Anda di halaman 1dari 5

JANTUNG SEHAT DENGAN PLAQUE THERAPY

Posted on 12 November 2008by promotupperware

Bagi penderita PJK, plaque therapy dapat menjadi metode alternatif. Andai ayahnya tidak menderita penyakit jantung koroner (PJK), mungkin dr.Rosa E, 49, takkan pernah mempraktikkan plaque therapy dan tetap sebagai dokter kecantikan dan kulit. Tahun 2001, ayah saya menjalani terapi balon atau stent di rumah sakit. Ada tiga sumbatan pada pembuluh darah jantungnya, katanya kepada jurnal nasional. Tetapi, setelah di balon dan di-stent, keluhan ayahnya tidak hilang: sesak napas,dan nyeri dada (angina pectoris). Diduga, masih ada sumbatan pada pembuluh darah di jantungnya. Maklum, kami orang chinese, suka makan babi. Akibatnya ayah mengidap kolesterol tinggi, kata alumnus fakultas kedokteran Universitas Trisakti tahun 1986 ini. Bahkan, akibat pola makan tinggi lemak itu, ayahnya kembali masuk ke rumah sakit. Sang ayah mengalami pendarahan saluran pencernaan gara-gara minum obat pengencer darah. Sebab, sebagai penderita kolesterol tinggi (hypercholesterolemia), darahnya kental. Efeknya, sang ayah mengalami iritasi lambung. Berbagai keluhan lain pun tak kunjung hilang. Akhirnya kardiolog yang menangani ayah tidak berani mengambil resiko melakukan terapi ulang, By-pas adalah cara yang paling di anjurkan, katanya. Namun, sang ayah tidak mau menjalani by-pas di Australia, sang ayah tetap menolak. Ayahnya hanya mau menjalani kelasi salah satu jenis treatment yang sering dilakukan untuk mengatasi PJK. Sang ayah tertarik menjalani jenis treatment ini karena ia mendengar temannya, yang punya masalah sama, menjalani treatment serupa. Untuk meladeni keinginan ayahnya, dr Rosa sempat berkonsultasi dengan kardiolog yang menangani sang ayah tentang kemungkinan cara kelasi. Tetapi, dokter itu melarang. Alasannya, dikhawatirkan berefek pada ginjal. Efek itu biasanya baru akan terasa 10 atau 20 tahun kemudian. Nanti repot-kata sang kardiolog. Akhirnya saya pun tidak mendukung keinginan ayah untuk menjalani kelasi, katanya. Dokter Rosa lahir di jambi, 27 Desember 1959. Kini ia berpraktik di Klinik proV, Jakarta, sekaligus duduk sebagai direktur di klinik itu. Bagaimana ceritanya sebagai dokter kecantikan dan kulit ia beralih mempraktikkan plaque therapy? Itu juga bermula di tahun 2001, katanya. Alkisah, dalam upaya mengatasi penyakit jantung ayahnya itu, ia berkonsultasi dengan temannya, seorang dokter di Jerman. Temannya menawarkan sebuah jenis treatment:

plaque therapy. Bahan aktif yang digunakan lecithine atau phosphatidylcholine. Bahan aktif ini diproduksi di Jerman. Tetapi, branch-nya ada juga di Swiss. Bahkan, ketika kemungkinan penggunaan lecithine atau phosphatidlylcholine itu dikonsultasikan juga dengan kardiolog yang menangani ayahnya-di Jakarta-, dokter itu mengambil sikap bijaksana: tidak berkomentar ya atau tidak. Tetapi, saya pikirlecithine atau phosphatidlycholine itu baik. Maka, bahan itu saya coba berikan pada ayah , katanya. Hasilnya? Luar biasa! bahkan, ketika ayahnya kembali di ajak pada kardiolog untuk menjalani tes jantung, dokter itu berkomentar: kondisi ayahnya seperti menjalani bypass by nature. Hal itu terlihat dari hasil rekaman detak jantung. Maka, bagi penderita PJK,plaque therapy dapat menjadi metode alternatif, kata dr Rosa. Apakah plaque therapy itu? plaque berarti kerak. Tentu, pada gigi juga terdapat plak atau kerak. Tetapi, plak dalam konteks plaque therapy, adalah metode treatment untuk membersihkan plak berupa timbunan kolesterol di dinding pembuluh darah jantung. Tentu, plak itu tidak 100 persen hilang. Tetapi relatif jauh berkurang, katanya. Cara yang dipakai pun sederhana: lewat infus. Seperti biasa dilakukan untuk pasien penderita mencret atau demam berdarah (DBD). Hanya, bahan aktif yang digunakan berbeda,yaitu: lecithine atau phosphatidylcholine, kata dr Rosa lagi. Dikatakan, lecithine atau phosphatidylcholine banyak terdapat pada kedelai. Juga pada putih telur. Tetapi, yang ia gunakan di kliniknya dari bahan kedelai. Tentu, bahan ini tidak di ambil langsung dari kedelai, melainkan hasil olahan perusahaan farmasi yang dikemas dalam bentuk soft jel. Sebab, jika yang kita makan langsung berupa bahan kedelai, berapa banyak kedelai yang harus kita konsumsi sehingga punya efektivitas melarutkan plak, katanya, retoris. Unsur-unsur yang terdapat pada kedelai itu banyak. Tetapi, semua bahan yang tidak bekerja untuk melarutkan lemak, termasuk kandungan purinnya, di buang. Yang tersisa hanya ekstraknya, yang disebut lecithine atau phosphatidylcholine itu. Menurut dr Rosa jika kita minum lecithine atau phosphatidylcholine sebanyak 1200 miligram, misalnya, yang masuk kedalam darah kira-kira 10 persen. Beda jika lecithineatau phosphatidylcholine itu dimasukkan ke dalam pembuluh darah lewat infus. Hasilnya akan optimal, katanya. Dikatakan, lecithine atau phosphatidylcholine sudah digunakan di dunia kedokteran Barat sejak lebih 50 tahun silam, sebagai bahan alternatif untuk menurunkan profil lipid dalam darah (LDL & Triglyceride).

Tentu, plaque therapy tidak saja dapat di terapkan untuk membersihkan pembuluh darah jantung, tapi juga untuk semua pembuluh darah. Misalnya, pembuluh darah otak, pembuluh darah tepi,baik di tangan maupun di kaki. Bahkan untuk mengatasi stroke. Dengan catatan, stroke akibat penyumbatan pembuluh darah. Bukan karena faktor pecahnya pembuluh darah, misalnya sebagai efek hipertensi. Tapi, plaque therapy juga tidak untuk mengobati hipertensi. Memang, sejauh pengalamannya, pasien hipertensi yang menjalani treatment dengan metode ini tensi darahnya biasanya turun sekitar 10. Sebab pembuluh darahnya telah relatif bersih. Otomatis tekanan darahnya akan turun, katanya.

Plus-Minus Plaque therapy Tentu, Plaque therapy termasuk pengobatan alternatif. Artinya, beda dengan terapi konvensional ala Barat. Metodenya tidak rumit. Apalagilecithin atau phosphatidylcholine bukan bahan asing. Sebab bahan itu juga terdapat di dalam tubuh kita. Bahkan, para dokter di Swiss telah sejak lama melakukan penelitian dan menggunakan bahan aktif ini untuk pasien-pasien mereka. Saya bukan penemu. Saya hanya mengadopsi, kata dr.Rosa jujur Dunia kedokteran Barat pun mengakui lecithin atau phosphatidylcholine dapat melarutkan atau menurunkan level kolesterol atau lemak di dalam darah.Cara kerjanya pun sederhana. Lemak yang sudah larut itu dibawa ke lever untuk di proses, kemudian dibuang lewat kotoran. Tidak pelik. Tetapi saya menolak pasien yang pembuluh darah jantungnya sudah mengalami penyumbatan 100 persen. Jika itu terjadi, saya pun biasanya menganjurkan bypass.katanya. Sebagai salah satu jenis treatment, metode plaque therapy pun tidak lepas dari segi plus dan minus. Segi minus, prosesnya berlangsung lamban dibanding metode ring, misalnya sebagaimana dipraktikan para kardiolog di bidang kedokteran

konvensional. Pasien yang menjalani plaque therapy biasanya baru akan mengalami tingkat kesembuhan setelah menjalani treatment minimal 10 kali. Bahkan, dr.Rosa punya program: bagi penderita jantung koroner (PJK)- Penyakit pembunuh urutan pertama di dunia-pasien perlu menjalani treatment 40 kali. Sangat lamban, memang. Sedangkan untuk tindakan preventif, cukup 10-20 kali saja. Selain itu, biaya pun relatif mahal. Sebab, bahan aktifnya saya beli di luar negeri, katanya. Tapi, plaque therapy juga punya banyak nilai plus. Antara lain, dapat membersihkan pembuluh darah di seluruh tubuh. Prosesnya aman. Selain itu, cara ini juga tidak menakutkan bagi pasien. Sebab, pasien tidak perlu dibius dan tidak harus menjalani bypass, misalnya. Tidak perlu menginap di ruang operasi dan berhadapan dengan pisau bedah. Tentu, plaque therapy termasuk metode pengobatan komplementer. Sebab pasien tetap harus minum obat. Setelah kondisi jantung pasien makin membaik, barulah dosis obat dikurangi. Selain itu, pasien juga dianjurkan tetap memelihara pola hidup dan pola makan sehat. Tidak mengonsumsi makanan berlemak tinggi semisal otak, jerohan, kuning telur dan sebagainya; juga harus rajin berolah raga. Sebab, jika tidak, penumpukan plak bisa terjadi lagi, kata dr.Rosa. Sumber : Harian Jurnal Nasional 3 November 2008 http://promotupperware.wordpress.com/2008/11/12/jantung-sehat-dengan-plaque-therapy/

Anda mungkin juga menyukai