Anda di halaman 1dari 41

Assalamualaikum wr.

wb

Disusun oleh :
Brilian khoeratun nissa Duratul fahlia Ihsan Jessi anggraeni Reckha

Pembimbing : Dr. Ni Wayan Ani, SpKJ

Pendahuluan
Istilah somatoform berasal dari bahasa yunani soma yang artinya tubuh. Ganguan ini mencakup interaksi tubuh pikiran ( body mind ) Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala

Definisi
Gangguan somatoform (somatoform disorder) adalah suatu kelompok gangguan, ditandai dengan keluhan tentang masalah atau simptom fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab kerusakan fisik. Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik

Klasifikasi
Gangguan ini meliputi :
1. Gangguan somatisasi 2. Gangguan konversi 3. Gangguan hipokondriasis 4. Body dysmorphic disorder 5. Gangguan nyeri

Gangguan somatisasi
Definisi :
Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan gejala gejala somatik yang banyak yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Meliputi banyak organ Bersifat kronis Ratio 5 : 1

Etiologi
Bentuk komunikasi sosial yang bertujuan untuk menghindari kewajiban, mengekspresikan emosi, atau menyimbolkan perasaan
10 20 % wanita turunan pertama,laki lakinya cenderung menjadi penyalahgunaan zat dan gangguan kepribadian antisocial. Kembar monozigot menjadi 29 % dan dizigot 10%.

F. PSIKOSOSIAL

F. Biologis

Manifestasi klinis
mual, muntah, sulit menelan, sakit pada lengan dan tungkai, nafas pendek (amnesia, komplikasi kehamilan dan menstruasi. Masalah pskologik dan interpersonal menonjol ( depresi dan cemas ) Beranggapan dirinya sakit sepanjang hidupnya

Gangguan keseimbangan, kelemahan lokal, sulit menelan atau merasa ada gumpalan di tenggorokan, afonia, halusinasi dll

Mengungkapkan keluhan secara dramatik, emosi dan berlebihan

Kreteria Diagnosis
Diagnosis gangguan somatisasi menurut DSM-IV-TR : Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode lebih dari beberapa tahun dan menyebabkan pencarian pengobatan atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi lainnya. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, Empat gejala nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi) Dua gejala gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan) Satu gejala seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).

Satu gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau defisit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan). Salah satu (1) atau (2): Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol) Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau pura-pura).

Penatalaksanaan
Tujuan :
Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi)

Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial


Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama Buat jadwal regular ddengan interval waktu kedatangan yang memadai Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial

Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik


Diberikan hanya bila indikasinya jelas Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi Anti anxietas dan antidepressan

Gangguan Hipokondriasis
DEFINISI : Seseorang yang berpreokupasi dengan ketakutan atau keyakinan menderita penyakit yang serius. Memiliki interpretasi yang tidak realistis maupun akurat terhadap gejala atau sensasi fisik, meskipun tidak ditemukan penyebab medis. Menimbulkan penderitaan bagi dirinya dan menganggu kemampuannya untuk berfungsi secara baik di bidang sosial, interpersonal, dan pekerjaan.

Etiologi
Diperkirakan pasien hipokondriasis juga 80 % mengalami gangguan depresi atau cemas bersamaan. Teori psikodinamika -> dorongan agresivitas dan permusuhan yang ditujukan kepada orang lain dipindahkan ( lewat mekanisme represi dan displacement ) ke dalam keluhan keluhan somatik.

Manifestasi Klinik
Yakin bahwa mereka menderita penyakit serius yang belum bisa dideteksi, dan mereka sulit diyakinkan. Keyakinan bertahan meskipun hasil laboratorium negatif, jinaknya perjalan penyakit yang dicurigai dan penentraman dari dokter. Seringkali disertai dengan gejala depresi atau berkomorbid dengan gangguan depresi dan gangguan cemas.

Kriteria Diagnostik
Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat. Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh). Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan
Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi)

Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial Therapi kognitif-behaviour

Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi Usahakan untuk mengurangi gejala hipokondriasis dengan SSRI (Fluoxetine 60-80 mg/ hari) dibandingkan dengan obat lain.

Gangguan konversi
Definisi : Suatu gangguan pada fungsi tubuh yang tidak sesuai dengan konsep anatomi dan fisiologi dari SSP dan SST. Gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi, dari energi seksual atau agresif yang direpresikan ke simptom fisik. Simptom-simptom ini tidak dibuat secara sengaja atau yang disebut malingering. Simptom fisik biasanya muncul tiba-tiba dalam situasi yang penuh tekanan.

Etiologi
T. Psikoanalisis

Gangguan konversi disebabkan oleh represi konflik konflik intrpsikik yang tak disadari dan konversi dari kecemasan ke dalam gejala fisik.

T. Pembelajaran

Gejala konversi dapat dilihat sebagai perilaku yang dipelajari secara klasik conditioning. Gejala gejala penyakit yang dipelajari sejak masa kanak, akan digunakan sebagai coping dalam situasi yang tak disukai.

t. Metabolisme

Hipermetabolisme di daerah hemisfer dominant dan hipermetabolisme di hemisfer nondominan. yang berdampak pada terganggunya komunikasi antar hemisfer sehingga menimbulkan gejala konversi.

Manifestasi klinis
Paling sering paralisis, buta,mutisme. - seringkali berkaitan dengan gangguan kepribadian pasif agresif, dependen, antisosial dan histrionik. Gejala sensorik ( anestesi dan parastesi ektermitas ) Gejala depresi dan cemas sering menyertasi gejala gangguan konversi, dan pasien pasien ini beresiko tinggi mengalami bunuh diri.

Gejala motorik ( gerak abnormal, gangguan gaya berjalan, kelamahan dan paralisis). Gerakan tersebut memburuk bila pasien mendapat perhatian. Gerakan motor yang tersering adalaah paralisis dan paresis yang mengenai satu, dua atau seluruh anggota tubuh.

Gejala bangkitan pseudo seizure merupakan gejala yang mungkin didapat gangguan konversi. Namun 1/3 pasien dengan pseudo-seizure juga disertai dengan gangguan epilepsi ( pasien dapat tergigit lidahnya, onkontinensia urun dan cedera karena terjatuh, jarang ditemui ).

Kriteria Diagnostik
Menurut DSM- IV-TR :
Paling tidak terdapat satu simptom atau defisit yang melibatkan fungsi motorik volunternya atau fungsi sensoris yang menunjukkan adanya gangguan fisik. Faktor psikologis dinilai berhubungan dengan gangguan tersebut karena onset atau kambuhnya simptom fisik terkait dengan munculnya Orang tersebut tidak dengan sengaja menciptakan simptom fisik tersebut atau berpura-pura memilikinya dengan tujuan tertentu.

Simptom tidak dapat dijelaskan sebagai suatu ritual budaya atau pola respon, juga tidak dapat dijelaskan dengan gangguan fisik apa pun melalui landasan pengujian yang tepat. Simptom menyebabkan distres emosional yang berarti, hendaya dalam satu atau lebih area fungsi, seperti fungsi sosial atau pekerjaan, atau cukup untuk menjamin perhatian medis. Simptom tidak terbatas pada keluhan nyeri atau masalah pada fungsi seksual, juga tidak dapat disebabkan oleh gangguan mental lain. Akan tetapi, beberapa orang dengan gangguan konversi menunjukkan ketidakpedulian yang mengejutkan terhadap simptom-simptom yang muncul, suatu fenomena yang diistilahkan sebagai la belle indifference (ketidakpedulian yang indah).

Penatalaksanaan
TUJUAN PENGOBATAN
Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi)

Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial


Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial Akut: yakinkan, sugesti pasien untuk mengurangi gejala Pertimbangkan narcoanalisis (sedatif hipnotik), hipnoterapi, behavioural terapi Kronik: Eksplorasi lebih lanjut mengenai konflik yang bersifat interpersonal pada pasien

Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik


Diberikan hanya bila indikasinya jelas Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi Pertimbangkan narcoanalisis (sedatif hipnotik)

Body dysmorphic disorder


Definisi Gangguan dismorfik tubuh (body dismorphic disorder) ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat. Orang dengan gangguan ini terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka.

Etiologi
Gangguan ini banyak berkomorbiditas dengan depresi. Konsep stereotipik tentang kecantikan atau keindahan yang dianut dalam keluarga atau kultur tertentu akan berpengaruh besar pada pasien dengan BDD.

Menurut model psikodinamika, gangguan ini mencerminkan pemindahan ( displacement) konflik seksual atau emosional pada bagian tubuh lainnya yang tak terkait.

Kriteria Diagnostik
Menurut DSM-IV-TR
Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut menjadi berlebihan. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa).

Penatalaksaan
Tujuan pengobatan
Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi) Khususnya menghindari pembedahan

Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial


Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial Terapi kognitif-behavioural

Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik


Diberikan hanya bila indikasinya jelas Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi Usahakan untuk mengurangi gejala hipokondriacal dengan SSRI (Fluoxetine 60-80 mg/ hari) dibandingkan dengan obat lain

Gangguan nyeri
Definisi Nyeri yang merupakan fokus utama dan menjadi fokus pusat perhatian. Faktor psikologis sangat berperan pada gangguan ini. Nyeri pada satu tempat atau lebih, yang tidak dapat dimasukkan secara penuh sebagai kondisi medik nonpsikiatrik maupun neurologik.

Etiologi
Factor psikodinamik Pasien mengalami sakit dan nyeri pada tubuh tanpa penuyebab fisik yang dapat di identifikasi mungkin mengekspresikan konflik intrapasikik secara simbolik melalui tubuh.. factor perilaku perilaku nyeri diperkuat apabila dihargai dan dihambat apabila diabaikan atau diberi hukuman ( keluhan nyeri bertmabh berat apabila orang lain mencemaskannya ).

factor interpersonal nyeri yang sulit diobati telah diketahui sebagai sarana untuk memanipulasi dan memperoleh keuntungan dalam hubunngan interpersonal. ( memastikan kesetian anggota keluarga )

factor biologis

koretks serebral dapat menghambat tersulutnya serabut aferen. Serotonin ( jaras penghambatan ) endorphin ( memodulasi SSP untuk nyeri ).

Kriteria diagnostik
Menurut DSM IV-TR : Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi atau bertahannya nyeri. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpurapura). Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan
Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi) Jika nyerinya akut (< 6 bulan), tambahkan obat simptomatik untuk gejala yang timbul Jika nyeri bersifat kronik (>6 bulan ), fokus pada pertahankan fungsi dan motilitas tubuh daripada fokus pada penyembuhan nyeri

Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial


Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial Nyeri kronik: pertimbangkan terapi fisik dan pekerjaan, serta terapi kognitif-behavioural

Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik


Diberikan hanya bila indikasinya jelas Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi Akut: acetaminophen dan NSAIDS (tidak dicampur) atau sebagai tambahan pada opioid Kronik: Trisiklik anti depresan, acetaminophen dan NSAID Pertimbangkan akupunktur

Anda mungkin juga menyukai