Anda di halaman 1dari 132

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS ALOKASI JOINT COST KEGIATAN PENAMBANGAN DAN


PENGOLAHAN NIKEL DALAM MENGHITUNG KEMBALI
PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
(STUDI KASUS PT. ANTAM (PERSERO) TBK)



SKRIPSI



DEDEN SAFRUDIN
0806377223



FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI FISKAL
PROGRAM SARJ ANA EKSTENSI

Depok
J uni 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012



UNIVERSITAS INDONESIA


ANALISIS ALOKASI JOINT COST KEGIATAN PENAMBANGAN DAN
PENGOLAHAN NIKEL DALAM MENGHITUNG KEMBALI
PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
(STUDI KASUS PT. ANTAM (PERSERO) TBK)



SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana


DEDEN SAFRUDIN
0806377223



FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI FISKAL
PROGRAM SARJ ANA EKSTENSI

Depok
J uni 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
HALAMAN PERNY ATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Deden Safrudin
NPM : 0806377223
Tanda Tangan
Tanggal 25 Juni 2012
11
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
HALAMA PE GE AHA
Skripsi ini diajukan oleh:
ama
PM
Program Studi
J udul Skripsi
: Deden Safrudin
: 0806377223
: Ilmu dmini tra i Fi kal
: Analisis Alokasi Joint Cost Kegiatan Penambangan
Dan Pengolahan ikel Dalam Menghitung
Kembali Pajak Masukan Yang Dapat Dikreditkan
(Studi Kasus PT A TAM (Pcrsero) Tbk.)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan ditcrima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana IImu Administrasi pad a Program Studi IImu Administrasi Fiskal,
Fakultas IImu Sosial dan IImu Politik, Universitas Indonesia
DEWAN PE GUJI
Ketua Sidang : Dr. ing Rahayu. M.Si )
Sekretaris idang: Milia Sepliana ctyowati, S. as, M.Ak
Penguji Ahli : Ruston Tambunan Ak., M.Si., M.lnt.Tax
Pembimbing : DR. Tafsir urchamid, M.Si )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 25 J uni 2012
111
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana khususnya Program Studi Administrasi Fiskal pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. Penulis menyadari bahwa dalam upaya menyelesaikan skripsi
ini, banyak pihak yang ikut membantu. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Asrori, M.A., FLMI selaku Ketua Program Sarjana Ekstensi Departemen
Ilmu Administrasi;
2. Dra. Afiati Indri Wardhani, M.Si. selaku Sekretaris Program Sarjana Ekstensi
Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI;
3. Dr. Ning Rahayu, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Fiskal
Departemen Ilmu Administrasi dan sekaligus juga selaku Ketua Sidang atas
masukan dan pendapat yang bermanfaat bagi skripsi ini;
4. DR. Tafsir Nurchamid, M.Si selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk dapat berdiskusi dan telah bermurah hati
memberikan bimbingan yang menyeluruh kepada penulis;
5. Ruston Tambunan Ak., M.Si., M.Int.Tax. selaku Penguji Ahli atas masukan
dan pendapat yang bermanfaat bagi skripsi ini;
6. Milla Sepliana Setyowati, S.Sos, M.Ak, selaku sekretaris sidang atas masukan
dan pendapat yang bermanfaat bagi skripsi ini;
7. Tunas Hariyulianto, SE. MSi selaku pihak akademisi yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan pendapat terkait pembahasan skripsi ini;
8. Arif Santosa dari Kantor Pelayanan Pajak PMA 3 dan Bapak Rochmat
Chosnudin dari Kantor Pelayanan Pajak BUMN selaku praktisi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pendapat terkait pembahasan
skripsi ini;
9. Bapak Tuhiyat, Bapak Darnoto, Bapak Slamet Ngadiyono, Ibu Gita Avrilandy
dan seluruh pihak Satuan Kerja Tax & Insurance PT ANTAM (Persero) yang
telah memberikan informasi, data dan pendapatnya terkait dengan pembahasan
skripsi ini;
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
v

10. Orang Tua ku tercinta Alm. Sarkosih Sahudi dan Almh. Dedeh Darsih yang
telah mencurahkan kasih sayangnya serta memberikan motivasi terbesar
dalam hidup;
11. Teman tercinta yang memberikan support terbesar, Putri Fajar, yang selama
ini telah memberikan doa, semangat, dukungan dan perhatian yang tiada henti
bagi penulis.
12. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Tety H. Purba, Fajar dan Dani Kiting
yang telah memberikan semangat bagi penulis.
13. Teman-teman seperjuangan: Hendra Damanik, Taslim, Tinton, Ferry, Erwin,
Edo, Aryo, Dani Dono, Ato, Tika, Ayu, Ocha, Lois, Zaki, Adit, Pupu Aruni,
Firly yang selama ini memberi semangat, semua teman-teman ekstensi fiskal
2008 dan , Indra Gunawan, Eko Prihayanto, Bayu Wibianto, Itok Suminto
sahabat yang telah memberikan semangat untuk terus menyelesaikan Skripsi..
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan. Terima Kasih.

Depok, 25 J uni 2012

Penulis










Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
HALAMA PERNY ATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Deden Safrudin
NPM : 0806377223
Program Studi : Ilmu Admnisitrasi Fiskal
Departemen : Ilmu Administrasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
J enis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS ALOKASI JOINT COST KEGIATAN PE AMBANGA DA
PENGOLAHA IKEL DALAM ME GHITUNG KEMBALI PAJ AK
MASUKA YANG DAPAT DIKREDITKAN (STUDI KASUS PT. ANTAM
(PERSERO) TBK.)
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
NonEksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedial
format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencamturnkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
Pada tanggal
: Depok
: 25 J uni 2012
Yang menyatakan,
( Deden Safrudin )
VI
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
vii

ABSTRAK

Nama : Deden Safrudin
Program Studi : Ilmu Admnisitrasi Fiskal
J udul Skripsi : Analisis Alokasi Joint Cost Kegiatan Penambangan Dan
Pengolahan Nikel Dalam Menghitung Kembali Pajak Masukan
Yang Dapat Dikreditkan (Studi Kasus PT ANTAM (Persero)
Tbk.)

Penelitian ini membahas mengenai mekanisme perhitungan Pajak Masukan atas
perolehan barang dan jasa yang terkait penambangan dan pengolahan, dan
kendala-kendala yang dihadapi perusahaan dalam melaksanakan kewajiban Pajak
Pertambahan Nilai terhadap kegiatan pertambangan Nikel bagi perusahaan yang
melakukan penambangan dan pengolahan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan,
studi lapangan, dan wawancara mendalam dengan pihak terkait.
Hasil dari penelitian ini adalah: feronikel merupakan bijih nikel yang diproses
lebih lanjut. Penjualan atas bijih nikel yang telah diolah menjadi feronikel
merupakan objek yang terutang PPN sedangkan untuk bijih nikel yang langsung
di jual ke luar negeri merupakan objek yang dikecualikan dari pengenaan PPN.
Biaya penambangan dan pengangkutan atas bijih nikel yang dijual tersebut
adakalanya menyatu dengan bijih nikel yang akan diolah di dalam pabrik
pengolahan sehingga menimbulkan kesulitan dalam menghitung berapa besaran
Pajak Masukan dapat dikreditkan.
Kendala yang timbul adalah kendala internal, yaitu: staf yang khusus menangani
pajak hanya terdapat di kantor pusat, sedangkan transaksi yang berkaitan langsung
dengan pertambangan lebih banyak dilakukan di Unit Bisnis pertambangan, dan
kesulitan dalam pengadministrasian PPN atas joint cost untuk menghasilkan bijih
nikel dan feronikel. Upaya yang dilakukan oleh PT ANTAM (Persero) Tbk dalam
mengatasi kendala dalam rangka memaksimalkan pengkreditan Pajak Masukan
adalah dengan mengupayakan penambahan personil di Satuan Kerja Pajak dan
memberikan sosialisasi perpajakan khususnya PPN atas J asa Penambangan dan
Pengangkutan, ke Unit Bisnis Pertambangan sehingga pada saat
pengadministrasian dapat diidentifikasi dan diklasifikasikan antara Pajak
Masukannya dapat dikreditkan dan yang tidak.

Kata Kunci : PPN, Pertambangan Nikel dan Pengolahan Feronikel









Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
viii

ABSTRACT

Name : Deden Safrudin
Study Program : Fiscal Administration
Title : Analysis of J oint Cost Allocations Nickel Mining and
Processing Activities On Calculating the Input Tax Return Can
Be Credited (Case PT Antam (Persero) Tbk.)

This study discusses the calculation mechanism of Input Tax on the acquisition of
goods and services related to mining and processing, and constraints that
companies face in implementing the VAT liability of Nickel mining activities for
companies that conduct mining and processing. This study used a qualitative
approach to data collection techniques through library research, field studies, and
in-depth interviews with relevant parties.
The results of this study are: ferronickel, nickel ore that is processed further. Sales
of nickel ore that has been processed into nickel is the object while the VAT
payable for the direct nickel ore sold to a foreign object is excluded from the
imposition of VAT. The cost of mining and transporting the ore is sometimes sold
together with nickel ore to be processed at the processing plant, giving rise to
difficulties in calculating how much the amount of input tax may be credited.
Constraints is arising from the internal, that is: a special staff to handle the tax
only in the head office, while transactions that are directly related to mining is
mostly done in the mining business unit, and difficulties in the administration of
VAT on joint cost to produce nickel ore and ferronickel. Efforts made by PT
Antam (Persero) Tbk to overcome obstacles in order to maximize input tax
crediting is to seek the addition of personnel in the Tax Task Force and provide
socialization in particular VAT taxation on Mining Services and Transportation,
to the Mining Business Unit so that when the administration can be identified and
classified between Input Tax can be credited and which not.

Keyword: VAT, Nickel Mining and Ferronickel Processing

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012


ix

DAFTAR ISI





HALAMAN J UDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJ UAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan ................................................ 1
1.2 Permasalahan Pokok .............................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 6
1.4 Signifikasi Penelitian ............................................................. 7
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................ 7

BAB II TINJ AUAN DAN KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................... 10
2.2 Kerangka Teori ....................................................................... 14
2.2.1 Konsep Pertambangan ................................................... 14
2.2.1.1 Karakteristik Pertambanga ............................... 15
2.2.1.2 Pengusahaan Pertambangan ............................. 17
2.2.1.3 Kebijakan Pajak di Sektor Pertambangan ........ 19
2.2.1.4 Instrumen Fiskal Untuk Sumber Daya Mineral,
Minyak dan Gas ................................................ 20
2.2.2 Konsep Pajak Pertambahan Nilai .................................. 21
2.2.2.1 Legal Character Pajak Pertambahan Nilai ....... 27
2.2.2.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai ........................ 30
2.2.2.3 Metode Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai . 31
2.2.2.4 Fasilitas Pajak ................................................... 31
2.2.3 Konsep Pengalokasian Produk Bersama (Joint Cost) ... 34
2.2.4 Konsep Implementasi .................................................... 37
2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian. .................................................................. 41
3.2 Pendekatan Penelitian ............................................................ 41
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012


x

3.3 J enis Penelitian ....................................................................... 42
3.3.1 J enis Penelitian Berdasarkan Tujuan ............................ 42
3.3.2 J enis Penelitian Berdasarkan Manfaat .......................... 43
3.3.3 J enis Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu ............... 43
3.3.4 J enis Penelitian Berdasarkan Teknik Pengumpulan
Data ............................................................................... 43
3.4 Teknik Analisa Data ............................................................... 45
3.5 Narasumber/Informan ............................................................ 46
3.6 Site Penelitian ......................................................................... 47
3.7 Batasan Penelitian .................................................................. 48

BAB IV GAMBARAN UMUM PT ANTAM (Persero) Tbk
4.1 Sejarah Singkat PT. ANTAM (Persero) Tbk ......................... 49
4.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan. ........................................ 51
4.3 Strategi Perusahaan ................................................................ 52
4.4 Struktur Organisasi ................................................................. 55

BAB V ANALISIS ALOKASI JOINT COST KEGIATAN
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN NIKEL DALAM
MENGHITUNG KEMBALI PAJ AK MASUKAN YANG DAPAT
DIKREDITKAN
5.1 Alokasi Joint Cost Kegiatan Penambangan dan Pengolahan
Nikel dalam Menghitung Kembali Pajak Masukan yang
dapat Dikreditkan ................................................................... 58
5.1.1 Proses Penambangan ..................................................... 60
5.1.2 Proses Pengolahan ......................................................... 67
5.2 Mekanisme Perhitungan Pajak Masukan Terhadap Barang
Hasil Pertambangan dan Hasil Pengolahan ............................ 77
5.3 Kendala Yang Dihadapi Perusahaan Dalam Melaksanakan
Kewajiban Pajak Pertambahan Nilai ...................................... 84
5.3.1 Sumber Daya Manusia .................................................. 84
5.3.2 Kendala Dalam Pengadministrasian PPN
Penambangan dan Pengolahan atas Joint Cost
Pertambangan ................................................................ 86

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan. ............................................................................... 88
6.2 Saran ....................................................................................... 88


DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 91

DAFTAR RIWAYAT HIDUP



Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012


xi

DAFTAR TABEL

Hal.
Tabel 1.1 Pendapatan Negara dan Hibah, 2006 - 2012................................ 3

Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Penelitian.................................................. 12

Tabel 5.1 Laporan Produksi dan Penjualan.................................................. 81







































Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012


xii

DAFTAR GAMBAR

Hal.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi...................................................................... 55

Gambar 5.1 Proses Pemuatan Bijih Nikel....................................................... 61

Gambar 5.2 Proses Penambangan Nikel PT Antam........................................ 62

Gambar 5.3 Pabrik Pengolahan Ferronickel PT Antam.................................. 68

Gambar 5.4

Diagram Proses Pengolahan Bijih Nikel..................................... 70

Gambar 5.5

Ingot............................................................................................. 72

Gambar 5.6

Shot.............................................................................................. 72
































Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012


xiii

DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran 1 Transkrip Wawancara

Lampiran 2 Persetujuan Pemusatan Tempat Terhutang Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)

Lampiran 3 Pemusatan Tempat Terhutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Lampiran 4 Surat Izin Melakukan Riset

Lampiran 5 SPT PPN Masa Desember 2010

Lampiran 6 SPT PPN Masa Maret 2011
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
1

Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan
Industri pertambangan mineral saat ini banyak menjadi perhatian bagi
pemerintah, terlebih lagi dengan adanya peningkatan harga jual. Konsumsi
bahan tambang mineral dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga
lahan yang terganggu akibat kegiatan pertambangan menjadi bertambah.
Dalam dunia pertambangan, Indonesia memang dikenal sebagai
negara yang kaya dengan kandungan mineral yang siap diangkat kapan saja.
Meskipun Indonesia menempati posisi produsen terbesar kedua untuk
komoditas timah, posisi terbesar keempat untuk komoditas tembaga, posisi
kelima untuk komoditas nikel, posisi terbesar ketujuh untuk komoditas emas,
dan posisi kedelapan untuk komoditas batubara, tetap saja terbelit beban
utang yang tidak sedikit dan rasio orang miskinnya pun mencapai 17 juta
jiwa. Kekayaan tambang Indonesia yang sudah dikeruk puluhan tahun
ternyata hanya menghasilkan 11 persen dari pendapatan ekspor dan
menyumbang 2,5 dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) (Peta Sektor
Pertambangan : jurnal-ekonomi.org, Desember 2006).
Terbitnya Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara merupakan upaya pemerintah dalam mengawasi dan
menjaga kekayaan sumber daya alam dari praktik pertambangan yang tidak
bertanggungjawab sehingga diharapkan tidak terjadi kerusakan alam yang
menyebabkan terganggunya ekosistem dan juga mencegah keuntungan besar
yang seharusnya bisa diperoleh negara mengalir begitu saja, yang pada
akhirnya negara lain yang menikmati keuntungan besar dari mengolah bahan
tambang tersebut menjadi produk jadi.
Sebelum terbitnya undang-undang tersebut, pengusaha pertambangan
diperbolehkan menjual hasil pertambangannya langsung kepada pembeli di
luar negeri tanpa melalui suatu proses pengolahan terlebih dahulu sehingga
kurang memberikan nilai tambah kepada hasil tambang tersebut. Hal itu
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
2

Universitas Indonesia
menyebabkan sangat kecilnya penerimaan pemerintah dari sektor
pertambangan.
Setelah terbit undang-undang tentang pertambangan mineral dan
batubara, mewajibkan pengusaha pertambangan melakukan pengolahan hasil
tambangnya di dalam negeri dan melarang penjualan langsung ke luar negeri
dalam bentuk hasil tambang langsung. Pemerintah mengharapkan dengan
diolah terlebih dahulu di dalam negeri maka menghasilkan nilai tambah yang
cukup tinggi dan sekaligus bisa mendorong peningkatan ekonomi dalam
negeri dengan terciptanya lapangan kerja yang luas melalui pembangunan
pabrik pengolahan disekitar lokasi pertambangan.
Sejak tahun 2004, produksi dan ekspor logam mengalami
peningkatan. Produsen logam dan investor banyak menarik keuntungan
dengan menghasilkan hampir dua kali dari tahun 2004. Dengan membaiknya
pasokan bahan baku logam dan pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya
negara berkembang di Asia sebagai pasar utama produk-produk logam,
terutama di sektor konstruksi, elektronik, makanan, dan sebagainya, prospek
permintaan logam dunia akan terus membaik walaupun kenaikannya akan
lambat. Akan tetapi jika dilihat dari sisi penerimaan negara, sektor
pertambangan Indonesia ternyata belum memberikan kontribusi yang besar
dari total pendapatan. Pada 2008, saat komoditas pertambangan sedang
tinggi, sektor pertambangan mineral - batubara dari pajak dan non-pajak
hanya memberikan sumbangan sebesar Rp 42,12 triliun atas sekitar 4,4% saja
dari total penerimaan (Siaran Pers : www.esdm.go.id, 30 Desember 2008) .
J ika dilihat dari perkembangan ekonomi sampai dengan tahun 2012,
berdasarkan Data Pokok APBN 2006 2012 Kementerian Keuangan
Republik Indonesia, cenderung mengalami peningkatan yang cukup
signifikan baik dari sisi Penerimaan Pajak maupun dari sisi Penerimaan
Negara Bukan Pajak. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui tabel berikut
ini:


Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
3

Universitas Indonesia
Tabel 1.1
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH, 2006 - 2012
(milliar rupiah)
Uraian
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP APBN-P RAPBN

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI

636.153,1

706.108,4

979.305,4

847.096,6

992.248,5

1.165.252,5

1.292.052,6
1. Penerimaan Perpajakan

409.203,0

490.988,6

658.700,8

619.922,3

723.306,7

878.685,2

1.019.332,4
a. Pajak Dalam Negeri

395.971,5

470.051,8

622.358,7

601.251,8

694.392,1

831.745,3

976.898,8
i. Pajak Penghasilan

208.833,1

238.430,9

327.497,7

317.615,0

357.045,5

431.977,0

512.834,5
1. PPh. Migas

43.187,9

44.000,5

77.018,9

50.043,7

58.872,7

65.230,7

58.665,8
2. PPh Nonmigas

165.645,2

194.430,4

250.478,8

267.571,3

298.172,8

366.746,3

454.168,7
ii. Pajak Pertambahan Nilai

123.035,9

154.526,8

209.647,4

193.067,5

230.604,9

298.441,4

350.342,2
iii. Pajak Bumi dan Bangunan

20.858,5

23.723,5

25.354,3

24.270,2

28.580,6

29.057,8

35.646,9
iv. BPHTB

3.184,5

5.953,4

5.573,1

6.464,5

8.026,4

-

-
v. Cukai

37.772,1

44.679,5

51.251,8

56.718,5

66.165,9

68.075,3

72.443,1
vi. Pajak Lainnya

2.287,4

2.737,7

3.034,4

3.116,0

3.968,8

4.193,8

5.632,0
b. Pajak Perdagangan Internasional

13.231,5

20.936,8

36.342,1

18.670,5

28.914,5

46.939,9

42.433,6
i. Bea Masuk

12.140,4

16.699,4

22.763,8

18.105,5

20.016,8

21.500,8

23.534,6
ii. Bea Keluar

1.091,1

4.237,4

13.578,3

565,0

8.897,7

25.439,1

18.899,0
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

226.950,1

215.119,8

320.604,6

227.174,3

268.941,9

286.567,2

272.720,2
a. Penerimaan SDA

167.473,8

132.892,7

224.462,9

138.959,2

168.825,4

191.976,0

172.870,8
i. Migas

158.086,1

124.783,7

211.616,9

125.752,0

152.733,2

173.167,3

156.010,0
1. Minyak Bumi

125.145,4

93.604,5

169.022,2

90.056,0

111.814,9

123.051,0

112.449,0
2. Gas Alam

32.940,7

31.179,2

42.594,7

35.696,0

40.918,3

50.116,2

43.561,0
ii. Non Migas

9.387,7

8.109,0

12.846,0

13.207,2

16.092,3

18.808,7

16.860,8
1. Pertambangan Umum

6.781,4

5.877,9

9.511,3

10.369,4

12.646,8

15.394,5

13.773,2
2. Kehutanan

2.409,5

2.114,8

2.315,5

2.345,4

3.009,7

2.908,1

2.754,5
3. Perikanan

196,9

116,3

77,8

92,0

92,0

150,0

100,0
4. Pertambangan Panas Bumi

-

-

941,4

400,4

343,8

356,1

233,1
b. Bagian Laba BUMN

21.450,6

23.222,5

29.088,4

26.049,5

30.096,9

28.835,8

27.590,0
c. PNBP Lainnya

38.025,7

56.873,4

63.319,0

53.796,1

59.428,6

50.339,4

54.398,3
d. Pendapatan BLU

-

2.131,2

3.734,3

8.369,5

10.590,8

15.416,0

17.861,1
II. Hibah

1.834,1

1.697,8

2.304,0

1.666,6

3.023,0

4.662,1

825,1
Pendapatan Negara dan Hibah

637.987,2

707.806,2

981.609,4

848.763,2

995.271,5

1.169.914,6

1.292.877,7
Sumber : Data Pokok APBN 2006-2012

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, sektor pajak memberikan kontribusi
sebesar Rp 723.306,7 milliar atau sekitar 73 persen dari penerimaan dalam
negeri pada tahun 2010, sedangkan dari Pajak Pertambahan Nilai, pada tahun
yang sama memberikan kontribusi sebesar Rp 230.604,9 milliar atau sekitar
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
4

Universitas Indonesia
32 persen dari total penerimaan pajak (tabel 1.1). Peningkatan penerimaan
PPN dari tahun ke tahun sejak 2006 sampai dengan tahun 2010 rata-rata
mengalami peningkatan sebesar 1,025 persen.
Dengan pemberlakuan undang-undang tentang pertambangan mineral
dan batubara yang mewajibkan mulai tahun 2014 berlaku efektif larangan
penjualan barang hasil tambang langsung ke luar negeri dapat meningkatkan
penerimaan negara secara signifikan baik dari sektor Penerimaan Pajak
maupun sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Bagi perusahaan pertambangan, dengan terbitnya Undang-Undang
No.4 Tahun 2009 ternyata memiliki dampak terhadap perpajakan karena
terjadi perubahan bisnis inti perusahaan dari hanya melakukan penambangan
menjadi pengusaha yang sekaligus melakukan pengolahan hasil tambang.
Untuk perusahaan yang memiliki kapasitas pengolahan yang sedang, maka
akan menjual hasil produksi tambangnya kepada perusahaan yang memiliki
pengolahan dengan skala besar.
Dari sektor pertambangan, tidak semua penyerahan ataupun perolehan
barang tambang terhutang PPN. Objek yang dikecualikan dari pengenaan
PPN terdapat dalam pasal 4A UU PPN. Mengenai barang tambang yang
diambil langsung dari alam itu sendiri, diatur dalam Pasal 4A ayat (2) huruf a
UU PPN. Definisi dalam Undang-Undang PPN menyebutkan jenis barang
yang tidak dikenakan PPN salah satunya adalah barang hasil pertambangan
atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya. Ketentuan
diambil langsung dari sumbernya ketika diimplementasikan di lapangan
untuk menentukan batasan terutang dan tidak terutang PPN menimbulkan
dispute.
PT. Antam (Persero) Tbk, merupakan Badan Usaha Milik Negara
yang bergerak dalam bidang pertambangan nikel, melakukan kegiatan
penambangan dengan menjual langsung hasil produknya ke luar negeri
(ekspor) dan juga sebagian produknya diolah terlebih dahulu di pabrik
pengolahan untuk dijadikan ferronikel.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
5

Universitas Indonesia
J ika dihubungakan antara UU PPN tersebut dengan kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan, maka terdapat dua macam perlakuan terhadap
Pajak Pertambahan Nilai sebagai Pajak Masukan yang harus dilaporkan di
dalam SPT PPN. Kesalahan dalam memperlakukan Pajak Masukan dapat
mengakibatkan kurang bayar jika dilakukan pemeriksanaan pajak oleh fiskus
sehingga perusahaan menghadapi sanksi denda atas kekurangan pembayaran
tersebut. Terlebih lagi bahwa seluruh hasil penjualan di ekspor ke luar negeri
sehingga perusahaan selalu dalam kondisi kelebihan pembayaran PPN
sehingga harus di restitusi dan harus melalui proses pemeriksaan terlebih
dahulu.

1.2. Permasalahan Pokok
Saat ini industri pertambangan di Indonesia merupakan industri yang
menarik karena pertumbuhannya sangat signifikan dalam 10 tahun terakhir,
seperti terlihat dari perkembangan perusahaan pertambangan batu bara,
emas, ferronikel. Indonesia merupakan penghasil tembaga terbesar ke empat
di dunia, dan juga penghasil timah serta nikel terbesar kedua di dunia.
Berdasarkan angka yang di sajikan dalam Berita Resmi Statistik
No.12/02/Th.XIII tanggal 10 Februari 2010 disampaikan bahwa laju
pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian mencapai 4,4
persen. Mulai tahun 2010, nilai industri pertambangan mencapai lebih dari
73 miliar dollar AS, yang menyumbang sekitar 11 persen terhadap produk
domestik bruto Indonesia (www.waspada.co.id, 15 J une 2011 08:19) .
Pertambangan Nikel oleh PT. Antam (Persero) Tbk mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun oleh karena permintaan pasokan dari luar
negeri baik dalam bentuk nikel ore maupun dalam bentuk ferronikel. Dengan
meningkatnya jumlah produksi berarti pula meningkatnya konsumsi bahan
baku dan biaya operasional dalam menghasilkan produknya.
Untuk memperoleh bahan baku dan juga biaya-biaya operasional
yang dikeluarkan tersebut tentunya terdapat Pajak Pertambahan Nilai yang
harus dibayar dan kemudian akan dijadikan sebagai Pajak Masukan. Oleh
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
6

Universitas Indonesia
karena produk yang dihasilkan tidak seluruhnya dalam bentuk barang hasil
tambang yang diambil langsung dari sumbernya akan tetapi barang hasil
tambang tersebut sebagian diolah di pabrik pengolahan sehingga memiliki
nilai tambah, maka perlakuan Pajak Masukan tersebut menimbulkan dispute
dalam menentukan batasan dapat dikreditkan atau tidak karena atas hasil
penjualan produk ferronikel yang seluruhnya di ekspor terutang PPN 0 (nol)
persen, sehingga akan terjadi kelebihan pembayaran PPN dalam pelaporan
SPT.
Berdasarkan hal di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian
atas permasalahan pokok yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perlakuan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai terhadap
kegiatan pertambangan Nikel bagi perusahaan yang melakukan
penambangan dan pengolahan di PT. ANTAM (persero) Tbk.?
2. Bagaimana mekanisme perhitungan Pajak Masukan atas perolehan
barang dan jasa yang terkait penambangan dan pengolahan di PT.
ANTAM (persero) Tbk.?
3. Apa kendala-kendala yang dihadapi perusahaan dalam melaksanakan
kewajiban Pajak Pertambahan Nilai terhadap kegiatan pertambangan
Nikel bagi perusahaan yang melakukan penambangan dan pengolahan di
PT. ANTAM (persero) Tbk.?

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka
penulis merumuskan tujuan penelitian, yaitu:
1. Untuk menganalisis sejauh mana perlakuan Pajak Pertambahan
Nilai terhadap kegiatan pertambangan Nikel bagi perusahaan yang
melakukan penambangan dan pengolahan.
2. Untuk menganalisis mekanisme perhitungan Pajak Masukan atas
perolehan barang dan jasa yang terkait penambangan dan
pengolahan.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
7

Universitas Indonesia
3. Untuk menganalisis kendala yang dihadapi perusahaan dalam
melaksanakan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai terhadap
kegiatan pertambangan Nikel bagi perusahaan yang melakukan
penambangan dan pengolahan.

1.4. Signifikansi Penelitian
1.4.1 Signifikansi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
dapat menguasai analisis melengkapi tentang implementasi
kewajiban Pajakan Pertambahan Nilai terhadap kegiatan
pertambangan nikel bagi perusahana yang melakukan penambangan
dan pengolahan. Diharapkan penelitian ini dapat memberi informasi
tambahan kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang
sejenis.
1.4.2 Signifikansi Praktis
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan usaha pertambangan
mineral mengenai apa saja kewajiban perpajakan yang timbul sebagai
konsekuensi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan di sektor
pertambangan mineral dan diharapkan dapat memberi masukkan
kepada perusahaan mengenai permasalahan yang diteliti.

1.5. Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari 6 bab yang masing-masing terbagi menjadi beberapa sub-bab, agar
dapat mencapai suatu pembahasan atas permasalahan pokok yang lebih
mendalam, dan garis besar penulisan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:


Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
8

Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini merupakan pendahuluan dari penulisan skripsi. Di
dalam pendahuluan dijelaskan tentang latar belakang
permasalahan, permasalahan pokok, tujuan penelitian, metode
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan berbagai landasan teori-teori yang
akan digunakan sebagai acuan dalam menganalisis penelitian ini,
yang antara lain mengenai teori dan konsep yang berkaitan dengan
Pajak Pertambahan Nilai pada perusahaan pertambangan Nikel.

BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan metode penelitian yang dipilih oleh
penulis, yang terdiri dari pendekatan penelitian, jenis penelitian
berdasarkan tujuan, manfaat, dimensi waktu penelitian serta
teknik pengumpulan data, analisis data yang digunakan,
narasumber, proses penelitian, penelitian lapangan, serta batasan
penelitian.

BAB IV GAMBARAN UMUM PT. ANTAM (Persero) Tbk.
Dalam bab ini berisi mengenai gambaran umum dari objek
penelitian. dibahas dalam bab ini akan dibahas visi, misi, kegiatan
dan struktur organisasi di PT. Antam (Persero) Tbk.

BAB V ANALISIS ALOKASI JOINT COST KEGIATAN
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN NIKEL DALAM
MENGHITUNG KEMBALI PAJAK MASUKAN YANG
DAPAT DIKREDITKAN
Pada bab ini akan membahas mengenai perlakuan Pajak
Pertambahan Nilai pada perusahaan pertambangan Nikel yang
melakukan penambangan dan juga melakukan pengolahan,
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
9

Universitas Indonesia
mekanisme perhitungan Pajak Masukan atas perolehan barang dan
jasa yang terkait penambangan dan pengolahan serta kendala yang
dihadapi perusahaan dalam melaksanakan kewajiban Pajak
Pertambahan Nilai terhadap kegiatan pertambangan Nikel bagi
perusahaan yang melakukan penambangan dan pengolahan.
Dengan demikian akan diperoleh suatu hasil analisa yang akan
dipergunakan sebagai dasar pembuatan kesimpulan dan saran.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini merupakan penutup laporan penelitian. Dalam hal
ini, peneliti mencoba untuk menarik kesimpulan dari analisa yang
telah dilakukan dan juga mengemukakan saran untuk mengatasi
permasalahan pokok tersebut yang ada di dalam penelitian.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
10

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN DAN KERANGKA TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti melakukan tinjauan pustaka
dari hasil penelitian yang terdahulu yang secara garis besar memiliki karakteristik
yang sama. Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai topik yang yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti melihat
hasil penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang pertama berupa skripsi yang
dilakukan oleh Hannaria Manalu, mahasiswa Administrasi Fiskal ekstensi FISIP
UI tahun 2000, berjudul Analisis Perlakuan Perpajakan Terhadap Kontrak Karya
Generasi VI Pertambangan Umum Khusus Pada Pengalihan Pengeluaran Sebelum
Kontrak Karya Berdiri (pre-cow expenditures).Skripsi ini bertujun untuk melihat
prosedur yang tepat dan keterangan yang lebih rinci atas ketentuan tersebut dan
menjamin ketentuan tersebut pasti. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
metode kualitatif dimana teknik pengumpulan datanya berupa studi lapangan
(field research), melalui wawancara (in-depth interview) dan studi kepustakaan
(library research). Dari hasil pengumpulan dan analisa data diperoleh bahwa
pengeluaran sebelum perusahaan didirikan yang telah dikeluarkan oleh para
pemegang saham dan langsung berhubungan dengan proyek Kontrak Karya tidak
terkena pajak sepanjang belum dibiayakan oleh perusahaan yang mengeluarkan
biaya.
Pada Penelitian yang kedua berupa skripsi yang dilakukan oleh Agnes
Budi Utami, mahasiswa Administrasi Fiskal ekstensi FISIP UI tahun 2006,
berjudul Analisis Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Batubara (Studi Kasus
pada Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara). Skripsi ini
bertujun untuk mengetahui implikasi bagi kontraktor tambang batubara atas
ketentuan dalam PP No. 144/2000. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
metode kualitatif dimana teknik pengumpulan datanya berupa studi lapangan
(field research), melalui wawancara (in-depth interview) dan studi kepustakaan
(library research). Dari hasil pengumpulan dan analisa data diperoleh bahwa
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
11

Universitas Indonesia
ketentuan mengenai batubara bukan Barang Kena Pajak (BKP) tidak sesuai
dengan konsep Pajak Pertambahan Nilai (PPN) karena proses batubara termasuk
dalam kegiatan menghasilkan barang.
Pada Penelitian yang ketiga berupa skripsi yang dilakukan oleh
Sudarmono, mahasiswa Administrasi Fiskal ekstensi FISIP UI tahun 2008,
berjudul Analisis Tax Reliefs atas Kewajiban Tanggung J awab Sosial Perusahaan
pada Perusahaan Kontraktor Pertambangan Batubara (Studi Kasus Pada PT.
XYZ). Skripsi ini bertujun untuk mengetahui dan menjelaskan dampak
pemberian tax reliefs atas CSR terhadap laba kena pajak bagi perusahaan yang
bergerak di sektor pertambangan (PT. XYZ). Penelitian ini bersifat deskriptif
dengan metode kualitatif dimana teknik pengumpulan datanya berupa studi
lapangan (field research), melalui wawancara (in-depth interview) dan studi
kepustakaan (library research). Dari hasil pengumpulan dan analisa data
diperoleh bahwa Perlakuan perpajakan sebagai deductible expense atas aktivitas
CSR yang dilakukan oleh PT. XYZ akan berdampak terhadap penurunan Pajak
Penghasilan yang terutang di akhir periode fiskal, maka PT XYZ dapat melakukan
tax saving.
Pada Penelitian yang keempat berupa skripsi yang dilakukan oleh Yerni
Yanuarti, mahasiswa Administrasi Fiskal ekstensi FISIP UI tahun 2002, berjudul
Analisis Perlakuan PPN Terhadap Perusahaan Kontrak Karya Pertambangan
Umum di Indonesia Dengan Berlakunya UU PPN Tahun 2000. Skripsi ini
bertujun untuk mendeskripsikan dan menganalisa perlakuan PPN dalam Kontrak
Karya Pertambangan Umum, analisa kesesuaian dan pengaruh diundangkannya
UU PPN Tahun 2000. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode kualitatif
dimana teknik pengumpulan datanya berupa studi lapangan (field research),
melalui wawancara (in-depth interview) dan studi kepustakaan (library research).
Dari hasil pengumpulan dan analisa data diperoleh bahwa:
1. Kontrak Karya yang kewajiban PPN-nya mengacu pada ketentuan UU
PPN yang berlaku umum/berlaku dari waktu ke waktu (prevailing law);
2. Kontrak Karya yang kewajiban PPN-nya mengacu pada ketentuan UU
PPN yang berlaku pada saat kontrak ditandatangani (nailed down).

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
12

Universitas Indonesia
Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian-
penelitian sebelumnya adalah seperti tercantum pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Matriks Perbandingan Penelitian
Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Pendekatan Penelitian Hasil Penelitian
Hannaria
Manalu
(2000)
Analisis Perlakuan
Perpajakan
Terhadap Kontrak
Karya Generasi VI
Pertambangan
Umum Khusus Pada
Pengalihan
Pengeluaran
Sebelum Kontrak
Karya Berdiri (pre-
cow expenditures).
Tujuan penelitian adalah
untuk melihat prosedur
yang tepat dan keterangan
yang lebih rinci atas
ketentuan tersebut dan
menjamin ketentuan
tersebut pasti.
Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan
kualitatif melalui
wawancara dan studi
literatur.
Pengeluaran sebelum
perusahaan didirikan
yang telah dikeluarkan
oleh para pemegang
saham dan langsung
berhubungan dengan
proyek Kontrak Karya
tidak terkena pajak
sepanjang belum
dibiayakan oleh
perusahaan yang
mengeluarkan biaya.
Agnes Budi
Utami
(2006)
Analisis Perlakuan
Pajak Pertambahan
Nilai Batubara
(Studi Kasus pada
Perjanjian Karya
Pengusahaan
Pertambangan
Batubara)
Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui implikasi
bagi kontraktor tambang
batubara atas ketentuan
dalam PP No. 144/2000
Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan
kualitatif melalui
wawancara dan studi
literatur.
Ketentuan mengenai
batubara bukan Barang
Kena Pajak (BKP) tidak
sesuai dengan konsep
Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) karena
proses batubara
termasuk dalam
kegiatan menghasilkan
barang.
Sudarmono
(2008)
Analisis Tax Reliefs
atas Kewajiban
Tanggung J awab
Sosial Perusahaan
pada Perusahaan
Kontraktor
Pertambangan
Batubara (Studi
Kasus Pada PT.
XYZ)
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan
menjelaskan dampak
pemberian tax reliefs atas
CSR terhadap laba kena
pajak bagi perusahaan yang
bergerak di sektor
pertambangan (PT. XYZ)
Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan
kualitatif melalui studi
literatur, studi lapangan
dan wawancara.
Perlakuan perpajakan
sebagai deductible
expense atas aktivitas
CSR yang dilakukan
oleh PT. XYZ akan
berdampak terhadap
penurunan Pajak
Penghasilan yang
terutang di akhir
periode fiskal, maka PT
XYZ dapat melakukan
tax saving.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
13

Universitas Indonesia
Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Pendekatan Penelitian Hasil Penelitian
Yerni
Yanuarti
(2002)
Analisis Perlakuan
PPN Terhadap
Perusahaan Kontrak
Karya
Pertambangan
Umum di Indonesia
Dengan Berlakunya
UU PPN Tahun
2000
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan dan
menganalisa perlakuan PPN
dalam Kontrak Karya
Pertambangan Umum,
analisa kesesuaian dan
pengaruh diundangkannya
UU PPN Tahun 2000.
Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan
kualitatif melalui studi
literatur, studi lapangan
dan wawancara.
Terdapat 2 (dua)
kelompok perlakuan
PPN dalam Kontrak
Karya Pertambangan
Umum di Indonesia,
yaitu :
1. Kontrak Karya
yang kewajiban
PPN-nya mengacu
pada ketentuan UU
PPN yang berlaku
umum/berlaku dari
waktu ke waktu
(prevailing law)
2. Kontrak Karya
yang kewajiban
PPN-nya mengacu
pada ketentuan UU
PPN yang berlaku
pada saat kontrak
ditandatangani
(nailed down)
Penelitian
Sekarang
Analisis Alokasi
Joint Cost Kegiatan
Penambangan Dan
Pengolahan Nikel
Dalam Menghitung
Kembali Pajak
Masukan Yang
Dapat Dikreditkan .
(Studi Kasus PT.
Antam (Persero)
Tbk.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis sejauh
mana penerapan kewajiban
Pajak Pertambahan Nilai
terhadap kegiatan
pertambangan Nikel bagi
perusahaan yang melakukan
penambangan dan
pengolahan, perlakuan
Pajak Masukan atas BKP
dan J KP dan . kendala yang
dihadapi perusahaan dalam
melaksanakan kewajiban
Pajak Pertambahan Nilai.
Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan
kualitatif melalui
wawancara dan studi
literatur.
Terdapat 2 (dua)
kelompok barang dari
kegiatan penambangan
dan pengolahan nikel,
yaitu Non BKP dan
BKP.
Perlakuan atas Joint
Cost kegiatan
penambangan dan
pengolahan bijih nikel,
dilakukan secara
proporsional melalui
mekanisme
penghitungan kembali
Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan.
Sumber : diolah peneliti

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
14

Universitas Indonesia
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana fokus
penelitian ini adalah bagaimana perlakuan PPN yang harus dilaksanakan oleh
perusahaan berdasarkan peraturan perpajakan sehingga dapat dijadikan acuan bagi
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan nikel yang melakukan
penambangan dan pengolahan. Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini
adalah mengenai bagaimana implementasi Pajak Pertambahan Nilai terhadap
kegiatan perusahaan, perlakuan Pajak Masukan dan kendala yang dihadapi
perusahaan dalam melaksanakan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai.

2.2. Kerangka Teori
Neuman mendefinisikan teori dalam ilmu sosial sebagai suatu sistem
gagasan dan abstraksi yang memadatkan serta mengorganisir seluruh pengetahuan
manusia tentang dunia sosial dimana hal ini nantinya akan memberikan
kemudahan bagi manusia dalam memahami dunia sosial (Neuman, 2003, hal 368).
Adapun teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain:

2.2.1. Konsep Pertambangan
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumi, migas). Mempertimbangkan kekayaan bahan
tambang di Indonesia seperti emas, perak, nikel, tembaga dan bahan tambang
lainnya, dan dengan upah tenaga kerja murah serta letak geografi yang dekat
dengan pasar, membuat pertambangan mineral di Indonesia sangat prospektif.
Perusahaan dalam industri pertambangan umum dapat berbentuk usaha
terpadu (integrate), dalam artian bahwa perusahaan tersebut memiliki usaha
eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi dan pengolahan sebagai satu
kesatuan usaha atau berbentuk usaha-usaha terpisah yang masing-masing berdiri
sendiri, (Muljono, 2007, hal, 11).
Dalam era desentralisasi saat ini maka kegiatan pertambangan tidak
terpisahkan lagi dengan pengambilan kebijakan di tingkat daerah sehingga
Pemerintah pusat hendaknya memberikan kewenangan yang lebih besar kepada
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
15

Universitas Indonesia
daerah untuk mengelola kegiatan pertambangan yang melibatkan sebanyak
mungkin peran serta masyarakat local. Apabila risikonya tidak besar serta
teknologinya dikuasai dan permasalahannya hanya modal, maka dana dapat
dikumpulkan melalui beberapa cara, yaitu:
1. sebagian pendapatan pemerintah dari sektor pertambangan umum yang sudah
memberikan keuntungan banyak (misal: batu bara). Pendapatan tersebut dapat
digunakan untuk eksplorasi dan investasi pada sektor-sektor pertambangan
lainnya.
2. Membentuk Badan Usaha Milik Daerah yang bertugas mengelola kekayaan
mineral di daerah tersebut seoptimal mungkin dengan memperhatikan prinsip-
prinsip keberlanjutan. Ketiga, aspek lingkungan baik fisik maupun sosial harus
dipertimbangkan dalam setiap kontrak pertambangan dan pengusaha
pertambangan harus menyediakan biaya untuk mengatasi permasalahan
lingkungan tersebut.
Menurut ahli ekonomi Kaldor dan Hicks, suatu tindakan dikatakan
bermanfaat apabila golongan yang memperoleh manfaat dari usahanya dapat
memberi kompensasi bagi golongan yang menderita kerugian akibat usaha
tersebut sehingga posisi golongan kedua tersebut paling jelek sama seperti
sebelum adanya usaha tersebut dan golongan pertama masih untung. Golongan
kedua tersebut dapat berupa alam maupun masyarakat. J adi, tidak adil bila ada
suatu usaha yang kemudian menyebabkan lingkungan menjadi lebih rusak atau
masyarakat menjadi lebih menderita dibandingkan keadaan sebelum adanya usaha
tersebut.
Peran pemerintah daerah akan menjadi lebih besar dalam penanganan
dampak lingkungan pertambangan ini, sehingga penguatan institusi di tataran
lokal akan menjadi semakin signifikan.


Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
16

Universitas Indonesia
2.2.1.1.Karakteristik Pertambangan
Sektor pertambangan, khususnya pertambangan umum, menjadi isu yang
menarik khususnya setelah Orde Baru mulai mengusahakan sektor ini secara
gencar. Pada awal Orde Baru, pemerintahan saat itu memerlukan dana yang besar
untuk kegiatan pembangunan, di satu sisi tabungan pemerintah relatif kecil,
sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah mengundang
investor-investor asing untuk membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya di
Indonesia.
Adanya kegiatan pertambangan ini mendorong pemerintah untuk
mengaturnya dalam undang-undang (UU). UU yang berkaitan dengan kegiatan
pertambangan, UU No. 11/1967 tentang Pokok-pokok Pengusahaan
Pertambangan. Dalam UU tersebut pemerintah memilih mengembangkan pola
Kontrak Karya (KK) untuk menarik investasi asing. Berdasarkan ketentuan KK,
investor bertindak sebagai kontraktor dan pemerintah sebagai prinsipal. Di dalam
bidang pertambangan tidak dikenal istilah konsesi, juga tidak ada hak kepemilikan
atas cadangan bahan galian yang ditemukan investor bila eksploitasi berhasil.
Berdasarkan KK, investor berfungsi sebagai kontraktor.
Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu (tidak dapat
diperbarui), mempunyai risiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya
mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi
dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umumnya. Karena sifatnya yang
tidak dapat diperbarui tersebut pengusaha pertambangan selalu mencari (cadangan
terbukti) baru. Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah
dengan adanya penemuan.
Ada beberapa macam risiko di bidang pertambangan yaitu (eksplorasi)
yang berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), risiko
teknologi yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, risiko pasar yang
berhubungan dengan perubahan harga, dan risiko kebijakan pemerintah yang
berhubungan dengan perubahan pajak dan harga domestik. Risiko-risiko tersebut
berhubungan dengan besaran-besaran yang mempengaruhi keuntungan usaha
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
17

Universitas Indonesia
yaitu produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih tinggi
menuntut pengembalian keuntungan (Rate of Return) yang lebih tinggi.
Sumberdaya alam sebagai sumber untuk kegiatan pertambangan dan
energi dimanfaatkan dari sistem ekologi oleh karena itu syarat mendasar yang
harus dipatuhi adalah tidak melanggar daya dukung ekosistem. Untuk dapat
memanfaatkan sebanyak-banyakinya sumber daya alam yang terkandung di bumi
Indonesia, konsep eko-efisiensi harus menjadi acuan utama yaitu memanfaatkan
sebanyak-banyaknya dan membuang atau memboroskan sesedikit mungkin yang
juga berarti meminimumkan limbah. Dapat disimpulkan bahwa eko-efisiensi
sekaligus akan meningkatkan efisiensi ekonomi. Untuk itu ekonomi lingkungan
perlu diperhitungkan dalam setiap aktifitas pertambangan.

2.2.1.2.Pengusahaan Pertambangan
Dalam hal pengusahaan pertambangan, negara memiliki dua peranan fiskal
sehubungan dengan perumusan kebijakan di bidang pertambangan ini, yaitu :
1. Negara sebagai The Sovereign Tax Power
The government has the responbility to ensure that the resources sector
makes its due contribution to public revenues in the same manner as other
industries
Pajak sebagai salah satu komponen penghasilan bagi negara dalam
membiayai pengeluaran pemerintah memiliki posisi yang penting. Optimalisasi
penerimaan negara dari pajak akan meningkatkan kemampuan pemerintah
dalam menjalankan kegiatan pemerintahan. Oleh karena itu, pemerintah harus
memaksimalkan penerimaan negara melalui pajak terhadap industri-industri
yang ada termasuk melalui industri pertambangan mineral.
2. Negara sebagai The Resources Owner
The government must determine when to exploit its natural
resource as well as ensure that it gets an appropriate price for its
resources and distributes the benefit of resource exploitation so as
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
18

Universitas Indonesia
to promote sustainable economic growth and intergenerational
benefits. (Nellor, 1995, hal. 237)
Negara sebagai pemegang kuasa atas hasil kekayaan alam harus
memastikan bahwa segala kekayaan alam yang dikandung, diolah agar bisa
memberikan manfaat yang maksimal bagi pembiayaan pemerintahan dan juga
peningkatan kemakmuran warga negara.
Hak negara menguasai atau hak pengusahaan negara merupakan konsep
yang didasarkan pada organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat. Hak penguasaan
negara berisi wewenang untuk mengatur, mengurus dan mengawasi pengelolaan
atau pengusahaan bahan galian, serta berisi kewajiban untuk mempergunakannya
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (Saleng, 2004, hal.31). Intinya negara
mempunyai wewenang atas pengelolaan pertambangan sepanjang tujuan dari
setiap pengelolaan dan penggunaan sumberdaya alam nasional adalah sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Sifat dan karakteristik industri pertambangan antara lain sebagai berikut :
1. Eksplorasi bahan galian tambang merupakan kegiatan yang mempunyai
ketidakpastian yang tinggi, karena meskipun telah dipersiapkan secara
cermat, dengan biaya yang besar, tidak ada jaminan bahwa kegiatan
tersebut akan berakhir dengan penemuan cadangan bahan galian yang
secara komersial layak untuk ditambang.
2. Bahan galian bersifat deplesi dan tidak dapat diperbaharui (non-
renewable) serta untuk melaksanakan kegiatan pertambangan ini, mulai
tahap eksplorasi sampai dengan tahap pengolahannya, dibutuhkan biaya
investasi yang relatif sangat besar, padat modal, berjangka panjang,
sarat risiko, dan membutuhkan teknologi yang tinggi.
3. Pada umumnya operasi perusahaan pertambangan berlokasi di daerah
terpencil dan kegiatannya, menimbulkan kerusakan dan/atau
pencemaran lingkungan hidup, sehingga setiap perusahaan
pertambangan wajib memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku
mengenai lingkungan hidup, disamping mempunyai konsep pasca
penambangan yang jelas.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
19

Universitas Indonesia
4. Pemerintah Indonesia tidak memberi konsesi penambangan karena
menurut peraturan perundangan yang berlaku, segala bahan galian yang
berada di wilayah hukum Indonesia adalah kekayaan nasional bangsa
Indonesia yang dikuasai dan digunakan oleh negara untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Untuk dapat berusaha dalam industri
pertambangan umum, pemerintah mengeluarkan peraturan yang
memberi wewenang kepada badan usaha/perseorangan untuk
melaksanakan pertambangan umum (Mulyono, 2007).

2.2.1.3.Kebijakan Pajak di Sektor Pertambangan
Para Teoritis pembangunan berkeyakinan bahwa penanaman modal
merupakan mesin pertumbuhan (engine of growth) ekonomi suatu negara atau
daerah. Dengan demikian, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi
merata di berbagai daerah. Hal ini didukung oleh pernyataan Gillis yang
mengatakan bahwa kebijaksanaan penanaman modal untuk sektor pertambangan
akan mengarah pada:
a. Increased labor income arising from expanded employment in the mining
sector.
b. Increased capital income for domestic shareholders in mineral project.
c. Increased labor and capital income for domestic firms who furnish
supplies and material to mineral project.
d. Increases access, to and transfer of knowledge about technology, market
and managerial know how.
e. Promotion of development of lagging or isolated regions within a
country.
f. A widening of national foundations for resource based
industrialization.
g. Expansion in net foreign exchange earnings.
h. Expansion of fiscal resources, in the form of government tax and other
revenues (Gillis 1995).
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
20

Universitas Indonesia
Untuk itu dalam pelaksanaan pengembangan pertambangan di Indonesia
sangat memerlukan dukungan dari berbagai pihak serta dibutuhkanya seperangkat
peraturan perundang-undangan yang baik untuk dapat mempengaruhi kepastian
hukum berinvestasi.
2.2.1.4.Instrumen Fiskal untuk Sumber Daya Mineral, Minyak dan Gas
Nellor (1995 : 237) mengatakan pemerintah mempunyai dua peranan
fiskal sehubungan dengan sumber daya mineral, yaitu sebagai pemegang
kewenangan pemajakan (sovereign tax power) dan pemilik sumber daya
(resources owner). Sebagai pemegang kewenangan pemajakan pemerintah
mempunyai tanggung jawab untuk menjamin bahwa sumber daya mineral
memberikan kontribusi terhadap penerimaan publik. Sementara sebagai pemilik
sumber daya pemerintah memiliki kewenangan untuk menentukan waktu
eksploitasi sumber daya mineral, memperoleh jaminan bahwa pemerintah
mendapatkan imbalan yang sesuai dari sumber daya yang dieksploitasi tersebut,
dan mendistribusikan manfaat dari eksploitasi tersebut untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bagi generasi selanjutnya.
Pajak merupakan alat pemerintah untuk menghasilkan penerimaan negara
dan mengarahkan perilaku Wajib Pajak. Pemerintah mempunyai kedudukan untuk
menyeimbangkan antara kepentingan fiskal dengan kepentingan perusahaan untuk
berinvestasi. J ika pajak terlalu tinggi, investor akan enggan berinvestasi di negara
tersebut, tapi apabila terlalu rendah maka penerimaan pemerintah mungkin tidak
akan tercukupi. Pajak yang tinggi dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan
sumber daya alam bagi generasi selanjutnya, sementara pajak yang rendah
digunakan agar perusahaan pertambangan dapat menyediakan infrastruktur untuk
pembangunan yang berkelanjutan. Dalam perkembangan ekonomi global
sekarang ini, perusahaan multinasional memiliki banyak pilihan negara tempat
berinvestasi. Negara dengan tarif pajak yang rendah lebih disukai daripada negara
dengan tarif pajak yang tinggi. (Otto, 2000). Hutagaol (2007) mengatakan sebagai
regulatory body, pemerintah berkewajiban menciptakan iklim investasi yang
menarik dan mampu merangsang investor global.
Peranan pemerintah yang berhubungan dengan penerimaan negara adalah
apakah pertambangan harus dikenakan pajak lebih tinggi dari lainnya. Apakah
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
21

Universitas Indonesia
sistem perpajakan harus sama atau dibuat sistem terpisah yang berbeda untuk
setiap pertambangan? Sementara peranan pemerintah yang berhubungan dengan
mempengaruhi perilaku perusahaan adalah penggunaan perangkat perpajakan
sebagai suatu insentif agar perusahaan berbuat sesuai dengan apa yang diinginkan
pemerintah, misalnya mendorong investor untuk bersahabat dengan lingkungan,
fasilitas tax credit bila perusahaan mau membuat instalasi pengendali polusi, atau
pajak yang tinggi bila wajib pajak membuang limbah berbahaya. (Otto, 2000).
Beberapa negara memilih untuk memberlakukan sistem pajak yang sama
dengan sektor lainnya, sementara banyak pula negara memperlakukan secara
khusus sektor pertambangan. Perlakuan tersebut diantaranya pengenaan royalti,
pengecualian pengenaan atau pemberian kredit PPN, atau memberikan insentif
khusus. Alasan perlakuan khusus mineral dibanding sektor ekonomi lainnya
adalah karena usaha pertambangan memiliki resiko yang tinggi, padat modal, dan
harganya yang berfluktuasi. (Otto, 2000).
2.2.2. Konsep Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Thuronyi, PPN harus dikenakan disetiap transaksi ekonomi
dengan dibatasi oleh pengecualian-pengecualian.
a broad based VAT is designed to bring within its charge every
kind of economic transaction, subject to limited exception. This is
normally achieved by drafting a very broad provision imposing
VAT on an extremely wide range of business transactions and then
removing by specific exception any transaction that is not to be
liable. (Thuronyi, 1996)
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut
Thuronyi dalam merancang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pengenaan PPN
dikenakan atas semua jenis transaksi ekonomi yang kemudian dibatasi dengan
pengecualian-pengecualian tertentu yang tidak relevan apabila dikenakan PPN.
Menurut Tait pengertian Pajak Pertambahan Nilai adalah sebagai berikut:
Value added is the value that a producer (whether a
manufacturer. Distributor, advertising agent, hairdresser,
farmer, race horse trainer or circus owner) adds to his material
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
22

Universitas Indonesia
or purchases (other than labor) before selling the new improved
product or service. That is the inputs (the raw materials,
transport, rent advertising, and so on) are bought, people are
paid wages to work on these inputs and, when the final good and
service is sold, some profit is left. So, value added can be looked
at from the additive side (wages plus profits)or from the
subtractive side (output minus inputs) (Tait, 1988).
Tait melihat bahwa proses pertambahan nilai dapat dilihat dari additive
side yakni pertambahan nilai atas upah dan profit. Dan juga bisa dilihat dari
substractive side yaitu pengurangan antara sisi output dan input.
Adapun menurut Smith, pengertian PPN adalah sebagai berikut:
The VAT is a tax on the valued added by a firm to its products
in the course of its operation. Value added can be viewed either
as the difference between a firms, sales, and its purchase
during an accounting period or as the sum of its wages, profits,
rent, interest and other payment not subject to the tax during
that period. (Smith, 1973)
Smith berpendapat bahwa pertambahan nilai dapat dilihat dari perbedaan
antara harga jual dengan harga pembelian untuk memproduksi barang yang akan
dijual tersebut. Setiap kenaikan harga barang akan menggambarkan pertambahan
nilai pada tahap produksi atau distribusi. Nilai atau harga produk akhir sama
dengan penjumlahan kenaikan-kenaikan atau pertambahan nilai dari keseluruhan
tahap produksi. J adi, dasar pajak yang dikenakan terhadap kenaikan tersebut
adalah identik dengan pajak yang dikenakan terhadap nilai akhir dari produk
tersebut. Pengertian PPN ditinjau dari sudut ilmu hukum yaitu suatu jenis pajak
yang menempatkan kedudukan pemikul beban pajak dengan kedudukan
penanggung jawab pembayaran pajak ke kas Negara pada pihak-pihak yang
berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi pembeli atau penerima jasa dari
tindakan sewenang-wenang Negara (pemerintah) (Sukardji, 2007).
Terra menyatakan the sales tax is tax on consumption. Pajak penjualan
merupakan pajak konsumsi, tanpa membedakan apakah konsumsi tersebut habis
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
23

Universitas Indonesia
sekaligus atau secara bertahap. Pajak atas konsumsi adalah pajak yang dikenakan
atas pengeluaran yang ditujukan untuk konsumsi (Terra, 1988). Due dan
Friedlaender membedakan pajak atas konsumsi menurut sudut pendekatannya
menjadi 2 (dua), yakni :
a. Pendekatan langsung pajak atas pengeluaran (expenditure tax).
Yakni pajak yang berlaku bagi seluruh pengeluaran untuk konsumsi
yang merupakan hasil penjumlahan seluruh penghasilan dikurangi
pengeluaran untuk tabungan dan pembelian aktiva.
b. Pendekatan tidak langsung atau pendekatan komoditi.
Yaitu pajak dikenakan atas penjualan komoditi yang dipungut
terhadap pengusaha yang melakukan penjualan. Pajak ini kemudian
dialihkan ke pembeli selaku pemikul beban pajak. Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) termasuk dalam kelompok pendekatan
tidak langsung. (Due dan Friedlaender,1984)
Karena pajak penjualan merupakan pajak yang dikenakan terhadap semua
konsumsi barang dan jasa, maka berdasarkan tingkat pengenaannya, pajak atas
konsumsi dapat dibagi menjadi 2 (dua) tingkat pengenaan, yaitu :
a. Single Stage Tax
Adalah suatu jenis pajak atas konsumsi (Pajak Penjualan) yang pengenaannya
dilakukan hanya pada salah satu mata rantai jalur produksi atau jalur
distribusi. Terdapat 3 (tiga) alternatif, yakni :
1. A single stage levy at the manufacturers level (manufacturers tax)
Pajak dikenakan atas penjualan oleh produsen pada jalur produksi, pada
produk terakhir atau pada semua penjualan barang-barang yang dibuat
dalam pabrik. Kegiatan tersebut dapat berupa membuat, menghasilkan,
mengusahakan, memelihara atau merakit barang. Pajak ini dikenal dengan
pengenaan pajak pada tingkat pabrikan, karena hanya dikenakan pada satu
sektor, yakni pabrikan (Sukardji, 2006).
2. A single stage levy at the wholesale level (wholesale tax)
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
24

Universitas Indonesia
Wholesale tax merupakan suatu pajak atas konsumsi yang dikenakan pada
tingkat pedagang besar, grosiran, penyalur, importir. Kelebihan yang
dimiliki oleh wholesale tax adalah distorsi terhadap persaingan antara
pedagang besar dengan pedagang eceran lebih kecil dibandingkan dengan
manufactures tax. Hal ini disebabkan oleh karena semakin dekat dengan
tingkat retailer, semakin mudah menghitung dasar pengenaan pajak yang
besarnya tidak jauh berbeda dengan dasar pengenaan pajak yang ada di
pedagang eceran, apabila pada saat-saat tertentu pedagang besar langsung
menjual barangnya langsung kepada konsumen.

Kelemahannya adalah
kesulitan dan masalah netralitas dalam hal pedagang besar langsung
menjual barangnya kepada konsumen, karena dasar pengenaan pajaknya
bukan berdasarkan harga eceran, sehingga perlu dilakukan perhitungan
kembali atas margin keuntungan (Rosdiana, 2003).


3. A single stage levy at the retail level (a retail tax) Pajak dikenakan atas
penjualan terakhir yang dilakukan secara langsung dari pengusaha kepada
konsumen. Dasar pengenaan pajak atas sistem ini adalah atas dasar harga
eceran.
Dalam menggunakan metode single tax levies, pada prinsipnya pajak
penjualan dapat dikenakan pada tiap-tiap jalur produksi dan distribusi. Dengan
menggunakan metode ini biasanya tidak dapat mengkreditkan pajak yang telah
dipungut sebelumnya. Pajak tersebut tidak dapat dikreditkan seperti jika
menggunakan cummulative system.
b. Multi Stage Tax
Adalah suatu jenis pajak atas konsumsi yang pengenaannya dilakukan
pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi. Dibedakan
menjadi :
b.1. A dual stage tax
Meliputi pabrikan dan pedagang besar, atau pedagang besar dengan
pedagang eceran, atau pabrikan dengan pedagang eceran sehingga
pedagang besar berada di luar sistem.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
25

Universitas Indonesia
b.2. An all stage tax
J ika pajak penjualan dikenakan terhadap semua tingkat produksi dan
distribusi. Beberapa ahli mengatakan pajak ini juga disebut sebagai
pajak peredaran atau turnover tax.
Dalam penghitungan pajak penjualan berdasarkan multistage
levies, terdapat 2 (dua) cara :
a. Cumulative cascade systems
Merupakan pajak yang dipungut pada tingkat peredaran barang pada
jalur produksi dan distribusi tanpa adanya penyesuaian terhadap pajak
yang telah dibayar sebelumnya. Pajak ini dipungut pada setiap ada
pemindahan ke jalur berikutnya. Karena tidak ada kredit pajak, maka
beban pajak terakumulasi melebihi tarif yang sebenarnya berlaku untuk
peredaran pajak tersebut. Semakin panjang jalur penyerahan barang
sampai dengan konsumen akhir, maka semakin besar pajak yang harus
dibayar oleh konsumen.
b. Non cumulative systems (Value added)
Pajak akan dipungut pada setiap jalur produksi dan distribusi, namun
akan dikenakan berdasarkan pertambahan nilainya saja. Nilai tambah
ini merupakan nilai yang timbul untuk setiap faktor produksi yang
digunakan termasuk biaya untuk mendapatkan laba, bunga, sewa dan
biaya pekerja. Karena dasar pengenaan pajaknya atas pertambahan
nilai, maka disebut sebagai Pajak Pertambahan Nilai atau PPN atau
Value Added Tax.

Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya merupakan pajak penjualan yang
dipungut atas dasar nilai tambah yang timbul pada semua jalur produksi dan
distribusi. Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah semua faktor produksi
yang timbul di setiap jalur peredaran suatu barang seperti bunga, sewa, upah kerja,
termasuk semua biaya untuk mendapatkan laba. Pada setiap tahap produksi nilai
produk dan harga jual produk selalu terdapat nilai antara lain, yang utama
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
26

Universitas Indonesia
karena setiap penjual menginginkan adanya keuntungan sehingga dalam
menentukan harga jual, harga perolehan ditambah dengan harga bruto (mark up).
Pengertian Nilai Tambah (Value Added) menurut Tait adalah:
Value Added is the value that a producer (whether a manufacturer,
distributor, advertising agent, hairdresser, farmer, race horse
trainer or circus owner) adds to his raw material or purchases
(other than labor) before selling the new or improved product or
service. That is, the inputs (the raw materials, transport, rent
advertising and so on) are bought, people are paid wages to work on
these inputs and, when the final good and service is sold, some profit
is left. So value added can be looked at from the additive side (wages
plus profits) or from substactive side (output minus inputs). (Tait,
1988)
Pertambahan nilai (value added) menurut definisi tersebut diatas dapat
dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu dari sisi pertambahan nilai (upah dan keuntungan),
serta dari sisi selisih output (harga penjualan) dikurangi input (harga pembelian).
Menurut Tait, nilai tambah (value added) dirumuskan sebagai berikut :


Serupa dengan Tait, Smith memberikan definisi tentang Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) adalah sebagai berikut:
The VAT is tax on the value added by a firm to its products in the
course of its operation. Value Added can be viewed either as the
difference between a firms, sales and its purchases during an
accounting period or as the sum of its wages, profit, rent, interest,
and other payment not subject to tax during that period. (Smith,
1973)
Dari definisi diatas, Smith merumuskan bahwa Pajak Pertambahan Nilai
atau Value Added Tax merupakan pajak yang dikenakan atas selisih antara
Value Added =Wages + Profit = Output - Input
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
27

Universitas Indonesia
penjualan (sales) dengan pembelian (purchases). Pengertian yang diberikan oleh
Smith dapat dirumuskan sebagai berikut :


Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak atas konsumsi yang bersifat
umum, berarti Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas semua jenis barang atau
jasa, hal ini sesuai dengan karakteristik PPN yang bersifat general atau umum.
Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Terra (Opt. Cit., hal.5) :
A Sales tax should be intended to tax all private expenditure. One
result of this view is that a sales tax should not discriminate between
goods and services, as they both represent consumption.

2.2.2.1. Legal Character Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Terra The legal character of a sales tax can be described as a
general indirect tax on consumption (Terra, 1998, hal. 8). J adi Terra bersimpulan
bahwa pajak penjualan atau sales tax yang belakangan dikenal dengan Pajak
Pertambahan Nilai merupakan pajak tidak langsung atas konsumsi. Ciri-ciri atau
nature (Legal Character) dari Pajak Pertambahan Nilai :
a) General
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak atas konsumsi yang bersifat
umum. Kata general (umum) inilah yang membedakannya dengan jenis pajak
lainnya, yaitu excise (seringkali disebut cukai). Pajak Pertambahan Nilai
bersifat general sedangkan excise bersifat specific. Artinya, Pajak
Pertambahan Nilai dikenakan terhadap semua barang, sedangkan excise
hanya dikenakan terhadap barang-barang tertentu saja. Menurut Terra:
since a general tax on consumption is a ta x on the expenditure
of individual consumers, as a matter of course there should be a
relation between the tax burden and the quantity of the
expenditure.
Value Added = Sales - Purchase
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
28

Universitas Indonesia
Dengan kata lain bahwa pengenaan Pajak Pertambahan Nilai harus
dapat diukur sehingga beban pajaknya dapat didsitribusikan, sehingga tidak
ada cascading effec (Opt. Cit, hal. 204).

b) Indirect
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak tidak langsung, sehingga
beban pajaknya dapat dialihkan, baik dalam bentuk forward shifting maupun
backward shifting. Dengan kata lain, tidak selalu harus konsumen yang
memikul beban pajak penjualan sepenuhnya/seutuhnya, tetapi beban pajak ini
bisa saja dipikul sebagian oleh penjual dengan cara mengurangi keuntungan
dan atau melakukan efisiensi. Menurut Ben Terra para ekonom pada awal
tahun 1964 berpendapat bahwa pajak tidak langsung tidak sepenuhnya shifted
forward pada harga sebuah produk kemungkinan ini dikarenakan oleh
turunnya faktor harga, penyeludupan pajak, dan penyebab lainnya (Ibid,
hal.12).
c) On Consumption
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak atas konsumsi, tanpa
membedakan apakah konsumsi tersebut digunakan/habis sekaligus ataupun
digunakan/habis secara bertahap/berangsur-angsur. Selain itu, karena Pajak
Pertambahan Nilai merupakan pajak atas konsumsi juga meliputi barang tidak
berwujud.
Terra menyimpulkan bahwa,
.in a general tax on consumption the following rule
applies: consumption is expenditure, in other words all
consumption is an immediate event. To this conclusion it
should be added that a general tax on consumption
distinguishes between consumptive and productive
expenditure.
J adi, menurut Terra seharusnya pajak atas konsumsi dibedakan antara
biaya untuk konsumsi atau biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
29

Universitas Indonesia
Menurut ahli perpajakan Indonesia Gunadi mengutarakan
pendapatnya bahwa karakteristik PPN adalah :
a. PPN merupakan Pajak Tidak Langsung
Karakteristik ini membawa konsekuensi yuridis antara pemikul
beban pajak dengan penanggung jawab pajak atas pembayaran pajak ke
kas Negara yang berada pada pihak yang berbeda
b. PPN merupakan Pajak Objektif
Yang dimaksud dengan pajak objektif adalah suatu jenis pajak
yang saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif yang
dinamakan taatbestand, yaitu suatu keadaan, peristiwa atau perbuatan
hukum yang dapat dikenakan pajak, yang lebih lazim disebut dengan objek
pajak.
c. PPN merupakan Multi Stage Tax
Karakteristik ini berarti bahwa yang dikenakan PPN ialah setiap
mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Setiap penyerahan
barang yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai dari tingkat pabrikan
(manufacturer) sampai dengan pedagang besar dan pedagang eceran
(retailer) dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Namun Pajak Pertambahan
Nilai tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda (non kumulatif).
d. Pemungutan PPN menggunakan faktur pajak
Faktur pajak digunakan untuk menghitung PPN yang terutang pada
setiap penyerahan barang atau jasa. Untuk menghitung Pajak Pertambahan
Nilai yang terhutang maka pada setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau
J asa Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak mempunyai kewajiban untuk
membuat Faktur Pajak pada setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau
J asa Kena Pajak sebagai bukti telah dilaksanakan pemungutan pajak.
Berdasarkan faktur ini, akan dihitung jumlah pajak yang terutang dalam
suatu masa pajak yang wajib disetor ke kas negara. Sedangkan bagi
pembeli atau penerima barang atau jasa, Faktur Pajak merupakan bukti
pembayaran pajak.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
30

Universitas Indonesia
e. PPN merupakan pajak atas konsumsi di dalam negeri
PPN hanya dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau J asa Kena Pajak (J KP) yang dilakukan di dalam negeri. Apabila
barang atau jasa dikonsumsi di luar negeri, maka barang atau jasa tersebut
tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Dengan demikian atas Barang
Kena Pajak yang diekspor ke luar negeri tidak akan terkena Pajak
Pertambahan Nilai. Tax on consumption expenditure yaitu tujuan akhir
dari Pajak Pertambahan Nilai adalah penyerahan pajak atas konsumsi di
dalam negeri.

2.2.2.2.Objek Pajak Pertambahan Nilai
Pada kakikatnya semua konsumsi barang dan jasa dikenakan PPN, hal ini
merupakan konsekuensi dari legal character PPN yang merupakan pajak atas
konsumsi yang bersifat umum dan ditunjukkan pada semua private expenditure.
Oleh karena itu yang menjadi objek PPN adalah :
1. Konsumsi atas Barang
Konsekuensi dari legal character PPN yaitu pengertian barang dapat
mencangkup pengertian yang luas, yaitu semua barang tanpa membedakan
apakah barang tersebut digunakan atau habis sekaligus maupun habis secara
bertahap atau berangsur-angsur. Menurut Thuronyi (1996, hal. 185), barang
adalah :
Supply of goods is a transfer of the right to dispose of
tangible movable property or of immovable property other
than land of service, and leasing defined to include transfers
of tangible property in assets.
Pengertian barang dapat diperluas menjadi:
a. barang konsumsi
b. bahan baku
c. barang modal
d. barang tidak bergerak
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
31

Universitas Indonesia
2. Konsumsi atas J asa
Sama seperti halnya barang, jasa juga dikenakan PPN.
A Supply of services is often defined as any supply within
the scope of VAT that is not a supply of goods or supply of
land. This definition, when read with the definition of supply
of goods means that any supply is within the scope of the
charge of VAT

2.2.2.3. Metode Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai
Konsep value added dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu dari
pertambahan nilai (upah dan keuntungan), serta dari selisih output dikurangi
input. Konsep tersebut diperoleh 4 (empat) metode penghitungan PPN yaitu the
addictive dan indirect method (perspektif pertambahan nilai), dan the substractive
direct dan indirect (perspektif selisih output dikurangi input). Metode substaction
memiliki keunggulan yang lebih dan sudah diaplikasikan dan diterapkan di
banyak negara (Rosdiana dan Tarigan, Op.Cit., hal. 222 - 223).
1. The substractive-direct method (metode pengurangan secara langsung),
yaitu dengan cara mengalikan tarif PPN dengan selisih antara harga jual
dengan harga beli.
2. The Substractive - Indirect (the Invoice or Credit), yaitu dengan cara
mengurangkan PPN yang dipungut oleh penjual atau pengusaha jasa atas
penyerahan barang atau jasa, dengan PPN yang dibayar kepada penjual
atau pengusaha lain atas perolehan barang atau jasa.

2.2.2.4.Fasilitas Pajak
Pembebasan pajak atas investasi di suatu negara dalam bentuk yang
berbeda beda dan ditetapkan dalam pertimbangan yang berbeda pula.
Pembebasan pajak diharapkan dapat membuat investasi berkembang dengan cara
untuk sementara menghapuskan suatu pajak yang efisien, dan pembebasan
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
32

Universitas Indonesia
tersebut adalah fasilitas pajak, (heller, 1993). Fasilitas PPN yang biasanya
diberikan adalah:
a. Exemption
Barang dan jasa dapat dikenakan pajak atau dapat juga dibebaskan dari suatu
pengenaan pajak. Suatu karakteristik pokok yang dapat pembebasan di dalam
suatu sistem PPN adalah pembebasan tesebut tidak secara lengkap menentukan
batasan atas pembebasan dari pengenaan PPN, Pembebasan pajak dapat dilakukan
pada barang dan atau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak. Pembebasan
pajak bukan berarti tidak membayar pajak sama sekali.
A fundamental characteristic of ecxemption in the VAT system is that they
generally do not provide complete relief from the tax. All exemption does
is relieve that exempt traders value added from VAT, but all his purchase,
including capital goods, are taxed, (thuronyi,1998).

Dengan menggunakan suatu pembebasan untuk PPN, berarti beban pajak
yang dipikul oleh pengusaha (Pengusaha Kena Pajak) menjadi lebih kecil dan jika
pengusaha tersebut melakukan usaha, maka harga jual dari barang dan atau jasa
yang ditawarkan oleh pengusaha tersebut akan menjadi lebih kecil atau lebih
murah daripada pengusaha lainnya yang tidak mendapat fasilitas pembebasan
pajak.
Dalam fasilitas exemption, Pajak Masukan yang diperoleh tidak dapat
dikreditkan. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan akan dijadikan sebagai
unsur biaya jika pembelinya bukanlah konsumen akhir.
If exempt traders sell goods that are not necessarily final tax, but instead
are used as input in further production of other goods or services, the VAT
bone on the exempt traders inputs is built into price and forms part of the
cost of any trader buying the good for further production, (tait,1998, hal
50).
b. Reduce and Higher Rate
Dalam prakteknya menentukan tingkat tarif atau tingkat PPN sangat
bervariasi. Penentuan tarif tersebut dapat menyimpang, menyangkut tujuan pajak
dan kompleksitas administratif yang seharusnya dipertimbangkan. PPN harus
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
33

Universitas Indonesia
digunakan sebagai suatu sarana untuk membatasi tentang kemewahan. Dalam
praktek, haruslah diingat bahwa tidak ad sasaran sosial jangka panjang yang
dicapai dengan pengaturan manapun dengan pemberian tingkat tarif selain dari
tingkat tarif yang utama atas barang dan jasa yang disediakan. Contohnya
konsumsi secara umum atau yang banyak dibutuhkan masyarakat luas, dapat
dikenakan pajak dengan tarif yang rendah.
c. Zero rate
Tarif 0% kadang dikenal sebagai pembebasan dengan kredit. Pengenaan
pajak dengan tarif 0% kemudian menjadi suatu pembebasan dari pajak keluaran.
Dengan zero rate, Pajak Keluaran akan selalu nihil (nol) dan Pajak Masukan yang
telah dibayar bisa direstitusi atau dikompensasikan untuk masa pajak selanjutnya.
Prinsip Pemungutan dalam PPN Ada dua prinsip dalam memungut PPN yang
dikenal sebagai :
Pertama, prinsip tempat asal barang (origin principle)
Pengenaan pajak hanya dikenakan di negara tempat asal barang tersebut,
maka jika ekspor dikenakan pajak, impor dibebaskan dari pengenaan pajak.
Shoup (1990) mengatakan :
A VAT is said to use the origin principle when it taxes value that is added
domestically to all goods, including goods that are subesequently exported,
but does not tax value that has been added abroad and is embodied in foods
that are imported and sold domestically.
Kedua, prinsip tujuan barang (destination principle)
Prinsip ini berarti Pajak dikenakan atas impor, sementara untuk ekspor
dibebaskan dari pengenaan pajak. Hal ini karena tempat untuk
mengkonsumsi barang tersebut dilakukan di negara tujuan. Shoup (1990)
mengatakan :
It taxes all value added, at home and abroad, to all goods that as their
destination the consumers of that country.

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
34

Universitas Indonesia
Sesuai prinsip tujuan barang, maka PPN yang dibayar oleh eksportir atas
perolehan barang dan jasa terkait dengan ekspor, dapat direstitusi. Dalam
terminologi PPN, ekspor dikenakan tarif 0% berarti tidak hanya penjualan untuk
ekspor tidak dipajaki, tapi juga restitusi dapat diberikan sehubungan dengan PPN
yang dibayarkan atas perolehan masukan untuk tujuan ekspor. Menurut prinsip
tujuan barang, impor dikenakan PPN. Schenk dan Oldman (2007) mengatakan :
Under the destination principle, any VAT paid by the exporter on its
purchased is refunded. In the terminology of VAT, exports are zero-rated,
that is, not only is the sale for exports not taxed, but also a refund is given of
VAT paid on inputs included in the exports. Imports are taxed under the
destination principle.

Oliveira (2001) mengatakan idealnya pemilihan terhadap salah satu prinsip
di atas didasarkan pada harmonisasi pemajakan antar negara dalam rangka
menghindari terjadinya pajak berganda (double taxation) atau tidak dikenakan
pajak sama sekali (no taxation at all atau absence of tax). Pajak berganda akan
memberatkan masyarakat, sedangkan absence of tax akan memberatkan
pemerintah yang pada gilirannya dapat juga memberatkan masyarakat. Kedua hal
itu (double taxation maupun absence of taxation) akan menimbulkan distorsi
dalam perekonomian karena mengganggu netralitas perekonomian.

2.2.3 Konsep Pengalokasian Produk Bersama (Joint Cost)
Akuntansi biaya merupakan alat manajemen untuk memonitor dan
merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya
dalam bentuk laporan biaya. Akuntansi biaya ini sangat dibutuhkan oleh
manajemen karena kebutuhan akan informasinya untuk pelaksanaan operasional
perusahaan.
Maher (Maher, 1997) mendefinisikan akuntansi biaya yaitu Cost
accounting is the field of accounting that measures, records, and reports
information about cost.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
35

Universitas Indonesia
J adi dengan kata lain bahwa informasi tentang biaya ini sangat dibutuhkan
oleh manajemen untuk menilai, mengevaluasi dan sebagai alat pengambilan
keputusan dalam pelaksanaan operasional perusahaan.
Salah satu permasalahan akuntansi yang belum terpecahkan sampai saat
ini adalah biaya produksi bersama. Berbagai generasi akuntan telah berjuang di
ranah definisi produk bersama, produk utama, co-produk, produk kecil, produk
sampingan, dan bekas, limbah, produk rusak atau cacat. Untuk bagian mereka,
para ekonom telah cepat untuk menunjukkan bahwa, dalam banyak kasus, biaya
alokasi produk bersama bersifat arbitrary dan dengan demikian tidak bisa
dibenarkan. Ini mungkin dikarenakan bahwa, untuk sejumlah alasan yang biasa
dikenal baik kepada akuntan, seperti penyusunan neraca dan pendapatan evaluasi
laporan persediaan, persiapan pengembalian pajak, peraturan umum, dan
sebagainya. Beberapa alokasi diperlukan dan harus dilakukan.
Ekonom A. A. Walters (A.A. Walters, 1960) melihat kenyataan bahwa
teori multi-produk perusahaan, terutama yang dari perusahaan produk bersama,
telah membuat sedikit kemajuan sejak perdebatan Pigou-Taussig pada tahun
1912-1913. Dalam kondisi terjadi biaya bersama, satu input (bahan mentah)
berfungsi untuk menghasilkan dua atau lebih produk. Dua atau lebih keluaran ini
dapat dihasilkan dari proses produksi baik dalam proporsi yang tetap atau dalam
proporsi variabel, dimana proporsi tetap terlibat, ini diperlihatkan bahwa untuk
memaksimalkan keuntungan tidak perlu untuk mengalokasikan biaya dari satu
input ke produk bersama.
Dengan menerapkan persyaratan khusus untuk model mereka, baik A. A.
Walters dan Dean Smith telah menunjukkan bahwa memang ada alokasi terbaik
dari biaya bersama untuk output, "setiap kali permintaan (output) dalam bentuk
distribusi probabilitas bersama," .. "bahkan dalam kasus proporsi yang kaku."
Pernyataan ini menunjukkan bahwa, dengan mengasumsikan hanya satu kondisi
dari Walters-Smith.
Yang dimaksud dengan joint cost (produk bersama) adalah beberapa
macam produk yang dihasilkan bersama-sama atau serempak dengan
menggunakan satu macam atau beberapa macam ahan baku, tenaga kerja dan
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
36

Universitas Indonesia
fasilitas pabrik yang sama dan masukan (input) tersebut tidak dapat diikuti
jejaknya pada setiap macam produk tertentu.
Joint cost dialokasikan dengan berbagai alasan, misalnya alokasi biaya
biasanya sering digunakan untuk menentukan departemental atau biaya divisi-
divisi untuk menentukan tampilan eksekutive.
Ada tiga metode yang digunakan dalam alokasi produk bersama (joint
cost), yaitu :
1. Metode Nilai Bersih Yang Dapat Direalisasi (Net Relalizable Value)
Yaitu alokasi joint cost berdasarkan jumlah proporsi dari joint product yang
sudah dipisahkan. Pada metode ini alokasi joint cost berdasarkan nilai yang
sudah direalisasi untuk masing-masing produk yang akan dipisahkan (tahapan
proses ketika dua atau lebih produk tersebut dipisah). J ika joint product dapat
dijual dengan dipisahkan, maka harga pasar atau harga jual harus digunakan
untuk alokasi ini.
2. Metode Perhitungan Fisik (Physical Quantities)
Yaitu alokasi joint cost berdasarkan perhitungan volume, berat, dan
perhitungan fisik yang lain dalam joint product yang dipisahkan. Pada metode
ini biasanya digunakan ketika harga output tinggi. Metode ini digunakan
ketika proses yang terjadi signifikasikan antara pemisahan (splitt-off point)
dan first point of marketability, atau ketika harga produk tidak dipengaruhi
oleh pasar.
3. Produk Sampingan (By Product)
Yaitu output dari proses joint cost production yang mempunyai hubungan
minor dalam jumlah atau quantity dibandingkan dengan produk utama (main
product). Produk utama ialah produk yang dihasilkan yang merupakan tujuan
pokok atau utama operasi perusahaan dan pada umumnya kuantitas dan
nilainya relatif besar.
Biasanya perhitungan dan pelaporan dalam laporan rugi/laba yang dipakai
dalam metode ini dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Nilai bersih yang direalisasi dari produk sampingan ini dikurangkan
dari biaya produk utama.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
37

Universitas Indonesia
2. Penghasilan penjualan produk sampingan dimasukkan sebagai
pendapatan lain-lain.
Sedangkan pemisahan yang dilakukan perusahaan dalam akuntansi produk
sampingan (by-product) dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Produk sampingan yang siap dijual setelah dipisah dari produk utama
tanpa perlu proses lebih lanjut.
2. Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan setelah dipisah
dari produk utama agar siap dijual.
3. Produk sampingan yang siap dijual setelah dipisah dari produk utama dan
dapat pula diproses lebih lanjut agar dapat dijual dengan nilai yang lebih
tinggi. Pada produk sampingan golongan ini, manajemen harus
mengambil keputusan apakah produk sampingan diolah lebih lanjut atau
dijual setelah dipisah dari produk utama.

2.2.4 Konsep Implementasi
Administrasi publik menurut pengertian klasik menganggap implementasi
kebijakan sebagai suatu yang teknis, misalnya petunjuk pelaksanaan (juklak) dan
petunjuk pelaksanaan teknis (juknis) karena itu kurang mempehatikan bagaimana
proses implementasi kebijakan yang sebenarnya terjadi (Dwijowijoto, 2006).
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah
kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak kurang. Untuk
mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada,
yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau
melalui formulasi kebijakan atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
Pelaksanaan atau implementasi kebijakan di dalam konteks manajemen berada
dalam kerangka organizing-leading-kontroling. Ketika kebijakan telah dibuat,
maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakian kepemimpinan
untuk memimpin pelaksanaan, dan melakukan pengendalian pelaksanan tersebut,
(Dwijowijoto, 2006). Saat ini strategi implementasi kebijakan publik berkembang
dari, (Kasim, 1995):
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
38

Universitas Indonesia
1. Strategis implementasi kebijaksanaan yang terprogram, yaitu strategi yang
berdasarkan pada asumsi bahwa penyimpangan dalam implementasi
kebijaksanaan dapat dihilangkan atau dikurangi sampai titik yang ditolerir.
2. Strategi implementasi kebijaksanaan yang adaptif, yaitu strategi yang
berdasarkan pada asumsi bahwa efektifitas implementasi diadaptasikan
terhadap kondisi nyata lapangan.
Selanjutnya Van meter dan Vanhorn mengemukakan bahwa implementasi
diartikan sebagai Those action by public and private individuals for groups that
are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions
(1975, 14) atau dapat diartikan bahwa implementasi sebagai suatu tindakan oleh
public dan individu atau kelompok yang diartikan pada pencapaian tujuan dalam
keputusan suatu kebijakan.















Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
39

Universitas Indonesia
2.3. Kerangka Pemikiran

















Sumber : diolah oleh peneliti
Kerangka pemikiran yang dibuat oleh penulis adalah mengenai kegiatan
terhadap perolehan bahan baku dan pengeluaran biaya operasional penambangan
dan pengolahan nikel yang menyebabkan implikasi Pajak Pertambahan Nilai.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Pasal 4 A bahwa barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya merupakan jenis barang yang tidak dikenai
Pajak Pertambahan Nilai, sedangkan perolehan bahan baku dan pengeluaran biaya
operasional yang terkait dengan pengolahan merupakan objek Pajak Pertambahan
Perusahaan
Pertambangan Nikel
Pembelian Bahan
Baku/Biaya
Operasional
Pajak Masukan Tidak
Dapat Dikreditkan
Pasal 4A UU PPN
Pengolahan
Pajak Masukan Dapat
Dikreditkan
Penambangan J oin Cost
Penjualan/Ekspor
SPT PPN Kurang
Bayar/Nihil
SPT Lebih Bayar
Restitusi PPN
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
40

Universitas Indonesia
Nilai. Ada kemungkinan dalam memperoleh bahan baku maupun biaya
operasional tersebut merupakan joint cost yang tidak dapat dipisahkan
pencatatannya sehingga menimbulkan kendala dalam pengakuan Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan yang pada akhir masa pajak apabila terdapat Pajak
Keluaran maka akan diperhitungkan dengan Pajak Masukan tersebut.
Wajib Pajak dalam menentukan batasan Pajak Masukan harus dapat
dengan cermat memisahkan dan memperhitungkannya, sebab jika salah
menetapkan maka pada saat pemeriksanaan dalam rangka pengajuan restitusi akan
dikoreksi oleh fiskus dan akan timbul konsekuensi sebagaimana yang disebutkan
dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 15
Ayat (1) Direktur J enderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak
yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. Pasal (2) J umlah kekurangan
pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus
persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
41

Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Muhadjir adalah merupakan penjelasan secara
teknis mengenai metode-metode yang digunakan dalam suatu penelitian
(Muhadjir, 1992, hal 2). Pemilihan metode penelitian yang tepat dan sesuai
dengan jenis penelitian yang dilakukan akan menjadikan hasil penelitian lebih
akurat dan dapat dipertanggung jawabkan di hadapan penguji. Peneliti harus dapat
menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan topik yang sedang dikaji,
dengan memperhatikan kesesuaian antara tujuan, metode, dan sumber daya yang
tersedia (Chadwick, 1991, hal 46).

3.2 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
secara holistik, dengan cara deskripsi dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah (Moleong M A, 2006, hal.7). Sedangkan menurut Creswell dalam
bukunya Research Design: Qualitative and Quantitative Approach,
mendefinisikan penelitian kualitatif adalah:
An aquiry process of understanding a social or human problem
based on building a complexi, holistic picture, formed with words,
reporting detailed views of informants and conducted in natural
setting (Creswell, 1994, hal.1)

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan ini bertujuan
untuk memiliki pemahaman dan interpretasi mengenai suatu fenomena sosial
melalui observasi detail secara langsung. Fenomena sosial yang akan dijelaskan
dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan aspek perpajakan yang
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
42

Universitas Indonesia
muncul terhadap kegiatan perusahaan pertambangan mineral dan bagaimana
implementasinya terhadap pemenuhan kewajiban perpajakannya serta kendala
yang dihadapi dalam memenuhi kewajiban tersebut.Data yang diperoleh bersifat
kualitatif yang sifatnya sebagai penunjang dalam pembahasan yang terdiri dari
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan
para informan yang berwenang dan terkait dengan permasalahan yang akan
dianalisa oleh penulis. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku
literatur atau data kepustakaan, Undang-Undang dan lain-lain produk hukum yang
ada hubungannya dengan pajak penghasilan.
Penelitian ini memiliki pendekatan kualitatif dimana teori tidak berposisi
sebagai pembimbing sentral bagi peneliti dalam melakukan analisis penelitian,
tetapi lebih difokuskan pada data-data yang ditemukan di lapangan. Peneliti
merujuk kepada teori sebagai kerangka pemikiran, namun tidak menjadikan teori
sebagai alat ukur. Kerangka teori digunakan untuk dapat memberikan pemahaman
dan mengetahui jenis pajak apa saja yang harus dilaksanakan oleh perusahaan
tambang sehingga penerimaan negara dari sektor pajak pada pertambangan
mineral dapat diperoleh secara maksimal.

3.3 Jenis Penelitian
Setiap peneliti wajib menentukan jenis penelitian yang akan dilakukan
mengingat jenis penelitian tersebut akan menentukan hasil yang diperoleh. Dalam
hal ini, penelitian yang digunakan dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu:
berdasarkan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dimensi waktu, dan teknik
pengumpulan data.

3.3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan
Penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif, dimana penelitian ini
ditujukan untuk menggambarkan dan memberikan klarifikasi mengenai aspek
perpajakan. Menurut Faisal, penelitian deskriptif adalah penelitian yang ditujukan
untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial
dengan jalan mendeskriptifkan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah
dan unit yang diteliti, (Faisal, 1999, hal.20).Penulis menggunakan penelitian
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
43

Universitas Indonesia
deskriptif karena penulis ingin menggambarkan mengenai aspek-aspek pajak atas
perusahaan pertambangan. Selain itu penelitian deskriptif lebih menggambarkan
fenomena apa yang terjadi terhadap aspek-aspek kewajiban pajaknya beserta
pemaparannya.

3.3.2 Jenis Penelitian berdasarkan Manfaat
Penelitian ini termasuk dalam penelitian murni, artinya pada penelitian ini
manfaat dari hasil penelitian untuk pengembangan akademis. Penelitian murni
menjadi sumber gagasan dan pemikiran serta mendukung teori menjelaskan
bagaimana terjadinya suatu peristiwa.Penelitian murni lebih banyak digunakan
dilingkungan akademik dan biasanya dilakukan dalam kerangka pengembangan
ilmu pengetahuan (Bambang & J annah, 2005, hal 38).

3.3.3 Jenis Penelitian berdasarkan Dimensi Waktu
Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini termasuk ke dalam jenis
penelitian cross sectional, karena penelitian ini mengambil satu bagian dari gejala
(populasi) pada suatu waktu tertentu. Sebagaimana halnya dinyatakan oleh
Babbie, yaitu:
Many research projects are designed to study some phenomenon by
taking a cross section of it at one time and analyzing that cross-section
carefully. (Babbie, 1995, hal 100)
Berdasarkan definisi tersebut penelitian cross sectional dilakukan hanya dalam
satu waktu saja, walaupun dalam prakteknya penelitian tersebut berlangsung
selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses wawancara. Penelitian ini
bersifat cross sectional karena dalam melakukan penelitian peneliti biasa
mewawancarai berbagai pihak terkait dengan tema dalam satu waktu tertentu.

3.3.4. Jenis Penelitian Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menunjukkan cara-cara yang dapat ditempuh
untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam melakukan pengumpulan data,
peneliti menggunakan teknik studi kepustakaan dan studi lapangan.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
44

Universitas Indonesia
Studi Kepustakaan (library research).
Studi pustaka yang peneliti lakukan adalah dengan cara mengumpulkan
literatur atau buku yang berhubungan dengan penelitian, mempelajari dan
mendalami informasi yang didapat dari data-data laporan serta dokumen
dari PT. Antam (Persero) Tbk, serta mengutip teori-teori atau konsep-
konsep dari sejumlah literatur, baik buku, peraturan perundang-undangan,
koran, atau karya tulis lainnya yang relevan dengan topik, fokus, atau
variabel penelitian untuk melakukan interpretasi hasil penelitian.
Studi Lapangan
Dalam studi lapangan, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah
melalui wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
2004, hal. 186). Wawancara dilakukan dengan informan dimana peneliti
memiliki sejumlah pertanyaan dengan tujuan untuk mendapatkan
keterangan mengenai permasalahan yang diangkat.

Dalam bukunya, Creswell menjelaskan tentang tiga macam penggunaan
literatur dalam penelitian kualitatif, yaitu :
Literatur digunakan untuk menggambarkan permasalahan pada permulaan
suatu pembelajaran atau,
Literatur disajikan dalam seksi yang berbeda dengan mengulang kembali
literatur sebelumnya atau,
Literatur disajikan pada akhir pembelajaran, dan dijadikan dasar untuk
perbandingan dalam penjelasan dan penelitian kualitatif (Creswell, 1994, hal.
56).

Literatur dalam penelitian ini ditunjukkan agar konsepkonsep yang relevan
terhadap topik penelitian dapat dipahami sebagai pengantar sekaligus menjadi
salah satu alat bantu dalam melakukan analisis yang disajikan pada bab
berikutnya.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
45

Universitas Indonesia
3.4 Teknik Analisis data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitina ini adalah teknik analisis
data kualitatif. Berkaitan dengan pengolahan data, Irawan memberi penjelasan
beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan pada waktu melakukan analisis
data kualitatif:
a. Pengumpulan data mentah, yang dilakukan melalui wawancara, observasi
lapangan, kajian pustaka
b. Transkrip data, yaitu merubah catatan ke bentuk tertulis
c. Pembuatan koding, membaca ulang seluruh data yang sudah ditranskrip
dan mengambil kata kunci
d. Kategorisasi data, menyederhanakan data dengan cara mengikat konsep-
konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran
e. Penyimpulan sementara, yaitu pengambilan kesimpulan sementara
f. Triangulasi, melakukan check dan recheck antara satu sumber dengan
sumber data lainnya
g. Penyimpulan akhir, yaitu proses akhir dari keseluruhan langkah.

Kesimpulan akhir diambil ketika data sudah jenuh (saturated) dan setiap
penambahan data baru hanya berarti tumpang tindih (redundant). Berdasarkan
teknik analisis data, penelitian ini tergolong penelitian yang menggunakan analisa
data kualitatif. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan deskripsi
sehingga proporsi analisis terhadap data yang telah dikumpulkan, lebih banyak
menggunakan kata-kata. Selain itu, data berbentuk angka juga digunakan dalam
analisis ini sebagai ilustrasi dan memudahkan analisis kualitatif (Irawan, 2006,
hal.76-80).

3.5 Narasumber/Informan
Untuk menentukan informan yang akan diwawancarai, peneliti
menerapkan suatu kriteria. Kriteria tersebut harus sesuai dengan 4 kriteria
informan yang diajukan oleh Neuman (hal 368), yaitu:
The informant is totally familiar with the culture and is position to witness
significant events makes a good informant
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
46

Universitas Indonesia
The individual is currently involved in the field
The person can spend time with the research
Non analytical individuals make better informant
Penentuan key informant yang tepat sangat dibutuhkan dalam penelitian
ini, karena informan tersebut merupakan sumber informasi yang potensial bagi
peneliti dalam merumuskan permasalahan penelitian. Key informant yang
diajukan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Kantor Pelayanan Pajak BUMN
Bapak Rochmat Chosnudin selaku Account Representative Kantor
Pelayanan Pajak BUMN. Informasi yang diperoleh adalah mengenai
implementasi kewajiban Pajak Pertambahan Nilai terhadap kegiatan
pertambangan Nikel bagi perusahaan yang melakukan penambangan
dan pengolahan, perlakuan Pajak Masukan atas perolehan barang dan
jasa yang terkait penambangan dan pengolahan, kendala-kendala yang
dihadapi perusahaan dalam melaksanakan kewajiban Pajak
Pertambahan Nilai terhadap kegiatan pertambangan Nikel bagi
perusahaan yang melakukan penambangan dan pengolahan.
Bapak Arif Santoso Account Representative Kantor Pelayanan Pajak
BUMN. Informasi yang diperoleh adalah mengenai implementasi
kewajiban Pajak Pertambahan Nilai terhadap kegiatan pertambangan
Nikel bagi perusahaan yang melakukan penambangan dan pengolahan,
perlakuan Pajak Masukan atas perolehan barang dan jasa yang terkait
penambangan dan pengolahan, kendala-kendala yang dihadapi
perusahaan dalam melaksanakan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai
terhadap kegiatan pertambangan Nikel bagi perusahaan yang
melakukan penambangan dan pengolahan.

2. Pihak akademisi:
Bapak Tunas Hariyulianto, SE, M.Si selaku staff dosen UI. Informasi
yang diperoleh adalah mengenai implementasi kewajiban Pajak
Pertambahan Nilai terhadap kegiatan pertambangan Nikel bagi
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
47

Universitas Indonesia
perusahaan yang melakukan penambangan dan pengolahan, perlakuan
Pajak Masukan atas perolehan barang dan jasa yang terkait
penambangan dan pengolahan, kendala-kendala yang dihadapi
perusahaan dalam melaksanakan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai
terhadap kegiatan pertambangan Nikel bagi perusahaan yang
melakukan penambangan dan pengolahan.
Dr. Haula Rosdiana, M.Si selaku staff dosen UI. Informasi yang
diperoleh adalah mengenai implementasi kewajiban Pajak Pertambahan
Nilai terhadap kegiatan pertambangan Nikel bagi perusahaan yang
melakukan penambangan dan pengolahan, perlakuan Pajak Masukan
atas perolehan barang dan jasa yang terkait penambangan dan
pengolahan, kendala-kendala yang dihadapi perusahaan dalam
melaksanakan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai terhadap kegiatan
pertambangan Nikel bagi perusahaan yang melakukan penambangan
dan pengolahan.

3. Pihak internal perusahaan
Bapak Slamet Ngadiyono, SE selaku Specialist 2 Tax Planner PT
Antam 2 Tax (Persero), TBk. Informasi yang diperoleh adalah
mengenai implementasi kewajiban Pajak Pertambahan Nilai terhadap
kegiatan pertambangan Nikel bagi perusahaan yang melakukan
penambangan dan pengolahan, perlakuan Pajak Masukan atas perolehan
barang dan jasa yang terkait penambangan dan pengolahan, kendala-
kendala yang dihadapi perusahaan dalam melaksanakan kewajiban
Pajak Pertambahan Nilai terhadap kegiatan pertambangan Nikel bagi
perusahaan yang melakukan penambangan dan pengolahan.

3.6 Site Penelitian
Penentuan site penelitian didasarkan pada tema yang peneliti angkat dalam
menyusun skripsi ini. Site penelitian yang dilakukan berada di PT. Antam
(Persero) Tbk. Alasan site penelitian karena PT. Antam (Persero) Tbk. merupakan
perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah Go Public dan
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
48

Universitas Indonesia
merupakan perusahaan pertambangan mineral terbesar di Indonesia dengan
bermacam hasil jenis bahan galian tambang diantaranya nikel, bauksit, emas dan
perak, dan pasir besi.

3.7 Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini terletak pada ruang lingkup penelitian yang
terkonsentrasi pada perlakuan Pajak Pertambahan Nilai terhadap kegiatan
pertambangan nikel bagi perusahaan yang melakukan penambangan dan
pengolahan, implementasi kewajiban Pajak Pertambahan Nilai-nya, perlakuan
Pajak Masukan atas perolehan barang dan jasa yang terkait penambangan dan
pengolahan dan kendala-kendala yang dihadapi perusahaan dalam melaksanakan
kewajiban Pajak Pertambahan Nilai terhadap kegiatan pertambangan nikel.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
49

Universitas Indonesia
BAB 4
GAMBARAN UMUM PT. ANTAM (PERSERO) TBK.

4.1 Sejarah Singkat PT. ANTAM (Persero) Tbk
Antam berdiri sebagai Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1968,
tanggal 5 J uli 1968, dibentuk sebagai penggabungan (merjer) dari 7 badan
atau proyek, yakni :
1. Badan Pimpinan Umum Perusahaan-perusahaan Tambang Umum Negara
(BPU Pertambun), yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
88 tahun 1961 jo Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1962 (Lembaran
Negara RI tahun 1961 No. 112 jo Lembaran Negara tahun 1962 No. 84).
2. Perusahaan Negara (PN) Tambang Emas Tjikotok, yang didirikan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 91 tahun 1961 (Lembaran Negara
RI tahun 1961 No. 115).
3. Perusahaan Negara (PN) Tambang Bauksit Indonesia, yang didirikan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 89 tahun 1961 (Lembaran Negara
RI tahun 1961 No. 113).
4. Perusahaan Terbatas (PT) Nikkel Indonesia, yang didirikan berdasarkan
Akte Notaris Mr. R.E. Abdulkarnen di Makassar pada tanggal 16 J uli 1960
No. 32.
5. Perusahaan Negara (PN) Negara Logam Mulia, yang didirikan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 218 tahun 1961 jo Peraturan
Pemerintah No. 29 tahun 1962 (Lembaran Negara RI tahun 1961 No. 267
jo Lembaran Negara tahun 1962 No. 83).
6. Proyek Intan Ex. Surat Keputusan Presidium Kabinet Dwikora No.
Aa/E/90/66 tanggal 30 J uni 1966 jo No. Aa/E/89/66 tanggal 30 J uni 1966
jo Surat Keputusan Presiden RI No. 87 tahun 1966 tanggal 12 Mei 1966.
7. Proyek-proyek Ex. Bapetamb yang dikuasakan pada BPU Pertambun
menurut SK Dirjen Pertambangan tanggal 23 November 1966 No. 4/SK/-
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
50

Universitas Indonesia
DD/Pertamb/66 jo SK Menteri Pertambangan tanggal 27 Oktober 1966
No. 01/Kpts Pertamb/1966.
Dalam perjalanan sejarah, sesuai dengan tuntutan jaman, PN Aneka
Tambang berubah status menjadi PT Aneka Tambang (Persero) melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1974 tertanggal 30 Desember 1974.
Pada 27 November 1997, mengiringi hari pelaksanaan Initial Public Offering
(IPO), PT Aneka Tambang (Persero) berubah menjadi PT Aneka Tambang
(Persero) Tbk. Pada tanggal 17 J uli 2002 nama PT Aneka Tambang (Persero)
Tbk berubah menjadi PT Antam Tbk. dan melalui Rapat Umum Pemegang
Saham Tahunan tanggal 27 Mei 2010 disingkat menjadi PT ANTAM
(Persero) Tbk.
Badan Pimpinan Umum Perusahaan-perusahaan Tambang Umum
Negara (BPU Pertambun) didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 88
Tahun 1961. Badan ini berfungsi sebagai pengelola perusahaan-perusahaan
pertambangan negara selain timah dan batubara, yakni PN Tambang Emas
Cikotok, PN Pertambangan Bauksit Kijang, PT Nikkel Indonesia, PN Logam
Mulia, Proyek Tambang Intan Kalimantan Selatan dan Proyek Tambang Emas
Logas Pekanbaru. Badan ini dilebur dengan perusahaan-perusahaan yang
berada di bawahnya berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 1968, tanggal 5 J uli
1968 dengan nama PN Aneka Tambang.
PT Antam (Persero) Tbk. berkedudukan di J akarta, didirikan pada 5
J uli 1968 dengan modal dasar Rp 3.800 miliar yang terdiri dari 1 (satu) saham
seri A Dwiwarna dan 37.999.999.999 (tiga puluh tujuh milyar sembilan ratus
sembilan puluh sembilan juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu
sembilan ratus sembilan puluh sembilan) saham seri B, masing-masing saham
dengan nilai nominal Rp.100,00 (seratus Rupiah). Kepemilikan saham Antam
65% dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia dan 35 % dimiliki oleh
publik. PT Antam (Persero) Tbk. bergerak dalam bidang usaha pertambangan
berbagai jenis bahan galian serta menjalankan usaha bidang industri,
perdagangan, pengangkutan dan jasa yang berkaitan dengan pertambangan
berbagai jenis bahan galian tersebut.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
51

Universitas Indonesia
PT Antam (Persero) Tbk. merupakan perusahaan pertambangan yang
terdiversifikasi dan terintegrasi secara vertikal yang berorientasi ekspor.
Melalui wilayah operasi yang tersebar di seluruh Indonesia yang kaya akan
bahan mineral, kegiatan PT Antam (Persero) Tbk. mencakup eksplorasi,
penambangan, pengolahan serta pemasaran dari sumber daya mineral yang
dimiliki. PT Antam (Persero) Tbk. memiliki konsumen jangka panjang yang
loyal di Eropa, Australia and Asia. Mengingat luasnya lahan konsesi
pertambangan dan besarnya jumlah cadangan dan sumber daya yang dimiliki,
Antam membentuk beberapa usaha patungan dengan mitra internasional untuk
dapat memanfaatkan cadangan yang ada menjadi tambang yang menghasilkan
keuntungan.
Berdasarkan sejarah yang ada, PT Antam (Persero) Tbk. merupakan
salah satu produsen tambang dunia berbiaya rendah, aktivitas PT Antam
(Persero) Tbk. telah terintegrasi secara vertikal, mulai dari eksplorasi,
penambangan, peleburan, pemurnian sampai dengan pemasaran. Melalui
empat unit bisnis strategis dan sembilan tambang yang telah beroperasi,
produk Antam meliputi forenikel, bijih nikel, emas, perak, bauksit dan pasir
besi. Antam merupakan salah satu dari tiga perusahaan Indonesia yang
mencatatkan saham secara penuh di bursa saham luar negeri yang
mengharuskan perseroan wajib mematuhi standar tata kelola perusahaan dan
tingkat transparansi bertaraf internasional.

4.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
PT Antam (Persero) Tbk. memiliki manajemen yang kuat, fokus,
berorientasi ke masa depan, dan memiliki sumber daya manusia yang
kompeten di bidangnya. PT Antam (Persero) Tbk. memiliki kinerja usaha
yang selalu menghasilkan keuntungan dengan tetap konsisten memenuhi
tuntutan standar internasional untuk pembangunan masyarakat setempat.
a. Tujuan Perusahaan adalah meningkatkan nilai pemegang saham.
Sebelum mencatatkan sahamnya pada tahun 1997 dan masuknya Antam ke
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
52

Universitas Indonesia
pasar modal, tujuan utama perusahaan adalah mengikuti arahan dari
pemerintah. Tujuan utama dari Antam adalah menghasilkan produk
berkualitas dunia dengan menggunakan teknologi mutakhir. Setelah
mencatatkan sahamnya di bursa, tujuan perusahaan saat ini berfokus pada
peningkatan nilai pemegang saham. Hal ini dilakukan melalui penurunan
biaya seiring usaha bertumbuh guna menciptakan keuntungan yang
berkelanjutan.
b. Visi yang ingin dicapai adalah menjadi korporasi global berbasis
pertambangan dengan pertumbuhan sehat dan standar kelas dunia.
c. Misi Perusahaan :
1) Membangun dan menerapkan praktek-praktek terbaik kelas dunia
untuk menjadikan Antam sebagai pemain global.
2) Menciptakan keunggulan operasional berbasis biaya rendah dan
teknologi tepat guna dengan mengutamakan kesehatan dan
keselamatan kerja serta lingkungan hidup.
3) Mengolah cadangan yang ada dan yang baru untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif.
4) Mendorong pertumbuhan yang sehat dengan mengembangkan bisnis
berbasis pertambangan, diversifikasi dan integrasi selektif untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham.
5) Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai serta
mengembangkan budaya organisasi berkinerja tinggi.
6) Berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di
sekitar wilayah operasi, khususnya pendidikan dan pemberdayaan
ekonomi.

4.3 Strategi Perusahaan
Dalam mencapai visi-misi dan tujuan perusahaan ditetapkan beberapa
komponen utama sebagai strategi perusahaan, diantaranya :
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
53

Universitas Indonesia
1. Fokus pada kompetensi inti.
Antam memaksimalkan pengalaman dan kompetensi inti yang dimilikinya
berkaitan dengan eksplorasi, produksi, pengembangan dan pemasaran
nikel, emas dan mineral industri lainnya. Pembangunan pabrik feronikel
ketiga di Pomalaa merupakan salah satu contoh dari strategi Antam untuk
fokus pada kompetensi inti.
2. Fokus pada keunggulan kompetitif.
Antam berfokus pada keunggulan kompetitif perusahaan, termasuk
mempertahankan posisi sebagai salah satu produsen nikel dan emas
berbiaya rendah di dunia melalui peningkatan efisiensi perusahaan.
3. Pengembangan aliansi strategis.
Antam berfokus pada kerja sama dan aliansi strategis dengan perusahaan
pertambangan Indonesia dan internasional melalui pembentukan usaha
patungan, merjer dan akuisisi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh akses
kepada teknologi terkini yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan maupun posisi kompetitif perusahaan. Selain itu, aliansi
strategis akan membantu eksplorasi dan pengembangan wilayah kuasa
pertambangan Antam dengan risiko dan modal yang rendah, serta
membantu akses terhadap sumber pembiayaan.Usaha pengembangan
proyek Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan di Kalimantan Barat
merupakan salah satu contoh usaha patungan yang akan memberikan nilai
bagi perusahaan.
4. Peningkatan kualitas produk.
Antam berupaya untuk meningkatkan kualitas produk dengan berorientasi
pada kepuasan pelanggan melalui pengiriman tepat waktu serta
pemenuhan keinginan pasar. Perusahaan juga memiliki kepedulian pada
kelestarian lingkungan, keselamatan karyawan serta pengembangan
masyarakat.
5. Mendorong peningkatan kinerja karyawan.
Antam berencana untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensi
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
54

Universitas Indonesia
karyawan untuk mengoptimalisasi produktivitas serta kualitas produk yang
dihasilkan.
6. Pengelolaan volatilitas harga dan kurs nilai tukar.
Antam mengelola secara hati-hati risiko fluktuasi harga komoditas dan
kurs nilai tukar melalui implementasi strategi lindung nilai yang sesuai dan
fleksibel.
7. Fokus pada tata kelola perusahaan yang baik dan budaya
perusahaan.
Antam akan terus memenuhi dan mengimplementasikan prinsip tata kelola
perusahaan yang baik secara berkelanjutan serta mengembangkan budaya
perusahaan yang produktif dan efisien.















Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
55

Universitas Indonesia
4.4 Struktur Organisasi

Gambar 4.1
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
56

Universitas Indonesia
Untuk mencapai tujuan seperti termaksud dalam Anggaran Dasar
Perseroan, susunan organisasi Kantor Pusat terdiri atas :
a. Unsur Pimpinan : Direksi
b. Unsur Teknostruktur :
1. Corporate Secretary;
2. Internal Audit;
3. Corporate Strategic Development;
4. Mineral Resources Development;
5. Operations Management;
6. Environment & Mine Closure;
7. Risk Management;
8. Supply Chain Management;
9. Accounting & Budgeting;
10. Organization Effectiveness and Development;
11. Learning and Development; dan
12. Corporate Social Responsibility.
c. Unsur Pendukung :
1. Project Development Group;
2. Technology Development;
3. Marketing & Customer Support;
4. Legal & Compliance;
5. Tokyo Representative;
6. Treasury, Tax & Insurance
7. Corporate Finance;
8. Information & Communication Technology;
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
57

Universitas Indonesia
9. Human Resources Management; dan
10. GA, Asset & External Relations.
Direktorat Keuangan dipimpin oleh Direktur Keuangan yang dibantu oleh :
1) Senior Manager Treasury,Tax & Insurance yang membawahi:
a. Assistant Senior Manager Treasury, dan
b. Assistant Senior Manager Tax & Insurance.
2) Senior Manager Accounting and Budgeting yang membawahi:
a. Assistant Senior Manager Accounting, dan
b. Assistant Senior Manager Budgeting.
3) Senior Manager Corporate Finance yang membawahi para Staf/Spesialis.
4) Senior Manager Information & Communication Technology yang
membawahkan:
a. Assistant Senior Manager Information & Communication Technology
Operation, dan
b. Assistant Senior Manager Business Information Analyst and
Development.
Satuan kerja Treasury,Tax & Insurance yang dipimpin oleh Senior
Manager Treasury,Tax & Insurance dan dibantu oleh ASM Treasury dan ASM Tax
& Insurance berperan:
1. Menyusun strategi, kebijakan dan program pengelolaan treasury, perpajakan
dan asuransi aset perusahaan untuk menunjang terciptanya manajemen
keuangan yang akuntabel;
2. Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan
pengelolaan dan optimalisasi dana perusahaan, verifikasi serta pengelolaan
risiko keuangan perusahaan sesuai dengan peraturan perusahaan yang
berlaku;
3. Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan
pengelolaan perpajakan dan asuransi aset perusahaan sesuai dengan
peraturan perusahaan yang berlaku;
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
58

Universitas Indonesia
BAB 5
ANALISIS ALOKASI JOINT COST KEGIATAN PENAMBANGAN DAN
PENGOLAHAN NIKEL DALAM MENGHITUNG KEMBALI PAJAK
MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN

5.1 Alokasi Joint Cost Kegiatan Penambangan dan Pengolahan Nikel dalam
Menghitung Kembali Pajak Masukan yang dapat Dikreditkan
PT. Antam (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Antam memiliki
wilayah pertambangan nikel yang terbesar di Propinsi Sulawesi Tenggara dan
Halmahera Timur. Perusahaan mampu memproduksi nikel ore pada tahun 2009
mencapai sebesar 5.100.000 Wmt (Wet metric ton) dengan penjualan ekspor
sebanyak 4.300.000 Wmt. Sedangkan untuk pengolahan ferronickel, perusahaan
menghasilkan sebesar 12.000 tNi (ton Nickel) dari pabrik pengolahan yang berada
di Pomalaa Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara. Pabrik tersebut terdiri dari
pabrik pengolahan Feni I, Feni II dan Feni III dengan kapasitas produksi masing-
masing yaitu sebesar 250.000, 260.000, dan 208.000 TNi per tahun.
Di awal tahun 2008, seiring dengan pemasaran bijih nikel dan tidak terkait
dengan klasifikasi cadangan dan sumber daya, Antam melakukan reklasifikasi
bijih nikel yang dijual. Sebelumnya, bijih nikel yang disebut low grade saprolite
ore (LGSO), dengan kandungan nikel antara 1,5% dan 2%, dimasukkan dalam
klasifikasi saprolit. Saat ini LGSO diklasifikasikan sebagai bijih nikel kadar
rendah yang juga termasuk bijih nikel limonit yang memiliki kandungan di bawah
1,5%. Sementara bijih nikel dengan kandungan diatas 2% disebut bijih nikel kadar
tinggi.
Klasifikasi ini telah merubah target ekspor bijih nikel tahunan. Pada
awalnya Antam berencana untuk menjual 5,8 juta wmt saprolit. Namun saat ini
Antam menargetkan ekspor bijih nikel kadar tinggi sebesar 3,2 juta wmt dan 2,6
juta bijih nikel kadar rendah yang terbagi atas 2,4 juta wmt LGSO dan 0,2 juta
wmt limonit. Target produksi bijih nikel kadar tinggi adalah 3,65 juta wmt yakni
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
59

Universitas Indonesia
jumlah yang akan diekspor ditambah 450.000 wmt sebagai umpan bijih. Target
produksi bijih nikel kadar rendah adalah sama dengan target penjualan.
Bijih nikel Antam dijual ke J epang, Eropa Timur dan China, dengan bijih
nikel kadar tinggi umumnya dijual ke J epang dan Eropa Timur sementara kadar
rendah dijual ke China. Pada 1Q08, 73% dari bijih nikel kadar tinggi dijual ke
J epang sementara sisanya dijual ke Eropa. Harga bijih nikel didasarkan pada
harga spot di London Metal Exchange serta kandungan nikel, kelembaban dan
juga recovery rate.
Pemakaian bahan, salah satu komponen terbesar dari biaya produksi
Antam adalah biaya pemakaian bahan untuk keperluan produksi feronikel yang
naik 45% menjadi Rp200 miliar dan berkontribusi 35% atas total biaya pemakaian
bahan. Harga umpan bijih menjadi lebih mahal pada kuartal I 2008 berhubung
Antam membeli bijih dengan kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pada
kuartal I 2007. Antam mengkonsumsi 294,557 wmt bijih saprolit untuk
memproduksi 4.362 tNi dalam feronikel pada kuartal I 2008. Dengan
menggunakan kadar umpan bijih yang lebih tinggi tersebut, Antam hanya
menggunakan 67,5 ton umpan bijih untuk memproduksi 1 tNi dalam feronikel,
suatu rasio yang lebih rendah daripada biasanya. Sekitar 94% dari umpan bijih
untuk produksi ferronickel adalah berasal dari tambang PT Inco di Pomalaa
Timur. Melalui perjanjian pembelian umpan bijih dari PT Inco tersebut, Antam
dapat menghemat cadangan bijih kadar tingginya untuk kebutuhan masa depan,
menurunkan biaya jasa penambangan bijih serta menambah kapasitas produksi
bijih nikel kadar rendah yang tidak digunakan sendiri oleh Antam untuk
memenuhi permintaan bijih nikel saprolit kadar rendah dari China.
Oleh karena seluruh penjualan nikel dan ferronikel Antam di ekspor ke
luar negeri, maka pada saat penjualan tersebut antam harus memungut PPN
ekspor sebesar 0% sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang No. 41 Tahun
2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan J asa Dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah pasal 7 ayat (2) a yang menyebutkan bahwa tarif Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas ekspor barang kena
pajak berwujud.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
60

Universitas Indonesia
Administrasi Pajak Pertambahan Nilai PT. Antam dilakukan terpusat
berdasarkan Surat Direktorat J enderal Pajak No. S-1767/PJ .3/1985 tanggal 14
J uni 1985 yang kemudian diterbitkan kembali mengenai pemusatan tempat Pajak
Pertambahan Nilai melalui Keputusan Direktur J enderal Pajak Nomor: KEP-
00236/WPJ .19/KP.03/2012 tanggal 25 J anuari 2012. Adminitrasi tersebut
dilakukan di satuan kerja Treasury, Tax & Insurance dengan seorang staf pajak
(Specialist 3) bidang Value Added Tax (VAT) yang melakukan penghitungan dan
pelaporan PPN di Kantor Pelayanan Pajak Badan Usaha Milik Negara (KPP
BUMN).

5.1.1 Proses Penambangan
Lapisan deposit bijih nikel Antam umumnya tidak terlalu dalam. Lapisan
bijih nikel limonit berada diatas lapison saprolit. Hal ini menjadikan
penambangan limonit lebih murah dan penambangan limonit dilakukan terlebih
dahulu sebelum saprolit. Bijih nikel ditambang menggunakan metode tambang
terbuka secara selektif dengan peralatan backhoe untuk penggalian dan truk untuk
transportasi. Tidak diperlukan pengeboran atau peledakan dalam penambangan
bijih nikel maupun proses pengolahan yang rumit, selain pengeringan dan
penyaringan bijih. Dalam proses penyaringan bijih, didapatkan bijih yang
berukuran besar yang memerlukan proses tambahan untuk menghancurkan batuan
bijih nikel ke ukuran yang diinginkan.
Antam melakukan outsourcing untuk sebagian besar kegiatan
penambangannya seiring dengan rencana Antam untuk bergerak ke bidang hilir
dan juga untuk menghemat biaya overhead, biaya tenaga kerja serta kewajiban-
kewajiban paska kerja. Antam mengkategorikan penambangan bijih untuk
keperluan ekspor sebagai jasa penambangan bijih sedangkan penambangan untuk
umpan bijih produksi feronikel sebagai pemakaian bahan, walaupun kedua-
duanya sebagian besar dilakukan oleh para kontraktor tambang pihak ketiga.
Biaya jasa penambangan bijih naik 84% menjadi Rp349 miliar pada
kuartal I tahun 2008 terutama dikarenakan kenaikan produksi bijih nikel sebesar
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
61

Universitas Indonesia
33% dan kenaikan volume penjualan bijih nikel sebesar 6% serta kenaikan biaya-
biaya operasi, seperti bahan bakar, yang dibebankan kepada Antam oleh
kontraktor tambang. Biaya jasa penambangan bijih merupakan komponen kedua
terbesar dan menyumbang 22% dari total biaya produksi Antam. J asa
penambangan bijih nikel sebesar Rp338 miliar adalah komponen terbesar dan
merupakan 97% dari dari total biaya jasa penambangan bijih. Biaya penambangan
bijih bauksit sebesar Rp10 miliar merupakan 3% dari biaya jasa penambangan
bijih sedangkan biaya penambangan bijih emas sebesar Rp1 miliar merupakan
0,3% dari keseluruhan biaya penambangan bijih.
Walaupun bukan termasuk dalam lima besar biaya produksi, biaya
transportasi yang meliputi biaya-biaya yang terkait dengan pengiriman bijih,
pemuatan bijih, mobilisasi peralatan serta logistik pemuatan dan pembongkaran
adalah komponen yang penting dari biaya produksi. Meskipun ada kenaikan harga
bahan bakar serta kenaikan tipis dalam volume ekspor, biaya transportasi
mengalami penurunan sebesar 38% menjadi Rp21 miliar terutama disebabkan
oleh kegiatan logistik pemuatan yang lebih rendah. Pada kuartal pertama tahun
2007 biaya pemuatan bijih adalah Rp18 miliar dan merupakan 53% dari total
biaya transportasi. Sedangkan pada kuartal pertama tahun 2008, biaya pemuatan
bijih hanya sekitar Rp6 miliar dan merupakan 28% dari biaya transportasi.
Proses Pemuatan Bijih Nikel

Gambar 5.1
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
62

Universitas Indonesia
Proses Penambangan Nikel PT. Antam

Gambar 5.2

Antam menggunakan metode tambang terbuka untuk proses penambangan
bijih nikelnya dengan tahapan sebagai berikut :
o Exploration Drilling
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemboran pada jarak spasi 25 - 50 meter
untuk mengambil sample batuan dan tanah guna mendapatkan gambaran
kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut.
o Clearing & Stripping
Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan dan mengupas lapisan tanah
penutup setebal 10 - 20 meter yang kemudian dibuang di tempat tertentu
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
63

Universitas Indonesia
ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang
Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan tanah
tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang
masih asli, sehingga tanah pucuk ini dapat digunakan dan ditanami kembali
untuk kegiatan reklamasi.. Alat yang biasa digunakan adalah buldozer ripper
dan dengan menggunakan bantuan mesin potong chainsaw untuk menebang
pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm.
o Mining
Penambangan termasuk dalam klasifikasi tambang terbuka (sistem
berjenjang) dengan menggunakan alat-alat produksi antara lain Bulldozer
sebagai alat dorong, backhoe sebagai alat gali dan muat, dan Dump Truck
sebagai alat angkut. Lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10
meter dan dibawa ke stasiun penyaringan.
o Hauling
Pengangkutan bijih nikel. Alat angkut yang digunakan adalah Dump Truck
yang berkapasitas antara 15-30 ton.
o Strain & Crushing
Penumpukan/Penyimpanan Bijih. Bijih Nikel baik untuk umpan pabrik
maupun untuk ekspor sebelumnya ditumpuk di Stockyard. Batuan
besar/boulder (>20 cm), disaring di saringan tetap / Stationary Grizzly.
Boulder dipecahkan dengan mesin pemecah batu (Crushing plant) sampai
ukuran <20 cm dan dikirim ke pabrik sebagai bijih umpan pabrik.

Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 yang
mengelompokan Bijih nikel sebelum diproses merupakan penyerahan yang
tergolong Barang Tidak Kena Pajak menimbulkan ketidakpastian dalam sistem
perpajakan Indonesia. Padahal dalam pemungutan pajak terdapat asas kepastian
sehingga memudahkan dalam pelaksanaan administrasi perpajakan. Kepastian ini
meliputi kejelasan dan ketegasan dalam penentuan subyek, obyek, dasar
pengenaan pajak, tarif, dan prosedur sehingga tidak bermakna ganda dan tidak
bisa ditafsirkan lain.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
64

Universitas Indonesia
Pemerintah perlu membuat suatu sistem perpajakan yang mendukung
stabilitas makroekonomi dengan adanya arus penerimaan pajak yang stabil dan
dapat diprediksi dan kesempatan untuk mendapatkan bagian penghasilan yang
lebih besar apabila perusahaan mendapatkan laba yang tinggi. Di sisi lain
perusahaan yang berinvestasi memerlukan kebijakan pemerintah yang dapat
diprediksi, stabil dan didasari pada aturan hukum yang pasti sehingga keputusan
yang diambil didasari oleh alasan yang tepat.
Pasal 4A ayat (2) huruf a Undang-Undang PPN menjelaskan mengenai
kelompok barang yang diambil langsung dari sumbernya. J enis barang dari pasal
4A ayat (2) huruf a UU PPN dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 2 PP Nomor 144
Tahun 2000. Berdasarkan pasal 2 huruf f PP Nomor 144 Tahun 2000, bijih nikel
merupakan salah satu jenis barang hasil pertambangan yang termasuk dalam
kategori barang yang diambil langsung dari sumbernya. Pasal tersebut tidak
memberikan definisi lebih lanjut mengenai batasan atau kategori atas bentuk bijih
nikel yang akan diserahkan. Sehingga, atas penyerahan yang substansinya adalah
bijih nikel tidak akan dipungut PPN.
Sesuai dengan legal character VAT, Barang yang semula tidak terutang
PPN akan menjadi terutang PPN jika suatu barang siap untuk dikonsumsi. Barang
yang semula tidak terhutang PPN karena tidak dapat langsung dikonsumsi,
menjadi terutang PPN karena sudah memiliki nilai tambah dan dapat dikonsumsi.
feronikel merupakan salah satu contoh dari bijih nikel yang diproses lebih lanjut
sehingga menjadi barang yang siap untuk dikonsumsi. Penjualan atas bijih nikel
yang telah diolah menjadi feronikel merupakan objek yang terutang PPN.
Kelemahan dari Peraturan Pemerintah maupun Pasal 4A UU PPN tersebut
yakni tidak memberikan definisi atas batasan barang yang diambil langsung dari
alam sebagai barang yang tidak dikenakan PPN. Atas penerapan peraturan
tersebut di lapangan menyebabkan dispute atas pemahaman antara DJ P dengan
WP dalam menentukan suatu barang yang tidak dikenakan PPN karena termasuk
kategori diambil langsung dari alam. Definisi yang tidak dijelaskan lebih lanjut
tersebut menyebabkan dispute atas batasan atau kategori barang yang diambil
langsung dari sumbernya.

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
65

Universitas Indonesia
Slamet selaku staff senior pajak PT Antam mengungkapkan.:
PPN atas bijih nikel sebenarnya kalau dikaitkan dengan UU PPN
merupakan barang tidak kena pajak karena diambil langsung dari
sumbernya. Bijih nikel tersebut diambil langsung kemudian dijual, tp
terkadang kita juga bingung dengan perlakuan PPN atas bijih nikel yg
mengalami proses pengolahan sebelum dijual, ya karena itu tadi..ee
diundang-undang masih belum jelas atas batasan defenisi barang yang
diambil langsung dari alam itu seperti apa. (wawancara pada hari
J umat, 16 Desember 2011)

Batasan atau definisi suatu barang yang diambil langsung sumbernya tidak
diatur lebih lanjut dalam aturan tersebut. DJ P hingga saat ini belum dapat
menentukan batasan atas barang yang diambil langsung dari sumbernya maupun
barang yang telah mengalami proses lebih lanjut. Batasan mengenai barang yang
diambil langsung dari sumbernya maupun barang yang telah mengalami proses
belum diatur dalam peraturan. Untuk menetapkan batasan atas barang tidak kena
pajak menjadi barang kena pajak terdapat kendala dalam menentukan definisi per
masing-masing barang dan jumlah barang-barang tersebut yang tidak sedikit. Hal
ini ditegaskan dalam informasi yang diperoleh penulis dalam wawancara dengan
Rochmat selaku Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi KPP
BUMN :
Kalau batasan itu sendiri, kita sudah pernah mencoba untuk mengatur
dengan melakukan tinjauan lapangan. Seperti misalnya waktu itu kami
pernah mencoba untuk barang hasil pertanian, untuk setiap hasil
pertanian memiliki definisi proses yang berbeda-beda..Begitu pula
dengan barang hasil pertambangan. Kita juga dulu sudah pernah bertanya
kepada Tamben (Pertambangan dan Energi), mereka ketika kita tanya
mengenai definisi bijih nikel waktu itu ketika masih di dalam perut bumi,
ketika sudah ditambang dan ketika sudah diproses, mereka sendiri
bingung batasannya seperti apa..Untuk itu, sampai dengan saat ini
krtiteria atau batasan mengenai barang yang diambil langsung dengan
alam dengan barang yang telah mengalami suatu proses masih belum ada
definisinya. J adi kita asumsikan untuk barang yang tidak terdapat
definisinya kita ambil kaidah atas barang tersebut. Namun, mengenai
bijih nikel, sampai dengan saat ini bijih nikel masih merupakan barang
yang tidak kena pajak, tetapi apabila tidak mengalami pengolahan atau
perubahan bentuk, saat masih di dalam perut bumi sampai dengan ketika
dijual adalah tetap sama, (wawancara pada hari senin, 19 Desember
2011).

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
66

Universitas Indonesia
Berbeda dengan pendapat yang diberikan informan yang menyatakan
bijih nikel merupakan barang yang tidak kena pajak apabila tidak
mengalami proses pengolahan atau diambil langsung dari sumbernya,
peneliti berpendapat bahwa atas bijih nikel yang diambil langsung dari alam
tanpa harus diolah terlebih dahulu maka bukan merupakan Barang Kena
Pajak, namun apabila bijih nikel mengalami perubahan bentuk atau telah
mengalami pengolahan menjadi feronikel maka merupakan barang kena
pajak dan terutang PPN.
Tidak adanya aturan mengenai batasan suatu barang yang diambil
langsung dari sumbernya maupun barang yang telah mengalami suatu
proses, maka atas penyerahan barang yang telah mengalami proses lebih
lanjut atau dengan kata lain tidak lagi memenuhi definisi barang yang
diambil langsung dari sumbernya. Tidak didefinisikannya batasan tersebut
menyebabkan dispute pada saat penerapan aturan di lapangan. Informasi ini
diperoleh melalui wawancara dengan Arif selaku Account Representative
Seksi Pengawasan dan Konsultasi KPP PMA 3 sebagai berikut :
J ika mengacu pada konsep umum tentang PPN itu sendiri bahwa
barang yang tidak diolah atau barang yang diambil langsung dari
sumber itu adalah barang yang tidak dikenakan pajak. Kalau bijih
nikel masuk dalam kategori ini, karena tidak diproses, jadi yang
diambil dari pertambangan langsung dijual dan tidak diproses.
Sebagai AR, emang dulu pengusaha pertambangan sama kita sudah
pernah membahas mengenai hal ini sampai dengan ke kepala kantor.
Disitu dinyatakan bahwa bijih nikel bukan BKP, karena apabila
diambil langsung dari sumbernya. Bijih nikel yang dijual tersebut
diasumsikan sama seperti bentuk asalnya seperti waktu dia ada di
dalam perut bumi meskipun sudah mengalami proses crushing dan
screening. Untuk itu, sampai dengan sekarang bijih nikel memang
tidak terutang PPN. Ya, tapi memang kalau kita liat secara konsep
PPN sih memang harusnya itu jadi BKP. Konsep PPN kan bilang
kalo semua barang pada prinsipnya adalah barang yang kena pajak.
Feronikel itu kan udah mengalami proses, ya memang kalo
berdasarkan konsep PPN, itu BKP. Hanya sekarang kan belum ada
kebijakan yang mengatur lebih lanjut tentang batasan diambil
langsung dari alam seperti apa dan barang yang sudah diproses itu
seperti apa batasan dan definisinya, karena aturannya belum
mengatur batasan pengecualian pasal 4A itu yang seperti apa, proses
yang membuat suatu BTKP jadi BKP itu proses yang bagaimana,
kategori untuk tiap-tiap barang kan beda. Kaya barang hasil
pertanian, untuk tiap produk pertanian kan beda-beda batasan
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
67

Universitas Indonesia
terutangnya. Ya untuk itu sampai dengan saat ini kita masih
mengkategorikan bijih nikel jadi BTKP, apabila dasarnya adalah
bentuknya yang ngga berubah itu atau tidak diolah terlebih dahulu,
(wawancara pada hari senin, 19 Desember 2011).

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara di atas,
bijih nikel yang dijual dikategorikan sebagai barang yang diambil langsung
dari sumbernya dan merupakan barang tidak kena pajak. Informan
menyatakan secara konsep bijih nikel yang telah mengalami proses lebih
lanjut seharusnya merupakan BKP. Aturan perundangan yang tidak
mengakomodir batasan suatu barang menjadi barang yang terutang PPN
(pengecualian pasal 4A UU PPN), menyebabkan DJ P berpendapat bijih
nikel yang diambil langsung dari alam untuk dijual tidak terutang PPN. DJ P
berpendapat berdasarkan kaidah dari barang itu sendiri. Bijih nikel yang
telah mengalami pengolahan menjadi feronikel Atas dasar bentuk yang
berubah tersebut, DJ P menyatakan bahwa bijih nikel yang dijual merupakan
barang yang terutang PPN.

5.1.2 Proses Pengolahan


Bijih nikel Antam terbagi atas bijih nikel saprolit dan limonit. Bijih nikel
limonit adalah bijih nikel laterit dengan kadar rendah dan mengandung 0.8% -
1.5% nikel, 25%-35% besi dan sedikit kobalt. Limonit terletak di atas lapisan
saprolit dan lebih murah dan lebih mudah untuk ditambang. Bijih nikel saprolit
terbentuk dibawah zona limonit. Saprolit secara umum mengandung sekitar 1,5%-
2,5% nickel dan digolongkan sebagai bijih laterit kadar tinggi. Dengan melalui
proses pyrometalurgi, saprolit digunakan sebagai bahan baku untuk produksi
feronikel.





Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
68

Universitas Indonesia
Pabrik Pengolahan Ferronickel PT. Antam

Gambar 5.3
Feronikel yang merupakan salah satu produk utama Antam, diproduksi
melalui pengolahan bijih nikel kadar tinggi (saprolit) melalui proses
pyrometalurgi. Feronikel Antam mengandung sekitar 20% nikel dan sekitar 80%
besi. Diproduksi dalam bentuk shots (butiran) atau ingots (batangan) serta dengan
karbon kadar tinggi atau karbon kadar rendah, feronikel digunakan sebagai bahan
baku untuk produksi baja nirkarat.
Dari segi teknis, mineral nikel yang terdapat di Indonesia pada dasarnya
adalah bijih lateritis, yang merupakan hasil pelapukan batuan ultrabasa yang
mengandung nikel. Nikel lateritis terbagi dalam dua jenis, yakni jenis oksida atau
limonit dan jenis silikat yang biasanya disebut saprolite atau garnierite. Masing-
masing mineral ini memiliki sifat-sifat khusus yang akan menentukan cara
pengolahan paling cocok. Untuk tahap perdana, jenis nikel yang akan diolah di
pabrik peleburan Pomala adalah jenis silikat karena kandungan nikelnya yang
lebih tinggi untuk memperoleh manfaat ekonomis yang lebih tinggi pula. Sampai
saat itu, ada sejumlah metode pengolahan nikel yang digunakan secara komersial,
yaitu proses Krupp-Renn, Blast Furnace, Ugine dan Elkem.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
69

Universitas Indonesia
Dari hasil berbagai survai dan penelitian tersebut, Antam pada akhirnya
memutuskan untuk memproduksi bahan setengah jadi (intermediate product) yang
berupa feronikel dengan kandungan nikel kurang lebih 20%, melalui proses
Elkem, yang memiliki dua jenis peralatan utama yakni tanur putar (Rotary Kiln)
dan tanur listrik (Electric Furnace).
Sebagai informasi, pada proses Elkem, bijih yang akan diolah terlebih
dahulu dipecah-pecah menjadi bongkah-bongkah berukuran maksimum 20 x 40
mm dengan menggunakan penumbuk jaw crusher dan hammer mill. Pecahan-
pecahan ini kemudian disaring dengan saringan getar (vibrating screen). Arang
batu (antrasit atau cokes) sebagai bahan pereduksi dan batu kapur sebagai bahan
peleleh dicampurkan, dan campuran ini kemudian dimuatkan ke dalam rotary kiln
untuk mendapatkan proses kalsinasi pada suhu maksimum 900C. Proses ini
ditujukan untuk menguapkan air lembab dan air kristal yang terkandung dalam
bijih nikel.
Hasil kalsinasi, yang disebut kalsin dalam keadaan panas keluar dari
rotary kiln dan ditampung oleh sebuah kontainer khusus untuk kemudian
ditransfer dan dimuatkan ke dalam electric furnace. Di dalam electric furnace,
terjadi peleburan dan reduksi pada suhu kira-kira 1600C. Panas yang diperlukan
pada proses ini didapat dari lompatan listrik yang timbul di antara
elektrodaelektroda dengan muatan tanur dan antar-muatan tanur itu sendiri.
Muatan tanur yang sudah lebur akan terpisah menjadi dua lapisan cair;
logam-logam yang tereduksi, dengan gaya beratnya sendiri akan turun ke dasar
tanur dan membentuk lapisan cair feronikel, sedangkan muatan lainnya tetap
berbentuk oksida-oksida yang disebut lapisan terak (slag) tetap berada di atas
lapisan pertama. Kedua lapisan cair ini dikeluarkan dari tanur pada saat yang tepat
melalui lubang keluaran masing-masing yang disebut tap-hole. Terak yang telah
dikeluarkan dibuang sebagai kotoran, sedangkan cairan feronikel dimurnikan
dalam dua tahap.


Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
70

Universitas Indonesia
Diagram Proses Pengolahan Bijih Nikel

Gambar 5.4
Tahap pertama adalah proses pembuangan belerang yang dilakukan
dengan proses Rhein-Stahl dengan menggunakan bubuk soda dan karbit sebagai
bahan pembuang belerang (desulphurizing agent). Hasil produksi pemurnian
tahap pertama ini bisa dipasarkan sebagai feronikel arang tinggi (high carbon
ferronickel).
Pada tahap pemurnian kedua, feronikel arang tinggi yang masih dalam
keadaan cair dihembus dengan gas asam ke dalam satu tanur goyang (shaking
converter) untuk melepaskan elemen-elemen arang, silikon, chromium dan fosfor.
Sebagai bahan permurni, digunakan batu kapur, kapur dan fl uorspar. Hasil dari
pemurnian tahap kedua ini adalah feronikel arang rendah (lowcarbon ferronickel).
Sebelum dilakukan pengecoran menjadi balok-balok feronikel, ke dalam
feronikel arang rendah ini ditambahkan ferrosilicon dan aluminium sebagai bahan
pembuang kandungan oksigen. Hasil pengecoran adalah balok-balok feronikel
yang disebut ingot. Masing-masing ingot kemudian dicek komposisinya, dan
ingot yang memenuhi persyaratan kualitas siap dikirimkan ke pasar.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
71

Universitas Indonesia
Secara garis besar proses pengolahan bijih nikel di UPN pomalaa dibagi
dalam tiga tahap yaitu :
1. Tahap Praolahan. Bijih basah yang berasal dari wilayah penambangan
Utara, tengah, dan Selatan serta bijih basah yang berasal dari P. Gee
dicampur (blending) untuk mendapatkan komposisi yang sesuai.
Campuran bijih (blended ore) ini dikeringkan di dalam suatu Rotary
Dryer. Selanjutnya bijih kering mengalami proses kalsinasi di dalam
Rotary Kiln untuk menghilangkan kandungan Loss on Ignition (LOI).
Debu yang berasal dari tahap praolahan ini ditangkap pada unit
penangkapan debu, lalu diproses di dalam pelletizer untuk membuat pellet
yang akan diumpankan kembali ke dalam Rotary Kiln.
2. Tahap Peleburan. Pada tahap ini calcined ore dilebur dan direduksi di
dalam capur listrik berkapasitas 20 MVA untuk Feni I dan 25 MVA untuk
Feni II. Sebagai bahan pereduksi digunakan Antracite. Proses reduksi ini
menghasilkan crude metal yang akan dimurnikan pada tahap selanjutnya,
sedangkan bahan yang tidak tereduksi berupa slag dikeluarkan dari dapur
listrik pada waktu-waktu tertentu untuk dibuang. Untuk pengaturan
kebasaan, slag ditambahkan batu kapur.
3. Tahap Pemurnian. Crude metal yang berasal dari tahap peleburan,
dikurangi kandungan belerangnya di dalam suatu unit penghilang sulfur
(Desulphurization). Sedangkan untuk mengurangi kandungan Si, C, dan P
dilakukan Blowing Oxygen dan penambahan Flux terhadap crude metal di
dalam unit Shaking Converter (De-Siliconization dan De-Carbonization).
Gas Oxygen yang dipergunakan berasal dari Oxygen Plant. Untuk
membuat produk Feronikel berbentuk batangan (ingot), metal cair yang
telah dimurnikan dengan spesifikasi dan komposisi tertentu dicetak pada
unit Continuous Casting Machine Untuk membuat produk feronikel
berbentuk butiran (shot), metal cair ini dicetak pada unit Shot Making.
Bentuk batangan (ingot) diproduksi dalam dua jenis, yaiut High Carbon
dan Low Carbon. Sedangkan bentuk butiran (shot) yang diproduksi hanya
dalam jenis Low Carbon.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
72

Universitas Indonesia
Hasil Pengolahan Bijih Nikel berupa Ingot dan Shots


Gambar 5.6
Gambar 5.5
Proses lebih lanjut merupakan kegiatan menghasilkan barang yang siap
untuk dikonsumsi, sehingga memberikan nilai tambah bagi barang tersebut. Atas
barang yang telah memiliki daya guna baru (nilai tambah atau nilai manfaat),
seharusnya merupakan barang yang terutang PPN. Hal ini sebagaimana informasi
yang diberikan oleh Tunas Hariyulianto selaku akademisi mengenai batasan atau
kriteria untuk menentukan kategori barang yang diambil langsung dari
sumbernya.
Yang dimaksud dengan Barang yang diambil langsung dari sumbernya
adalah barang yang secara umum tidak mengalami pemrosesan. J ika
barang tersebut diproses, maka itu menjadi BKP. Yang menjadi masalah
adalah apa yang dimaksud dengan diproses? Apakah dibersihkan juga
termasuk dalam pemrosesan? Apakah disaring juga termasuk dalam
pemrosesan? Hal ini yang menimbulkan dispute. Analisis yang diberikan
harus mengacu pada prinsip yang dianut dalam PPN itu apa, kalau itu
diproses maka akan menjadi BKP. Narasumber menambahkan Ya kalau
sudah mengalami suatu proses, harusnya menjadi BKP kalau bicara
konsep. Yang menjadi masalah adalah kalau itu menjadi BKP, berarti
pajak masukannya dapat dikreditkan. Pertimbangan pemrosesan itu adalah
misalnya merubah bentuk, merubah komposisi, ya kalau gas itu sudah
diproses kan berarti CO
2
nya sudah berkurang sesuai dengan standar
komersial. Secara konsisten atau konsekuen itu harusnya sudah menjadi
BKP.

Dengan pernyataan yang diberikan oleh informan selaku akademisi yang
mengerti dan memahami peraturan perpajakan, khususnya Pajak Pertambahan
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
73

Universitas Indonesia
Nilai, batasan atas barang yang diambil langsung dari sumbernya adalah barang
yang secara umum tidak mengalami proses. Pasal 4A hanya menyebutkan yang
dikecualikan dari pengenaan PPN adalah barang yang diambil langsung dari
sumbernya. Barang yang telah mengalami pemrosesan lebih lanjut tentu tidak
termasuk ke dalam kategori barang yang diambil langsung dari sumbernya.
Sesuai dengan konsep PPN yang menyatakan bahwa semua barang pada
prinsipnya merupakan barang kena pajak (BKP). Pengecualian atas BKP menjadi
non BKP adalah apabila barang tersebut merupakan barang kebutuhan publik,
sulit untuk dipajaki dan menghilangkan aspek regresivitas.
Perusahaan juga menghendaki kebijakan pemerintah yang dapat
menimimalisir distorsi ekonomi. PPN merupakan pajak atas konsumsi dan bukan
pajak transaksi antar perusahaan karena pajak yang diperoleh pada saat pembelian
barang dapat dikreditkan oleh perusahaan tersebut. Mekanisme ini membuat PPN
tidak mendistorsi harga pembelian dan penjualan barang. Suatu pengenaan PPN
dikatakan komprehensif apabila pengenaannya meliputi seluruh aktivitas
ekonomi, mulai dari tahap paling awal yaitu pertanian dan hak penambangan
sampai dengan tahap pedagang eceran. Sebagai Pajak tidak langsung atas
konsumsi, tax base PPN diterapkan seluas mungkin, kecuali hanya yang menjadi
kebutuhan pokok, yaitu produk pertanian yang belum diolah.
Negara yang menerapkan PPN (VAT) biasanya mengenakannya kepada
seluruh pembelian baik barang modal maupun jasa. Agar dapat berkompetisi
secara global maka hampir semua negara pengekspor mineral memilih untuk
meniadakan pajak pada ekspor mineral. Cara untuk meniadakan pajak ini
bervariasi dan melibatkan administrasi perpajakan yang kompleks. Cara paling
sederhana untuk menghilangkan pengaruh pajak ini adalah dengan mengecualikan
produk tersebut. PPN yang dikenakan pada peralatan impor dan jasa dapat
membebani proyek yang padat modal. Hampir seluruh negara menghilangkan
PPN atas impor barang melalui skema pengecualian (exemption), pemotongan
tarif (rebates), kredit pajak, pembayaran kembali (refund), penangguhan atau
penundaan (deferrals). Untuk ekspor mereka mengecualikan pengenaan PPN atau
mengenakan tarif 0%.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
74

Universitas Indonesia
PPN merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai dari
barang atau jasa. Suatu pertambahan nilai tercipta karena untuk menghasilkan,
menyalurkan dan memperdagangkan barang ataupun pelayanan jasa,
membutuhkan faktor-faktor produksi pada berbagai tingkatan produksi. Setiap
faktor-faktor produksi tersebut menimbulkan pengeluaran yang dinamakan biaya
dan biaya ini merupakan pertambahan nilai yang menjadi unsur pengenaan pajak.
Artinya proses penambahan nilai selalu timbul karena adanya biaya-biaya yang
dikeluarkan mulai dari bahan baku menjadi bahan setengah jadi hingga menjadi
bahan jadi yang selanjutnya siap dijual dengan tingkat laba yang diharapkan.
Pendapat DJ P yang menyatakan secara konseptual barang yang telah
mengalami proses lebih lanjut adalah merupakan Barang Kena Pajak (BKP), hal
ini telah sesuai dengan teori generalisasi PPN, dimana semua barang merupakan
barang kena pajak. Penentuan DJ P atas suatu barang sebagai barang yang tidak
kena pajak dengan hanya didasarkan pada bentuk barang yang tidak berubah,
tidak sesuai dengan konsep PPN yang ada. Pasal 1 angka 16 Undang-Undang
PPN menyatakan bahwa pengertian menghasilkan adalah:
Kegiatan mengolah melalui suatu proses mengubah bentuk atau sifat
suatu barang dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai
daya guna baru, atau kegiatan mengolah sumber daya alam termasuk
menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan kegiatan tersebut.

Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Undang-Undang PPN, kegiatan
mengolah melalui suatu proses sehingga suatu barang memiliki daya guna baru
merupakan kegiatan yang menimbulkan objek PPN. Konsep PPN menyatakan
bahwa semua barang pada prinsipnya adalah BKP dan PPN dikenakan atas
konsumsi barang maupun jasa. Penjelasan tersebut memiliki konotasi bahwa
apabila suatu barang telah melalui proses yang menyebabkan barang tersebut
memiliki daya guna baru, maka barang tersebut merupakan barang yang terutang
PPN.
Sesuai dengan konsep PPN yang menyatakan bahwa semua barang adalah
barang kena pajak dan definisi menghasilkan berdasarkan pasal 1 angka 16 UU
PPN, maka feronikel tidak termasuk ke dalam kategori barang yang mendapat
pengecualian (exemption) dari pengenaan PPN sebagaimana konsep yang
dinyatakan oleh Tait tentang Pengecualian PPN (exemption). Dengan dasar
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
75

Universitas Indonesia
tersebut, bijih nikel yg telah diolah menjadi feronikel merupakan barang yang
terutang PPN.
Barang hasil pertambangan termasuk bijih nikel sesungguhnya memiliki
nilai, karena setelah barang tersebut diambil langsung dari sumbernya, barang
hasil pertambangan tersebut menjadi mempunyai nilai ekonomis. Apabila barang
hasil pertambangan yang masih berwujud mentah tersebut diolah menjadi barang
jadi yang siap digunakan dan atas penyerahannya menjadi terutang pajak, maka
pembebasan pengenaan PPN tersebut sifatnya hanya sementara, yaitu hanya pada
saat barang hasil tambang tersebut masih mentah. Pada saat barang tersebut telah
jadi, maka nilai tambah atau nilai ekonomis yang telah dimiliki pada saat barang
tersebut masih mentah juga ikut terkena PPN.
Namun ternyata untuk keperluan pengamanan penerimaan, Pemerintah
menetapkan status bijih nikel menjadi BTKP sehingga Wajib pajak pertambangan
bijih nikel tidak dapat merestitusi Pajak Masukan atas Pajak Keluaran. Menurut
otoritas perpajakan, konsepsi nilai tambah (added value) atas bahan mentah
tambang bijih nikel belum memenuhi hingga bijih nikel tersebut siap untuk
dikonsumsi yaitu dalam bentuk feronikel karena hal ini sesuai dengan konsepsi
PPN sebagai pajak konsumsi yaitu pajak yang dikenakan pada saat barang atau
jasa dikonsumsi.
Dengan adanya kepastian tersebut, maka ditinjau dari segi Objek Pajak
Pertambahan Nilai, maka feronikel merupakan Barang Kena Pajak yang terutang
PPN. Secara umum semua barang adalah BKP dan PPN dikenakan atas konsumsi
suatu barang. J ika memperhatikan konsep generalisasi PPN, maka feronikel
merupakan salah satu barang yang menjadi Objek PPN. Selaku Pengusaha yang
telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), PT. Antam seharusnya
memungut PPN sebesar 10% atas feronikel yang dijual, atau sebesar 0% untuk
feronikel yang di ekspor ke luar negeri.
Sejak 1 J anuari 2001, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 144
Tahun 2000, maka bijih nikel sebelum diproses tidak dikenakan PPN Penetapan
Biji nikel sebelum diproses merupakan Barang Tidak Kena Pajak (BTKP),
menimbulkan konsekuensi Pajak Masukan atas perolehan BKP dan J KP tidak
dapat dikreditkan. Pada masa awal mula Peraturan Pemerintah ini
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
76

Universitas Indonesia
diterbitkan,perusahaan pertambangan telah merasakan tambahan beban akibat
tidak dapat dikreditkannya Pajak Masukan yang telah dibayar.
Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan ini menimbulkan biaya
tambahan bagi pengusaha pertambangan sebab harga pokok produksi akan
meningkat menjadi 10% (sepuluh persen). Sebagaimana diungkapkan oleh slamet
selaku staf senior pajak PT Antam:
... dalam proses penambangan bijih nikel terdapat biaya pembelian
peralatan atau sewa alat untuk menambang, bahan bakar, biaya crushing
atau biaya sub-kontraktor. Biaya-biaya ini menjadikan bijih nikel memiliki
nilai tambah dari bijih nikel dalam bentuk bongkah menjadi feronikel yang
sudah digrading dan siap diangkut untuk dipasarkan, tetapi sebagian atas
biaya-biaya tersebut Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat
diperhitungkan, sehingga menambah biaya atas produksi itu sendiri,
(wawancara hari jumat 16 Desember 2011).

Berdasarkan wawancara diatas, bahwa atas kegiatan penambangan bijih
nikel yang di jual langsung bukan merupakan BKP sehingga biaya-biaya yang
berkaitan untuk mendapatkan hasil pertambangan bijih nikel tersebut Pajak
Masukannya tidak dapat diperhitungkan menjadi kredit pajak, sedangkan atas
kegiatan penambangan bijih nikel yang diolah menjadi feronikel merupakan BKP
yang terutang PPN sehingga atas Pajak Masukannya dapat diperhitungkan.
Sebagaimana diungkapkan oleh Rochmat selaku Account Representative Seksi
Pengawasan dan Konsultasi I KPP BUMN :
Nah, kalo untuk bijih nikel yang sudah diolah menjadi feronikel, itu baru
bisa dikreditkan karena sudah tidak termasuk dalam negatif list yang diatur
di UU PPN maupun PP No.144 Tahun 2000. J adi barang untuk yang itu
punya Pajak Keluaran yang bisa ditandingkan dengan Pajak Masukan dari
perolehan barang dan jasa, meskipun diekspor tetap terhutang PPN 0%.
Perlu diingat ya, bahwa beda lho perlakuan antara tidak terutang PPN
dengan terutang PPN 0%, (wawancara hari senin 19 Desember 2011).

Hans George Ruppe, seorang guru besar hukum fiskal dan Direktur The
Institute For Financial Law of University of Graz-Austria dalam General
Report dimuat dalam buku Cashier de Droit Fiscal International tahun 1983
dalam Sukardji (2002), menyatakan bahwa, Pada hakekatnya, konsepsi PPN
semata-mata mengandung pengertian sebagai suatu tata cara pemungutan pajak
daripada sebagai suatu jenis pajak. Demikian pula halnya dengan Terra (1988)
antara lain menyatakan, Sales Taxation can be levied in various way, for
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
77

Universitas Indonesia
example, in a direct way, or in indirect way as a retail sales tax or as a value
added tax. J adi pajak penjualan dapat dipungut dengan berbagai cara, langsung
maupun tak langsung baik sebagai pajak penjualan eceran maupun PPN.
Penulis menilai proses pengambilan bijih nikel menjadi feronikel telah
memenuhi konsep nilai tambah. Apabila atas feronikel tidak dikenakan PPN maka
akan menimbulkan dampak pajak berganda. Pemerintah memang mempunyai
wewenang untuk menentukan apakah suatu barang dikenakan PPN atau tidak.
Secara ekonomi timbulnya dampak pajak berganda menyebabkan iklim investasi
menjadi tidak menarik khususnya dalam sektor pertambangan. Sependapat dengan
argumen yang diberikan oleh informan, feronikel yang telah siap untuk dijual
merupakan barang kena pajak. Hal tersebut sesuai dengan konsep PPN. PPN
dikenakan atas semua konsumsi (private expenditure) semua barang maupun jasa.

5.2 Mekanisme Perhitungan Pajak Masukan Terhadap Barang Hasil
Pertambangan dan Barang Hasil Pengolahan
Metode yang digunakan di Indonesia dalam menghitung PPN yang
terutang berdasarkan nilai tambah (value added) adalah menganut sistem credit
method. Metode tersebut memperhitungkan Pajak Keluaran yang terutang
dikurangi dengan Pajak Masukan yang telah dibayarkan. Bijih nikel yang
langsung dijual merupakan objek yang tidak terutang PPN, maka atas pajak
masukannya tidak dapat dikreditkan, sedangkan atas bijih nikel yang diolah
menjadi feronikel merupakan objek pajak yang terutang PPN, maka atas pajak
msukannya dapat dikreditkan.
Yang dimaksud dengan penyerahan yang tidak terutang pajak yang Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan adalah penyerahan barang dan jasa yang
tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A
dan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana
dimaksud Pasal 16B Undang-Undang PPN. Hal ini sesuai dengan konsep yang
diberikan oleh Tait tentang definisi pengecualian PPN (exemption). Sebagai
konsekuensi atas peraturan tersebut, maka PT Antam menanggung beban pajak
atas barang-barang faktor produksi yang telah dibeli dan dimanfaatkannya untuk
mendukung kegiatan usahanya.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
78

Universitas Indonesia
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang telah dibayarkan oleh PT. Antam
kepada para pemasok (supplier), tidak dapat dikreditkan meskipun transaksi
tersebut berkaitan langsung dengan kegiatan usaha, dan faktur pajak standar yang
telah diterima oleh PT. Antam adalah faktur pajak yang telah memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam pasal 13 angka 5 Undang-Undang PPN
tentang persyaratan kelengkapan faktur pajak (faktur pajak tidak cacat). PPN
Masukan yang telah dibayar oleh PT. Antam pada saat memperoleh dan
memanfaatkan barang-barang maupun jasa-jasa yang merupakan faktor
produksinya, tetap tidak dapat dikreditkan.
PPN Masukan yang tidak dapat dikreditkan oleh PT. Antam dicatat
sebagai beban operasional (cost). Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan ini
dikapitalisasi oleh PT. Antam dan dicatat sebagai beban operasional maupun
sebagai investasi (aset). Pajak Keluaran yang terutang oleh PT. Antam atas
penghasilan penjualan bijih nikel dan feronikel, dapat dikurangkan atau di-offset
dengan Pajak Masukan yang telah dibayarkan secara proporsional sebagaimana
diatur dalam PMK No 78/PMK.03/2010. PT. Antam menyetorkan Pajak yang
terutang adalah sebesar angka Pajak Keluaran (setelah dikurangi dengan Pajak
Masukan yang telah dihitung secara proporsional). Alasan PT. Antam tidak
mengkreditkan Pajak Masukan atas kegiatan yang berhubungan dengan
penghasilan lain berupa sewa tersebut di atas adalah karena ditemui kendala
dalam pengadministrasian PPN. PT. Antam tidak dapat melakukan pemilahan
Pajak Masukan yang terkait khusus dengan penghasilan penjualan bijih nikel,
maupun Pajak Masukan atas transaksi penjualan feronikel. Hal ini memberikan
beban tersendiri pada cash flow perusahaan, khususnya beban biaya PT. Antam.
Hal ini sebagaimana terdapat dalam wawancara dengan informan:
Hal ini diatur dalam Pasal 31 ayat (1) Undang - Undang Pajak Penjualan
sebagai berikut :
Atas pembelian bahan mentah, bahan pembantu dan bahan bakar
termasuk juga alat pembungkus, maka pabrikan dapat mengurangkan
pajak yang terutang olehnya dengan pajak masukan atau pajak penjualan
yang telah dibayarkan atas pemasukan atau penyerahan barang-barang itu,
jika jumlah pajak itu diketahui dan jika tidak lebih dari jumlah pajak
masukan dan pajak penjualan yang dilunaskan kepada negeri, jika ia dapat
membuktikan telah memakai bahan-bahan itu dalam perusahaan atau
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
79

Universitas Indonesia
pekerjaan, asalkan jumlah dari pajak yang dikurangkan itu disebut di atas
surat pemberitahuan.

Pengkreditan Pajak Masukan diatur dalam Pasal 9 UU PPN yaitu Pajak
Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa
Pajak yang sama. Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak,
maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan. Apabila dalam suatu Masa Pajak,
jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada jumlah Pajak Masukan, maka
selisihnya merupakan PPN yang wajib dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak.
Apabila dalam suatu Masa Pajak, jumlah Pajak Masukan lebih besar daripada
jumlah Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan Pajak Masukan
yang dapat diminta kembali atau dikompensasikan ke Masa Pajak Berikutnya.
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan untuk perolehan
BKP dan / atau J KP yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak selain melakukan
penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang
pajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan
pasti dari pembukuannya, maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak.
Sebagaimana diungkapkan oleh Arif selaku Account Representative Seksi
Pengawasan dan Konsultasi I KPP BUMN :
Untuk perusahaan yang seperti itu, mereka harus bisa memisahkan
mana biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan penambangan, mana yang
untuk kegiatan pengolahan. Itu harus dipisahkan karena kalo tidak, akan
sulit untuk menentukan jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
nya, Ya kalo pada saat kita periksa ternyata perusahaan itu tidak
memisahkan, biasanya kita koreksi, kecuali dia bisa menyampaikan
bukti-bukti pendukung untuk memperkuat alasan untuk bisa
diperhitungkan proporsional Pajak Masukannya. Biasanya kita ambil
data pembanding antara proporsi biaya yang dikeluarkan dengan
penjualan dari bijih nikel dan feronikel. (wawancara hari senin 19
Desember 2011).

Pengusaha Kena Pajak yang dalam suatu Masa Pajak melakukan
penyerahan yang terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak, hanya
dapat mengkreditkan Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
80

Universitas Indonesia
terutang pajak. Bagian penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat
diketahui dengan pasti dari pembukuan Pengusaha Kena Pajak.
Pajak Keluaran yang dipungut menjadi lebih besar dan Pajak Masukan
akan menjadi dapat dikreditkan, jika bijih nikel menjadi objek yang terutang PPN.
Saat akan dilakukan penyetoran PPN, maka besarnya PPN yang akan dibayar
adalah sebesar Pajak Keluaran dikurangi Pajak Masukan. Apabila bijih nikel
merupakan objek yang terutang PPN, maka atas kelebihan pembayaran pajak
tersebut, dapat membantu cash flow perusahaan. Hal lain diungkapkan oleh
Rochmat selaku Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi I KPP
BUMN :
Dasarnya kan bijih nikel bukan Barang Kena Pajak seperti yang saya
sampaikan tadi. J adi gak ada masalah sebetulnya, karena penjualannya
kan tetep dikenakan PPN. Dari sisi peraturan pajak, sebetulnya yang
penting kaedah perpajakannya terpenuhi. Pajak Masukan kan bisa
dikreditkan kalo ada Pajak Keluaran, tapi kalo gak ada Pajak Masukan
tapi ada Pajak Keluaran ya pengusaha harus tetep bayar kekurangan
pajaknya.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh penulis, Antam merupakan
perusahaan yang hasil penjualan bijih nikel maupun feronikelnya seratus persen
ekspor sehingga pada penghitungan SPT PPN Masa nya mengalami kelebihan
bayar dikarenakan penjualan ekspor dikenakan tarif sebesar 0% sebagaimana yang
disebutkan dalam Pasal 7 Ayat 2a Undang-Undang No.42 Tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, yaitu Tarif
Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas ekspor Barang
Kena Pajak Berwujud. Atas dasar tersebut maka setiap Masa pelaporan SPT PPN,
antam selalu mencatatkan status lebih bayar dan pengajuan restitusi setiap
tahunnya.







Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
81

Universitas Indonesia
Tabel 5.1
Laporan Produksi dan Penjualan
Produksidan
Penjualan

Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 2010/2009(%)

Unit
VolumeProduksi

Feronikel IbsNi 31.909.670 40.856.018 38.726.355 27.667.981 41.199.939

49
metricton
Ni 14.474 18.532 17.566 12.550 18.688

49
BijihNikel wmt 4.353.832 7.112.870 6.571.764 5.851.329 7.040.512

20
Emas toz 92.367 89.733 91.083 84.428 89.250

6
kg 2.873 2.791 2.833 2.626 2.776

6
Perak toz 767.631 775.669 775.669 726.253 595.721

(18)
kg 23.876 24.126 25.348 22.589 18.529

(18)
Bauksit wmt 1.501.937 1.251.147 1.152.322 811.341 104.692

(87)

VolumePenjualan

Feronikel IbsNi 29.517.657 39.072.480 37.535.860 31.285.762 40.243.133

29
metricton
Ni 13.389 17.723 17.026 14.191 18.254

29
BijihNikel wmt 4.309.134 6.907.367 5.342.964 4.901.699 5.863.840

20
Emas toz 107.383 160.754 315.718 414.520 210.941

(49)
kg 3.340 5.000 9.820 12.893 6.561

(49)
Perak toz 677.255 867.041 1.109.908 2.803.127 1.334.963

(52)
kg 21.065 26.968 34.522 87.187 41.522

(52)
Bauksit wmt 1.536.542 964.282 893.088 445.662 191.615

(57)

HasilPenjualan

PenjualanEkspor jutaRp 5.220.497 11.661.423 8.802.877 8.313.187 7.056.068

(15)
Penjualan
Domestik jutaRp 408.904 346.780 789.104 398.183 1.688.232

324

TotalPenjualan jutaRp 5.629.401 12.008.202 9.591.981 8.711.370 8.744.300

0,4


Sumber : Annual Report Tahun 2010

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
82

Universitas Indonesia
Dalam kegiatan penambangan, Antam menggunakan kontraktor dalam
proses penambangan dan pengangkutan. Dari data laporan keuangan perusahaan
tahun 2010 disampaikan bahwa biaya jasa penambangan bijih sebesar
Rp1.031.552.691.000,- sedangkan untuk jasa pengangkutan atau transportasi
perusahaan mengeluarkan biaya sebesar Rp90.805.196.000,-. Dari pengeluaran
tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bijih nikel untuk
dijual ekspor dan juga bijih nikel yang digunakan sebagai umpan pabrik untuk
pembuatan ferronickel.
J ika berdasarkan perhitungan perusahaan menetapkan persentase
pemakaian bahan untuk menghasilkan feronikel sebesar 70% dari total
penggunaan bahan, maka untuk perhitungan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan dari biaya yang dikeluarkan terhadap jasa penambangan dan
pengangkutan dapat dihitung sebagai berikut :
1. Untuk pengkreditan Pajak Masukan dari pemakaian jasa
penambangan dihitung sebesar 70% x Rp103.155.269.100,- sehingga
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sebesar Rp72.208.688.370,-
Berdasarkan Laporan Keuangan Audited diketahui bahwa total
penjualan Feronikel dan Nikel Ore pada tahun 2010 sebesar
Rp6.043.031.893.000,- yang terdiri dari penjualan feronikel sebesar
Rp3.679.373.125.000,- dan penjualan nikel ore
Rp2.363.658.768.000,-
Sehingga perhitungan kembali Pajak Masukan yang telah dikreditkan
adalah : Rp3.679.373.125.000,- x Rp103.155.269.100,-
Rp6.043.031.893.000,-
=Rp62.807.334.389,-
Pajak Masukan atas pemakaian jasa penambangan yang telah
dikreditkan pada tahun 2010 adalah Rp72.208.688.370,- sehingga
Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi
Pajak Masukan untuk Masa Maret 2011) adalah sebesar
Rp72.208.688.370 - Rp62.807.334.389 =Rp9.401.353.981,-
2. Untuk pengkreditan Pajak Masukan dari pemakaian jasa
pengangkutan dihitung sebesar 70% x Rp9.080.519.600,- sehingga
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sebesar Rp6.356.363.720,-
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
83

Universitas Indonesia
Berdasarkan Laporan Keuangan Audited diketahui bahwa total
penjualan Feronikel dan Nikel Ore pada tahun 2010 sebesar
Rp6.043.031.893.000,- yang terdiri dari penjualan feronikel sebesar
Rp3.679.373.125.000,- dan penjualan nikel ore
Rp2.363.658.768.000,-
Sehingga perhitungan kembali Pajak Masukan yang telah dikreditkan
adalah : Rp3.679.373.125.000,- x Rp90.805.196.000,-
Rp6.043.031.893.000,-
=Rp5.528.784.287,-
Pajak Masukan atas pemakaian jasa penambangan yang telah
dikreditkan pada tahun 2010 adalah Rp6.356.363.720,- sehingga Pajak
Masukan yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi Pajak
Masukan untuk Masa Maret 2011) adalah sebesar Rp6.356.363.720
Rp5.528.784.287 =Rp827.579.433,-

Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis bahwa pada penghitungan
Pajak Masukan atas penggunaan jasa penambangan dan pengangkutan yang
dilakukan oleh kontraktor pertambangan, perusahaan tidak melakukan mekanisme
penghitungan kembali Pajak Masukan yang telah dikreditkan, akan tetapi
perusahaan langsung membiayakan faktur pajak atas jasa penambangan tersebut
karena menganggap sulit dalam pengadministrasian dan perhitungan PPN
terhutangnya, seperti yang diungkapkan oleh Slamet selaku staff senior pajak PT.
Antam, sebagai berikut:
Untuk memisahkan berapa Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dari jasa
penambangan dan pengangkutan nikel ore, kita masih sedikit kesulitan
karena biasanya pada waktu pemeriksaan restitusi, kita malah kena koreksi.
J adi daripada ribet ngurusnya...yaudah kita masukin aja ke biaya. Toh dari
Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan tadi menambah setoran Antam
kepada negara. J adi meningkatkan kontribusi pajak kepada negara. Antam
kan BUMN yang sebagian besar sahamnya milik pemerintah, jadi ibarat
kantong...masuk kantong kiri keluar kantong kanan...


Selain dari segi beban operasional perusahaan yang bertambah, PT. Antam
juga harus memperhatikan segi cost of taxation apabila dalam pelaksanaan
penjualan bijih nikel ternyata merupakan transaksi yang terutang PPN. Dispute
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
84

Universitas Indonesia
mengenai definisi batasan barang yang diambil langsung dari sumbernya dapat
menyebabkan penerapan atas peraturan pajak yang tidak sesuai dan menimbulkan
cost of taxation yang dapat memberi beban tambahan kepada PT.Antam.

5.3. Kendala Yang Dihadapi Perusahaan Dalam Melaksanakan Kewajiban
Pajak Pertambahan Nilai
Di dalam melakukan kegiatan kewajiban PPN terhadap kegiatan
pertambangan bijih nikel bagi perusahaan yang melakukan penambangan dan
pengolahan, tidak dapat dihindari akan timbulnya kendala-kendala yang dapat
mengganggu kelancaran dari berlangsungnya pelaksanaan yang sudah
direncanakan. Kendala yang dialami oleh PT Antam terjadi akibat beberapa faktor
utama. Sebagaimana diungkapkan oleh slamet selaku staff senior pajak PT.
Antam, sebagai berikut:
Kendala dalam pelaksanaan kewajiban ini selalu ada pasti ya, tapi
kendalanya lebih bersifat teknis ya. Seperti misalnya kendala SDM nya,
Pemahaman akan permasalahan yg dihadapi. Namun ya bagaimana cara
atau usaha kita untuk mengatasinya aja, (wawancara pada hari jumat, 16
Desember 2011).

Berdasarkan wawancara di atas dalam pelaksanaan kewajiban PPN
terhadap kegiatan pertambangan bijih nikel bagi perusahaan yang melakukan
penambangan dan pengolahan masih menghadapi kendala-kendala dalam hal
teknis, dalam hal ini penulis membagi permasalahan yang terjadi menjadi
beberapa faktor.

5.3.1. Sumber Daya Manusia
Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan bagi perusahaan
untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi. Sumber daya manusia mempunyai
peran utama dalam setiap kegiatan perusahaan. Walaupun didukung dengan
sarana dan prasarana serta sumber dana yang berlebihan, tetapi tanpa tetapi tanpa
dukungan sumber daya manusia yang andal kegiatan perusahaan tidak akan
terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia
merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dengan segala kebutuhannya.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
85

Universitas Indonesia
Sebagai kunci pokok, sumber daya manusia akan menentukan
keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Tuntutan perusahaan untuk
memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya manusia yang
berkualitas semakin mendesak sesuai dengan dinamika lingkungan yang selalu
berubah. Perubahan perlu mendapat dukungan manajemen puncak sebagai
langkah pertama yang penting untuk dilakukan bukan hanya sekedar lip service
saja.
Pemimpin harus dapat memobilisasi sebuah tim, proses pekerjaan harus
dapat dikembangkan dan proses sumber daya manusia harus menjadi fokus utama.
Perubahan dan peningkatan peran fungsi sumber daya manusia sangat esensial
untuk mendukung keberhasilan organisasi. Pengelolaan sumber daya manusia
terkait dan mempengaruhi kinerja organisassional dengan cara menciptakan nilai
atau menggunakan keahlian sumber daya manusia yang berkaitan dengan praktek
manajemen dan sasarannya cukup luas, tidak hanya terbatas karyawan operasional
semata, namun juga meliputi tingkatan manajerial.
Sumber daya manusia sebagai penggerak organisasi banyak dipengaruhi
oleh perilaku para pesertanya (partisipannya) atau aktornya. Keikutsertaan sumber
daya manusia dalam organisasi diatur dengan adanya pemberian wewenang dan
tanggung jawab. Merumuskan wewenang dan tanggung jawab yang harus dicapai
karyawan dengan standar atau tolak ukur yang telah ditetapkan dan disepakati
oleh karyawan dan atasan. Karyawan bersama atasan masing-masing dapat
menetapkan sasaran kerja dan standar kinerja yang harus dicapai serta menilai
hasil-hasil yang sebenarnya dicapai pada akhir kurun waktu tertentu.
Permasalahan sumber daya manusia yang terjadi di PT. Antam adalah staf
yang khusus menangani pajak di PT. Antam berdasarkan struktur yang ada hanya
terdapat di kantor pusat saja sedangkan transaksi yang berkaitan langsung dengan
pertambangan ditemukan lebih banyak dilakukan di Unit Bisnis
pertambangannya. Staf di unit bisnis hanya melakukan pemotongan dan
pemungutan pajak atas pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh staf
kebendaharaan sedangkan pengklasifikasian dan perhitungan perpajakannya
dilakukan di kantor pusat.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
86

Universitas Indonesia
Keberhasilan pelaksanaan pelaksanaan kewajiban PPN terhadap barang
hasil pertambangan dan barang hasil pengolahan sangat dipengaruhi oleh kondisi
sumber daya manusia. Oleh karena itu, agar pelaksanaan kewajiban PPN yang
dilakukan oleh PT Antam dapat dilaksanakan secara optimal, maka PT Antam
harus memiliki sumber daya manusia yang memadai baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Permasalahan di SDM terdiri dari pertama, dilihat dari segi
kuantitas dan kualitas pegawai khususnya bidang perpajakan yang dimiliki oleh
PT Antam masih kurang jumlahnya apabila dibangdingkan dengan pekerjaan yang
dilakukan, ditambah lagi dengan dilakukannya sentralisasi atas PPN dari unit
perusahaan ke kantor pusat, hal tersebut secara tidak langsung dapat
mempengaruhi kinerja dalam pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan.
Sebagaimana diungkapkan oleh slamet selaku staff senior PT Antam, sebagai
berikut:
Untuk masalah tenaga saya kira masih ada kekurangan yakarena
dalam bidang pajak ini kan bukan cuma untuk pajak pusat aja ya
melainkan juga untuk pajak negara juga, seperti sekarang ini PBB juga,
jadi dibagi-bagi untuk keperluan administrasi, jadi memang dalam hal
sumber daya kita masih kurang ya, terutama kuantitasnya, karena kita
juga sulit untuk menambah jumlah pegawai, karena birokrasinya juga
sedikit ribet ya, jadi kita maksimalin pegawai yang ada dulu aja.
Walaupun terkadang kita suka lewat dead line dalam hal pemenuhan
kewajiban-kewajiban pajak, (wawancara pada hari jumat, 16 Desember
2011).

Adanya jumlah pegawai yang terbatas tidak sebanding dengan banyaknya
kegiatan yang wajib dilakukan oleh pegawai PT Antam karena dalam
pelaksanaannya jumlah pekerjaan yang ditangani tidak hanya untuk kewajiban
PPN-nya saja melainkan untuk semua jenis pajak yang termasuk kedalam pajak
pusat serta beberapa kegiatan tersebut perlu dilakukan secara tim yang
mengakibatkan pegawai harus bekerja secara ekstra.

5.3.2.Kendala Dalam Pengadministrasian PPN Penambangan dan
Pengolahan atas Joint Cost Pertambangan.
Kendala yang dihadapi PT. Antam dalam pengadministrasian PPN atas
joint cost untuk menghasilkan bijih nikel dan feronikel, PT Antam sering
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
87

Universitas Indonesia
mengalami kesulitan dalam melakukan pemilahan Pajak Masukan yang terkait
khusus dengan penghasilan dari pengolahan feronikel, maupun Pajak Masukan
atas transaksi bijih nikel. Hal ini memberikan beban tersendiri pada cash flow
perusahaan, khususnya beban biaya PT. Antam. Hal ini sebagaimana terdapat
dalam wawancara dengan Slamet selaku Staff Senior pajak PT Antam, sebagai
berikut:
Biaya kalau dilihat dari efektifitasnya itu tidak efektif. J adi, pajak
masukannya baru bisa dihitung dengan PPh Badan selama jangka waktu
umur dari aktivanya. J adi, umur aktivanya itu kalo diitung dari rata-rata itu
diatas 8 tahun. 8 tahun, 16 tahun, sampai 20 tahun. J adi, kalau dari
efektifitas cash flow sebetulnya tidak menarik. Pengembaliannya jangka
waktunya panjang. Dan implikasinya misalnya terhadap perusahaan yang
rugi itu akan lebih panjang lagi nantinya, untungnya bukan perusahaan
yang rugi. Karena kompensasi kerugian kalau ngga salah diatur dalam
pasal 8 ya? Kalau untuk perusahaan biasa, jangka waktu kompensasi
kerugian itu adalah selama 5 tahun, kalau untuk perusahaan tambang,
jangka waktunya itu kalau ngga salah selama 8 tahun. Kalau yang kapital
aset nya besar, mekanisme kapitalisasi yang payback-nya lama itu
sebenarnya tidak maksimal secara cash flow,(wawancara hari jumat 16
Desember 2011).

Bijih nikel yang tidak terutang PPN menyebabkan PT. Antam tidak dapat
mengkreditkan seluruhnya pajak masukan atas transaksi yang berkaitan dengan
penjualan bijih nikel. Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan tersebut
(setelah dilakukan perhitungan proporsional atas PM) menyebabkan berkurangnya
jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dari perolehan jasa penambangan
dan pengangkutan bijih nikel tersebut setelah di-offset terlebih dahulu dengan
Pajak Masukannya secara proporsional. Hal ini memberikan beban pada cash flow
perusahaan, karena Pajak Masukan yang seharusnya dapat di offset dengan Pajak
Keluaran, menjadi tidak seluruhnya dapat di-offset. Selain itu, Pajak Masukan
yang dikapitalisasi menjadi biaya operasional ataupun sebagai investasi (aset),
menyebabkan pay back atas Pajak Masukan yang telah dibayarkan menjadi lebih
lama.

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
88

Universitas Indonesia
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kegiatan penambangan bijih nikel yang diambil langsung dari alam tanpa
harus mengalami pengolahan merupakan Barang Tidak Kena Pajak,
sedangkan atas biji nikel yang telah diolah menjadi feronikel yang telah
memiliki nilai tambah dan siap untuk dijual merupakan Barang Kena Pajak
yang terutang PPN.
2. Atas penyerahan biji nikel yang tidak terutang PPN dan penyerahan biji nikel
yang telah diolah menjadi feronikel yang terutang PPN maka perhitungan
Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan diperhitungkan secara
proporsional dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. Implikasinya
adalah beban biaya operasional Perusahaan akan bertambah, dari segi Cash
flow Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan akan menjadi beban
operasional bagi Perusahaan. Disamping itu juga, jika terjadi kesalahan dalam
penerapan aturan maka dapat menimbulkan cost of taxation bagi Perusahaan.
3. Kendala yang dialami oleh PT Antam terjadi akibat beberapa faktor utama,
antara lain Sumber Daya Manusia serta Kendala dalam pengadministrasian
PPN atas joint cost dalam menghasilkan biji nikel dan feronikel.

6.2 SARAN
Adapun saran-saran dalam tercapainya kesempurnaan pelaksanaan
peraturan Perundang-undangan perpajakan mengenai PPN tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut :
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
89

Universitas Indonesia
1. Untuk memberikan kepastian mengenai timbulnya objek PPN, khususnya
feronikel, diharapkan Direktorat Pajak Pertambahan Nilai Direktorat
J enderal Pajak dapat menerbitkan suatu aturan yang sesuai dengan konsep
PPN dengan memberikan definisi atas batasan barang yang diambil langsung
dari alam maupun batasan proses lebih lanjut yang menyebabkan suatu barang
menjadi Barang Kena Pajak. Definisi yang jelas akan membantu WP dalam
pelaksanaan kewajiban perpajakan sesuai dengan aturan yang berlaku dan agar
tidak memberikan interpretasi lain daripada yang dikehendaki oleh pembuat
aturan.
2. Untuk mengadministrasikan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan
sebagai konsekuensi dari penyerahan barang yang tidak kena pajak,
PT. ANTAM (Persero) Tbk. dapat memperhitungkan pajak masukan tersebut
sebagai biaya. Faktur pajak masukan yang diterima hendaknya
diadministrasikan dengan baik dan merupakan faktur pajak yang sesuai
dengan peraturan, sehingga PPN masukan tetap dapat dijadikan sebagai biaya.
PT. ANTAM (Persero) Tbk. hendaknya memperhatikan cost taxation yang
dapat muncul akibat ketidaktepatan penerapan aturan. Perusahaan hendaknya
membahas ketentuan ini secara lebih komprehensif dengan DJ P untuk
memastikan timbulnya objek PPN yang timbul atas kegiatan pertambangan.
3. Di dalam SPT PPN disediakan sarana bagi Wajib Pajak untuk melakukan
penghitungan kembali Pajak Masukan yang telah dikreditkan bagi biaya yang
tidak dapat ditelusuri pembagian bebannya. Apabila PT. ANTAM (Persero)
Tbk. tidak melakukan mekanisme penghitungan kembali Pajak Masukan dan
langsung memasukkan Pajak Masukan tersebut menjadi biaya, maka akan
merugikan pemegang saham mengingat PT. ANTAM (Persero) Tbk.
merupakan Perusahaan Terbuka yang telah go public.
4. Pentingnya peran Tax Planning di perusahaan untuk menganalisa kewajiban
perpajakan yang timbul akibat kebijakan yang diambil perusahaan sehingga
bisa meminimalisir cost of taxation. Ketepatan dalam melaksanakan peraturan
Pajak Pertambahan Nilai dapat memaksimalkan jumlah Pajak Masukan yang
dapat diperhitungkan kembali atau di restitusi.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
90

Universitas Indonesia
5. Perusahaan hendaknya mempertimbangkan kemampuan Sumber Daya
Manusianya di bidang perpajakan dengan mensyaratkan latar belakang
pendidikan di bidang perpajakan dalam me-recruit pegawai baru di
lingkungan Direktorat Keuangan sehingga penerapan peraturan di bidang
perpajakan dan pengadministrasian biaya joint cost dapat diaplikasikan secara
tepat.

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
91

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Anderson, William H. The role of administration in taxing process. New York:
1952
C. L. Nellor, David. Parthasarathi Shome (ed), Tax Policy Handbook, Washington
D. C: International Monetary Fund, 1995.
Carter, W.K and, M.F. Usry, Cost Accounting: Planning and Control, 14th
edition, South-Western College Publishing, 2002
Chadwick, Bruce A. Metode penelitian ilmu pengetahuan social. Semarang: IKIP
Semarang Press, 1991
Cresswell, J ohn W. (1994). Research Design : Qualitaitve and Quantitative
Approach. London : Sage Publication.
Faisal, Gatot S.M. How To Be A Smarter Taxpayer, J akarta: Grasindo, 2010.
Ilyas, Wirawan B. dan Waluyo. Perpajakan Indonesia, J akarta: Salemba Empat,
2002.
_________, dan Suhartono, Rudi. Panduan Komprehensif dan Praktis Pajak
Penghasilan sesuai dengan UU no 7 tahun 2000 Dan aturan pelaksanaan
terbaru, J akarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2007, J akarta: Fakultas Ekonomi, 2007.
Irawan, Prasetya. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Depok: Departemen Ilmu Administrasi, 2006.
Mansury, R. Panduan Konsep Utama Pajak Penghasilan Jilid 1. J akarta: PT Bina
Rena Pariwara, 1994.
_________, R. Panduan Konsep Utama Pajak Penghasilan Jilid 2. J akarta: PT
Bina Rena Pariwara, 1995.
_________, Pajak Penghasilan Lanjutan Pasca Reformasi 2000, J akarta: Yayasan
Pengembangan dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan, 2002.
Moleong, Lexy J . Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2006.
Muhadjir, Noeng. Metodologi penelitian kualitatif telaah positivistik rasionalistik,
phenomenologik realisme metaphisik. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992
Mulyono, Djoko. PPh dan PPN untuk Berbagai Kegiatan Usaha, Yogyakarta :
Andi Yogyakarta, 2007.
Neuman, W. Lawrence. Social Research Method: Qualitative and Quantitative
Approaches. New York: Pearson Education. 2003.
Nurmantu, Safri. Pengantar Perpajakan. J akarta: Granit, 2003.
_________, Pengantar Perpajakan. J akarta : Kelompok Yayasan Obor Indonesia.
2005
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
92

Prasetyo, Bambang dan J annah, Lina.M. Metode Penelitian Kuantitatif teori dan
aplikasi. J akarta: Raja Grafindo, 2005.
Resmi, Siti . Perpajakan Teori & Kasus, J akarta: Salemba Empat, 2009.
Rosdiana, Haula, dan Rasin Tarigan. Perpajakan Teori dan Aplikasi. J akarta: Raja
Grafindo Perkasa, 2005.
Rusjdi, Muhammad. PPN&PPnBM-edisi ketiga. J akarta: PT.Indeks. 2006
Saleng, Abrar. Hukum Pertambangan, Yogyakarta : UII Press, 2004.
Soemitro, Rachmat. Asas dan dasar perpajakan dua . Bandung: Eresco, 1998
Suandi, erly. Perencanaan Pajak. J akarta: Salemba Empat, 2003
Sukardji, Untung. Pajak Pertambahan Nilai edisi revisi 2006, J akarta: PT.
RajaGrafindo Persada. 2006
Tait, Alan A. Value Added Tax: International Practice and Problems.
Washington DC: International Monetary Fund. 1988

Terra, Ben. Sales Taxation: The Case of Value Added Tax in The European
Community. Deventer-Boston:Kluwer Law and Taxation Publisher. 1988
Thuronyi, Victor. Tax Law and Drafting Chapter 6, Value Added Tax.
Internasional Monetary Fund: 1996
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. Perpajakan Indonesia. J akarta: Salemba Empat.
1999

Peraturan Perundang-Undangan:
Republik Indonesia, Lembaran Negara, Tahun 2009 Nomor 150. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009. tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
______________, Lembaran Negara, Tahun 2000 Nomor 260. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 2000. tentang Jenis
Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai

Karya Ilmiah :
Budi Utami, Agnes. Analisis Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Batubara (Studi
Kasus pada Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara),
Skripsi FISIP Universitas Indonesia, 2006.
Manalu, Hannaria. Analisis Perlakuan Perpajakan Terhadap Kontrak Karya
Generasi VI Pertambangan Umum Khusus Pada Pengalihan Pengeluaran
Sebelum Kontrak Karya Berdiri (pre-cow expenditures), Tesis FISIP
Universitas Indonesia, 2000.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
93

Sudarmono, Analisis Tax Reliefs atas Kewajiban Tanggung J awab Sosial


Perusahaan pada Perusahaan Kontraktor Pertambangan Batubara (Studi
Kasus Pada PT. XYZ), Skripsi FISIP Universitas Indonesia, 2008
Yanuarti, Yerny. Analisis Perlakuan PPN Terhadap Perusahaan Kontrak Karya
Pertambangan Umum di Indonesia Dengan Berlakunya UU PPN Tahun
2000, Skripsi FISIP Universitas Indonesia, 2002.

Berita Resmi :
Annual Report PT ANTAM (Persero) Tbk. Tahun 2010
Mineral Coal Statistic 2005

Internet:
http://www.esdm.go.id/siaran-pers/55-siaran-pers/2184-sektor-esdm-sumbang-rp-
346347-t-untuk-penerimaan-negara.html (Selasa, 30 Desember 2008 10:06 WIB)
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=199
821:industri-pertambangan-kian-pesat&catid=18:bisnis&Itemid=95 Wednesday,
15 J une 2011 08:19
www.bps.go.id
Manes, R., & Smith, V. L. (1965). Economic J oint Cost Theory and Accounting
Practice. Accounting Review, 40(1), 3135. J STOR. Retrieved from
http://www.jstor.org/stable/242623
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Deden Safrudin
Tempat/Tanggal Lahir : J akarta, 13 Oktober 1979
Alamat : J l. Merapi III No.41 RT.03 RW.011 Kel.
Abadijaya Kec. Sukmajaya Kota Depok
Nomor Telepon/Surat Elektronik : 08111666844, 083890000678/
deden_safrudin@yahoo.co.id
Nama Orang Tua Ayah : Sahudi Sarkosih
Ibu : Dedeh Darsih
Pendidikan Formal:
SD : SDN Mekarjaya XXVI
SMP : SMPN 3 Depok
SMA : SMAN 2 Depok
D3 : D3 Komputer Akuntansi Perpajakan Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Mandala Indonesia
S1 : S1 Ekstensi Ilmu Administrasi Fiskal, Universitas Indonesia




Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012


TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Bapak Arif Santosa Account Representative di KPP
PMA 3
Dilaksanakan : Senin, 19 Desember 2011, di KPP PMA 3 Kalibata


Peneliti : Apa yang menjadi kelemahan dari peraturan pemerintah
dari PP No. 144 Tahun 2000 dan Pasal 4 (a) UU PPN ?
Informan : Kelemahannya, disitu nggak ada penjelasan mengenai
kriteria barang hasil tambang yang diambil langsung dari
sumbernya. Pokoknya, selama disebutin disitu bukan objek
PPN....ya gak bisa dikreditkan PPN nya.

Peneliti : Apa yang menjadi batasan dalam menentukan barang yang
diambil langsung dari sumbernya menurut Pasal 4 (a) UU
PPN?
Informan : J ika mengacu pada konsep umum tentang PPN itu sendiri
bahwa barang yang tidak diolah atau barang yang diambil
langsung dari sumber itu adalah barang yang tidak
dikenakan pajak. Kalau bijih nikel masuk dalam kategori
ini, karena tidak diproses, jadi yang diambil dari
pertambangan langsung dijual dan tidak diproses. Yang
harus diperhatikan disini adalah tidak diproses. Sebagai
AR, emang dulu pengusaha pertambangan sama kita sudah
pernah membahas mengenai hal ini sampai dengan ke
kepala kantor. Disitu dinyatakan bahwa biji nikel bukan
BKP, karena apabila diambil langsung dari sumbernya.
Biji nikel yang dijual tersebut diasumsikan sama seperti
bentuk asalnya seperti waktu dia ada di dalam perut bumi.
Untuk itu, sampai dengan sekarang biji nikel memang
tidak terutang PPN. Ya, tapi memang kalau kita liat secara
konsep PPN sih memang harusnya itu jadi BKP. Konsep
PPN kan bilang kalo semua barang pada prinsipnya adalah
barang yang kena pajak. Feronikel itu kan udah mengalami
proses, ya memang kalo berdasarkan konsep PPN, itu
BKP. Hanya sekarang kan belum ada kebijakan yang
mengatur lebih lanjut tentang batasan diambil langsung
dari alam seperti apa dan barang yang sudah diproses itu
seperti apa batasan dan definisinya, karena aturannya
belum mengatur batasan pengecualian pasal 4A itu yang
seperti apa, proses yang membuat suatu BTKP jadi BKP
itu proses yang bagaimana, kategori untuk tiap-tiap barang
kan beda. Kaya barang hasil pertanian, untuk tiap produk
pertanian kan beda-beda batasan terutangnya. Ya untuk itu
sampai dengan saat ini kita masih mengkategorikan biji
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
nikel jadi BTKP, apabila dasarnya adalah bentuknya yang
ngga berubah itu atau tidak diolah terlebih dahulu

Peneliti : Bagaimana perlakuan PPN terhadap perolehan barang dan
jasa yang berkaitan dengan penambangan bijih nikel ?
Informan : Itukan untuk perolehan non-BKP, jadi Pajak Masukannya
nggak bisa di kreditkan, langsung menjadi biaya...gak bisa
disandingkan dengan Pajak Keluarannya.

Peneliti : Bagaimana cara perhitungan PPN terhadap perolehan
barang dan jasa yang berkaitan dengan penambangan
sekaligus pengolahan bijih nikel ?
Informan : Itu harusnya di proporsionalkan kalo nggak bisa
dipisahkan pencatatannya. Tapi kalo bisa, ya tinggal
dilihat, apakah faktur pajaknya sudah benar atau belum.
Kalau dianggap cacat, ya gak bisa dipake juga itu PPN
nya. J adi selain tepat peruntukannya, kita lihat juga formil
pembuatan Faktur Pajak nya.

Peneliti : Apakah perusahaan bisa memasukkan terlebih dahulu PPN
tersebut kedalam biaya baru kemudian diperhitungkan
kembali ke PM yang dapat dikreditkan setelah
dimungkinkan dapat ditetapkan antara proporsi omzet
penjualan keseluruhan ?
Informan : Kalo dilihat di PMK No.78/PMK.03/2010. Gak begitu cara
ngitungnya. J adi ditentukan dulu berapa kira-kira
perbandingan penggunaan biayanya, baru nanti diakhir
tahun atau SPT bulan Desember dihitung kembali antara
besarnya biaya yang dikeluarkan atau PPN yang sudah
dikreditkan berdasarkan perbandingan omzet sebenarnya.
Selisihnya nanti dikompensasi dengan Pajak Keluaran
Masa Berikutnya. Kalo gak salah ada batas maksimum
paling lambatnya, kalo gak salah bulan Maret di tahun
berikut.

Peneliti : Apa yang dilakukan oleh fiskus jika Wajib Pajak tidak
dapat memisahkan antara biaya yang berkaitan dengan
penambangan dengan biaya pengolahan?
Informan : Biasanya dari Tim Pemeriksa akan dihitung lagi bener apa
nggak Pajak Masukannya sebesar itu dikreditkan semua.
Kita dari Dirjen Pajak juga harus berhati-hati dalam
menentukan besarnya koreksi, karena kalau salah, WP bisa
keberatan dan prosesnya bisa jadi panjang...bisa sampe ke
Pengadilan Pajak penyelesaiannya.

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Bapak Rochmat Chosnudin Account Representative PT.
Antam (Persero) Tbk. di KPP BUMN
Dilaksanakan : Senin, 19 Desember 2011, di KPP BUMN Kalibata

Peneliti : Apa yang menjadi kelemahan dari peraturan pemerintah dari PP
No. 144 Tahun 2000 dan Pasal 4 (a) UU PPN ?
Informan : Yang menjadi kelemahan di dalam peraturan dan Undang-
Undang tersebut adalah tidak dijelaskan lebih rinci mengenai
kegiatan apa saja yang dimaksud dalam definisi diambil
langsung dari sumbernya. Skripsinya mengenai pertambangan
nikel kan? Kalo untuk bijih nikel ya jelas disebut dalam PP
No.144 Tahun 2000 sebagai barang yang dikategorikan diambil
langsung dari sumbernya karena cara menambangnya langsung
dikeruk tanpa melalui proses dirubah bentuknya dan jelas-jelas
disebutkan di dalam Peraturan itu.

Peneliti : Apa yang menjadi batasan dalam menentukan barang yang
diambil langsung dari sumbernya menurut Pasal 4 (a) UU PPN?
Informan : Kalau batasan itu sendiri, kita sudah pernah mencoba untuk
mengatur dengan melakukan tinjauan lapangan. Seperti misalnya
waktu itu kami pernah mencoba untuk barang hasil pertanian,
untuk setiap hasil pertanian memiliki definisi proses yang
berbeda-beda..Begitu pula dengan barang hasil pertambangan.
Kita juga dulu sudah pernah bertanya kepada Tamben
(Pertambangan dan Energi), mereka ketika kita tanya mengenai
definisi biji nikel waktu itu ketika masih di dalam perut bumi,
ketika sudah ditambang dan ketika sudah diproses, mereka
sendiri bingung batasannya seperti apa..Untuk itu, sampai
dengan saat ini krtiteria atau batasan mengenai barang yang
diambil langsung dengan alam dengan barang yang telah
mengalami suatu proses masih belum ada definisinya. J adi kita
asumsikan untuk barang yang tidak terdapat definisinya kita
ambil kaidah atas barang tersebut. Namun, mengenai biji nikel,
sampai dengan saat ini biji nikel masih merupakan barang yang
tidak kena pajak, tetapi apabila tidak mengalami pengolahan
atau perubahan bentuk, saat masih di dalam perut bumi sampai
dengan ketika dijual adalah tetap sama.

Peneliti : J ika mengacu pada konsep di proses, berarti untuk bijih nikel
yang telah diolah menjadi feronikel sudah masuk dalam kategori
Barang Kena Pajak, bagaimana menurut bapak?
Informan : Iya, feronikel itu kan merupakan konsentrat dari bijih nikel yang
di proses melalui peleburan di pabrik, jadi jelas termasuk dalam
kategori BKP.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012

Peneliti : Bagaimana perlakuan PPN terhadap perolehan barang dan jasa
yang berkaitan dengan penambangan bijih nikel ?
Informan : Oleh karena bijih nikel termasuk dalam kategori bukan BKP
seperti yang saya sampaikan tadi, berarti untuk penjualan bijih
nikel tidak dikenakan PPN, begitu juga untuk perolahan barang
dan jasa untuk penambangan, PPN nya tidak dapat dikreditkan
karena secara konsep perhitungan PK-PM tidak ada Pajak
Keluaran yang diperhitungkan dengan Pajak Masukan dari
perolehan tersebut.

Peneliti : Bagaimana perlakuan PPN terhadap perolehan barang dan jasa
yang berkaitan dengan pengolahan bijih nikel ?
Informan : Nah, kalo untuk bijih nikel yang sudah diolah menjadi feronikel,
itu baru bisa dikreditkan karena sudah tidak termasuk dalam
negatif list yang diatur di UU PPN maupun PP No.144 Tahun
2000. J adi barang untuk yang itu punya Pajak Keluaran yang
bisa ditandingkan dengan Pajak Masukan dari perolehan barang
dan jasa, meskipun diekspor tetap terhutang PPN 0%. Perlu
diingat ya, bahwa beda lho perlakuan antara tidak terutang PPN
dengan terutang PPN 0%.

Peneliti : Bagamana perlakuan PPN untuk perusahaan yang melakukan
penambangan dan juga melakukan pengolahan?
Informan : Untuk perusahaan yang seperti itu, mereka harus bisa
memisahkan mana biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
penambangan, mana yang untuk kegiatan pengolahan. Itu harus
dipisahkan karena kalo tidak, akan sulit untuk menentukan
jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan nya.

Peneliti : Bagaimana perlakuan Pajak Masukan dari biaya yang
dikeluarkan untuk penambangan sekaligus juga untuk
pengolahan (join cost)?
Informan : Maksudnya perlakuan Pajak Masukan bagi perusahaan yang
melakukan penyerahan BKP dan Non-BKP? Untuk perusahaan
tersebut harus memperhitungkan Pajak Masukannya
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan. Bisa dilihat aturannya di PMK No.78/PMK.03/2010,
dulunya itu KMK, tapi sudah dirubah beberapa kali. Itu
peraturan yang terbarunya.

Peneliti : Apa yang dilakukan oleh fiskus jika Wajib Pajak tidak dapat
memisahkan antara biaya yang berkaitan dengan penambangan
dengan biaya pengolahan?
Informan : Ya kalo pada saat kita periksa ternyata perusahaan itu tidak
memisahkan, biasanya kita koreksi, kecuali dia bisa
menyampaikan bukti-bukti pendukung untuk memperkuat alasan
untuk bisa diperhitungkan proporsional Pajak Masukannya.
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Biasanya kita ambil data pembanding antara proporsi biaya yang
dikeluarkan dengan penjualan dari bijih nikel dan feronikel.

Peneliti : Bagaimana perlakuan PPN dari pembelian bahan baku berupa
bijih nikel untuk diolah di pabrik pengolahan?
Informan : Dasarnya kan bijih nikel bukan Barang Kena Pajak seperti yang
saya sampaikan tadi. J adi gak ada masalah sebetulnya, karena
penjualannya kan tetep dikenakan PPN. Dari sisi peraturan
pajak, sebetulnya yang penting kaedah perpajakannya terpenuhi.
Pajak Masukan kan bisa dikreditkan kalo ada Pajak Keluaran,
tapi kalo gak ada Pajak Masukan tapi ada Pajak Keluaran ya
pengusaha harus tetep bayar kekurangan pajaknya.

Peneliti : Apakah WP yang hasil usahanya menghasilkan barang Non-
BKP wajib menyampaikan SPT PPN?
Informan : Gak perlu, kan sudah di atur di Undang-Undang KUP Pasal 2
ayat (2) kalo pengusaha yang terdaftar sebagai PKP itu
pengusaha yang melakukan penyerahan BKP, bisa liat di
penjelasannya, jadi pengusaha yang bukan PKP itu kalo
membayar PPN dari pembelian barang dan jasanya, ikut
dibiayakan dengan harga beli barang itu.

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Bapak Slamet Ngadiyono SE. Specialist 2 Tax Planner di
PT. Antam (Persero) Tbk.
Dilaksanakan : J umat, 16 Desember 2011, di Gedung Aneka Tambang
Lt.6

Peneliti : Apa yang menjadi kelemahan dari peraturan pemerintah
dari PP No. 144 Tahun 2000 dan Pasal 4 (a) UU PPN ?
Informan : Kelemahannya, disitu gak dijelasin mengenai seperti apa
batasan barang hasil tambang yang diambil langsung dari
sumbernya. Pokoknya disitu Cuma disebutin kalo bijih
nikel dikecualikan dari BKP.

Peneliti : Apa yang menjadi batasan dalam menentukan barang yang
diambil langsung dari sumbernya menurut Pasal 4 (a) UU
PPN?
Informan : Apa ya? Kayaknya siy kalo bijih nikel itu belum diproses
menjadi barang yang siap dikonsumsi...yaa..seperti itu,
langsung diambil dari tambang.

Peneliti : J ika mengacu pada konsep di proses, berarti untuk bijih
nikel yang telah diolah menjadi feronikel sudah masuk
dalam kategori Barang Kena Pajak, bagaimana menurut
bapak?
Informan : Iya, jadi feronikel itu sebetulnya bahannya dari bijih nikel.
Itu diproses di dalam pabrik kita di Pomalaa Sulawesi
Tenggara, pake teknologi peleburan dengan panas tinggi.
J adinya ya itu...feronikel namanya.

Peneliti : Bagamana perlakuan PPN untuk perusahaan yang
melakukan penambangan dan juga melakukan
pengolahan?
Informan : Sebetulnya kalo biayanya bisa dipisahkan, itu lebih enak
ngitungnya, karena jelas mana untuk yang pemakaian
barang BKP dan mana yang untuk barang non BKP. J adi
cost accounting nya jalan. Tapi prakteknya dilapangan
susah juga penerapannya.

Peneliti : Bagaimana perlakuan Pajak Masukan dari biaya yang
dikeluarkan untuk penambangan sekaligus juga untuk
pengolahan (join cost)?
Informan : Teorinya sih itu ada cara itung-itungannya. Pakai PMK
No. 78 Tahun 2010 kalo gak salah. Cara ngitungnya di
proporsional gitu. Tapi kita harus tahu dulu berapa
proporsi pemakaian untuk bijih nikel dan pemakaian untuk
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
feronikel. Agak sulit prosesnya...harus tanya ke bagian
pabrik dulu, dan itu agak ribet mintanya.

Peneliti : Selama ini penghitungannya di perusahaan seperti apa?
Informan : Kalau di kita, yang dimasukin ke dapat dikreditkan ya
biaya yang pasti untuk pemakaian di pabrik aja, kalo gak
jelas penjelasannya, langsung aja dimasukin ke tidak
dapat. Ribet nanti pada saat pemeriksaan dari pajak, harus
menjelaskan lebih jauh. Apalagi tim pemeriksanya ganti-
ganti terus, jadi setiap pemeriksaan harus ngejelasin terus.

Peneliti : Untuk mempermudah pemisahannya pada saat pencatatan
biaya, apa yang dilakukan oleh perusahaan?
Informan : Dari awal kita minta ke usernya kalo pada saat pembelian
barang atau jasa, kita minta langsung di bedain mana untuk
pemakaian ke pabrik dan mana yang untuk pemakaian di
tambang. Tapi kalo gak bisa juga, ya apa boleh buat,
terpaksa jadi biaya. Kan itu juga bisa menambah kontribusi
Antam kepada pemerintah dari PPN.

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Bapak Tunas Hariyulianto SE. M.Si (Akademisi) Dosen
Pengajar di FISIP Universitas Indonesia
Dilaksanakan : Musholla Kampus Fisip UI, tanggal 21 April 2012 J am
14.00 WIB

Peneliti : Apa yang menjadi dasar hukum sebagai justifikasi bijih
nikel tergolong non-BKP?
Informan : Yang menjadi dasar hukumnya adalah Pasal 4A Undang-
Undang No.42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, disitu
dijelaskan mengenai barang hasil tambang yang
dikecualikan dari pengenaan PPN.

Peneliti : Bagaimana dengan bijih nikel yang telah diolah di pabrik,
apa yang menjadi dasar hukum sebagai justifikasi bijih
nikel yang telah diolah tersebut tergolong BKP?
Informan : Yang menjadi dasar hukumnya sama, Pasal 4A Undang-
Undang No.42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah juga, jadi
membacanya secara terbalik......prinsip resiprokal. J ika
tidak termasuk dalam negatif list, ya berarti disitu terutang
PPN.

Peneliti : Apa yang menjadi kelemahan dari peraturan pemerintah
dari PP No. 144 Tahun 2000 dan Pasal 4 (a) UU PPN
untuk barang hasil tambang?
Informan : Di Undang-Undang kita masih terdapat kelemahan, sesuai
konsep teori.....yaitu kepastian hukum, penentuan
mengenai subjek pajak, objek pajak...harus diatur di dalam
Undang-Undang. PP No.144 kurang pas. Makanya PP
tersebut dicabut oleh Undang-Undang Pasal 4 A karena
penentuan pajak terutang, tempat terutang, merupakan hal
yang krusial sehingga harus diatur di Undang-Undang.

Peneliti : Apa yang menjadi batasan dalam menentukan barang yang
diambil langsung dari sumbernya menurut Pasal 4 (a) UU
PPN?
Informan : Prinsipnya Undang-Undang PPN sekarang menganut
prinsip BKP/J KP berdasarkan negatif list, kalau dulu
penentuan BKP/J KP berdasarkan fabrikasi. J adi untuk
kriteria proses sudah tidak dipakai lagi, yang berlaku
adalah negatif list yang ada di Undang-Undang PPN


Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Peneliti : Di dalam penjelasan Pasal 4A UU PPN hanya Batubara
yang ditambahkan kata diproses, sedangkan untuk
barang tambang yang lain tidak dijelaskan. Apa yang
menjadi dasar perbedaan tersebut ?
Informan : Yang dimaksud dengan Barang yang diambil langsung dari
sumbernya adalah barang yang secara umum tidak
mengalami pertambahan nilai. Intinya dari PPN kan
adanya Pertambahan Nilai. Sepanjang barang itu memiliki
nilai tambah...ya kena PPN. Kalau barang tambang yang
diambil langsung kan itu belum memiliki nilai tambah.
Meskipun nikel itu di proses, tapi sepanjang masih disebut
bijih nikel...ya tetep bukan BKP sebagaimana yang
disebutkan di Undang-Undang.

Peneliti : Apakah di Peraturan dan Undang-Undang PPN dijelaskan
lebih lanjut tentang batasan diproses ?
Informan : Tidak ada, dan memang penentuan BKP atau non-BKP
ukurannya bukan dari diproses seperti yang tadi saya
bilang, tapi berdasarkan negatif list.

Peneliti : Apakah melakukan crushing dan screening menjadi
suatu ukuran tertentu masih dikategorikan sebagai di
proses sebagaimana yang diatur di Undang-Undang PPN?
Informan : Pokoknya, sepanjang masih berupa bijih nikel ya tetep
non-BKP

Peneliti Apabila perusahaan selain melakukan proses menghasilkan
BKP dan sekaligus non-BKP, bagaimanakah perlakuan
perhitungan PPN nya menurut UU dan Peraturan PPN ?
Informan : Kalo untuk perusahaan yang seperti itu, dikembalikan
dengan proses self assesment, bahwa Wajib Pajak
melaporkan sendiri kewajiban pajaknya. Untuk cara
perhitungannya diatur di PMK, cobal lihat di PMK
No.78/PMK.03/2010. Disitu untuk biaya yang tidak dapat
diidentifikasi penggunaanya...apakah untuk yang
menghasilkan BKP/J KP ataukah yang menghasilkan non
BKP/J KP maka dihitung sesuai proporsional. Misalkan
ditentukan, yang dapat dikreditkan sebesar 70 persen, pada
akhir tahun nanti dihitung berdasarkan perbandingan
omzetnya, berapa yang untuk BKP/J KP dan berapa yang
untuk Non-BKP/J KP.

Peneliti : J ika ternyata pada saat menetapkan ternyata menjadi lebih
besar, jadi perlakuannya seperti apa pak?
Informan : Ya kalo ternyata lebih besar, ya bisa menjadi kredit pajak
lagi, diperhitungkan dengan pajak keluarannya. J adi masih
mungkin terjadi kelebihan di Pajak Masukannya.

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Peneliti : Saya rasa cukup Pak Pertanyaannya, terima kasih banyak
atas kesempatan waktunya.
Informan : Iya, kebetulan juga hujannya sudah reda...saya mau
pulang.

Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai