Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MATA KULIAH ARSITEKTUR KOMPUTER Mekanisme Kerja Sistem RAID (Redundant Array of Independent/Inexpensive Disk) Pada Media

Penyimpanan Hard Disk

Nama NIM Periode Mata Kuliah Dosen

: Agustinus Adolf Tumundo : 1111510069 : 0512 : Komunikasi Data : Ir. Yan Everhard, MT

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS BUDI LUHUR JAKARTA 2012

ABSTRAK

Sebuah media penyimpanan data memiliki resiko untuk mengalami kerusakan, baik dan waktu yang relatif singkat ataupun jangka waktu lama. Bahkan hampir semua vendor yang memproduksi media penyimpanan pun mampu

memperkirakan berapa lama produk media penyimpanan mereka akan mengalami kerusakaan. Kerusakan ini dapat berakibat turunnya kinerja atau pun hilangnya data/informasi. Meski pun terdapat backup data, tetap saja ada kemungkinan data yang hilang karena adanya perubahan setelah terakhir kali data di-backup. Disamping itu, kebutuhan akan media penyimpanan dan performa suatu media penyimpanan meningkat dengan cepat. Oleh karena itu kemampuan performa proses membaca atau menulis data pada suatu media penyimpanan harus semakin baik dan juga reliabilitas data pun harus tetap terjaga.

Pada makalah ini, penulis akan membahas cara/mekanisme dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan juga reliabilitas dari penyimpanan data pada makalah ini penulis membatasi pada salah satu contoh media penyimpanan data yaitu Hard Disk. Biasanya untuk meningkatkan kinerja, dilibatkan banyak disk sebagai satu unit penyimpanan. Tiap-tiap blok data dipecah ke dalam beberapa sub blok, dan dibagi-bagi ke dalam disk-disk tersebut. Ketika mengirim data disk-disk tersebut bekerja secara paralel, sehingga dapat meningkatkan kecepatan transfer dalam membaca atau menulis data. Ditambah dengan sinkronisasi pada rotasi masing-masing disk, maka kinerja dari disk dapat ditingkatkan. Cara ini dikenal sebagai RAID (Redundant Array of Independent/Inexpensive Disks). Dengan adanya RAID ini, maka segala masalah yang berhubungan dengan masalah kecepatan, reliabilitas dan backup sebuah media penyimpanan dapat diatasi.

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Perkembangan komputer dewasa ini semakin meningkat terutama dalam bidang teknologi, bisnis dan sains. Hampir seluruh bidang usaha melakukan aktifitasnya dengan bantuan komputer sebagai alat bantu untuk mempermudah dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Karena memang komputer mempunyai kelebihankelebihan seperti mengolah, menyimpan data atau informasi dalam waktu yang lama dan dalam jumlah besar ataupun membuka data yang tersimpan tersebut. Sehingga informasi yang dihasilkan cepat, tepat dan akurat.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi terutama dibidang Teknologi Informasi, maka dituntut adanya kemudahan, kecepatan, keakuratan dan reabilitas dari suatu data atau informasi maka diperlukan suatu alat atau metode yang dapat membantu manusia dalam mengolah data atau informasi yang dibutuhkan.

Perkembangan Teknologi Informasi saat ini, pengolahan data baik pada tingkat corporate maupun tingkat personal sangat dibutuhkan. Data yang diolah oleh komputer dapat menghasilkan informasi-informasi yang berguna. Perkembangan penyimpanan data pun berkembang pesat. Dalam makalah yang penulis buat akan akan mengulas perkembangan teknologi penyimpanan data.

Perkembangan teknologi generasi mainboard saat ini, banyak sekali yang sudah dilengkapi dengan fitur RAID, terutama pada mainboard hi-end. RAID merupakan singkatan dari Redundant Array of Independent/Inexpensive Disk merujuk kepada sebuah teknologi didalam penyimpanan data komputer yang digunakan untuk mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media penyimpanan komputer umumnya adalah hard disk. Dengan menggunakan cara

redundansi (penumpukan) data, baik itu dengan menggunakan perangkat lunak, maupun unit perangkat keras RAID terpisah.

Terdapat beberapa singkatan untuk RAID adalah Redundant Array of Inexpensive Disks, Redundant Array of Independent Disk, dan juga Redundant Array of Inexpensive Drives. Dengan adanya teknologi ini kita dapat membagi atau mereplikasi data ke dalam beberapa hard disk terpisah. RAID juga didesain untuk meningkatkan keandalan data dan/atau meningkatkan kinerja I/O dari hard disk. Teknologi RAID memiliki banyak Level berdasarkan mekanisme dan

penggunaannya. Oleh sebab itu, kita harus mengetahui mekanisme kerja dari teknologi RAID ini agar penggunaan teknologi RAID dapat tepat guna dan optimal.

1.2

Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari makalah ini adalah mengetahui mekanisme kerja dari RAID dan menerapkannya pada media penyimpanan data (Hard Disk) sehingga reliabilitas data/informasi dapat ditingkatkan serta ancaman kerusakkan data pada penyimpanan menyebabkan hilangnya data atau rusaknya data dapat teratasi dengan baik serta penulisan makalah ini bertujuan melengkapi nilai tugas dalam mata kuliah Arsitektur Komputer yang sedang penulis pelajari.

1.3

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan menggunakan buku literatur dan sumber-sumber dari internet. Dengan metode tersebut penulis mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan pokok pembahasan pada tulisan makalah ini.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1

Sejarah Hard Disk

Gambar 2.1 : Hard Disk

Hard Disk atau Hard Disk Drive (HDD) atau Hard Driver (HD) adalah sebuah komponen perangkat keras yang menyimpan data sekunder dan berisi piringan magnetis. Hard Disk diciptakan pertama kali oleh insinyur IBM, Reynold Johnson ditahun 1952. HDD pertama tersebut terdiri dari 50 piringan berukuran 2 kaki (0.6 meter) dengan kecepatan rotasi mencapai 1.200 rpm (rotasion per minute) dengan kapasitas penyimpanan 5 MB. Saat ini ukuran Hard Disk ada yang hanya selebar 0,6 cm dengan kapasitas 750 GB.

Dalam perkembangannya, kini HDD secara fisik menjadi semakin tipis dan kecil namum memiliki daya tampung yang sangat besar. HDD kini juga tidak hanya dapat terpasang di dalam tetapi ada juga dapat dipasang di luar dengan menggunakan kabel USB ataupun FireWire.

Hard Disk terdiri atas piringan-piringan seperti CD. Kedua permukaan piringan diselimuti oleh bahan bahan magnetis. Permukaan dari piringan di bagi-bagi menjadi track yang memutar yang kemudian di bagi lagi menjadi beberapa sector. Sebuah hard disk biasanya terdiri lebih dari satu piringan atau lempengan yang dilapisi oksida besi. Lempengan ini disebut denga platter. Setiap platter terdiri dari dua sisi. Cara penyimpanan data sama dengan cara penyimpanan pada disket.

2.1.1 Perkembangan Hard Disk Hard Disk Drive atau yang sering disebut sebagai Hard Disk saja merupakan salah satu komponen terpenting dalam komputer. Hard Disk Drive mempunyai nama lain yang secara umum disebut recording media yang berfungsi untuk menyimpan data/informasi. Banyak dari kita yang menggunakan hard disk, tetapi mungkin sedikit sekali orang yang mengetahui asal usul dari Hard Disk Drive. Oleh karena itu dalam forum ini saya mencoba untuk membahas asal usul dari Hard Disk terlebih dahulu.

Hard Disk Drive pertama kali dibuat dan diproduksi oleh perusahaan IBM pada tahun 1956 yang kemudian disebut sebagai HDD Generasi pertama. HDD pertama ini ditemukan dan diciptakan oleh Reynold Johnson. HDD ini berlabel RAMAC 305 yang mempunyai kapasitas 5 Mega Bits atau 5.000.000 bits dan berukuran 24 inch dan menggunakan single head dalam pengaksessaanya.

Pada tahun 1961 IBM menciptakan HDD dengan menggunakan head yang terpisah dalam setiap komponen datanya yang disebut juga Disk Storage Unit Control System Meganical International System dan HDD pertama yang dapat removable ( dapat dicopot atau dipasang lagi ) adalah IBM 1311, yang menggunakan IBM 1316 untuk menyimpan 2 juta karakter.

Di tahun 1973, IBM mengenalkan IBM 3340, yang merupakkan HDD pertama yang menggunakan sistem disk Whincester, yang pertama menggunakan sealed

head/disk assembly ( HDA ). Teknologi ini didesign oleh Kenneth Haughton.

Sebelum tahun 1980-an, kebanyakkan HDD berurukuran 8 INCH atau 14 INCH, sehingga membutuhkan banyak tempat untuk menyimpan HDD tersebut. Sampai pada tahun 1980, ketika Seagate teknologi mengenalakan ST-506 yang merupakan HDD pertama yang berukuran 5,25 inch dengan kapasitas 5 megabites.

Dan sekarang ini bahkan, HDD sudah mencapai capasita Terrabites dalam ukuran 3,5 inch, untuk itu dibawah ini saya menyediakan timeline yang saya dapat dari suatu web tentang perkembangan HDD sampai saat ini.

2.1.2 Jenis Hardisk a. Hard Disk IDE

Harddisk ini biasanya dihubungkan kekomputer melalui kabel bus Integrate Drive Electronic (IDE). Sebenarnya nama asli harddisk ini adalah ATA (AT Attachment) yang berarti interface awalnya pertama kali dikembangkan oleh Perusahaan IBM AT, tetapi dalam perkembangannya mungkin karena dihubungkan dengan socket IDE maka orang lebih mengenalnya dengan HDD

b.

Hard Disk SATA

Biasa juga disebut Hard Disk Serial ATA adalah pengembangan dari ATA tetapi dengan menggunakan jumlah kabel data yang lebih sedikit. Keuntungan utamanya adalah ecepatan transfer data. Demikian pula pada kabel catu dayanya.

c.

Hard Disk SCSI

Hampir mirip dengan Hard Disk IDE tetapi dengan jumlah kabel bus data yang berbeda jumlahnya. Dari segi controller sebenarnya hard disk jenis ini lebih unggul dari pada jenis IDE karena satu controller IDE hanya dapat mengontrol dua drive sedangkan untuk jenis SCSI satu kontroller dapat mengontrol 8 drive.

2.1.3

Komponen Hard Disk

a.

Platter Sebuah hardisk biasanya memiliki satu atau lebih platter, atau disk, atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan piringan. Ada beberapa ukuran disk yang biasa digunakan adalah: 5.25" (130 mm, atau 5.12 inchies) 2.5 3.5 (95 mm atau 3.74 inchies) 1.8"

Pada komputer desktop dan beberapa komputer portable biasa digunakan disk yang berukuran 3.5". Sedangkan disk 2.5" biasa digunakan pada komputer portable dan notebook. Hard drive kebanyakan memiliki dua atau lebih disk. Pada hard disk 3.5", maksimum disknya adalah 11 buah disk. Disk atau platter terbuat dari bahan aluminium alloy untuk ketahanan dan ringan. Pada

saat ini banyak digunakan bahan glass-ceramic, yang memilki ketahanan yang lebih baik dari alumunium dan biasanya berbentuk lebih tipis

b. Media perekam Sebuah platter dilapisi oleh lepisan tipis bahan magnetic yang disebut media yang mana informasi magnetic disimpan. Ada dua tipe media yang biasa digunakan pada platter hardisk, yaitu : Oxide Media

oxside media berwarna kecoklatan dan terbuat dari berbagai bahan yang mengandung iron oxide sebagai bahan aktifnya. Media ini mudah tergores oleh head karena sangat halus. Thin-film Media

Thin-film media bentuknya lebih tipis , lebih keras, dan lebih sempurna daripada oxide media. Proses pelapisannya mirip dengan pengkroman besi. Media ini berwarna keperakan dan terbuat dari bahan cobalt alloy. Apabila platter tergores akan meyebabkan bad sector.

c.

Logic Boards Semua hardisk mempunyai sebuah board logic. Board logic ini merupakan circuit electronic yang bertugas rnengontrol spindle drive, head actuator dan rnengatur lalu lintas data.

d. Read / Write Heads Biasanya sebuah hardisk mempunyai satu read/write head untuk tiap sisi platter dan terhubung pada satu mekanik penggerak. Pada saat drive sedang istirahat, head akan meyentuh platter, namun ketika drive berputar pada kecepatan penuh, tekanan udara akan mengangkat head dari permukaan platter.

e.

Head Slider Head slider merupakan tempat head berada. Slider akan rnengantarkan head ke sektor yang dituju, Berta membawa head pada jarak yang tepat dari media untuk proses baca dan tulis.

f.

Head Actuator Mechanisms Suatu mekanisme yang menggerakkan head dan menempatkannya secara akurat diatas silinder yang diinginkan. Ada dua jenis mekanisme aktuator stepper motor actuators voice coil actuators

g.

Motor spindle Salah satu faktor utama yang berperan untuk performa hardisk adalah kecepatan media yang memutar platter pada tingkat kecepatan yang tinggi sedikiotnya 3600 RPM. Motor spindle inilah yang bertugas untuk memutar platter.

Hardisk lama menngunakan karet atau bantalan gabus untuk rnernperlambat spindle sebagai penghentian seteleh power drive dipindahkan, tetapi drive terbaru rnengunakan teknik pengeraman dinamis. Waktu power dipindahkan tenaga rnagnetis menyimpan coil dilepaskan sebagai denyut nadi voltase pembalik. Pengereman dinamis menggalienergi voltase pembalik untuk berhenti lebih cepat dibandingkan dengan pengereman fisik.

h. Voice Coil Komponen ini menggunakan sinyal feedback dari drive untuk menentukan posisi head secara akurat. Cara kerja voice coil hampir sama dengan audio speaker, yang mana rnerupakan asal nama voice coil diambil. Audio speaker menggunakan magnet diam yang dikelilingi voice coil yang terhubung dengan membrane speaker. Pemberian arus pada coil akan mengakibatkan coil bergerak relative terhadap magnet diam. Pada sistem voice coil harddisk,

coil elektromagnet disimpan di dekat magnet statis. Narnun, tidak ada kontak antara coil dengan magnet. Pada saat coil elektromagnet diberi arus, maka akan menarik atau menolak magnet statis dan mengerakkan lengan head sehingga sistem ini cepat dan efisien.

i.

Air Filters Kebanyakan hardisk memiliki dua filter udara. Filter yang satu disebut recirculating filter sedang yang lainnya disebut barometric or breather filter. Secara permanen, kedua filter ini berada didalam drive dan dibuat tidak ubah seumur hidup drive tersebut.

2.2 RAID (Redundant Array of Independent Disks)

Pada tahun 1978, Norman Ken Ouchi dari International Business Machines (IBM) dianugerahi paten Amerika Serikat, dengan nomor 4092732 dengan judul "System for recovering data stored in failed memory unit." Klaim untuk paten ini menjelaskan mengenai apa yang kemudian dikenal sebagai RAID 5 dengan penulisan stripe secara penuh. Patennya pada tahun 1978 tersebut juga menyebutkan bahwa disk mirroring atau duplexing (yang kini dikenal sebagai RAID 1) dan juga perlindungan dengan paritas khusus yang didedikasikan

(yang kini dikenal dengan RAID 4) bisa digunakan, meskipun saat itu belum ada implementasinya.

Istilah "RAID" pertama kali didefinisikan oleh David A. Patterson, Garth A. Gibson dan Randy Katz dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat pada tahun 1987, 9 tahun berselang setelah paten yang dimiliki oleh Norman Ken Ouchi. Mereka bertiga mempelajari tentang kemungkinan sebagai sebuah perangat mereka

penggunaan dua hard disk atau lebih agar terlihat

tunggal oleh system yang menggunakannya, dan

kemudian

mempublikasikannya ke dalam bentuk sebuah paper berjudul "A Case for Redundant Arrays of Inexpensive Disks (RAID)"

Pada bulan Juni 1988 pada saat konferensi SIGMOD. Spesifikasi tersebut menyodorkan beberapa purwarupa RAID level, atau kombinasi dari drive-drive tersebut. Setiap RAID level tersebut secara teoritis memiliki kelebihan dan juga kekurangannya masing-masing. Satu tahun berselang, implementasi RAID pun mulai banyak muncul ke permukaan. Sebagian besar implementasi tersebut memang secara substansial berbeda dengan RAID level yang asli yang dibuat oleh Patterson dan kawan-kawan, tapi implementasi tersebut menggunakan nomor yang sama dengan apa yang ditulis oleh Patterson. Hal ini bisa jadi membingungkan, sebagai contoh salah satu implementasi RAID 5 dapat berbeda dari implementasi RAID 5 yang lainnya. RAID 3 dan RAID 4 juga bisa

membingungkan dan sering dipertukarkan, meski pada dasarnya kedua jenis RAID tersebut berbeda.

RAID, singkatan

dari Redundant Array of

Independent

Disks

merujuk

kepada sebuah teknologi di dalam penyimpanan data komputer yang digunakan untuk mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media penyimpanan komputer (utamanya adalah hard disk) dengan menggunakan cara redundansi (penumpukan) data, baik itu dengan menggunakan perangkat lunak, maupun unit perangkat keras RAID terpisah. Kata "RAID" juga memiliki beberapa singkatan Redundant Array of Inexpensive Disks, Redundant Array of

Independent Drives, dan juga Redundant Array of Inexpensive Drives. Teknologi ini membagi atau mereplikasi data ke dalam beberapa hard disk terpisah. RAID didesain untuk meningkatkan keandalan data dan/atau meningkatkan kinerja I/O dari hard disk.

Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam beberapa skema, yang disebut dengan "RAID Level". Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang pertama kali dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut

berevolusi, yakni dengan menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga mengimplementasikan beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar RAID.

RAID menggabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah unit logis penyimpanan, dengan menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras khusus. Solusi perangkat keras umumnya didesain untuk mendukung

penggunaan beberapa hard disk secara sekaligus, dan sistem operasi tidak perlu mengetahui bagaimana cara kerja skema RAID tersebut. Sementara itu, solusi perangkat lunak umumnya diimplementasikan di dalam level sistem operasi, dan tentu saja menjadikan beberapa hard disk menjadi sebuah kesatuan logis yang digunakan untuk melakukan penyimpanan.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Konsep RAID

Ada beberapa konsep kunci di dalam RAID: mirroring (penyalinan data ke lebih dari satu buah hard disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga koreksi kesalahan, di mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan masalah untuk dapat dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut sebagai teknik fault tolerance/toleransi kesalahan).

Level-level RAID yang berbeda tersebut menggunakan salah satu atau beberapa teknik yang disebutkan di atas, tergantung dari kebutuhan sistem. Tujuan utama penggunaan RAID adalah untuk meningkatkan keandalan/reliabilitas yang sangat penting untuk melindungi informasi yang sangat kritis untuk beberapa lahan bisnis, seperti halnya basis data, atau bahkan meningkatkan kinerja, yang sangat penting untuk beberapa pekerjaan, seperti halnya untuk menyajikan video on demand ke banyak penonton secara sekaligus.

Konfigurasi RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh yang berbeda pula pada keandalan dan juga kinerja. Masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan banyak disk adalah salah satunya akan mengalami kesalahan, tapi dengan menggunakan teknik pengecekan kesalahan, sistem komputer secara keseluruhan dibuat lebih andal dengan melakukan reparasi terhadap kesalahan tersebut dan akhirnya "selamat" dari kerusakan yang fatal.

Teknik mirroring dapat meningkatkan proses pembacaan data mengingat sebuah sistem yang menggunakannya mampu membaca data dari dua disk atau lebih, tapi saat untuk menulis kinerjanya akan lebih buruk, karena memang data yang sama akan dituliskan pada beberapa hard disk yang tergabung ke dalam

larik tersebut. Teknik striping, bisa meningkatkan performa, yang mengizinkan sekumpulan data dibaca dari beberapa hard disk secara sekaligus pada satu waktu, akan tetapi bila satu hard disk mengalami kegagalan, maka keseluruhan hard disk akan mengalami inkonsistensi. Teknik pengecekan kesalahan juga pada umumnya akan menurunkan kinerja sistem, karena data harus dibaca dari

beberapa tempat dan juga harus dibandingkan dengan checksum yang ada. Maka, desain sistem RAID harus mempertimbangkan kebutuhan sistem secara keseluruhan, sehingga perencanaan dan pengetahuan yang baik dari seorang administrator jaringan sangatlah dibutuhkan. Larik-larik RAID modern

umumnya menyediakan fasilitas bagi para penggunanya untuk memilih konfigurasi yang diinginkan dan tentunya sesuai dengan kebutuhan.

Beberapa sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan, meskipun terjadi kegagalan. Beberapa hard disk yang mengalami kegagalan tersebut dapat diganti saat sistem menyala (hot-swap) dan data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem lainnya mungkin mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki.

Karenanya, RAID sering digunakan dalam sistem-sistem yang harus selalu online, yang selalu tersedia (highly available), dengan waktu down-time yang, sebisa mungkin, hanya beberapa saat saja.

Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer server, tapi bias juga digunakan di dalam workstation. Penggunaan didalam workstation umumnya digunakan dalam komputer yang digunakan untuk melakukan

beberapa pekerjaan seperti melakukan penyuntingan video/audio.

2.2.2 Karakteristik RAID

Menurut Stallings [Stallings2001] , RAID adalah sebuah sebuah set dari beberapa physical drive yang dipandang oleh sistem operasi sebagai sebuah logical drive. Data didistribusikan ke dalam array dari beberapa physical drive. Kapasitas disk yang berlebih digunakan untuk menyimpan Informasi paritas,

yang menjamin data dapat diperbaiki jika terjadi kegagalan pada salah satu disk. Selain data stripping dan mirroring, ada satu tindakan lagi yaitu kombinasi stripping dan mirroring. Tindakan ini membutuhkan banyak biaya karena harus mengadakan lebih dari dua buah disk sebagai pembagi dan back-up data.

RAID juga sebagai alternatif sekuriti kerusakan data, karena disk memiliki resiko yang tinggi mengalami kerusakan. Kerusakan disk dapat berakibat turunnya kinerja atau hilangnya sejumlah data. Walaupun sudah dibuatkan sistem backup data, tetap saja kemungkinan itu ada, karenanya reliabilitas dari suatu disk harus dapat terus ditingkatkan.

2.2.3 Mekanisme Kinerja RAID

Redudansi

Peningkatan kehandalan disk dapat dilakukan dengan redundansi, yaitu menyimpan informasi tambahan yang dapat dipakai untuk membentuk kembali informasi yang hilang jika suatu disk mengalami kegagalan. Salah satu teknik untuk redundansi ini adalah dengan cara mirroring atau shadowing, yaitu dengan membuat duplikasi dari tiap - tiap disk. Jadi, sebuah disk logical terdiri dari 2 disk physical, dan setiap penulisan dilakukan pada kedua disk, sehingga jika salah satu disk gagal, data masih dapat diambil dari disk yang lainnya, kecuali jika disk kedua gagal sebelum kegagalan pada disk pertama diperbaiki. Pada cara ini, berarti diperlukan media penyimpanan yang dua kali lebih besar

daripada ukuran data sebenarnya. Akan tetapi, dengan cara ini pengaksesan disk yang dilakukan untuk membaca dapat ditingkatkan dua kali lipat. Hal ini dikarenakan setengah dari permintaan membaca dapat dikirim ke masing-masing disk. Cara lain yang digunakan adalah paritas blok interleaved, yaitu menyimpan blok-blok data pada beberapa disk dan blok paritas pada sebuah (atau sebagian kecil) disk.

Paralelisme

Peningkatan

kinerja dapat

dilakukan

dengan

mengakses banyak

disk

secaraparalel. Pada disk mirroring, di mana pengaksesan disk untuk membaca data menjadi dua kali lipat karena permintaan dapat dilakukan pada kedua disk, tetapi kecepatan transfer data pada setiap disk tetap sama. Kita dapat meningkatkan kecepatan transfer ini dengan cara melakukan data striping ke dalam beberapa disk. Data striping, yaitu menggunakan sekelompok disk sebagai satu kesatuan unit penyimpanan, menyimpan bit data dari setiap byte secara terpisah pada beberapa disk (paralel).

Patterson menulis lima buah RAID level di dalam papernya, pada bagian 7 hingga 11, dengan membagi ke dalam beberapa level, sebagai berikut: RAID level pertama: mirroring RAID level kedua : Koreksi kesalahan dengan menggunakan kode Humming RAID level ketiga : Pengecekan terhadap disk tunggal di dalam sebuah kelompok disk. RAID level keempat: Pembacaan dan penulisan secara independen RAID level kelima : Menyebarkan data dan paritas ke semua drive (tidak ada pengecekan terhadap disk tunggal)

2.2.4 Level dan Jenis-Jenis RAID

1. Raid level 0

Raid

level 0. Menggunakan

kumpulan

disk

dengan

striping pada level

blok,tanpa redundansi.

jadi hanya melakukan level ini antara lain

striping blok data kedalam akses beberapa blok bisa

beberapa disk. Kelebihan

dilakukan secara paralel sehingga bisa lebih cepat kemudian kapasistas harddisk yang dimiliki untuk penyimpanan data adalah total dari keseluruhan harddisk yang dimiliki, tanpa ada pengurangan kekurangan antara lain akses perblok sama saja seperti tidak ada peningkatan, kehandalan kurang karena tidak adanya pembackup-an data dengan redundancy. jika salah satu harddisk fails dalam RAID 0, maka data akan hilang tanpa ada penggantinya karena tidak proses back up dalam sistem tersebut. Berdasarkan definisi RAID sebagai redudancy array maka level ini sebenarnya tidak termasuk kedalam kelompok RAID karena tidak menggunakan redundansi untuk peningkatan kinerjanya.

2. RAID level 1

RAID level 1. Merupakan disk mirroring, menduplikat data tanpa striping. Cara ini dapat meningkatkan kinerja disk, tapi jumlah disk yang dibutuhkan menjadi dua kali lipat kelebihannya antara lain memiliki kehandalan (reliabilitas) yang baik karena memiliki back up untuk tiap disk dan perbaikan disk yang rusak dapat dengan cepat dilakukan karena ada mirrornya. Jika salah satu Harddisk yang berfungsi sebagai penyimpanan data fails/bermasalah, maka harddisk mirror akan secara otomatis menggantikan fungsinya sampai harddisk yang fails tersebut di ganti dengan yang baru, tanpa penurunan performance dari keseluruhan harddisk. Contoh : 4 Harddisk SCSI berkapasitas 72GB di configure dengan RAID 1, maka hanya 2 Harddisk (2 x 72 GB) yang dapat digunakan sebagai penyimpanan data, dan 2 harddisk lagi (2 x 72 GB) lagi digunakan sebagai Mirror dari data tersebut. Kekurangannya antara lain biaya yang menjadi sangat mahal karena membutuhkan disk 2 kali lipat.

3. RAID level 2

RAID level 2. Merupakan pengorganisasian dengan error correction code (ECC). Seperti pada memory dimana pendeteksian mengalami error mengunakan paritas bit. Sebagai contoh, misalnya misalnya setiap byte data, memiliki paritas bit yang bersesuaian yang mempresentasikan jumlah bit "1" didalm byte data tersebut dimana paritas bit = 0 jika bit genap atau paritas bit = 1 jika bit ganjil. Jadi, jika salah satu bit pada salah satu data berubah dan tidak sesuai dengan paritas bit yang tersimpan. Dengan demikian, apabila terjadi kegagalan pada salah satu disk, data dapat dibentuk kembali dengan membaca error correction bit pada disk lain. Kelebihannya antara lain kehandalan yang bagus karena dapat membentuk

kembali data yang rusak dengan ECC tadi, dan jumlah bit redundancy yang diperlukan lebih sedikit jika dibandingkan dengan level 1 (mirroring). Kelemahannya antara lain prlu adanya perhitungan paritas bit, sehingga menulis atau perubahan data memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang tanpa menggunakan paritas bit, level ini memerlukan disk khusus untuk penerapannya yang harganya cukup mahal.

4. RAID level 3

RAID level 3. Merupakan pengorganisasian dengan paritas bit yang interleaved. Pengorganisasian ini hamper sama dengan RAID level 2, perbedaanya adalah pada level 3 ini hanya memerlukan sebuah disk redudan, berapapun kumpulan disknya, hal ini dapt dilakukan karena disk controller dapat memeriksa apakah sebuah sector itu dibaca dengan benar atau tidak (mengalami kerusakan atau tidak). Jadi tidak menggunakan ECC, melainkan hanya membutuhakan sebuah bit paritas untuk sekumpulan bit yang mempuntai sekumpulan bit yang

mempunyai posisi yang sama pada setiap dis yang berisi data. Selain itu juga menggunakan data striping dan mengakses disk-disk secara parallel.

Kelebihannya antara lain kehandalan (rehabilitas) bagus, akses data lebih cepat karena pembacaan tiap bit dilakukan pada beberapa disk (paralel), hanya butuh 1 disk redudan yang tentunya lebih menguntungkan dengan level 1 dan 2. kelemahannya antara lain perlu adanya perhitungan dan penulisan parity bit akibatnya performannya lebih rendah dibandingkan yang menggunakan paritas.

5. RAID level 4

RAID level 4. Merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved, yaitu mengunakan striping data pada level blok, menyimpan sebuah parits blok pada sebuah disk yang terpisah untuk setiap blok data pada disk-disk lain yang bersesuaian. Jka sebuah disk gagal. Blok paritas tersebut dapat digunakan untuk membentuk kembali blok-blok data pada disk yang bisa lebih cepat karena bisa parlel dan kehandalannya juga bagus karena adanya paritas blok. Kelemahannya antara lain akses perblok seperti biasa penggunaan 1 disk.,

bahkan untuk penulisan ke 1 blok memerlukan 4 pengaksesan untuk membaca ke disk data yag bersangkutan dan paritas disk, dan 2 lagi untuk penulisan ke 2 disk itu pula (read-modify-read).

6. RAID level 5

RAID level 5. Merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved terbesar. Data dan paritas disebr pada semua disk termasuk sebuah disk tambahan. Pada setiap blok, salah satu dari disk menyimpan paritas dan disk yang lainnya menyimpan data. Sebagai contoh, jika terdapat kumpulan dari 5 disk, paritas paritas blok ke n akan disimpan pada disk (n mod 5) +1, blok ke n dari 4 disk yang lain menyimpan data yang sebenarnya dari blok tersebut. Sebuah paritas blok tidak disimpan pada disk yang sama dengan lok-blok data yang bersangkutan, karena kegagalan disk tersebut akan menyebabkan data hilang bersama dengan paritasnya dan data tersebut tidak dapat diperbaiki.

Kelebihannya antara lain seperti pada level 4 ditambah lagi dengan pentebaran paritas seoerti ini dapat menghindari penggunaan berlebihan dari sebuah paritas bit seperti pada RAID level 4. kelemahannya antara lain perlunya mekanisme tambahan untuk penghitungan lokasi dari paritas sehingga akan mempengaruhi kecepatan dalam pembacaan blok maupun penulisannya.

7. RAID level 6

RAID level 6. Disebut juga redudansi P+Q, seperti RAID level 5, tetapi menyimpan informasi redudan tambahan untuk mengantisipasi kegagalan dari beberapa disk sekaligus. RAID level 6 melakukan dua perhitungan paritas yang berbeda, kemudian disimpan di dalam blok-blok yang terpisah pada diskdisk yang berbeda. Jadi. Jika disk data yang digunakan sebanyak n buah disk, maka jumlah disk yang dibutuhkan pada RAID level 6 ini adalah n+2 disk. Keuntungan dari RAID level 6 ini adalah kehandalan data yang sangat tinggi, karena untuk menyebabkan data hilang, kegagalan harus terjadi pada tiga buah disk dalam interval rata-rata data mean time to repair (MTTR). Kerugiannya yaitu penalty waktu pada saat penulisan data, karena setiap penulisan yang dilakukan akan mempengaruhi dua buah paritas blok.

8. Raid level 0+1 dan 1+0

Raid level 0+1 dan 1+0. Ini merupakan kombinasi dari RAID level 0 dan RAID level 1. RAID level 0 memiliki kinerja yang baik., sedangkan RAID level 1 memiliki kehandalan. Namun, dalam kenyataannya kedua hal ini sama pentingnya. Dalam RAID 0+1, sekumpulan disk di strip, kemudian strip tersebut di-mirror ke disk-disk yang lain, menghasilkan strip-strip data yang sama. Kombinasi lainnya adalah RAID 1+0, dimana disk-disk mirror secara berpasangan, dan kemudian hasil pasangan mirror-nya di-stri. RAID 1+0 ini mempunyai keuntungan lebih dibandingkan dengan RAID 0+1. sebagai

contoh, jika sebuah disk gagal pada RAID 0+1, seluruh disknya tidak dapat di akses, sedangkan pada RAID 1+0, disk yang gagal tersebut tidak dapat

diakses tetapi pasangan stripnya yang lain masih bisa, dan pasangan mirror-nya masih dapat diakses untuk menggantikannya sehingga disk-disk lain selain yang rusak masih bisa digunakan.

BAB IV PENUTUP

4.1

Kesimpulan

RAID, singkatan dari Redundant Array of Independent Disks merupakan organisasi disk memori yang mampu menangani beberapa disk dengan sistem akses paralel dan redudansi ditambahkan untuk meningkatkan

reliabilitas/kehandalan.

Konsep kunci dari RAID meliputi mirroring (penyalinan data ke lebih dari satu buah hard disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga koreksi kesalahan, di mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan masalah untuk dapat dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut sebagai teknik fault tolerance/toleransi kesalahan).

Tiga karakteristik umum dari RAID ini, yaitu : 1. RAID adalah sekumpulan disk drive yang dianggap sebagai sistem tunggal disk. 2. Data didistribusikan ke drive fisik array. 3. Kapasitas redundant disk digunakan untuk menyimpan informasi paritas, yang menjamin recoveribility data ketika terjadi masalah atau kegagalan disk.

RAID dapat dibagi menjadi 8 level, yaitu level 0, level 1, level 2, level 3, level 4, level 5, level 6, level 0+1 dan 1+0. Setiap level tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer server, tapi bisa juga digunakan di dalam workstation. Penggunaan di dalam workstation umumnya digunakan dalam komputer yang digunakan untuk melakukan beberapa pekerjaan seperti melakukan penyuntingan video/audio. Implementasi RAID,

selain secara hardware (dengan RAID controller) juga dapat dilakukan secara software, misalnya pada Microsoft Windows NT 4.0.

4.2

Saran

Secara garis besar teknologi RAID dibangun dari tiga konsep yaitu mirroring, stripping dan fault tolerance. Konfigurasi RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh yang berbeda pula pada keandalan dan juga kinerja. Masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan banyak disk adalah salah satunya akan mengalami kesalahan, tapi dengan menggunakan teknik pengecekan kesalahan, sistem komputer secara keseluruhan dibuat lebih andal dengan melakukan reparasi terhadap kesalahan tersebut dan akhirnya selamat dari kerusakan yang fatal.

Teknik mirroring dapat meningkatkan proses pembacaan data mengingat sebuah sistem yang menggunakannya mampu membaca data dari dua disk atau lebih, tapi saat untuk menulis kinerjanya akan lebih buruk, karena memang data yang sama akan dituliskan pada beberapa hard disk yang tergabung ke dalam larik tersebut.

Teknik striping, bisa meningkatkan performa, yang mengizinkan sekumpulan data dibaca dari beberapa hard disk secara sekaligus pada satu waktu, akan tetapi bila satu hard disk mengalami kegagalan, maka keseluruhan hard disk akan mengalami inkonsistensi. Teknik pengecekan kesalahan / koreksi kesalahan juga pada umumnya akan menurunkan kinerja sistem, karena data harus dibaca dari beberapa tempat dan juga harus dibandingkan dengan checksum yang ada. Maka, desain sistem RAID harus mempertimbangkan kebutuhan sistem secara keseluruhan, sehingga perencanaan dan pengetahuan yang baik dari seorang administrator jaringan sangatlah dibutuhkan. Larik-larik RAID modern umumnya menyediakan fasilitas bagi para penggunanya untuk memilih konfigurasi yang diinginkan dan tentunya sesuai dengan kebutuhan.

Beberapa sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan, meskipun terjadi kegagalan. Beberapa hard disk yang mengalami kegagalan tersebut dapat diganti saat sistem menyala (hot-swap) dan data dapat diperbaiki secara otomatis. Sistem lainnya mungkin mengharuskan shutdown ketika data sedang diperbaiki. Karenanya, RAID sering digunakan dalam sistem-sistem yang harus selalu online, yang selalu tersedia (highly available), dengan waktu down-time yang, sebisa mungkin, hanya beberapa saat saja.

Kesimpulannya, dengan teknik stripping proses read and write data akan lebih cepat kemudian dengan teknik mirroring proses backup akan terus berjalan, sedangkan fault tolerance akan memperkecil peluang terjadi kesalahan pembacaan maupun penulisan data.

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Eko. 2009. Computer Organization. Indonesian Computer University. Taufan, Dwi. Arsitektur dan mekanisme teknologi raid. blog.ub.ac.id. 2011. Leurs, Laurens. RAID Technology. www.prepressure.com. 2007.

Dr. Hermawan Wibisono, Sp.OG & Ayu Bulan Febry Kurnia Dewi, S.KM. 2009. Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta Selatan: PT AgroMedia Pustaka. Hal 5254 Lennypuss. Kenapa Bulu Kucing Bisa Menyebabkan Penyakit Toxoplasmosis. www.lennypuss.wordpress.com. 2011 Subronto. 2006. Penyakit infeksi parasit dan mikroba pada anjing dan kucing. Yogjakarta: Universitas Gajah Mada. Hal 26-37 Yuliarti, Nurheti. 2010. Hidup Sehat Bersama Kucing Kesayangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 61

Anda mungkin juga menyukai