Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tubuh diibaratkan sebagai sebuah negara. Jika negara itu tidak memiliki pertahanan yang kuat, akan mudah mendapatkan perlawanan baik dari dalam maupun dari luar, sehingga lambat laun negara itu akan hancur. Begitupun halnya tubuh kita. Jika kita tidak memiliki pertahanan tubuh yang tinggi pada akhirnya tubuh kita akan jatuh sakit dan mungkin akan berujung kepada kematian. Dibutuhkan sistem kekebalan tubuh untuk menjaga agar tubuh kita bisa melawan serangan apapun baik dari dalam maupun dari luar. Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka terjadilah proses pertahanan diri. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita.

B. Rumusan Masalah 1. Apa itu imunitas? 2. Bagaimana mekanisme imunitas?

3. Bagaimana fungsi sistem imun? 4. Bagaimana pembentukan anti gen antibodi? 5. Apa saja fungsi dan peran anti gen antibody?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui fisiologi sistem imunitas 2. Untuk mengetahui mekanisme imunitas 3. Untuk mengetahui peran sel imun dan respon imun humoral dan seluler 4. Untuk mengetahui pembentukkan antigen antibody 5. Untuk mengetahui peran dan fungsi antigen antibody.

BAB II FISIOLOGI SISTEM IMUNITAS


A. Pengertian Imunitas Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sisten imun. Reaksi yang dikoodinasi sel-sel, molekul-molekul dan baha lainnya terhadap mikroba disebut respons imun. System imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Mikroba dapat hidup ekstraselular, melepas enzim dan menggunakan makanan yang banyak mengandung gizi yang diperlukannya. Mikroba lain menginfeksi sel pejamu dan berkembang biak intraselular dengan menggunakan sumber energy sel pejamu. Baik mikroba ekstraselular maupun intraselular dapat menginfeksi subyek lain, menimbulkan penyakit dan kematian, tetapi banyak juga yang tidak berbahaya bahkan berguna untuk pejamu.

B. Mekanisme Imunitas Tubuh diibaratkan sebagai sebuah negara. Jika negara itu tidak memiliki pertahanan yang kuat, akan mudah mendapatkan perlawanan baik dari dalam maupun dari luar, sehingga lambat laun negara itu akan hancur. Begitupun halnya tubuh kita. Jika kita tidak memiliki pertahanan tubuh yang tinggi pada akhirnya tubuh kita akan jatuh sakit dan mungkin akan berujung kepada kematian. Dibutuhkan sistem kekebalan tubuh untuk menjaga agar tubuh kita bisa melawan serangan apapun baik dari dalam maupun dari luar. Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka terjadilah proses pertahanan diri. Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi dua :

1. sistem imun humoral Sistem imun humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dll). 2. sistem imun seluler Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita. Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang) beserta sistem limfatiknya. Organ tubuh kita yang juga termasuk dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru. Sistem limfatik baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan kelenjar yang membesar dibandingkan pada umumnya. Hal ini dikarenakan kelenjar limfe sedang berperang melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Organ limfoid seperti thymus sendiri mempunyai tanggung jawab dalam pembentukan sel T dan penting bagi para bayi baru lahir, karena tanpa thymus, bayi yang baru lahir akan mempunyai sistem imun yang buruk. Leukosit (sel darah putih) dihasilkan oleh Thymus, lien dan sumsum tulang. Leukosit bersirkulasi di dalam badan antara organ tubuh melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah. Dengan begitu, sistem imun bekerja terkoordinasi baik memonitor tubuh dari kuman ataupun substansi lain yang bisa menyebabkan problem bagi tubuh. Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan organisme yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan mereka. Sedangkan sel lainnya adalah netrofil, yang bertugas melawan bakteri. Jika kadar netrofil meningkat, maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di dalamnya. Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang, tinggal di dalamnya dan jika matang menjadi limfosit sel B, atau meninggalkan sumsum tulang ke kelenjar thymus dan menjadi limfosit sel T. Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfost B berfungsi untuk mencari target dan mengirimkan tentara untuk mengunci keberadaan mereka. Sedangkan

sel T merupakan tentara yang bisa menghancurkan ketika sel B sudah mengidentifikasi keberadaan mereka. Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang terinfeksi. Beberapa kasus penyakit yang disebabkan oleh ketidak seimbangan system kekebalan tubuh, diantaranya: 1. Penyakit autoimun dimana sistem imun yang kadangkala salah mengira bagian tubuh kita sendiri dikenal sebagai benda asing dan menyerang diri kita sendiri. Biasanya antibodi yang menyerang diri sendiri ini bisa terbentuk karena adanya rangsangan virus sebelumnya, sehingga antibodi ikut beredar ke seluruh tubuh dan dapat memberikan kerusakan organ pada tubuh kita. Salah satu contoh penyakit yang paling nyata yaitu Sistemic Lupus Eryhtematosus (Lupus). Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah: Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus. Sistem imun kadang merespons secara berlebihan atau hipereaktif terhadap suatu benda asing sehingga antigen yang masuk ini disebut alergen dan bisa menumbulkan gejala seperti bengkak, mata berair, pilek alergi, bahkan bisa menimbulkan reaksi alergi

hebat yang mengancam jiwa yang disebut anafilaksis. Berbagai macam reaksi alergi yang ditimbulkan antara lain adalah asma, eksim, pilek alergi, batuk alergi, alergi makanan, alergi obat dan alergi terhadap toksin. Jumlah antibodi bisa diukur secara tak langsung dengan jumlah CD4. Jika jumlahnya kurang maka dicurigai seseorang mempunyai penyakit immunocompromized dimana daya tahan tubuhnya sangat rendah, hal ini bisa terjadi pada orang yang terkena HIV/AIDS, dan non HIV (pengguna kortikosteroid lama, individu yang terkena kanker,penyakit kronik seperti gagal ginjal, gagal jantung, diabetes, dll) .

C. Fungsi Sistem Imun

Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai : 1. Penangkal benda asing yang masuk ke dalam tubuh

2. Untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan komponen tubuh yang telah tua 3. Sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi, atau ganas, serta menghancurannya.

Pada prinsipnya, jika sistem imun seseorang bekerja optimal, orang tersebut tidak mudah terkena penyait dan sistem keseimbangannya juga normal. Namun, sistem imun tidak dapat dibentuk dalam waktu singkat. Respon imun tubuh alamiah terhadap serangan patogen baru akan muncul dalam 24 jam. Tubuh kita mampu mengatasi infeksi patogen karena adanya sistem pertahanan tubuh atau sistem imun. Tubuh kita memiliki dua pertahanan tubuh, yaitu pertahanan tubuh alami dan pertahan tubuh oleh sel darah putih.

D. Pembentukan Antigen dan Antibodi 1. Mekanisme pembentukan antigen Banyak benda asing jika dimasukkan ke dalam tubuh hospes berkali-kali, respon yang ditimbulkan selalu sama. Namun, ada benda asing tertentu yang mampu

menimbulkan perubahan pada hospes sedemikian rupa sehingga reaksi selanjutnya berbeda daripada reaksi sewaktu pertama kali masuknya benda asing tersebut. Respon yang berubah semacam itu dipihak hospes disebut sebgai respon imunologis dan benda-benda asing yang menyebabkan reaksi tersebut dinamakan antigen atau imunogen. Tujuan utama respon imun adalah menetralkan , menghancurkan atau mengeluarkan benda asing tersebut lebih cepat dari biasanya. Secara spesifik imunogen bahan yang daoat merangsang sel B atau sel T atau keduanya.Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respons imun yang dirangsang oleh imunogen seperti antibody dan atau TCR.Antigen lengkap adalah antigen yang menginduksi baik respon imun maupun bereaksi dengan

produknya.Yang disebut antigrn inkomplit atau hapten,tidak dapat dengan sendiri menginduksi respon imun,tetapi dapat bereaksi dengan produknya seperti antibodi. Imunogenesitas dan antigenesitas Imonugenesitas dan antigenesitas mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya tetapi berbeda dengan sifat imunologinya yang sering kali

membingungkan.Imunogenesitas adalah kemampuan untuk menginduksi respons imun humoral atau selular. Determinan antigen epitop dan paratop Sel imun tidak berinteraksi dengan atau mengenal seluruh molekul

imunogen,tetapi limfosit mengenal tempat khusus pada makromolekul yang disebut epitop atau determinan antigen. Sel B dan T mengenal berbagai epitop pada molekul antigen yang sama.Limfosit juga dapat berinteraksi dengan antigen yang kompleks pada berbagai tahap struktur antigen.Oleh Karena sel B mengikat antigen yang bebas dalam larutan,epitop yang dikenalnya cendrung mudah ditemukan dipermukaan imunogen.Epitop sel T dari protein berbeda dalam peptide,biasanya berasal dari hasil cerna protein patogen oleh enzim yang dikenal oleh TCR dalam kompleks dengan MHC. Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibody,mengonduksi pembentukan antibody yang

dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibody atau oleh reseptor antibody.Makromolekul dapat memiliki nerbagai epitop yang masing masing merangsang produksi antibody spesifik yang berbeda. Paratop adalah bagian dari antibody yang mengikat epitop atau TCR yang mengikat epitop pada antigen.Respons imun dapat terjadi terhadap semua golongan bahan kimia seperti hidratarang,protein dan asam nukleat. Determenan antigen bereaksi dengan tempat spesifik yang mengikat antigen diregio yang variable pada molekul antiobody yang disebut paratop.Epitop dapat juga bereaksi dengan TCR yang spesifik.Molekul antigen tunggal dapat memiliki beberapa epitop.Epitop berinteraksi dengan region yang mengikat antibody atau TCR.Regio antigen yang berikatan dengan MHC disebut agretop.Antigen poten alamiah terbanyak adalah protein besar dengan berat molekul lebih dari 40.000 dalton dan kompleks polisakarida microbial.Glikolipid dan lipoprotein daoat juga bersifat imunogenik,tetapi tidak demikian halnya dengan lipid yang dimurnikan.Asam nukleat dapat bertindak sebagai imunogen dalam penyakit autoimun tertentu,tetapi tidak dalam keadaan normal.Klon limposit spesifitas khusus Glikoprotein (lektin) asal tanaman yaitu konkanavarin A (con-A) dan PHA merupakan mitogen poten untuk sel T. 2. Mekanisme pembentukan antibody Limfosit tidak bereaksi dengan sebagian besar antigen diri sendiri ,tetapi sel T mempunyai suatu interaksi yang sangat penting dengan salah satu kelompok penting molekul asli. Molekul tersebut merupakan kumpulan glikoprotein permukaan sel (rantai protein yang berikatan dengan rantai gula) yang dikode oleh sebuah kelompok gen yang disebut sebagai kompleks histokompatibilitas mayor (Major

Histocompatibility Complex, MHC). Pada manusia glikoprotein MHC juga dikenal sebagai HLA (Human Leukocyte Antigen). Ada dua jenis molekul MHC yang menandai sel tubuh yaitu MHC kelas I ditemukan pada semua sel bernukleus pada hamper setiap sel tubuh. Sedangkan MHC kelas II terbatas haanya pada beberapa jenis sel khusus yang meliputi makrofaga, sel B, sel T yang telah diaktifkan dan sel-

sel yang menyusun bagian interior tymus. Terdapat dua subtipe utama sel T yaitu sel T pembunuhsel T pembantu. Sel T pemnbunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul kelas I MHC, sementara sel T pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul kelas II MHC. Dua mekanisme penyampaian antigen tersebut memunculkan peran berbeda dua tipe sel T.

Sel T pembunuh (sel T sitotoksik) secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing atau abnormal di permukaan mereka. Sel T pembunuh adalah sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya), atau merusak dan mematikan patogen. Seperti sel B, tiap tipe sel T mengenali antigen yang berbeda. Sel T pembunuh diaktivasi ketika reseptor sel T mereka melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor kelas I MHC dari sel lainnya. Pengenalan MHC ini:kompleks antigen dibantu oleh co-reseptor pada sel T yang disebut CD8. Sel T pembantu (sel T helper) mengatur baik respon imun bawaan dan adaptif dan membantu menentukan tipe respon imun mana yang tubuh akan buat pada patogen khusus. Sel tersebut tidak memiliki aktivitas sitotoksik dan tidak membunuh sel yang terinfeksi atau membersihkan patogen secara langsung, namun mereka mengontrol respon imun dengan mengarahkan sel lain untuk melakukan tugas tersebut. Sel T pembantu mengekspresikan reseptor sel T yang mengenali antigen melilit pada molekul MHC kelas II. MHC:antigen kompleks juga dikenali oleh reseptor sel pembantu CD4 yang merekrut molekul didalam sel T yang bertanggung jawab untuk aktivasi sel T.

Molekul MHC kelas II yang dikenali oleh sel T helper hanya ditemukan pada jenis sel tertentu, terutama sel-sel yang menelan antigen asing. Sel-sel yang menghancurkan antigen adalah sel b dan makrofaga. Kelompok sel tersebut bertindak sebagai sel penyaji antigen (antigen presenting cell, APC) yang mensiagakan sistem kekebalan melalui sel T helper, bahwa ada anti gen asing dalam tubuh. Sebagai contoh, sebuah makrofaga yang telah menelan dan merusak bakteri mengandung fragmen kecil bakteri (peptida). Sementara molekul MHC kelas II yang baru disintesis bergerak menuju permukaan makrofaga, molekul itu menangkap salah satu diantara peptide bakteri itu dalam lekukan pengikat antigennya dan membawanya ke permukaan, sehingga memperlihatkan peptide asing itu ke sel T helper. Interaksi antara sel penyaji antigen dengan sel T helpersemakin meningkat dengan kehadiran CD4. Interaksi antara CD4 dengan molekul MHC kelas II membantu

mempertahankan sel T helper dan sel penyaji tetap menyatu, sementara aktivasi antigen yang berrsifat spesifik sedang berlangsung.

Ketika sel T helper diseleksi melalui kontak spesifik dengan kompleks MHC kelas II dan antigenpada sebuah APC sel t helper akan memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi klon sel T helper yang diaktifkan dan sel T helper memori. Sel T helper yang diaktifkan mensekresikan beberapa sitokin yang berbeda, yang merupakan protein yang berfungsi untuk merangsang limfosit lain. Sebagai contoh sitokin interleukin-2 (IL-2) membantu sel B yang telah mengadakan kontak dengan antigen untuk berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mensekresi antibodi. IL-2 juga membantu sel T sitotoksik untuk menjadi pembunuh yang aktif. Sel T helper itu sendiri patuh pada pengaturan oleh sitokin. Sementara makrofaga memfagositosis dan menyajikan antigen, makrofaga itu dirangsang untuk mensekresi suatu sitokin yang disebut interleukin-1 (IL-1). IL-1 dalam kombinsi dengan antigen yang disajikan, mengaktifkan sel T helper untuk menghasilkann IL-2dan sitokin lain. Merupakan satu

10

contoh uumpan balik positif adalah peristiwa saat IL-2 yang disekresi oleh sel T helper juga akan merangsang sel tersebut untuk memperbanyak diri lebih cepat lagi dan untuk menjadi penghasil sitokin yang lebih aktif lagi. Dengan cara ini sel T helper memodulasi respon kekebalan humoral (sel B) maupun respon kekebalan yang diperantarai oleh sel (sel T sitotoksik).

Sebuah sel T sitotoksik, yang diaktifkan oleh kontak spesifik dengan molekul MHC kelas I dan antigen pada sel yang terinfeksi atau sel tumor dan dirangsang lebih lanjut oleh IL-2 dari sel T helper, yang berdiferensiasi menjasi sel pembunuh yang aktif. Sel ini membunuh apa yang disebut sel target terutama dengan cara pembebasan perforin, yaitu protein yang membentuk pori atau lubang pada membrane sel target. Karena ion dan air mengalir ke dalam sel target, maka sel itu membengkak dan akhirnya lisis. Kematian sel-sel yang terinfeksi itu bukan saja menghilangkan tempat bagi pathogen untuk bereproduksi tetapi juga memaparkannya ke antibodi yang sedang beredar, sehingga menandainya untuk dibuang dan dihancurkan. Setelah merusak sel yang terinfeksi, sel T sitotoksik terus bergerak membunuh sel-sel lain yang terinfeksi dengan pathogen yang sama.

11

Gambar 04. kerja sel-sel T sitotoksik (Sumber: Campbell, 2004:82) Banyak antigen dapat memicu respon kekebalan humoral oleh sel B hanya dengan partisipasi sel T helper. Antigen seperti ini disebut antigen yang bergantung pada sel T, dan sebagian besar antigen, protein termasuk dalam jenis ini. Adapun proses pengahasilan antibodi yang dilakukan oleh sel B yaitu: a. Makrofaga menelan pathogen yang masuk ke dalam tubuh b. Fragmen antigen dari pathogen yang dicerna sebagian lalu membentuk kompleks dengan protein MHC kelas II. Kompleks ini kemudian diangkut ke permukaan sel, tempat kompleks tersebut disajikan ke sel-sel lain milik system kekebalan c. Sel T helper dengan reseptor yang spesifik untuk antigen yang disajikan itu berinteraksi dengan makrofaga dengan cara berikatan dengan kompleks MHC dan antigen d. Sel T helper yang diaktifkan kemudian berinteraksi dengan sel B yang telah menghancurkan antigen dengan cara endositosis dan memperlihatkan fragmen antigen bersama dengan protein MHC kelas II. Sel T helper mensekresikan IL-2 dan sitokin lain yang mengaktifkan sel B e. Sel B lalu membelah secara berulang-ulang dan berdiferensiasi menjadi sel B memori dan sel plasma, yang merupakan sel ecfektor yang mensekresi antibodi pada kekebalan humoral.

12

E. Fungsi dan Peran Antigen dan Antibodi Yang diartikan dengan imunokompromais ialah fungsi sistim imun yang menurun. Sistim imun terdiri atas komponen nonspesifik dan spesifik. Fungsimasingmasing komponen atau keduanya dapat terganggu baik oleh sebabkongenital maupun sebab yang didapat. Pada hal yang akhir, sistim imuntersebut sebelumnya berfungsi baik. Hal inilah yang dalam praktek sehari-hari dimaksudkan dengan

imunokompromais.Keadaan imunokompromais yang sering ditemukan di dalam klinik dapatterjadi oleh infeksi (AIDS, virus mononukleosis, rubela dan campak),tindakan pengobatan (steroid, penyinaran, kemoterapi, imunosupresi, serumanti-limfosit),

neoplasma dan penyakit hematologik (limfoma/Hodgkin,leukemi, mieloma, neutropenia, anemi aplastik, anemi sel sabit), penyakitmetabolik (enteropati dengan kehilangan protein, sindrom nefrotik, diabetesmelitus, malnutrisi), trauma dan tindakan bedah (luka bakar, splenektomi,anestesi) dan lainnya (lupus eritematosus sistemik), hepatitis kronis)Berbagai 'tnikroorganisme (kuman, virus, parasit, jamur) yang ada dilingkungan maupun yang sudah ada dalam badan penderita, yang dalamkeadaan normal tidak patogenik atau memiliki patogenesitas rendah, dalamkeadaan imunokompromais dapat menjadi invasif dan menimbulkan berbagai penyakit. Oleh karena itu penderita yang imunokompromais mempunyairisiko yang lebih tinggi terhadap infeksi yang berasal dari badan sendirimaupun yang nosokomial dibanding dengan yang tidak

13

imunokompromais.Untuk

mengerti

hal-hal yang

dapat

terjadi

pada

keadaan

imunokompromais,komponen-komponen sistim imun dan fungsinya masing-masing, responsimun serta mekanismeeliminasi antigen perlu dimengerti dengan baik. Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua jenis organisme/toksin yang merusak jaringan dan organ. Kemampuantersebut dinamakan kekebalan. Kekebalan dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu: 1. Kekebalan didapat/kekebalan khusus, yang membentuk antobodi sertalimfosit peka yang menyerang dan menghancurkan organismespesifik/toksin. 2. Kekebalan bawaan/alamiah, membuat tubuh manusia resisten terhadappenyakitpenyakit

14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Jadi kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan di atas adalah Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. B. Saran Sebaiknya kita sebagai generasi muda lebih giat lagi mencari ilmu untuk perkembangan pengetahuan di dunia ini. Salah satunya adalah dengan membaca hal-hal yan sederhana seperti makalah atau melakukan penelitian untuk melatih pola berpikir otak.

15

DAFTAR PUSTAKA
Wahab Samik.A.Prof.Dr.dr & Julia Madarina dr. MPH. 2002. Sistem imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya Medika. Baratawidjaja Garna Karnen & Rengganis Iris. 2010. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

16

Anda mungkin juga menyukai