bersih dan sehat, dan pola
makan dengan gizi seimbang di lingkungan keluarga; serta
meningkatkan upaya terpadu untuk makin menjamin kecukupan
pangan dan perbaikan gizi penduduk, antara lain dengan mengarahkan pembangunan pertanian untuk memantapkan swasembada
pangan dan diversifikasi makanan. Kegiatan olahraga
ditingkatkan dan dimasyarakatkan sejak dini, melalui pendidikan
di sekolah
(sejak SD) dan luar sekolah guna meningkatkan
kesegaran jasmani. Sejalan dengan itu, ditingkatkan fasilitas
olahraga, baik di sekolah maupun di luar sekolah, yang terjangkau
oleh kemampuan
ekonomi masyarakat luas. Demikian pula,
bakat dan kreativitas positif semua anak didik mendapat perhatian
agar mereka dapat berkembang menjadi sumber daya manusia
yang produktif dan inovatif.
Kebijaksanaan lainnya ialah menekan laju pertumbuhan
penduduk dengan meningkatkan pelaksanaan gerakan keluarga
berencana untuk mewujudkan keluarga sejahtera bagi seluruh
masyarakat; memupuk kesadaran keluarga berencana sejak dini;
meningkatkan keseimbangan kepadatan dan persebaran penduduk
antara lain melalui transmigrasi dan industri di perdesaan yang
umumnya adalah industri pertanian; meningkatkan pelayanan
kesehatan dan budaya hidup sehat terutama pada daerah yang
padat penduduknya; meningkatkan keterampilan dan memberikan
kesempatan kerja; serta memasyarakatkan norma keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera.
46
b. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Produktif dan Upaya Penyebarannya
47
Kebijaksanaan lainnya adalah meningkatkan kualitas aparatur
pemerintah secara terus-menerus, dengan melaksanakan pendidikan
dan pelatihan di dalam dan luar negeri, menggalakkan kursus dasar
pengetahuan lingkungan hidup, memantapkan peran struktural dan
fungsionalnya secara seimbang, serta melaksanakan sistem seleksi
ataupun menempatkan aparat pemerintah secara tepat melalui
analisis jabatan untuk mengoptimalkan perannya sebagai
penggerak dan pelaku pembangunan. Pendidikan dan pelatihan
aparatur negara diupayakan seoptimal mungkin sehingga
mampu menjangkau aparatur di seluruh tanah air.
c. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Iptek
Berwawasan Lingkungan
48
dan pengembangan dari para pelaku iptek di semua bidang ilmu
agar sumber daya manusia iptek yang telah ada dapat terus
mengembangkan dirinya sesuai dengan perkembangan iptek.
d. Pengembangan Pranata
Pengembangan pranata termasuk kelembagaan yang menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dilakukan dengan
meningkatkan koordinasi dan kerja sama antara berbagai
sektor/lembaga, baik antarlembaga pemerintah, antara Pemerintah
dan masyarakat, maupun antarmasyarakat, yang ditunjang dengan
mekanisme keterpaduan yang tepat. Hal itu dimaksudkan untuk
meningkatkan keserasian dan keterpaduan antarberbagai
kebijaksanaan dan program yang berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas sumber daya manusia, terutama kebijaksanaan pembangunan
ekonomi, sosial, politik, dan budaya.
Selanjutnya, pengembangan pranata dilakukan dengan
mendorong masyarakat, baik individu, kelompok, badan usaha
maupun organisasi kemasyarakatan serta lembaga kemasyarakatan
lainnya,
untuk berperan serta dalam peningkatan kualitas
sumber daya
manusia bagi kepentingan generasi sekarang dan
mendatang. Jenis kegiatan pendidikan masyarakat dapat dilakukan
oleh berbagai
pihak, baik Pemerintah maupun masyarakat
termasuk organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan
lainnya yang berlatar belakang keagamaan, yang mempunyai tradisi
menyelenggarakan pendidikan, yang juga berperan cukup strategis
dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peran
pemimpin
informal, peran koperasi dan organisasi
kemasyarakatan serta
lembaga kemasyarakatan lainnya, sebagai
suatu dinamika baru dan merupakan potensi di dalam masyarakat,
ditingkatkan dalam pelaksanaan program peningkatan kualitas hidup
manusia, sesuai dengan bidang perhatian utamanya.
Kebijaksanaan berikutnya adalah mendorong badan usaha,
baik milik swasta maupun Pemerintah untuk berperan serta dalam
peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan, kesehatan,
dan
49
pelayanan sosial, serta peningkatan kualitas tenaga kerja, baik
dalam pelaksanaan kegiatannya secara langsung maupun dalam
penyediaan prasarana dan sarana, termasuk sarana olahraga.
Dengan demikian, pihak swasta menjadi mitra Pemerintah yang
senantiasa mendorong potensi yang ada di luar Pemerintah. Di
samping itu, dilakukan penataan kelembagaan yang terkait dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik melalui
peningkatan maupun perluasan fungsi dan perannya; serta
penataan data
dan informasi, termasuk pengembangan sistem
informasi guna mendukung perumusan kebijaksanaan yang efektif
dan efisien, mendukung evaluasi peran serta masyarakat, serta
pengenalan akan ketahanan nasional.
Pengembangan pranata dilakukan pula dengan menciptakan
iklim yang mendukung upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia serta memberikan perlindungan hukum, dengan
merumuskan dan menetapkan perangkat hukum yang mendukung,
baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus, seperti
peraturan
bagi penyandang cacat, usia lanjut, serta tenaga
kerja wanita dan
usia muda untuk menumbuhkan prakarsa,
kreativitas, dan produktivitasnya.
V. PROGRAM PEMBANGUNAN
50
sektoral, antara lain adalah program pengembangan kelembagaan
dan manajemen sumber daya manusia, serta program
pengembangan sistem informasi sumber daya manusia, bertujuan
untuk mengembangkan mekanisme keterpaduan kebijaksanaan dan
program.