Anda di halaman 1dari 2

Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka mengaku tidak khawatir dengan fenomena itu.

Dia menilai, Justru dengan banyaknya ilmuwan Indonesia di luar negeri akan berdampak positif.
Apalagi, para ilmuwan tidak bisa dicegah atau bahkan dilarang kerja di luar negeri. Dia bisa
memahami alasan ilmuwan yang memilih melakukan penelitian untuk negara lain. Ada perasaan
tidak berguna yang dialami ilmuwan muda yang baru lulus kuliah di luar negeri ketika tiba di Tanah
Air. Mereka masih muda, bahkan mungkin sudah menyandang gelar doktor atau profesor, tetapi
hasil pendidikannya selama ini tak mendapat tempat ataupun dihargai. Selain itu, penghargaan
terhadap saintis di dalam negeri juga jauh lebih kecil ketimbang di luar negeri. Di dalam negeri,
tambahnya, pernah muncul keprihatinan tentang nasib peneliti lembaga pengetahuan negeri
tetapi tunjangan atau gajinya sangat kecil meskipun bergelar profesor.
Menurut Ketua Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013 itu, aspek
lain yang tidak kalah penting adalah sarana dan prasarana penelitian, seperti laboratoriumlaboratorium untuk berbagai jurusan teknik yang masih minim. Seorang peneliti nanoteknologi
tentu akan mati langkah ketika tidak ada laboratorium nanoteknologi, tuturnya

Ricky Elson

Merdeka.com - Ricky Elson adalah seseorang teknokrat dari Indonesia yang


menempuh pendidikan tinggi teknologinya sekaligus bekerja di Jepang. Dikutip dari
tulisan di Wikipedia, dalam kurun waktu 14 tahun di Jepang, Ricky telah menemukan
belasan teknologi motor penggerak listrik dan teknologi-teknologi tersebut telah
dipatenkan oleh pemerintah Jepang.
Beberapa waktu lalu, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan
meminta Ricky pulang ke Indonesia untuk membuat mobil listrik.
Setelah mobil listrik yang dinamakan Selo dan Gendhis tersebut jadi, ternyata pria yang
dilahirkan di Padang, Sumatera Barat pada tahun 1980 ini harus gigit jari. Izin mobil
listrik yang dibuatnya dengan Dahlan Iskan ternyata seperti digantung dan tidak ada
kejelasan dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Akhirnya, Ricky memutuskan untuk kembali ke Jepang yang lebih menghargai jerih
payah usahanya.
Johny Setiawan

Merdeka.com - Johny Setiawan merupakan seorang peneliti di? Institut Max Planck
untuk Astronomi di Heidelberg, Jerman. Pria asal Indonesia yang lahir pada tanggal1 6
Agustus 1974 ini berhasil memimpin sebuah kelompok astronom gabungan dari Eropa
dan Brazil.
Dari arahan dan pimpinannya, maka ada penemuan yang menjadikan namanya
melambung dalam ranah internasional yaitu ditemukannya planet luar tata surya yang
diberi nama HD 11977 b.
Selain itu, ada pula beberapa planet lain yang berhasil dia dan kelompoknya ungkap
seperti TW Hydrae, HIP 13044 b, HD 47536 c, HD 110014 b, HD 110014 c, HD 11977 b
dan HD 70573 b.

Kiprah para ilmuwan Indonesia ini di negeri orang sungguh sangat


mengagumkan dengan mendapatkan begitu banyak penghargaan.
Seharusnya orang-orang hebat seperti mereka mendapatkan apresiasi di
negeri sendiri karena dengan kecerdasan mereka lah nama Indonesia
menjadi harum dan diperhitungkan di dunia Internasional.
Masih banyak ilmuwan Indonesia yang saat ini menuntut ilmu dan berkarir
di berbagai negara di belahan dunia. Mereka cenderung lebih memilih
untuk menjalani kehidupan dengan profesi mereka saat ini sebagai
ilmuwan. Beragam alasan mereka untuk tidak kembali ke tanah air, salah
satunya adalah peran dan keahlian ilmuwan sangat dihargai di sana.
Selain itu kurangnya kesadaran perusahaan di Indonesia untuk
berkolaborasi dengan universitas atau lembaga penelitian untuk
menunjang riset mereka. Hebatnya di negara lain juga menyediakan dana
riset besar, akses buku dan jurnal penting, serta fasilitas riset yang
kondusif untuk inovasi riset dan teknologi. Semoga Indonesia bisa belajar
menghargai peran seorang ilmuwan seperti halnya negara lain menghargai
kecerdasan ilmuwan sekalipun mereka bukan warganegaranya.

Anda mungkin juga menyukai