SKRIPSI
DEDEN SAFRUDIN
0806377223
Depok
Juni 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
DEDEN SAFRUDIN
0806377223
Depok
Juni 2012
i
Nama
: Deden Safrudin
NPM
: 0806377223
Tanda Tangan
Tanggal
25 Juni 2012
11
HALAMA
PE GE AHA
: Deden Safrudin
: 0806377223
: Ilmu dmini tra i Fi kal
: Analisis Alokasi Joint Cost Kegiatan Penambangan
Dan
Pengolahan
ikel
Dalam
Menghitung
Kembali Pajak Masukan Yang Dapat Dikreditkan
(Studi Kasus PT A TAM (Pcrsero) Tbk.)
DEWAN PE GUJI
Ketua Sidang
Sekretaris
: Dr.
ing Rahayu.
Penguji Ahli
: Ruston Tambunan
Pembimbing
: DR. Tafsir
Ditetapkan
Tanggal
M.Si
ctyowati,
S. as, M.Ak
urchamid,
M.Si
di : Depok
: 25 Juni 2012
111
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana khususnya Program Studi Administrasi Fiskal pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. Penulis menyadari bahwa dalam upaya menyelesaikan skripsi
ini, banyak pihak yang ikut membantu. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Asrori, M.A., FLMI selaku Ketua Program Sarjana Ekstensi Departemen
Ilmu Administrasi;
2. Dra. Afiati Indri Wardhani, M.Si. selaku Sekretaris Program Sarjana Ekstensi
Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI;
3. Dr. Ning Rahayu, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Fiskal
Departemen Ilmu Administrasi dan sekaligus juga selaku Ketua Sidang atas
masukan dan pendapat yang bermanfaat bagi skripsi ini;
4. DR. Tafsir Nurchamid, M.Si selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk dapat berdiskusi dan telah bermurah hati
memberikan bimbingan yang menyeluruh kepada penulis;
5. Ruston Tambunan Ak., M.Si., M.Int.Tax. selaku Penguji Ahli atas masukan
dan pendapat yang bermanfaat bagi skripsi ini;
6. Milla Sepliana Setyowati, S.Sos, M.Ak, selaku sekretaris sidang atas masukan
dan pendapat yang bermanfaat bagi skripsi ini;
7. Tunas Hariyulianto, SE. MSi selaku pihak akademisi yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan pendapat terkait pembahasan skripsi ini;
8. Arif Santosa dari Kantor Pelayanan Pajak PMA 3 dan Bapak Rochmat
Chosnudin dari Kantor Pelayanan Pajak BUMN selaku praktisi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pendapat terkait pembahasan
skripsi ini;
9. Bapak Tuhiyat, Bapak Darnoto, Bapak Slamet Ngadiyono, Ibu Gita Avrilandy
dan seluruh pihak Satuan Kerja Tax & Insurance PT ANTAM (Persero) yang
telah memberikan informasi, data dan pendapatnya terkait dengan pembahasan
skripsi ini;
iv
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
10. Orang Tua ku tercinta Alm. Sarkosih Sahudi dan Almh. Dedeh Darsih yang
telah mencurahkan kasih sayangnya serta memberikan motivasi terbesar
dalam hidup;
11. Teman tercinta yang memberikan support terbesar, Putri Fajar, yang selama
ini telah memberikan doa, semangat, dukungan dan perhatian yang tiada henti
bagi penulis.
12. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Tety H. Purba, Fajar dan Dani Kiting
yang telah memberikan semangat bagi penulis.
13. Teman-teman seperjuangan: Hendra Damanik, Taslim, Tinton, Ferry, Erwin,
Edo, Aryo, Dani Dono, Ato, Tika, Ayu, Ocha, Lois, Zaki, Adit, Pupu Aruni,
Firly yang selama ini memberi semangat, semua teman-teman ekstensi fiskal
2008 dan , Indra Gunawan, Eko Prihayanto, Bayu Wibianto, Itok Suminto
sahabat yang telah memberikan semangat untuk terus menyelesaikan Skripsi..
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan. Terima Kasih.
Depok, 25 Juni 2012
Penulis
v
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
HALAMA
PERNY AT AAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
: Deden Safrudin
: 0806377223
: Ilmu Admnisitrasi Fiskal
: Ilmu Administrasi
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
: Skripsi
: Depok
: 25 Juni 2012
Yang menyatakan,
( Deden Safrudin )
VI
ABSTRAK
Nama
: Deden Safrudin
vii
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
ABSTRACT
Name
: Deden Safrudin
This study discusses the calculation mechanism of Input Tax on the acquisition of
goods and services related to mining and processing, and constraints that
companies face in implementing the VAT liability of Nickel mining activities for
companies that conduct mining and processing. This study used a qualitative
approach to data collection techniques through library research, field studies, and
in-depth interviews with relevant parties.
The results of this study are: ferronickel, nickel ore that is processed further. Sales
of nickel ore that has been processed into nickel is the object while the VAT
payable for the direct nickel ore sold to a foreign object is excluded from the
imposition of VAT. The cost of mining and transporting the ore is sometimes sold
together with nickel ore to be processed at the processing plant, giving rise to
difficulties in calculating how much the amount of input tax may be credited.
Constraints is arising from the internal, that is: a special staff to handle the tax
only in the head office, while transactions that are directly related to mining is
mostly done in the mining business unit, and difficulties in the administration of
VAT on joint cost to produce nickel ore and ferronickel. Efforts made by PT
Antam (Persero) Tbk to overcome obstacles in order to maximize input tax
crediting is to seek the addition of personnel in the Tax Task Force and provide
socialization in particular VAT taxation on Mining Services and Transportation,
to the Mining Business Unit so that when the administration can be identified and
classified between Input Tax can be credited and which not.
Keyword: VAT, Nickel Mining and Ferronickel Processing
viii
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan ................................................ 1
1.2 Permasalahan Pokok .............................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 6
1.4 Signifikasi Penelitian ............................................................. 7
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................ 7
BAB II
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian................................................................... 41
3.2 Pendekatan Penelitian ............................................................ 41
ix
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
BAB V
BAB VI
x
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Hal.
3
Tabel 2.1
12
Tabel 5.1
81
xi
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Hal.
55
61
62
68
70
72
72
xii
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Transkrip Wawancara
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
xiii
Analisis alokasi..., Deden Safrudin, FISIP UI, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
menyebabkan
sangat
kecilnya
penerimaan
pemerintah
dari
sektor
pertambangan.
Setelah terbit undang-undang tentang pertambangan mineral dan
batubara, mewajibkan pengusaha pertambangan melakukan pengolahan hasil
tambangnya di dalam negeri dan melarang penjualan langsung ke luar negeri
dalam bentuk hasil tambang langsung. Pemerintah mengharapkan dengan
diolah terlebih dahulu di dalam negeri maka menghasilkan nilai tambah yang
cukup tinggi dan sekaligus bisa mendorong peningkatan ekonomi dalam
negeri dengan terciptanya lapangan kerja yang luas melalui pembangunan
pabrik pengolahan disekitar lokasi pertambangan.
Sejak
tahun
2004,
produksi
dan
ekspor
logam
mengalami
Universitas Indonesia
Tabel 1.1
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH, 2006 - 2012
(milliar rupiah)
2006
LKPP
2007
LKPP
2008
LKPP
2009
LKPP
2010
LKPP
2011
APBN-P
2012
RAPBN
636.153,1
706.108,4
979.305,4
847.096,6
992.248,5
1.165.252,5
1.292.052,6
1.
Penerimaan Perpajakan
409.203,0
490.988,6
658.700,8
619.922,3
723.306,7
878.685,2
1.019.332,4
a.
395.971,5
470.051,8
622.358,7
601.251,8
694.392,1
831.745,3
976.898,8
i.
208.833,1
238.430,9
327.497,7
317.615,0
357.045,5
431.977,0
512.834,5
43.187,9
44.000,5
77.018,9
50.043,7
58.872,7
65.230,7
58.665,8
165.645,2
194.430,4
250.478,8
267.571,3
298.172,8
366.746,3
454.168,7
123.035,9
154.526,8
209.647,4
193.067,5
230.604,9
298.441,4
350.342,2
20.858,5
23.723,5
25.354,3
24.270,2
28.580,6
29.057,8
35.646,9
3.184,5
5.953,4
5.573,1
6.464,5
8.026,4
37.772,1
44.679,5
51.251,8
56.718,5
66.165,9
68.075,3
72.443,1
2.287,4
2.737,7
3.034,4
3.116,0
3.968,8
4.193,8
5.632,0
13.231,5
20.936,8
36.342,1
18.670,5
28.914,5
46.939,9
42.433,6
i.
Bea Masuk
12.140,4
16.699,4
22.763,8
18.105,5
20.016,8
21.500,8
23.534,6
ii.
Bea Keluar
1.091,1
4.237,4
13.578,3
565,0
8.897,7
25.439,1
18.899,0
226.950,1
215.119,8
320.604,6
227.174,3
268.941,9
286.567,2
272.720,2
a.
Penerimaan SDA
167.473,8
132.892,7
224.462,9
138.959,2
168.825,4
191.976,0
172.870,8
i.
Migas
158.086,1
124.783,7
211.616,9
125.752,0
152.733,2
173.167,3
156.010,0
1.
Minyak Bumi
125.145,4
93.604,5
169.022,2
90.056,0
111.814,9
123.051,0
112.449,0
2.
Gas Alam
32.940,7
31.179,2
42.594,7
35.696,0
40.918,3
50.116,2
43.561,0
Non Migas
9.387,7
8.109,0
12.846,0
13.207,2
16.092,3
18.808,7
16.860,8
1.
Pertambangan Umum
6.781,4
5.877,9
9.511,3
10.369,4
12.646,8
15.394,5
13.773,2
2.
Kehutanan
2.409,5
2.114,8
2.315,5
2.345,4
3.009,7
2.908,1
2.754,5
3.
Perikanan
196,9
116,3
77,8
92,0
92,0
150,0
100,0
4.
941,4
400,4
343,8
356,1
233,1
Uraian
I.
b.
2.
1.
PPh. Migas
2.
PPh Nonmigas
ii.
iii.
iv.
BPHTB
v.
Cukai
vi.
Pajak Lainnya
ii.
II.
Pajak Penghasilan
b.
21.450,6
23.222,5
29.088,4
26.049,5
30.096,9
28.835,8
27.590,0
c.
PNBP Lainnya
38.025,7
56.873,4
63.319,0
53.796,1
59.428,6
50.339,4
54.398,3
d.
Pendapatan BLU
2.131,2
3.734,3
8.369,5
10.590,8
15.416,0
17.861,1
1.834,1
1.697,8
2.304,0
1.666,6
3.023,0
4.662,1
825,1
637.987,2
707.806,2
981.609,4
848.763,2
995.271,5
1.169.914,6
1.292.877,7
Hibah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1.2.
Permasalahan Pokok
Saat ini industri pertambangan di Indonesia merupakan industri yang
menarik karena pertumbuhannya sangat signifikan dalam 10 tahun terakhir,
seperti terlihat dari perkembangan perusahaan pertambangan batu bara,
emas, ferronikel. Indonesia merupakan penghasil tembaga terbesar ke empat
di dunia, dan juga penghasil timah serta nikel terbesar kedua di dunia.
Berdasarkan angka yang di sajikan dalam Berita Resmi Statistik
No.12/02/Th.XIII tanggal 10 Februari 2010 disampaikan bahwa laju
pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian mencapai 4,4
persen. Mulai tahun 2010, nilai industri pertambangan mencapai lebih dari
73 miliar dollar AS, yang menyumbang sekitar 11 persen terhadap produk
domestik bruto Indonesia (www.waspada.co.id, 15 June 2011 08:19) .
Pertambangan Nikel oleh PT. Antam (Persero) Tbk mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun oleh karena permintaan pasokan dari luar
negeri baik dalam bentuk nikel ore maupun dalam bentuk ferronikel. Dengan
meningkatnya jumlah produksi berarti pula meningkatnya konsumsi bahan
baku dan biaya operasional dalam menghasilkan produknya.
Untuk memperoleh bahan baku dan juga biaya-biaya operasional
yang dikeluarkan tersebut tentunya terdapat Pajak Pertambahan Nilai yang
harus dibayar dan kemudian akan dijadikan sebagai Pajak Masukan. Oleh
Universitas Indonesia
karena produk yang dihasilkan tidak seluruhnya dalam bentuk barang hasil
tambang yang diambil langsung dari sumbernya akan tetapi barang hasil
tambang tersebut sebagian diolah di pabrik pengolahan sehingga memiliki
nilai tambah, maka perlakuan Pajak Masukan tersebut menimbulkan dispute
dalam menentukan batasan dapat dikreditkan atau tidak karena atas hasil
penjualan produk ferronikel yang seluruhnya di ekspor terutang PPN 0 (nol)
persen, sehingga akan terjadi kelebihan pembayaran PPN dalam pelaporan
SPT.
Berdasarkan hal di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian
atas permasalahan pokok yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perlakuan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai terhadap
kegiatan pertambangan Nikel bagi perusahaan yang melakukan
penambangan dan pengolahan di PT. ANTAM (persero) Tbk.?
2. Bagaimana mekanisme perhitungan Pajak Masukan atas perolehan
barang dan jasa yang terkait penambangan dan pengolahan di PT.
ANTAM (persero) Tbk.?
3. Apa kendala-kendala yang dihadapi perusahaan dalam melaksanakan
kewajiban Pajak Pertambahan Nilai terhadap kegiatan pertambangan
Nikel bagi perusahaan yang melakukan penambangan dan pengolahan di
PT. ANTAM (persero) Tbk.?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka
penulis merumuskan tujuan penelitian, yaitu:
1. Untuk menganalisis sejauh mana perlakuan Pajak Pertambahan
Nilai terhadap kegiatan pertambangan Nikel bagi perusahaan yang
melakukan penambangan dan pengolahan.
2. Untuk menganalisis mekanisme perhitungan Pajak Masukan atas
perolehan barang dan jasa yang terkait penambangan dan
pengolahan.
Universitas Indonesia
1.4.
Signifikansi Penelitian
1.4.1
Signifikansi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
dapat
menguasai
kewajiban
Pajakan
analisis
melengkapi
Pertambahan
Nilai
tentang
implementasi
terhadap
kegiatan
Signifikansi Praktis
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan usaha pertambangan
mineral mengenai apa saja kewajiban perpajakan yang timbul sebagai
konsekuensi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan di sektor
pertambangan mineral dan diharapkan dapat memberi masukkan
kepada perusahaan mengenai permasalahan yang diteliti.
1.5.
Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari 6 bab yang masing-masing terbagi menjadi beberapa sub-bab, agar
dapat mencapai suatu pembahasan atas permasalahan pokok yang lebih
mendalam, dan garis besar penulisan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini merupakan pendahuluan dari penulisan skripsi. Di
dalam
pendahuluan
dijelaskan
tentang
latar
belakang
BAB II
BAB V
ANALISIS
ALOKASI
JOINT
COST
KEGIATAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
10
BAB 2
TINJAUAN DAN KERANGKA TEORI
2.1.
Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti melakukan tinjauan pustaka
dari hasil penelitian yang terdahulu yang secara garis besar memiliki karakteristik
yang sama. Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai topik yang yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti melihat
hasil penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang pertama berupa skripsi yang
dilakukan oleh Hannaria Manalu, mahasiswa Administrasi Fiskal ekstensi FISIP
UI tahun 2000, berjudul Analisis Perlakuan Perpajakan Terhadap Kontrak Karya
Generasi VI Pertambangan Umum Khusus Pada Pengalihan Pengeluaran Sebelum
Kontrak Karya Berdiri (pre-cow expenditures).Skripsi ini bertujun untuk melihat
prosedur yang tepat dan keterangan yang lebih rinci atas ketentuan tersebut dan
menjamin ketentuan tersebut pasti. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
metode kualitatif dimana teknik pengumpulan datanya berupa studi lapangan
(field research), melalui wawancara (in-depth interview) dan studi kepustakaan
(library research). Dari hasil pengumpulan dan analisa data diperoleh bahwa
pengeluaran sebelum perusahaan didirikan yang telah dikeluarkan oleh para
pemegang saham dan langsung berhubungan dengan proyek Kontrak Karya tidak
terkena pajak sepanjang belum dibiayakan oleh perusahaan yang mengeluarkan
biaya.
Pada Penelitian yang kedua berupa skripsi yang dilakukan oleh Agnes
Budi Utami, mahasiswa Administrasi Fiskal ekstensi FISIP UI tahun 2006,
berjudul Analisis Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Batubara (Studi Kasus
pada Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara). Skripsi ini
bertujun untuk mengetahui implikasi bagi kontraktor tambang batubara atas
ketentuan dalam PP No. 144/2000. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
metode kualitatif dimana teknik pengumpulan datanya berupa studi lapangan
(field research), melalui wawancara (in-depth interview) dan studi kepustakaan
(library research). Dari hasil pengumpulan dan analisa data diperoleh bahwa
Universitas Indonesia
11
ketentuan mengenai batubara bukan Barang Kena Pajak (BKP) tidak sesuai
dengan konsep Pajak Pertambahan Nilai (PPN) karena proses batubara termasuk
dalam kegiatan menghasilkan barang.
Pada Penelitian yang ketiga berupa skripsi yang dilakukan oleh
Sudarmono, mahasiswa Administrasi Fiskal ekstensi FISIP UI tahun 2008,
berjudul Analisis Tax Reliefs atas Kewajiban Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
pada Perusahaan Kontraktor Pertambangan Batubara (Studi Kasus Pada PT.
XYZ). Skripsi ini bertujun untuk mengetahui dan menjelaskan dampak
pemberian tax reliefs atas CSR terhadap laba kena pajak bagi perusahaan yang
bergerak di sektor pertambangan (PT. XYZ). Penelitian ini bersifat deskriptif
dengan metode kualitatif dimana teknik pengumpulan datanya berupa studi
lapangan (field research), melalui wawancara (in-depth interview) dan studi
kepustakaan (library research). Dari hasil pengumpulan dan analisa data
diperoleh bahwa Perlakuan perpajakan sebagai deductible expense atas aktivitas
CSR yang dilakukan oleh PT. XYZ akan berdampak terhadap penurunan Pajak
Penghasilan yang terutang di akhir periode fiskal, maka PT XYZ dapat melakukan
tax saving.
Pada Penelitian yang keempat berupa skripsi yang dilakukan oleh Yerni
Yanuarti, mahasiswa Administrasi Fiskal ekstensi FISIP UI tahun 2002, berjudul
Analisis Perlakuan PPN Terhadap Perusahaan Kontrak Karya Pertambangan
Umum di Indonesia Dengan Berlakunya UU PPN Tahun 2000. Skripsi ini
bertujun untuk mendeskripsikan dan menganalisa perlakuan PPN dalam Kontrak
Karya Pertambangan Umum, analisa kesesuaian dan pengaruh diundangkannya
UU PPN Tahun 2000. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode kualitatif
dimana teknik pengumpulan datanya berupa studi lapangan (field research),
melalui wawancara (in-depth interview) dan studi kepustakaan (library research).
Dari hasil pengumpulan dan analisa data diperoleh bahwa:
1. Kontrak Karya yang kewajiban PPN-nya mengacu pada ketentuan UU
PPN yang berlaku umum/berlaku dari waktu ke waktu (prevailing law);
2. Kontrak Karya yang kewajiban PPN-nya mengacu pada ketentuan UU
PPN yang berlaku pada saat kontrak ditandatangani (nailed down).
Universitas Indonesia
12
Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitianpenelitian sebelumnya adalah seperti tercantum pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Matriks Perbandingan Penelitian
Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
Pendekatan Penelitian
Hasil Penelitian
Hannaria
Analisis Perlakuan
Pengeluaran sebelum
Manalu
Perpajakan
dengan pendekatan
perusahaan didirikan
(2000)
Terhadap Kontrak
kualitatif melalui
Karya Generasi VI
Pertambangan
literatur.
menjamin ketentuan
berhubungan dengan
Pengalihan
tersebut pasti.
Pengeluaran
Sebelum Kontrak
sepanjang belum
dibiayakan oleh
cow expenditures).
perusahaan yang
mengeluarkan biaya.
Agnes Budi
Analisis Perlakuan
Ketentuan mengenai
Utami
Pajak Pertambahan
dengan pendekatan
(2006)
Nilai Batubara
kualitatif melalui
Perjanjian Karya
literatur.
Pajak Pertambahan
Pengusahaan
Pertambangan
proses batubara
Batubara)
termasuk dalam
kegiatan menghasilkan
barang.
Sudarmono
Perlakuan perpajakan
(2008)
atas Kewajiban
dengan pendekatan
sebagai deductible
Tanggung Jawab
menjelaskan dampak
Sosial Perusahaan
pada Perusahaan
dan wawancara.
Kontraktor
berdampak terhadap
Pertambangan
bergerak di sektor
penurunan Pajak
Batubara (Studi
Penghasilan yang
terutang di akhir
XYZ)
Universitas Indonesia
13
Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian
Pendekatan Penelitian
Hasil Penelitian
Yerni
Analisis Perlakuan
Terdapat 2 (dua)
Yanuarti
PPN Terhadap
dengan pendekatan
kelompok perlakuan
(2002)
Perusahaan Kontrak
Karya
Karya Pertambangan
Pertambangan
Pertambangan Umum,
dan wawancara.
Umum di Indonesia,
Umum di Indonesia
yaitu :
Dengan Berlakunya
pengaruh diundangkannya
1.
UU PPN Tahun
Kontrak Karya
yang kewajiban
2000
PPN-nya mengacu
pada ketentuan UU
PPN yang berlaku
umum/berlaku dari
waktu ke waktu
(prevailing law)
2.
Kontrak Karya
yang kewajiban
PPN-nya mengacu
pada ketentuan UU
PPN yang berlaku
pada saat kontrak
ditandatangani
(nailed down)
Penelitian
Analisis Alokasi
Terdapat 2 (dua)
Sekarang
dengan pendekatan
Penambangan Dan
kualitatif melalui
kegiatan penambangan
Pengolahan Nikel
Dalam Menghitung
terhadap kegiatan
literatur.
Kembali Pajak
BKP.
Masukan Yang
Dapat Dikreditkan .
penambangan dan
Cost kegiatan
pengolahan, perlakuan
penambangan dan
Antam (Persero)
Tbk.
dilakukan secara
proporsional melalui
melaksanakan kewajiban
mekanisme
penghitungan kembali
Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan.
Universitas Indonesia
14
2.2.
Kerangka Teori
Neuman mendefinisikan teori dalam ilmu sosial sebagai suatu sistem
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
2.2.1.1.Karakteristik Pertambangan
Sektor pertambangan, khususnya pertambangan umum, menjadi isu yang
menarik khususnya setelah Orde Baru mulai mengusahakan sektor ini secara
gencar. Pada awal Orde Baru, pemerintahan saat itu memerlukan dana yang besar
untuk kegiatan pembangunan, di satu sisi tabungan pemerintah relatif kecil,
sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah mengundang
investor-investor asing untuk membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya di
Indonesia.
Adanya kegiatan pertambangan ini mendorong pemerintah untuk
mengaturnya dalam undang-undang (UU). UU yang berkaitan dengan kegiatan
pertambangan,
UU
No.
11/1967
tentang
Pokok-pokok
Pengusahaan
Universitas Indonesia
17
yaitu produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih tinggi
menuntut pengembalian keuntungan (Rate of Return) yang lebih tinggi.
Sumberdaya alam sebagai sumber untuk kegiatan pertambangan dan
energi dimanfaatkan dari sistem ekologi oleh karena itu syarat mendasar yang
harus dipatuhi adalah tidak melanggar daya dukung ekosistem. Untuk dapat
memanfaatkan sebanyak-banyakinya sumber daya alam yang terkandung di bumi
Indonesia, konsep eko-efisiensi harus menjadi acuan utama yaitu memanfaatkan
sebanyak-banyaknya dan membuang atau memboroskan sesedikit mungkin yang
juga berarti meminimumkan limbah. Dapat disimpulkan bahwa eko-efisiensi
sekaligus akan meningkatkan efisiensi ekonomi. Untuk itu ekonomi lingkungan
perlu diperhitungkan dalam setiap aktifitas pertambangan.
2.2.1.2.Pengusahaan Pertambangan
Dalam hal pengusahaan pertambangan, negara memiliki dua peranan fiskal
sehubungan dengan perumusan kebijakan di bidang pertambangan ini, yaitu :
1. Negara sebagai The Sovereign Tax Power
The government has the responbility to ensure that the resources sector
makes its due contribution to public revenues in the same manner as other
industries
Pajak sebagai salah satu komponen penghasilan bagi negara dalam
membiayai pengeluaran pemerintah memiliki posisi yang penting. Optimalisasi
penerimaan negara dari pajak akan meningkatkan kemampuan pemerintah
dalam menjalankan kegiatan pemerintahan. Oleh karena itu, pemerintah harus
memaksimalkan penerimaan negara melalui pajak terhadap industri-industri
yang ada termasuk melalui industri pertambangan mineral.
2. Negara sebagai The Resources Owner
The government must determine when to exploit its natural
resource as well as ensure that it gets an appropriate price for its
resources and distributes the benefit of resource exploitation so as
Universitas Indonesia
18
dan
pencemaran
kegiatannya,
lingkungan
menimbulkan
hidup,
kerusakan
sehingga
setiap
dan/atau
perusahaan
Universitas Indonesia
19
wewenang
kepada
badan
usaha/perseorangan
untuk
b.
c.
Increased labor and capital income for domestic firms who furnish
supplies and material to mineral project.
d.
e.
f.
widening
of
national
foundations
for
resource
based
industrialization.
g.
h.
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
sistem perpajakan harus sama atau dibuat sistem terpisah yang berbeda untuk
setiap pertambangan? Sementara peranan pemerintah yang berhubungan dengan
mempengaruhi perilaku perusahaan adalah penggunaan perangkat perpajakan
sebagai suatu insentif agar perusahaan berbuat sesuai dengan apa yang diinginkan
pemerintah, misalnya mendorong investor untuk bersahabat dengan lingkungan,
fasilitas tax credit bila perusahaan mau membuat instalasi pengendali polusi, atau
pajak yang tinggi bila wajib pajak membuang limbah berbahaya. (Otto, 2000).
Beberapa negara memilih untuk memberlakukan sistem pajak yang sama
dengan sektor lainnya, sementara banyak pula negara memperlakukan secara
khusus sektor pertambangan. Perlakuan tersebut diantaranya pengenaan royalti,
pengecualian pengenaan atau pemberian kredit PPN, atau memberikan insentif
khusus. Alasan perlakuan khusus mineral dibanding sektor ekonomi lainnya
adalah karena usaha pertambangan memiliki resiko yang tinggi, padat modal, dan
harganya yang berfluktuasi. (Otto, 2000).
2.2.2. Konsep Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Thuronyi, PPN harus dikenakan disetiap transaksi ekonomi
dengan dibatasi oleh pengecualian-pengecualian.
a broad based VAT is designed to bring within its charge every
kind of economic transaction, subject to limited exception. This is
normally achieved by drafting a very broad provision imposing
VAT on an extremely wide range of business transactions and then
removing by specific exception any transaction that is not to be
liable. (Thuronyi, 1996)
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut
Thuronyi dalam merancang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pengenaan PPN
dikenakan atas semua jenis transaksi ekonomi yang kemudian dibatasi dengan
pengecualian-pengecualian tertentu yang tidak relevan apabila dikenakan PPN.
Menurut Tait pengertian Pajak Pertambahan Nilai adalah sebagai berikut:
Value added is the value that a producer (whether a
manufacturer. Distributor, advertising agent, hairdresser,
farmer, race horse trainer or circus owner) adds to his material
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
sekaligus atau secara bertahap. Pajak atas konsumsi adalah pajak yang dikenakan
atas pengeluaran yang ditujukan untuk konsumsi (Terra, 1988). Due dan
Friedlaender membedakan pajak atas konsumsi menurut sudut pendekatannya
menjadi 2 (dua), yakni :
a. Pendekatan langsung pajak atas pengeluaran (expenditure tax).
Yakni pajak yang berlaku bagi seluruh pengeluaran untuk konsumsi
yang merupakan hasil penjumlahan seluruh penghasilan dikurangi
pengeluaran untuk tabungan dan pembelian aktiva.
b. Pendekatan tidak langsung atau pendekatan komoditi.
Yaitu pajak dikenakan atas penjualan komoditi yang dipungut
terhadap pengusaha yang melakukan penjualan. Pajak ini kemudian
dialihkan ke pembeli selaku pemikul beban pajak. Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) termasuk dalam kelompok pendekatan
tidak langsung. (Due dan Friedlaender,1984)
Karena pajak penjualan merupakan pajak yang dikenakan terhadap semua
konsumsi barang dan jasa, maka berdasarkan tingkat pengenaannya, pajak atas
konsumsi dapat dibagi menjadi 2 (dua) tingkat pengenaan, yaitu :
a.
Universitas Indonesia
24
Wholesale tax merupakan suatu pajak atas konsumsi yang dikenakan pada
tingkat pedagang besar, grosiran, penyalur, importir. Kelebihan yang
dimiliki oleh wholesale tax adalah distorsi terhadap persaingan antara
pedagang besar dengan pedagang eceran lebih kecil dibandingkan dengan
manufactures tax. Hal ini disebabkan oleh karena semakin dekat dengan
tingkat retailer, semakin mudah menghitung dasar pengenaan pajak yang
besarnya tidak jauh berbeda dengan dasar pengenaan pajak yang ada di
pedagang eceran, apabila pada saat-saat tertentu pedagang besar langsung
menjual barangnya langsung kepada konsumen. Kelemahannya adalah
kesulitan dan masalah netralitas dalam hal pedagang besar langsung
menjual barangnya kepada konsumen, karena dasar pengenaan pajaknya
bukan berdasarkan harga eceran, sehingga perlu dilakukan perhitungan
kembali atas margin keuntungan (Rosdiana, 2003).
3. A single stage levy at the retail level (a retail tax) Pajak dikenakan atas
penjualan terakhir yang dilakukan secara langsung dari pengusaha kepada
konsumen. Dasar pengenaan pajak atas sistem ini adalah atas dasar harga
eceran.
Dalam menggunakan metode single tax levies, pada prinsipnya pajak
penjualan dapat dikenakan pada tiap-tiap jalur produksi dan distribusi. Dengan
menggunakan metode ini biasanya tidak dapat mengkreditkan pajak yang telah
dipungut sebelumnya. Pajak tersebut tidak dapat dikreditkan seperti jika
menggunakan cummulative system.
b. Multi Stage Tax
Adalah suatu jenis pajak atas konsumsi yang pengenaannya dilakukan
pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi. Dibedakan
menjadi :
b.1. A dual stage tax
Meliputi pabrikan dan pedagang besar, atau pedagang besar dengan
pedagang eceran, atau pabrikan dengan pedagang eceran sehingga
pedagang besar berada di luar sistem.
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
dengan
Tait,
Smith
memberikan
definisi
tentang
Pajak
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
28
b) Indirect
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak tidak langsung, sehingga
beban pajaknya dapat dialihkan, baik dalam bentuk forward shifting maupun
backward shifting. Dengan kata lain, tidak selalu harus konsumen yang
memikul beban pajak penjualan sepenuhnya/seutuhnya, tetapi beban pajak ini
bisa saja dipikul sebagian oleh penjual dengan cara mengurangi keuntungan
dan atau melakukan efisiensi. Menurut Ben Terra para ekonom pada awal
tahun 1964 berpendapat bahwa pajak tidak langsung tidak sepenuhnya shifted
forward pada harga sebuah produk kemungkinan ini dikarenakan oleh
turunnya faktor harga, penyeludupan pajak, dan penyebab lainnya (Ibid,
hal.12).
c) On Consumption
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak atas konsumsi, tanpa
membedakan apakah konsumsi tersebut digunakan/habis sekaligus ataupun
digunakan/habis secara bertahap/berangsur-angsur. Selain itu, karena Pajak
Pertambahan Nilai merupakan pajak atas konsumsi juga meliputi barang tidak
berwujud.
Terra menyimpulkan bahwa,
.in a general tax on consumption the following rule
applies: consumption is expenditure, in other words all
consumption is an immediate event. To this conclusion it
should be added that a general tax on consumption
distinguishes
between
consumptive
and
productive
expenditure.
Jadi, menurut Terra seharusnya pajak atas konsumsi dibedakan antara
biaya untuk konsumsi atau biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi.
Universitas Indonesia
29
Menurut
ahli
perpajakan
Indonesia
Gunadi
mengutarakan
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
2.
Konsep value added dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu dari
pertambahan nilai (upah dan keuntungan), serta dari selisih output dikurangi
input. Konsep tersebut diperoleh 4 (empat) metode penghitungan PPN yaitu the
addictive dan indirect method (perspektif pertambahan nilai), dan the substractive
direct dan indirect (perspektif selisih output dikurangi input). Metode substaction
memiliki keunggulan yang lebih dan sudah diaplikasikan dan diterapkan di
banyak negara (Rosdiana dan Tarigan, Op.Cit., hal. 222 - 223).
1. The substractive-direct method (metode pengurangan secara langsung),
yaitu dengan cara mengalikan tarif PPN dengan selisih antara harga jual
dengan harga beli.
2. The Substractive - Indirect (the Invoice or Credit), yaitu dengan cara
mengurangkan PPN yang dipungut oleh penjual atau pengusaha jasa atas
penyerahan barang atau jasa, dengan PPN yang dibayar kepada penjual
atau pengusaha lain atas perolehan barang atau jasa.
2.2.2.4.Fasilitas Pajak
Pembebasan pajak atas investasi di suatu negara dalam bentuk yang
berbeda beda dan ditetapkan dalam pertimbangan yang berbeda pula.
Pembebasan pajak diharapkan dapat membuat investasi berkembang dengan cara
untuk sementara menghapuskan suatu pajak yang efisien, dan pembebasan
Universitas Indonesia
32
diberikan adalah:
a.
Exemption
Barang dan jasa dapat dikenakan pajak atau dapat juga dibebaskan dari suatu
Universitas Indonesia
33
Zero rate
Tarif 0% kadang dikenal sebagai pembebasan dengan kredit. Pengenaan
pajak dengan tarif 0% kemudian menjadi suatu pembebasan dari pajak keluaran.
Dengan zero rate, Pajak Keluaran akan selalu nihil (nol) dan Pajak Masukan yang
telah dibayar bisa direstitusi atau dikompensasikan untuk masa pajak selanjutnya.
Prinsip Pemungutan dalam PPN Ada dua prinsip dalam memungut PPN yang
dikenal sebagai :
Universitas Indonesia
34
Sesuai prinsip tujuan barang, maka PPN yang dibayar oleh eksportir atas
perolehan barang dan jasa terkait dengan ekspor, dapat direstitusi. Dalam
terminologi PPN, ekspor dikenakan tarif 0% berarti tidak hanya penjualan untuk
ekspor tidak dipajaki, tapi juga restitusi dapat diberikan sehubungan dengan PPN
yang dibayarkan atas perolehan masukan untuk tujuan ekspor. Menurut prinsip
tujuan barang, impor dikenakan PPN. Schenk dan Oldman (2007) mengatakan :
Under the destination principle, any VAT paid by the exporter on its
purchased is refunded. In the terminology of VAT, exports are zero-rated,
that is, not only is the sale for exports not taxed, but also a refund is given of
VAT paid on inputs included in the exports. Imports are taxed under the
destination principle.
2.2.3
Universitas Indonesia
35
Jadi dengan kata lain bahwa informasi tentang biaya ini sangat dibutuhkan
oleh manajemen untuk menilai, mengevaluasi dan sebagai alat pengambilan
keputusan dalam pelaksanaan operasional perusahaan.
Salah satu permasalahan akuntansi yang belum terpecahkan sampai saat
ini adalah biaya produksi bersama. Berbagai generasi akuntan telah berjuang di
ranah definisi produk bersama, produk utama, co-produk, produk kecil, produk
sampingan, dan bekas, limbah, produk rusak atau cacat. Untuk bagian mereka,
para ekonom telah cepat untuk menunjukkan bahwa, dalam banyak kasus, biaya
alokasi produk bersama bersifat arbitrary dan dengan demikian tidak bisa
dibenarkan. Ini mungkin dikarenakan bahwa, untuk sejumlah alasan yang biasa
dikenal baik kepada akuntan, seperti penyusunan neraca dan pendapatan evaluasi
laporan persediaan, persiapan pengembalian pajak, peraturan umum, dan
sebagainya. Beberapa alokasi diperlukan dan harus dilakukan.
Ekonom A. A. Walters (A.A. Walters, 1960) melihat kenyataan bahwa
teori multi-produk perusahaan, terutama yang dari perusahaan produk bersama,
telah membuat sedikit kemajuan sejak perdebatan Pigou-Taussig pada tahun
1912-1913. Dalam kondisi terjadi biaya bersama, satu input (bahan mentah)
berfungsi untuk menghasilkan dua atau lebih produk. Dua atau lebih keluaran ini
dapat dihasilkan dari proses produksi baik dalam proporsi yang tetap atau dalam
proporsi variabel, dimana proporsi tetap terlibat, ini diperlihatkan bahwa untuk
memaksimalkan keuntungan tidak perlu untuk mengalokasikan biaya dari satu
input ke produk bersama.
Dengan menerapkan persyaratan khusus untuk model mereka, baik A. A.
Walters dan Dean Smith telah menunjukkan bahwa memang ada alokasi terbaik
dari biaya bersama untuk output, "setiap kali permintaan (output) dalam bentuk
distribusi probabilitas bersama," .. "bahkan dalam kasus proporsi yang kaku."
Pernyataan ini menunjukkan bahwa, dengan mengasumsikan hanya satu kondisi
dari Walters-Smith.
Yang dimaksud dengan joint cost (produk bersama) adalah beberapa
macam
produk
yang
dihasilkan
bersama-sama
atau
serempak
dengan
menggunakan satu macam atau beberapa macam ahan baku, tenaga kerja dan
Universitas Indonesia
36
fasilitas pabrik yang sama dan masukan (input) tersebut tidak dapat diikuti
jejaknya pada setiap macam produk tertentu.
Joint cost dialokasikan dengan berbagai alasan, misalnya alokasi biaya
biasanya sering digunakan untuk menentukan departemental atau biaya divisidivisi untuk menentukan tampilan eksekutive.
Ada tiga metode yang digunakan dalam alokasi produk bersama (joint
cost), yaitu :
1.
2.
3.
Universitas Indonesia
37
2.
Penghasilan
penjualan
produk
sampingan
dimasukkan
sebagai
pendapatan lain-lain.
Sedangkan pemisahan yang dilakukan perusahaan dalam akuntansi produk
sampingan (by-product) dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Produk sampingan yang siap dijual setelah dipisah dari produk utama
tanpa perlu proses lebih lanjut.
2. Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan setelah dipisah
dari produk utama agar siap dijual.
3. Produk sampingan yang siap dijual setelah dipisah dari produk utama dan
dapat pula diproses lebih lanjut agar dapat dijual dengan nilai yang lebih
tinggi. Pada produk sampingan golongan ini, manajemen harus
mengambil keputusan apakah produk sampingan diolah lebih lanjut atau
dijual setelah dipisah dari produk utama.
2.2.4
Konsep Implementasi
Administrasi publik menurut pengertian klasik menganggap implementasi
kebijakan sebagai suatu yang teknis, misalnya petunjuk pelaksanaan (juklak) dan
petunjuk pelaksanaan teknis (juknis) karena itu kurang mempehatikan bagaimana
proses implementasi kebijakan yang sebenarnya terjadi (Dwijowijoto, 2006).
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah
kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak kurang. Untuk
mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada,
yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau
melalui formulasi kebijakan atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
Pelaksanaan atau implementasi kebijakan di dalam konteks manajemen berada
dalam kerangka organizing-leading-kontroling. Ketika kebijakan telah dibuat,
maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakian kepemimpinan
untuk memimpin pelaksanaan, dan melakukan pengendalian pelaksanan tersebut,
(Dwijowijoto, 2006). Saat ini strategi implementasi kebijakan publik berkembang
dari, (Kasim, 1995):
Universitas Indonesia
38
Universitas Indonesia
39
Pembelian Bahan
Baku/Biaya
Operasional
Pasal 4A UU PPN
Penambangan
Join Cost
Pengolahan
Penjualan/Ekspor
Restitusi PPN
Universitas Indonesia
40
Universitas Indonesia
41
BAB 3
METODE PENELITIAN
Research
Design:
Qualitative
and
Quantitative
Approach,
Universitas Indonesia
42
Universitas Indonesia
43
3.3.3
penelitian cross sectional, karena penelitian ini mengambil satu bagian dari gejala
(populasi) pada suatu waktu tertentu. Sebagaimana halnya dinyatakan oleh
Babbie, yaitu:
Many research projects are designed to study some phenomenon by
taking a cross section of it at one time and analyzing that cross-section
carefully. (Babbie, 1995, hal 100)
Berdasarkan definisi tersebut penelitian cross sectional dilakukan hanya dalam
satu waktu saja, walaupun dalam prakteknya penelitian tersebut berlangsung
selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses wawancara. Penelitian ini
bersifat cross sectional karena dalam melakukan penelitian peneliti biasa
mewawancarai berbagai pihak terkait dengan tema dalam satu waktu tertentu.
Universitas Indonesia
44
yang
mengajukan
pertanyaan
dan
terwawancara
Universitas Indonesia
45
Kesimpulan akhir diambil ketika data sudah jenuh (saturated) dan setiap
penambahan data baru hanya berarti tumpang tindih (redundant). Berdasarkan
teknik analisis data, penelitian ini tergolong penelitian yang menggunakan analisa
data kualitatif. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan deskripsi
sehingga proporsi analisis terhadap data yang telah dikumpulkan, lebih banyak
menggunakan kata-kata. Selain itu, data berbentuk angka juga digunakan dalam
analisis ini sebagai ilustrasi dan memudahkan analisis kualitatif (Irawan, 2006,
hal.76-80).
3.5 Narasumber/Informan
Untuk
menentukan
informan
yang
akan
diwawancarai,
peneliti
The informant is totally familiar with the culture and is position to witness
significant events makes a good informant
Universitas Indonesia
46
ini, karena informan tersebut merupakan sumber informasi yang potensial bagi
peneliti dalam merumuskan permasalahan penelitian. Key informant yang
diajukan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Kantor Pelayanan Pajak BUMN
perusahaan
dalam
melaksanakan
kewajiban
Pajak
dan
pengolahan,
kendala-kendala
yang
dihadapi
kegiatan
pertambangan
Nikel
bagi
perusahaan
yang
2. Pihak akademisi:
Bapak Tunas Hariyulianto, SE, M.Si selaku staff dosen UI. Informasi
yang diperoleh adalah mengenai implementasi kewajiban Pajak
Pertambahan Nilai terhadap kegiatan pertambangan Nikel bagi
Universitas Indonesia
47
dan
pengolahan,
kendala-kendala
yang
dihadapi
kegiatan
pertambangan
Nikel
bagi
perusahaan
yang
Dr. Haula Rosdiana, M.Si selaku staff dosen UI. Informasi yang
diperoleh adalah mengenai implementasi kewajiban Pajak Pertambahan
Nilai terhadap kegiatan pertambangan Nikel bagi perusahaan yang
melakukan penambangan dan pengolahan, perlakuan Pajak Masukan
atas perolehan barang dan jasa yang terkait penambangan dan
pengolahan,
kendala-kendala
yang
dihadapi
perusahaan
dalam
Universitas Indonesia
48
Universitas Indonesia
49
BAB 4
GAMBARAN UMUM PT. ANTAM (PERSERO) TBK.
Universitas Indonesia
50
Universitas Indonesia
51
Universitas Indonesia
52
Universitas Indonesia
53
Universitas Indonesia
54
Universitas Indonesia
55
Gambar 4.1
Universitas Indonesia
56
: Direksi
b. Unsur Teknostruktur
:
1. Corporate Secretary;
2. Internal Audit;
3. Corporate Strategic Development;
4. Mineral Resources Development;
5. Operations Management;
6. Environment & Mine Closure;
7. Risk Management;
8. Supply Chain Management;
9. Accounting & Budgeting;
10. Organization Effectiveness and Development;
11. Learning and Development; dan
12. Corporate Social Responsibility.
c. Unsur Pendukung :
1. Project Development Group;
2. Technology Development;
3. Marketing & Customer Support;
4. Legal & Compliance;
5. Tokyo Representative;
6. Treasury, Tax & Insurance
7. Corporate Finance;
8. Information & Communication Technology;
Universitas Indonesia
57
Manager
Information
&
Communication
Technology
yang
membawahkan:
a. Assistant Senior Manager Information & Communication Technology
Operation, dan
b. Assistant
Senior
Manager
Business
Information
Analyst
and
Development.
Satuan kerja Treasury,Tax & Insurance yang dipimpin oleh Senior
Manager Treasury,Tax & Insurance dan dibantu oleh ASM Treasury dan ASM Tax
& Insurance berperan:
1. Menyusun strategi, kebijakan dan program pengelolaan treasury, perpajakan
dan asuransi aset perusahaan untuk menunjang terciptanya manajemen
keuangan yang akuntabel;
2. Mengkoordinasikan,
mengendalikan
dan
mengevaluasi
pelaksanaan
mengendalikan
dan
mengevaluasi
pelaksanaan
Universitas Indonesia
58
BAB 5
ANALISIS ALOKASI JOINT COST KEGIATAN PENAMBANGAN DAN
PENGOLAHAN NIKEL DALAM MENGHITUNG KEMBALI PAJAK
MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
5.1 Alokasi Joint Cost Kegiatan Penambangan dan Pengolahan Nikel dalam
Menghitung Kembali Pajak Masukan yang dapat Dikreditkan
PT. Antam (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Antam memiliki
wilayah pertambangan nikel yang terbesar di Propinsi Sulawesi Tenggara dan
Halmahera Timur. Perusahaan mampu memproduksi nikel ore pada tahun 2009
mencapai sebesar 5.100.000 Wmt (Wet metric ton) dengan penjualan ekspor
sebanyak 4.300.000 Wmt. Sedangkan untuk pengolahan ferronickel, perusahaan
menghasilkan sebesar 12.000 tNi (ton Nickel) dari pabrik pengolahan yang berada
di Pomalaa Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara. Pabrik tersebut terdiri dari
pabrik pengolahan Feni I, Feni II dan Feni III dengan kapasitas produksi masingmasing yaitu sebesar 250.000, 260.000, dan 208.000 TNi per tahun.
Di awal tahun 2008, seiring dengan pemasaran bijih nikel dan tidak terkait
dengan klasifikasi cadangan dan sumber daya, Antam melakukan reklasifikasi
bijih nikel yang dijual. Sebelumnya, bijih nikel yang disebut low grade saprolite
ore (LGSO), dengan kandungan nikel antara 1,5% dan 2%, dimasukkan dalam
klasifikasi saprolit. Saat ini LGSO diklasifikasikan sebagai bijih nikel kadar
rendah yang juga termasuk bijih nikel limonit yang memiliki kandungan di bawah
1,5%. Sementara bijih nikel dengan kandungan diatas 2% disebut bijih nikel kadar
tinggi.
Klasifikasi ini telah merubah target ekspor bijih nikel tahunan. Pada
awalnya Antam berencana untuk menjual 5,8 juta wmt saprolit. Namun saat ini
Antam menargetkan ekspor bijih nikel kadar tinggi sebesar 3,2 juta wmt dan 2,6
juta bijih nikel kadar rendah yang terbagi atas 2,4 juta wmt LGSO dan 0,2 juta
wmt limonit. Target produksi bijih nikel kadar tinggi adalah 3,65 juta wmt yakni
Universitas Indonesia
59
jumlah yang akan diekspor ditambah 450.000 wmt sebagai umpan bijih. Target
produksi bijih nikel kadar rendah adalah sama dengan target penjualan.
Bijih nikel Antam dijual ke Jepang, Eropa Timur dan China, dengan bijih
nikel kadar tinggi umumnya dijual ke Jepang dan Eropa Timur sementara kadar
rendah dijual ke China. Pada 1Q08, 73% dari bijih nikel kadar tinggi dijual ke
Jepang sementara sisanya dijual ke Eropa. Harga bijih nikel didasarkan pada
harga spot di London Metal Exchange serta kandungan nikel, kelembaban dan
juga recovery rate.
Pemakaian bahan, salah satu komponen terbesar dari biaya produksi
Antam adalah biaya pemakaian bahan untuk keperluan produksi feronikel yang
naik 45% menjadi Rp200 miliar dan berkontribusi 35% atas total biaya pemakaian
bahan. Harga umpan bijih menjadi lebih mahal pada kuartal I 2008 berhubung
Antam membeli bijih dengan kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pada
kuartal I 2007. Antam mengkonsumsi 294,557 wmt bijih saprolit untuk
memproduksi 4.362 tNi dalam feronikel pada kuartal I 2008. Dengan
menggunakan kadar umpan bijih yang lebih tinggi tersebut, Antam hanya
menggunakan 67,5 ton umpan bijih untuk memproduksi 1 tNi dalam feronikel,
suatu rasio yang lebih rendah daripada biasanya. Sekitar 94% dari umpan bijih
untuk produksi ferronickel adalah berasal dari tambang PT Inco di Pomalaa
Timur. Melalui perjanjian pembelian umpan bijih dari PT Inco tersebut, Antam
dapat menghemat cadangan bijih kadar tingginya untuk kebutuhan masa depan,
menurunkan biaya jasa penambangan bijih serta menambah kapasitas produksi
bijih nikel kadar rendah yang tidak digunakan sendiri oleh Antam untuk
memenuhi permintaan bijih nikel saprolit kadar rendah dari China.
Oleh karena seluruh penjualan nikel dan ferronikel Antam di ekspor ke
luar negeri, maka pada saat penjualan tersebut antam harus memungut PPN
ekspor sebesar 0% sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang No. 41 Tahun
2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah pasal 7 ayat (2) a yang menyebutkan bahwa tarif Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas ekspor barang kena
pajak berwujud.
Universitas Indonesia
60
melakukan
outsourcing
untuk
sebagian
besar
kegiatan
Universitas Indonesia
61
33% dan kenaikan volume penjualan bijih nikel sebesar 6% serta kenaikan biayabiaya operasi, seperti bahan bakar, yang dibebankan kepada Antam oleh
kontraktor tambang. Biaya jasa penambangan bijih merupakan komponen kedua
terbesar dan menyumbang 22% dari total biaya produksi Antam. Jasa
penambangan bijih nikel sebesar Rp338 miliar adalah komponen terbesar dan
merupakan 97% dari dari total biaya jasa penambangan bijih. Biaya penambangan
bijih bauksit sebesar Rp10 miliar merupakan 3% dari biaya jasa penambangan
bijih sedangkan biaya penambangan bijih emas sebesar Rp1 miliar merupakan
0,3% dari keseluruhan biaya penambangan bijih.
Walaupun bukan termasuk dalam lima besar biaya produksi, biaya
transportasi yang meliputi biaya-biaya yang terkait dengan pengiriman bijih,
pemuatan bijih, mobilisasi peralatan serta logistik pemuatan dan pembongkaran
adalah komponen yang penting dari biaya produksi. Meskipun ada kenaikan harga
bahan bakar serta kenaikan tipis dalam volume ekspor, biaya transportasi
mengalami penurunan sebesar 38% menjadi Rp21 miliar terutama disebabkan
oleh kegiatan logistik pemuatan yang lebih rendah. Pada kuartal pertama tahun
2007 biaya pemuatan bijih adalah Rp18 miliar dan merupakan 53% dari total
biaya transportasi. Sedangkan pada kuartal pertama tahun 2008, biaya pemuatan
bijih hanya sekitar Rp6 miliar dan merupakan 28% dari biaya transportasi.
Proses Pemuatan Bijih Nikel
Gambar 5.1
Universitas Indonesia
62
Gambar 5.2
Universitas Indonesia
63
Universitas Indonesia
64
Universitas Indonesia
65
Universitas Indonesia
66
Universitas Indonesia
67
Universitas Indonesia
68
Gambar 5.3
Feronikel yang merupakan salah satu produk utama Antam, diproduksi
melalui pengolahan bijih nikel kadar tinggi (saprolit) melalui proses
pyrometalurgi. Feronikel Antam mengandung sekitar 20% nikel dan sekitar 80%
besi. Diproduksi dalam bentuk shots (butiran) atau ingots (batangan) serta dengan
karbon kadar tinggi atau karbon kadar rendah, feronikel digunakan sebagai bahan
baku untuk produksi baja nirkarat.
Dari segi teknis, mineral nikel yang terdapat di Indonesia pada dasarnya
adalah bijih lateritis, yang merupakan hasil pelapukan batuan ultrabasa yang
mengandung nikel. Nikel lateritis terbagi dalam dua jenis, yakni jenis oksida atau
limonit dan jenis silikat yang biasanya disebut saprolite atau garnierite. Masingmasing mineral ini memiliki sifat-sifat khusus yang akan menentukan cara
pengolahan paling cocok. Untuk tahap perdana, jenis nikel yang akan diolah di
pabrik peleburan Pomala adalah jenis silikat karena kandungan nikelnya yang
lebih tinggi untuk memperoleh manfaat ekonomis yang lebih tinggi pula. Sampai
saat itu, ada sejumlah metode pengolahan nikel yang digunakan secara komersial,
yaitu proses Krupp-Renn, Blast Furnace, Ugine dan Elkem.
Universitas Indonesia
69
Dari hasil berbagai survai dan penelitian tersebut, Antam pada akhirnya
memutuskan untuk memproduksi bahan setengah jadi (intermediate product) yang
berupa feronikel dengan kandungan nikel kurang lebih 20%, melalui proses
Elkem, yang memiliki dua jenis peralatan utama yakni tanur putar (Rotary Kiln)
dan tanur listrik (Electric Furnace).
Sebagai informasi, pada proses Elkem, bijih yang akan diolah terlebih
dahulu dipecah-pecah menjadi bongkah-bongkah berukuran maksimum 20 x 40
mm dengan menggunakan penumbuk jaw crusher dan hammer mill. Pecahanpecahan ini kemudian disaring dengan saringan getar (vibrating screen). Arang
batu (antrasit atau cokes) sebagai bahan pereduksi dan batu kapur sebagai bahan
peleleh dicampurkan, dan campuran ini kemudian dimuatkan ke dalam rotary kiln
untuk mendapatkan proses kalsinasi pada suhu maksimum 900C. Proses ini
ditujukan untuk menguapkan air lembab dan air kristal yang terkandung dalam
bijih nikel.
Hasil kalsinasi, yang disebut kalsin dalam keadaan panas keluar dari
rotary kiln dan ditampung oleh sebuah kontainer khusus untuk kemudian
ditransfer dan dimuatkan ke dalam electric furnace. Di dalam electric furnace,
terjadi peleburan dan reduksi pada suhu kira-kira 1600C. Panas yang diperlukan
pada proses ini didapat dari lompatan listrik yang timbul di antara
elektrodaelektroda dengan muatan tanur dan antar-muatan tanur itu sendiri.
Muatan tanur yang sudah lebur akan terpisah menjadi dua lapisan cair;
logam-logam yang tereduksi, dengan gaya beratnya sendiri akan turun ke dasar
tanur dan membentuk lapisan cair feronikel, sedangkan muatan lainnya tetap
berbentuk oksida-oksida yang disebut lapisan terak (slag) tetap berada di atas
lapisan pertama. Kedua lapisan cair ini dikeluarkan dari tanur pada saat yang tepat
melalui lubang keluaran masing-masing yang disebut tap-hole. Terak yang telah
dikeluarkan dibuang sebagai kotoran, sedangkan cairan feronikel dimurnikan
dalam dua tahap.
Universitas Indonesia
70
Gambar 5.4
Tahap pertama adalah proses pembuangan belerang yang dilakukan
dengan proses Rhein-Stahl dengan menggunakan bubuk soda dan karbit sebagai
bahan pembuang belerang (desulphurizing agent). Hasil produksi pemurnian
tahap pertama ini bisa dipasarkan sebagai feronikel arang tinggi (high carbon
ferronickel).
Pada tahap pemurnian kedua, feronikel arang tinggi yang masih dalam
keadaan cair dihembus dengan gas asam ke dalam satu tanur goyang (shaking
converter) untuk melepaskan elemen-elemen arang, silikon, chromium dan fosfor.
Sebagai bahan permurni, digunakan batu kapur, kapur dan fl uorspar. Hasil dari
pemurnian tahap kedua ini adalah feronikel arang rendah (lowcarbon ferronickel).
Sebelum dilakukan pengecoran menjadi balok-balok feronikel, ke dalam
feronikel arang rendah ini ditambahkan ferrosilicon dan aluminium sebagai bahan
pembuang kandungan oksigen. Hasil pengecoran adalah balok-balok feronikel
yang disebut ingot. Masing-masing ingot kemudian dicek komposisinya, dan
ingot yang memenuhi persyaratan kualitas siap dikirimkan ke pasar.
Universitas Indonesia
71
Secara garis besar proses pengolahan bijih nikel di UPN pomalaa dibagi
dalam tiga tahap yaitu :
1. Tahap Praolahan. Bijih basah yang berasal dari wilayah penambangan
Utara, tengah, dan Selatan serta bijih basah yang berasal dari P. Gee
dicampur (blending) untuk mendapatkan komposisi yang sesuai.
Campuran bijih (blended ore) ini dikeringkan di dalam suatu Rotary
Dryer. Selanjutnya bijih kering mengalami proses kalsinasi di dalam
Rotary Kiln untuk menghilangkan kandungan Loss on Ignition (LOI).
Debu yang berasal dari tahap praolahan ini ditangkap pada unit
penangkapan debu, lalu diproses di dalam pelletizer untuk membuat pellet
yang akan diumpankan kembali ke dalam Rotary Kiln.
2. Tahap Peleburan. Pada tahap ini calcined ore dilebur dan direduksi di
dalam capur listrik berkapasitas 20 MVA untuk Feni I dan 25 MVA untuk
Feni II. Sebagai bahan pereduksi digunakan Antracite. Proses reduksi ini
menghasilkan crude metal yang akan dimurnikan pada tahap selanjutnya,
sedangkan bahan yang tidak tereduksi berupa slag dikeluarkan dari dapur
listrik pada waktu-waktu tertentu untuk dibuang. Untuk pengaturan
kebasaan, slag ditambahkan batu kapur.
3. Tahap Pemurnian. Crude metal yang berasal dari tahap peleburan,
dikurangi kandungan belerangnya di dalam suatu unit penghilang sulfur
(Desulphurization). Sedangkan untuk mengurangi kandungan Si, C, dan P
dilakukan Blowing Oxygen dan penambahan Flux terhadap crude metal di
dalam unit Shaking Converter (De-Siliconization dan De-Carbonization).
Gas Oxygen yang dipergunakan berasal dari Oxygen Plant. Untuk
membuat produk Feronikel berbentuk batangan (ingot), metal cair yang
telah dimurnikan dengan spesifikasi dan komposisi tertentu dicetak pada
unit Continuous Casting Machine Untuk membuat produk feronikel
berbentuk butiran (shot), metal cair ini dicetak pada unit Shot Making.
Bentuk batangan (ingot) diproduksi dalam dua jenis, yaiut High Carbon
dan Low Carbon. Sedangkan bentuk butiran (shot) yang diproduksi hanya
dalam jenis Low Carbon.
Universitas Indonesia
72
Gambar 5.6
Gambar 5.5
Proses lebih lanjut merupakan kegiatan menghasilkan barang yang siap
untuk dikonsumsi, sehingga memberikan nilai tambah bagi barang tersebut. Atas
barang yang telah memiliki daya guna baru (nilai tambah atau nilai manfaat),
seharusnya merupakan barang yang terutang PPN. Hal ini sebagaimana informasi
yang diberikan oleh Tunas Hariyulianto selaku akademisi mengenai batasan atau
kriteria untuk menentukan kategori barang yang diambil langsung dari
sumbernya.
Yang dimaksud dengan Barang yang diambil langsung dari sumbernya
adalah barang yang secara umum tidak mengalami pemrosesan. Jika
barang tersebut diproses, maka itu menjadi BKP. Yang menjadi masalah
adalah apa yang dimaksud dengan diproses? Apakah dibersihkan juga
termasuk dalam pemrosesan? Apakah disaring juga termasuk dalam
pemrosesan? Hal ini yang menimbulkan dispute. Analisis yang diberikan
harus mengacu pada prinsip yang dianut dalam PPN itu apa, kalau itu
diproses maka akan menjadi BKP. Narasumber menambahkan Ya kalau
sudah mengalami suatu proses, harusnya menjadi BKP kalau bicara
konsep. Yang menjadi masalah adalah kalau itu menjadi BKP, berarti
pajak masukannya dapat dikreditkan. Pertimbangan pemrosesan itu adalah
misalnya merubah bentuk, merubah komposisi, ya kalau gas itu sudah
diproses kan berarti CO2 nya sudah berkurang sesuai dengan standar
komersial. Secara konsisten atau konsekuen itu harusnya sudah menjadi
BKP.
Dengan pernyataan yang diberikan oleh informan selaku akademisi yang
mengerti dan memahami peraturan perpajakan, khususnya Pajak Pertambahan
Universitas Indonesia
73
Nilai, batasan atas barang yang diambil langsung dari sumbernya adalah barang
yang secara umum tidak mengalami proses. Pasal 4A hanya menyebutkan yang
dikecualikan dari pengenaan PPN adalah barang yang diambil langsung dari
sumbernya. Barang yang telah mengalami pemrosesan lebih lanjut tentu tidak
termasuk ke dalam kategori barang yang diambil langsung dari sumbernya.
Sesuai dengan konsep PPN yang menyatakan bahwa semua barang pada
prinsipnya merupakan barang kena pajak (BKP). Pengecualian atas BKP menjadi
non BKP adalah apabila barang tersebut merupakan barang kebutuhan publik,
sulit untuk dipajaki dan menghilangkan aspek regresivitas.
Perusahaan juga menghendaki kebijakan pemerintah yang dapat
menimimalisir distorsi ekonomi. PPN merupakan pajak atas konsumsi dan bukan
pajak transaksi antar perusahaan karena pajak yang diperoleh pada saat pembelian
barang dapat dikreditkan oleh perusahaan tersebut. Mekanisme ini membuat PPN
tidak mendistorsi harga pembelian dan penjualan barang. Suatu pengenaan PPN
dikatakan komprehensif apabila pengenaannya meliputi seluruh aktivitas
ekonomi, mulai dari tahap paling awal yaitu pertanian dan hak penambangan
sampai dengan tahap pedagang eceran. Sebagai Pajak tidak langsung atas
konsumsi, tax base PPN diterapkan seluas mungkin, kecuali hanya yang menjadi
kebutuhan pokok, yaitu produk pertanian yang belum diolah.
Negara yang menerapkan PPN (VAT) biasanya mengenakannya kepada
seluruh pembelian baik barang modal maupun jasa. Agar dapat berkompetisi
secara global maka hampir semua negara pengekspor mineral memilih untuk
meniadakan pajak pada ekspor mineral. Cara untuk meniadakan pajak ini
bervariasi dan melibatkan administrasi perpajakan yang kompleks. Cara paling
sederhana untuk menghilangkan pengaruh pajak ini adalah dengan mengecualikan
produk tersebut. PPN yang dikenakan pada peralatan impor dan jasa dapat
membebani proyek yang padat modal. Hampir seluruh negara menghilangkan
PPN atas impor barang melalui skema pengecualian (exemption), pemotongan
tarif (rebates), kredit pajak, pembayaran kembali (refund), penangguhan atau
penundaan (deferrals). Untuk ekspor mereka mengecualikan pengenaan PPN atau
mengenakan tarif 0%.
Universitas Indonesia
74
dan
memperdagangkan
barang
ataupun
pelayanan
jasa,
Universitas Indonesia
75
tersebut, bijih nikel yg telah diolah menjadi feronikel merupakan barang yang
terutang PPN.
Barang hasil pertambangan termasuk bijih nikel sesungguhnya memiliki
nilai, karena setelah barang tersebut diambil langsung dari sumbernya, barang
hasil pertambangan tersebut menjadi mempunyai nilai ekonomis. Apabila barang
hasil pertambangan yang masih berwujud mentah tersebut diolah menjadi barang
jadi yang siap digunakan dan atas penyerahannya menjadi terutang pajak, maka
pembebasan pengenaan PPN tersebut sifatnya hanya sementara, yaitu hanya pada
saat barang hasil tambang tersebut masih mentah. Pada saat barang tersebut telah
jadi, maka nilai tambah atau nilai ekonomis yang telah dimiliki pada saat barang
tersebut masih mentah juga ikut terkena PPN.
Namun ternyata untuk keperluan pengamanan penerimaan, Pemerintah
menetapkan status bijih nikel menjadi BTKP sehingga Wajib pajak pertambangan
bijih nikel tidak dapat merestitusi Pajak Masukan atas Pajak Keluaran. Menurut
otoritas perpajakan, konsepsi nilai tambah (added value) atas bahan mentah
tambang bijih nikel belum memenuhi hingga bijih nikel tersebut siap untuk
dikonsumsi yaitu dalam bentuk feronikel karena hal ini sesuai dengan konsepsi
PPN sebagai pajak konsumsi yaitu pajak yang dikenakan pada saat barang atau
jasa dikonsumsi.
Dengan adanya kepastian tersebut, maka ditinjau dari segi Objek Pajak
Pertambahan Nilai, maka feronikel merupakan Barang Kena Pajak yang terutang
PPN. Secara umum semua barang adalah BKP dan PPN dikenakan atas konsumsi
suatu barang. Jika memperhatikan konsep generalisasi PPN, maka feronikel
merupakan salah satu barang yang menjadi Objek PPN. Selaku Pengusaha yang
telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), PT. Antam seharusnya
memungut PPN sebesar 10% atas feronikel yang dijual, atau sebesar 0% untuk
feronikel yang di ekspor ke luar negeri.
Sejak 1 Januari 2001, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 144
Tahun 2000, maka bijih nikel sebelum diproses tidak dikenakan PPN Penetapan
Biji nikel sebelum diproses merupakan Barang Tidak Kena Pajak (BTKP),
menimbulkan konsekuensi Pajak Masukan atas perolehan BKP dan JKP tidak
dapat
dikreditkan.
Pada
masa
awal
mula
Peraturan
Pemerintah
ini
Universitas Indonesia
76
Universitas Indonesia
77
Universitas Indonesia
78
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang telah dibayarkan oleh PT. Antam
kepada para pemasok (supplier), tidak dapat dikreditkan meskipun transaksi
tersebut berkaitan langsung dengan kegiatan usaha, dan faktur pajak standar yang
telah diterima oleh PT. Antam adalah faktur pajak yang telah memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam pasal 13 angka 5 Undang-Undang PPN
tentang persyaratan kelengkapan faktur pajak (faktur pajak tidak cacat). PPN
Masukan yang telah dibayar oleh PT. Antam pada saat memperoleh dan
memanfaatkan barang-barang maupun jasa-jasa yang merupakan faktor
produksinya, tetap tidak dapat dikreditkan.
PPN Masukan yang tidak dapat dikreditkan oleh PT. Antam dicatat
sebagai beban operasional (cost). Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan ini
dikapitalisasi oleh PT. Antam dan dicatat sebagai beban operasional maupun
sebagai investasi (aset). Pajak Keluaran yang terutang oleh PT. Antam atas
penghasilan penjualan bijih nikel dan feronikel, dapat dikurangkan atau di-offset
dengan Pajak Masukan yang telah dibayarkan secara proporsional sebagaimana
diatur dalam PMK No 78/PMK.03/2010. PT. Antam menyetorkan Pajak yang
terutang adalah sebesar angka Pajak Keluaran (setelah dikurangi dengan Pajak
Masukan yang telah dihitung secara proporsional). Alasan PT. Antam tidak
mengkreditkan Pajak Masukan atas kegiatan yang berhubungan dengan
penghasilan lain berupa sewa tersebut di atas adalah karena ditemui kendala
dalam pengadministrasian PPN. PT. Antam tidak dapat melakukan pemilahan
Pajak Masukan yang terkait khusus dengan penghasilan penjualan bijih nikel,
maupun Pajak Masukan atas transaksi penjualan feronikel. Hal ini memberikan
beban tersendiri pada cash flow perusahaan, khususnya beban biaya PT. Antam.
Hal ini sebagaimana terdapat dalam wawancara dengan informan:
Hal ini diatur dalam Pasal 31 ayat (1) Undang - Undang Pajak Penjualan
sebagai berikut :
Atas pembelian bahan mentah, bahan pembantu dan bahan bakar
termasuk juga alat pembungkus, maka pabrikan dapat mengurangkan
pajak yang terutang olehnya dengan pajak masukan atau pajak penjualan
yang telah dibayarkan atas pemasukan atau penyerahan barang-barang itu,
jika jumlah pajak itu diketahui dan jika tidak lebih dari jumlah pajak
masukan dan pajak penjualan yang dilunaskan kepada negeri, jika ia dapat
membuktikan telah memakai bahan-bahan itu dalam perusahaan atau
Universitas Indonesia
79
pekerjaan, asalkan jumlah dari pajak yang dikurangkan itu disebut di atas
surat pemberitahuan.
Pengkreditan Pajak Masukan diatur dalam Pasal 9 UU PPN yaitu Pajak
Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa
Pajak yang sama. Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak,
maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan. Apabila dalam suatu Masa Pajak,
jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada jumlah Pajak Masukan, maka
selisihnya merupakan PPN yang wajib dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak.
Apabila dalam suatu Masa Pajak, jumlah Pajak Masukan lebih besar daripada
jumlah Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan Pajak Masukan
yang dapat diminta kembali atau dikompensasikan ke Masa Pajak Berikutnya.
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan untuk perolehan
BKP dan / atau JKP yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak selain melakukan
penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang
pajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan
pasti dari pembukuannya, maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak.
Sebagaimana diungkapkan oleh Arif selaku Account Representative Seksi
Pengawasan dan Konsultasi I KPP BUMN :
Untuk perusahaan yang seperti itu, mereka harus bisa memisahkan
mana biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan penambangan, mana yang
untuk kegiatan pengolahan. Itu harus dipisahkan karena kalo tidak, akan
sulit untuk menentukan jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
nya, Ya kalo pada saat kita periksa ternyata perusahaan itu tidak
memisahkan, biasanya kita koreksi, kecuali dia bisa menyampaikan
bukti-bukti pendukung untuk memperkuat alasan untuk bisa
diperhitungkan proporsional Pajak Masukannya. Biasanya kita ambil
data pembanding antara proporsi biaya yang dikeluarkan dengan
penjualan dari bijih nikel dan feronikel. (wawancara hari senin 19
Desember 2011).
Pengusaha Kena Pajak yang dalam suatu Masa Pajak melakukan
penyerahan yang terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak, hanya
dapat mengkreditkan Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang
Universitas Indonesia
80
terutang pajak. Bagian penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat
diketahui dengan pasti dari pembukuan Pengusaha Kena Pajak.
Pajak Keluaran yang dipungut menjadi lebih besar dan Pajak Masukan
akan menjadi dapat dikreditkan, jika bijih nikel menjadi objek yang terutang PPN.
Saat akan dilakukan penyetoran PPN, maka besarnya PPN yang akan dibayar
adalah sebesar Pajak Keluaran dikurangi Pajak Masukan. Apabila bijih nikel
merupakan objek yang terutang PPN, maka atas kelebihan pembayaran pajak
tersebut, dapat membantu cash flow perusahaan. Hal lain diungkapkan oleh
Rochmat selaku Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi I KPP
BUMN :
Dasarnya kan bijih nikel bukan Barang Kena Pajak seperti yang saya
sampaikan tadi. Jadi gak ada masalah sebetulnya, karena penjualannya
kan tetep dikenakan PPN. Dari sisi peraturan pajak, sebetulnya yang
penting kaedah perpajakannya terpenuhi. Pajak Masukan kan bisa
dikreditkan kalo ada Pajak Keluaran, tapi kalo gak ada Pajak Masukan
tapi ada Pajak Keluaran ya pengusaha harus tetep bayar kekurangan
pajaknya.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh penulis, Antam merupakan
perusahaan yang hasil penjualan bijih nikel maupun feronikelnya seratus persen
ekspor sehingga pada penghitungan SPT PPN Masa nya mengalami kelebihan
bayar dikarenakan penjualan ekspor dikenakan tarif sebesar 0% sebagaimana yang
disebutkan dalam Pasal 7 Ayat 2a Undang-Undang No.42 Tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, yaitu Tarif
Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas ekspor Barang
Kena Pajak Berwujud. Atas dasar tersebut maka setiap Masa pelaporan SPT PPN,
antam selalu mencatatkan status lebih bayar dan pengajuan restitusi setiap
tahunnya.
Universitas Indonesia
81
Tabel 5.1
Laporan Produksi dan Penjualan
Produksidan
Penjualan
VolumeProduksi
Feronikel
Satuan
Unit
2006
2007
2008
2009
2010
IbsNi
metricton
Ni
31.909.670
40.856.018
38.726.355
27.667.981
41.199.939
14.474
18.532
17.566
12.550
18.688
4.353.832
7.112.870
6.571.764
5.851.329
7.040.512
BijihNikel
wmt
Emas
toz
92.367
89.733
91.083
84.428
89.250
kg
2.873
2.791
2.833
2.626
2.776
toz
767.631
775.669
775.669
726.253
595.721
kg
23.876
24.126
25.348
22.589
18.529
1.501.937
1.251.147
1.152.322
811.341
Perak
Bauksit
VolumePenjualan
Feronikel
IbsNi
metricton
Ni
29.517.657
39.072.480
37.535.860
31.285.762
40.243.133
13.389
17.723
17.026
14.191
18.254
4.309.134
6.907.367
5.342.964
4.901.699
5.863.840
107.383
160.754
315.718
414.520
210.941
3.340
5.000
9.820
12.893
6.561
toz
677.255
867.041
1.109.908
2.803.127
1.334.963
kg
21.065
26.968
34.522
87.187
41.522
1.536.542
964.282
893.088
445.662
BijihNikel
wmt
Emas
toz
kg
Perak
104.692
wmt
Bauksit
HasilPenjualan
wmt
PenjualanEkspor
Penjualan
Domestik
jutaRp
jutaRp
TotalPenjualan
jutaRp
5.220.497
11.661.423
8.802.877
8.313.187
408.904
346.780
789.104
398.183
191.615
7.056.068
1.688.232
5.629.401
12.008.202
9.591.981
8.711.370
8.744.300
2010/2009(%)
49
49
20
(18)
(18)
(87)
29
29
20
(49)
(49)
(52)
(52)
(57)
(15)
324
0,4
Universitas Indonesia
82
berdasarkan
perhitungan
perusahaan
menetapkan
persentase
Untuk
pengkreditan
Pajak
Masukan
dari
pemakaian
jasa
dan
penjualan
nikel
ore
Masukan
untuk
Masa
Maret
2011)
adalah
sebesar
Untuk
pengkreditan
Pajak
Masukan
dari
pemakaian
jasa
Universitas Indonesia
83
dan
penjualan
nikel
ore
Selain dari segi beban operasional perusahaan yang bertambah, PT. Antam
juga harus memperhatikan segi cost of taxation apabila dalam pelaksanaan
penjualan bijih nikel ternyata merupakan transaksi yang terutang PPN. Dispute
Universitas Indonesia
84
mengenai definisi batasan barang yang diambil langsung dari sumbernya dapat
menyebabkan penerapan atas peraturan pajak yang tidak sesuai dan menimbulkan
cost of taxation yang dapat memberi beban tambahan kepada PT.Antam.
kelancaran
dari
berlangsungnya
pelaksanaan
yang
sudah
direncanakan. Kendala yang dialami oleh PT Antam terjadi akibat beberapa faktor
utama. Sebagaimana diungkapkan oleh slamet selaku staff senior pajak PT.
Antam, sebagai berikut:
Kendala dalam pelaksanaan kewajiban ini selalu ada pasti ya, tapi
kendalanya lebih bersifat teknis ya. Seperti misalnya kendala SDM nya,
Pemahaman akan permasalahan yg dihadapi. Namun ya bagaimana cara
atau usaha kita untuk mengatasinya aja, (wawancara pada hari jumat, 16
Desember 2011).
Berdasarkan wawancara di atas dalam pelaksanaan kewajiban PPN
terhadap kegiatan pertambangan bijih nikel bagi perusahaan yang melakukan
penambangan dan pengolahan masih menghadapi kendala-kendala dalam hal
teknis, dalam hal ini penulis membagi permasalahan yang terjadi menjadi
beberapa faktor.
Universitas Indonesia
85
Sebagai
kunci
pokok,
sumber
daya
manusia
akan
menentukan
ditemukan
lebih
banyak
dilakukan
di
Unit
Bisnis
Universitas Indonesia
86
kinerja
dalam pegawai
dalam menyelesaikan
pekerjaan.
5.3.2.Kendala
Dalam
Pengadministrasian
PPN
Penambangan
dan
Universitas Indonesia
87
Universitas Indonesia
88
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 SIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kegiatan penambangan bijih nikel yang diambil langsung dari alam tanpa
harus mengalami pengolahan merupakan Barang Tidak Kena Pajak,
sedangkan atas biji nikel yang telah diolah menjadi feronikel yang telah
memiliki nilai tambah dan siap untuk dijual merupakan Barang Kena Pajak
yang terutang PPN.
2. Atas penyerahan biji nikel yang tidak terutang PPN dan penyerahan biji nikel
yang telah diolah menjadi feronikel yang terutang PPN maka perhitungan
Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan diperhitungkan secara
proporsional dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. Implikasinya
adalah beban biaya operasional Perusahaan akan bertambah, dari segi Cash
flow Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan akan menjadi beban
operasional bagi Perusahaan. Disamping itu juga, jika terjadi kesalahan dalam
penerapan aturan maka dapat menimbulkan cost of taxation bagi Perusahaan.
3. Kendala yang dialami oleh PT Antam terjadi akibat beberapa faktor utama,
antara lain Sumber Daya Manusia serta Kendala dalam pengadministrasian
PPN atas joint cost dalam menghasilkan biji nikel dan feronikel.
6.2 SARAN
Adapun saran-saran dalam tercapainya kesempurnaan pelaksanaan
peraturan Perundang-undangan perpajakan mengenai PPN tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut :
Universitas Indonesia
89
biaya.
Faktur
pajak
masukan
yang
diterima
hendaknya
Universitas Indonesia
90
Universitas Indonesia
91
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Anderson, William H. The role of administration in taxing process. New York:
1952
C. L. Nellor, David. Parthasarathi Shome (ed), Tax Policy Handbook, Washington
D. C: International Monetary Fund, 1995.
Carter, W.K and, M.F. Usry, Cost Accounting: Planning and Control, 14th
edition, South-Western College Publishing, 2002
Chadwick, Bruce A. Metode penelitian ilmu pengetahuan social. Semarang: IKIP
Semarang Press, 1991
Cresswell, John W. (1994). Research Design : Qualitaitve and Quantitative
Approach. London : Sage Publication.
Faisal, Gatot S.M. How To Be A Smarter Taxpayer, Jakarta: Grasindo, 2010.
Ilyas, Wirawan B. dan Waluyo. Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat,
2002.
_________, dan Suhartono, Rudi. Panduan Komprehensif dan Praktis Pajak
Penghasilan sesuai dengan UU no 7 tahun 2000 Dan aturan pelaksanaan
terbaru, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2007, Jakarta: Fakultas Ekonomi, 2007.
Irawan, Prasetya. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Depok: Departemen Ilmu Administrasi, 2006.
Mansury, R. Panduan Konsep Utama Pajak Penghasilan Jilid 1. Jakarta: PT Bina
Rena Pariwara, 1994.
_________, R. Panduan Konsep Utama Pajak Penghasilan Jilid 2. Jakarta: PT
Bina Rena Pariwara, 1995.
_________, Pajak Penghasilan Lanjutan Pasca Reformasi 2000, Jakarta: Yayasan
Pengembangan dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan, 2002.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2006.
Muhadjir, Noeng. Metodologi penelitian kualitatif telaah positivistik rasionalistik,
phenomenologik realisme metaphisik. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992
Mulyono, Djoko. PPh dan PPN untuk Berbagai Kegiatan Usaha, Yogyakarta :
Andi Yogyakarta, 2007.
Neuman, W. Lawrence. Social Research Method: Qualitative and Quantitative
Approaches. New York: Pearson Education. 2003.
Nurmantu, Safri. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit, 2003.
_________, Pengantar Perpajakan. Jakarta : Kelompok Yayasan Obor Indonesia.
2005
92
Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina.M. Metode Penelitian Kuantitatif teori dan
aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo, 2005.
Resmi, Siti . Perpajakan Teori & Kasus, Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Rosdiana, Haula, dan Rasin Tarigan. Perpajakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Perkasa, 2005.
Rusjdi, Muhammad. PPN&PPnBM-edisi ketiga. Jakarta: PT.Indeks. 2006
Saleng, Abrar. Hukum Pertambangan, Yogyakarta : UII Press, 2004.
Soemitro, Rachmat. Asas dan dasar perpajakan dua . Bandung: Eresco, 1998
Suandi, erly. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat, 2003
Sukardji, Untung. Pajak Pertambahan Nilai edisi revisi 2006, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada. 2006
Tait, Alan A. Value Added Tax: International Practice and Problems.
Washington DC: International Monetary Fund. 1988
Terra, Ben. Sales Taxation: The Case of Value Added Tax in The European
Community. Deventer-Boston:Kluwer Law and Taxation Publisher. 1988
Thuronyi, Victor. Tax Law and Drafting Chapter 6, Value Added Tax.
Internasional Monetary Fund: 1996
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
1999
Peraturan Perundang-Undangan:
Republik Indonesia, Lembaran Negara, Tahun 2009 Nomor 150. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009. tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
______________, Lembaran Negara, Tahun 2000 Nomor 260. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 2000. tentang Jenis
Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
Karya Ilmiah :
Budi Utami, Agnes. Analisis Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Batubara (Studi
Kasus pada Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara),
Skripsi FISIP Universitas Indonesia, 2006.
Manalu, Hannaria. Analisis Perlakuan Perpajakan Terhadap Kontrak Karya
Generasi VI Pertambangan Umum Khusus Pada Pengalihan Pengeluaran
Sebelum Kontrak Karya Berdiri (pre-cow expenditures), Tesis FISIP
Universitas Indonesia, 2000.
93
Nama
Deden Safrudin
Tempat/Tanggal Lahir
Alamat
08111666844, 083890000678/
deden_safrudin@yahoo.co.id
Ayah
Sahudi Sarkosih
Ibu
Dedeh Darsih
Pendidikan Formal:
SD
SMP
: SMPN 3 Depok
S1
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan
Dilaksanakan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan
Dilaksanakan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan
Dilaksanakan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan
Dilaksanakan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan