Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Industri skala kecil mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendekatan klaster industri dicanangkan oleh pemerintah sebagai alternatif kebijakan pemerintah dalam membangun

keunggulan kompetitif di industri kecil. Klaster industri kecil terdiri dari unit usaha inti dan unit usaha penunjang, unit usaha inti merupakan gerbong penghela klaster. Fenomena kluster telah menarik perhatian para ekonom untuk terjun dalam studi masalah lokasi sehingga memunculkan paradigma baru serta disebut dengan geografi ekonomi baru (new economic geography atau geographical economics). Dengan adanya globalisasi perdagangan antar negara (WTO), menyebabkan harga produk kulit di Indonesia lebih mahal daripada harga produk kulit dari negara negara lain, Adanya bencana alam lumpur Lapindo juga menyebabkan banyak masyarakat didaerah Tanggulangin Sidoarjo kehilangan pekerjaan, Adanya isu krisis global dan harga minyak dunia yang sempat melambung tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi klaster industri produk kulit tidak berjalan dengan baik didaerah Tanggulangin Sidoarjo. Argumentasi ini dikuatkan kembali oleh Porter, bahwa peta ekonomi dewasa ini didominasi oleh kluster (Porter, 1998). Hal senada juga ditegaskan oleh Kuncoro bahwa industri cenderung beraglomerasi di daerah - daerah di mana potensi mereka mendapat manfaat akibat adanya lokasi perusahaan serta saling berdekatan seperti fenomena kluster pada industri keramik di Kasongan, Kabupaten Bantul , Yogyakarta (Kuncoro, 2002). Definisi kluster menurut Porter, adalah konsentrasi geografi dari perusahaan - perusahaan dan institusi - institusi serta saling berhubungan dalam wilayah tertentu. Kuncoro lebih lanjut menguraikan bahwa kluster industri (industrial cluster) pada dasarnya merupakan kelompok produksi dimana terkonsentrasi secara spasial dan biasanya berspesialisasi pada hanya satu atau dua industri utama saja.

Dalam kaitannya dengan UKM, pertumbuhan UKM mulai menjadi topik cukup hangat sejak munculnya tesis flexible specialization pada tahun 1980-an, dengan didasari oleh pengalaman dari sentra - sentra Industri Skala Kecil (ISK) dan Industri Skala Menengah (ISM) di beberapa negara di Eropa Barat, khususnya Italia (Becattini, 1990; Tambunan, 1999). Sebagai contoh kasus, bahwa pada tahun 1970-80an, pada saat Industri Skala Besar di Inggris, Jerman dan Italia mengalami stagnasi atau kelesuan, ternyata Industri Skala Kecil terkonsentrasi di lokasi tertentu membentuk sentra - sentra dalam membuat produk - produk tradisional dan mengalami pertumbuhan pesat dan bahkan Industri Skala Kecil dapat mengembangkan pasar ekspor untuk barang - barang tersebut dan menyerap banyak tenaga kerja. Menurut Tambunan, pengalaman ini menunjukkan bahwa industri kecil di sentra - sentra dapat berkembang lebih pesat, lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan pasar, dan dapat meningkatkan produksinya daripada industri kecil secara individu di luar sentra. Pengalaman Taiwan, sebagai perbandingan menunjukkan perekonomian dapat tumbuh pesat karena ditopang oleh sejumlah usaha kecil dan menengah serta disebut community based industri lihat gambar 1.1. Lebih lanjut Kuncoro menjelaskan bahwa perkembangan industri di Taiwan sukses menembus pasar global, dan ternyata ditopang oleh kontribusi Industri Kecil Menengah (Kuncoro, 2002).

Gambar 1.1 Peranan IKM dalam Ekspor di beberapa Negara ASIA (%)

Di Indonesia Industri Kecil Rumah Tangga (IKRT) mempunyai peranan cukup penting terutama bila ditilik dari segi jumlah unit usaha dan tenaga kerja.

Maka sudah sepantasnya bila pemerintah tidak menyampingkan peran IKRT sebagai salah satu penggerak kegiatan ekonomi di Indonesia. Sebaliknya, pemerintah harus turut berperan serta dalam memberdayakan IKRT di antaranya dengan menciptakan kebijaksanaan serta berpihak pada IKRT. Usaha pemerintah dalam memberdayakan IKRT sebagai salah satu pondasi perekonomian Indonesia sudah sepantasnya tidak hanya dikonsentrasikan di pulau Jawa, tetapi selayaknya juga menumbuh kembangkan IKRT di luar Jawa. Hal ini sangatlah penting dalam rangka mengurangi tingkat ketimpangan ekonomi antar propinsi. Beberapa penelitian tentang ketimpangan ekonomi daerah di Indonesia menunjukkan adanya tendensi peningkatan disparitas serta terus menerus sejak awal dekade 1970-an sampai 1997. Ini sejalan dengan penelitian Kuncoro menemukan trend peningkatan konsentrasi geografis industri manufaktur setelah diluncurkan berbagai paket deregulasi perdagangan sejak pertengahan 1980-an (Kuncoro, 2002). Industri skala kecil penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendekatan klaster industri skala kecil merupakan salah satu kebijakan yang diterapkan pemerintah untuk dapat memajukan industri skala kecil. Klaster ialah aglomerasi dari perusahaan - perusahaan sejenis serta beroperasi pada desa atau daerah sama di perkotaan. Hampir semua klaster industri skala kecil di Indonesia merupakan klaster industri skala kecil yang berbasis kerajinan (craft base) seperti industri tahu, anyaman, kerajinan, mebel, produk kulit dan logam. Klaster seperti ini terdiri dari unit usaha inti, yaitu produsen produk utama klaster, dan usaha penunjang seperti pemasok bahan baku, subkontraktor dan pedagang perantara. Unit usaha inti di dalam klaster diharapkan akan mendapatkan banyak keuntungan dengan berada di dalam klaster karena berbagai keunggulan klaster seperti efisiensi kolektif dan efisiensi pada biaya transaksi. Desa wisata sentra industri produk kulit Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Objek wilayah Sidoarjo dipilih karena tiga faktor berikut. Pertama, faktor usia sentra Industri Tanggulangin cukup tua ditilik dari sejarahnya sehingga amatlah menarik menganalisis pola perkembangan klusternya. Kedua, kontribusinya cukup besar baik dari segi finansial, unit usaha, dan penyerapan tenaga kerja terhadap Kabupaten Sidoarjo dan Mojokerto. Ketiga, faktor stuktur

unit usaha Sentra Industri produk kulit Sidoarjo didominasi oleh industri kecil dan rumah tangga (IKRT).

1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana menganalisis pola klaster dari unit usaha inti, yaitu produsen produk utama klaster, dan usaha penunjang seperti pemasok bahan baku, subkontraktor dan pedagang perantara di industri produk kulit di Sidoarjo. 2. Bagaimana formasi keterkaitan pasar sentra di industri produk kulit di Sidoarjo. 3. Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi orientasi pasar produk kulit domestik atau luar negeri.

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pola kluster di industri produk kulit di Sidoarjo. 2. Mengetahui formasi keterkaitan pasar sentra di industri produk kulit di Sidoarjo dengan menggunakan software statistik. 3. Mengetahui faktor faktor dan variabel - variabel statistik apa saja yang mempengaruhi orientasi pasar domestik atau luar negeri.

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari diadakannya penelitian ini adalah mengembangkan kluster pada sentra - sentra industri produk kulit di Sidoarjo dalam meningkatkan daya saing industri pada perdagangan bebas, sehingga sudah sepatutnya pemerintah daerah mengembangkan sentra industri produk kulit di Sidoarjo menjadi lebih efektif dan global market oriented, bukan lagi social and political oriented dengan tujuan semata - mata untuk mengurangi kesenjangan (Tambunan, 1999).

Setelah mengetahui tipe dan pola kluster pada industri produk kulit di Sidoarjo, maka berdasarkan kajian pustaka, studi orientasi, dan hasil dari berbagai penelitian tentang orientasi pasar menunjukkan bahwa orientasi pasar mempunyai konsekuensi internal dan eksternal. Konsekuensi internal dijelaskan dengan adanya dampak orientasi pasar, meliputi : tenaga kerja, tingkat pendidikan tenaga kerja, tingkat pendidikan pengusaha, umur perusahaan, teknologi penyamakan produk kulit. Sedangkan Konsekuensi eksternal meliputi : status badan hukum, bapak angkat, jaringan dengan pembeli terbesar, jaringan dengan pemasok bahan baku, keaktifan promosi. Penulis dapat mengolah data data statistik dengan software statistik SPSS serta dapat memberikan strategi apa yang baik dan cocok kepada sentra sentra industri produk kulit di daerah Sidoarjo. Lemahnya peranan pemerintah daerah Kabupaten Sidoarjo dalam membantu perkembangan usaha industri produk kulit di Tanggulangin, misalnya seperti bantuan modal dan bantuan promosi, dirasakan oleh mayoritas pengusaha produk kulit tersebut. Namun demikian, kunci utama untuk membuat UKM menjadi efisien dan dinamik adalah menciptakan iklim bisnis kondusif tanpa harus membuat UKM terus bergantung pada bantuan - bantuan khusus pemerintah. Peranan pemerintah dalam mendukung perkembangan industri skala kecil hanyalah sebagai fasilitator, stimulator, regulator dan stabilisator (Tambunan, 1999).

1.5. Batasan Dan Asumsi Masalah Untuk menyederhanakan proses pengumpulan data, analisis dan pengambilan kesimpulan, maka akan dilakukan pembatasan ruang lingkup masalah yaitu: 1. Data Statistik Industri diambil dari BPS Jatim dan Dinas Perindustrian Surabaya. 2. Data Statistik Industri diambil dari tahun 2002 s/d 2009.

Anda mungkin juga menyukai