Anda di halaman 1dari 7

a.

Pengkajian
o Tempat
Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh. Suhu inti dari arteri
paru, esofagus dan kandung kemih digunakan untuk perawatan intensif. Pengukuran ini
membutuhkan peralatan yang di psang invasif secara terus-menerus dalam rongga atau organ
tubuh. Peralatan ini haus memiliki pembacaan akurat yang secara cepet dan terus-menerus
menunjukkan pembacaan pada monitor elektronik.
Tempat yang paling sering digunakan untuk pengukuran suhu ini juga invasif tetapi
dapat digunakan secara intermiten. Termasuk membran timpani, mulut rektum dan aksila.
Lapisan termometer noninvasif yang disiapkan secara kimia juga dapat digunkan pada kulit.
Tempat pengukuran seperti oral, rektal, aksila dan kulit menghandalkan sirkulasi efektif darah
pada tempat pengukuran.panas dari darah di alirkan ke alat termometer. Suhu timpani
mengandalkan radiasi panas tubuh erhadap sensor inframerah. Karena suplai darah arteri
membran timpani dianggap sebagai suhu inti.
Untuk memastikan bacaan suhu yang akurat, setiap tempat harus diukur dengan akurat.
Variasi suhu yang didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi harus antara 36 C
dan 38 C. Walaupun temuan riset dari banyak dari banyak didapati pertentangan; secara umum
diterima bahwa suhu rektal biasanya 0,5 C lebih tinggi dari suhu oraldan suhu aksila 0,5 C lebih
rendah dari suhu oral. Setiap tempat pengukuran tersebut memiliki keuntungan dan kerugian.
Perawat memilih tempat yang paling aman dan akurat untuk pasien. Perlu dilakukan
pengukuran pada tempat yang sama bila pengukuran tersebut di ulang.
o Termometer
Ada tiga jenis termometer yang digunakan untuk menentukan suhu tubuh adalah air
raksa-kaca, elektronik dan sekali pakai. Perawat bertanggung jawab untuk banyak menetahui
dan terampil dalam menggunakan alat ukur yang dipilih. Tingkat pendidikan inservice dapat
mempengaruhi keakuratan dan reabilitas pembacaan suhu. Setiap alat pengukuran
menggunakan derajat celsius atau skala fahrenheit. Termometer elektronik membuat perawat
dapat mengonversi skala dengan cara mngaktifkan tombol.

Termometer air raksa-kaca
Termometer air raksa-kaca adalah termometer yang paling dikenal, telah digunakan
sejak abad ke-15. termometer tersebut terbuat dari kaca yang pada salah satu ujungnya ditutup
dan jung lainya dengan bentolan berisi air raksa. Ada 3 jenis termometer kaca, yaitu oral (
ujungnya ramping), stubby, dan rektal (ujungnya berbentuk buah pir). Ujung termometer oral
langsing, sehingga memungkinkan pentolan lebih banyak terpapar pada pembuluh darah di
dalam mulut. Termometer oral biasanya memiliki ujung berwarna biru. Termometer stubby
biasanya lebih pendek dan lebih gemuk dari pada jenis oral. Dapat digunakan mengukur suhu
dimana saja. Termometer rektar memiliki ujung yang tumpul atau runcing, untuk mencegah
trauma terhadap jaringan rektal pada saat insersi. Termometer ini biasanya di kenali dengan
ujung yang berwarna merah. Keterlambatan waktu pencatatan dan dan mudah pecah
merupakan kerugian dari termometer air raksa-kaca. Keuntungan dari termometer air raksa-
kaca adalah harga murah, mudah diperoleh, dan banyak tersedia.
Termometer elektronik
Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan tenaga batere yang dapat diisi ulang,
kabel kawat yang tipis dan alas yang memproses suhu yang dibungkus dengan kantung plastik
sekali pakai. Salah satu bentuk termometer elektronik menggunakan alat seperti pensil. Probe
tersendiri yang anti pecah tersedia untuk oral dan rektal. Probe untuk oral dapat juga digunakan
untuk mengukur suhu di aksila. Selama 20 sampai 50 detik dari insersi, pembacaan terlihat pada
unit tampilan tanda bunyi yang terdengar bila puncak pembacaan suhu terukur.
Bentuk lain dari termometer elektronik digunakan secara khusus untuk pengukuran
timpanik. Spekulum otoskop dengan ujung sensor inframerah mendeteksi penyebaran panas
dari membran timpani. Dalam 2 sampai 5 detik dari mulai dimasukkan ke dalam kanal
auditorius, hasilnya terlihat pada layar. Tanda bunyi terdengar saat puncak bacaan suhu telah
tercapai.
Termometer sekai pakai
Termometer sekali pakai dan penggunaan tunggal berbentuk strip kecil yang terbuat
dari plastik dengan sensor suhu pada salah satu ujungnya. Sensor tersebut terdiri atas matrik
dari lekukan seperti titik yang mengandung bahan kimia yang larut dan berubah warna pada
perbedaan suhu. Digunakan untuk suhu oral dan aksila, terutama pada anak-anak. Dipakai
dengan cara yang sama dengan termometer aksila dan digunakan hanya sekali. Waktu yang
dibutuhkan untuk menunjukkan suhu hanya 60 detik (Ericksonet al, 1996). Termometer di ambil
dan dibaca setelah sekitar 10 detik supaya stabil.
Bentuk lain dari termometer sekali pakai adalah koyo (patch) atau pita sensitif suhu.
Digunakan pada dahi atau abdomen, koyo akan berubah warna pada suhu yang berbeda.
Kedua jenis termometer sekali pakai ini berguna untuk mengetahi suhu, khususnya pada
bayi yang baru lahir.
b. Diagnosa keperawatan
Perawat mengkaji temuan pengkajian dan mengelompokkan karateristik yang
ditentukan untuk membuat diagnosa keperawatan. Misalnya, pada peningkatan suhu tubuh,
kulit kemerahan, kulit hangat saat disentuh, dan takikardia menandakan diagnosis, hipertermia.
Diagnosis keperawatan mengidentifikasi risiko klien terhadap perubahan suhu tubuh atau
perubahan suhu yang aktual. Jika klien memiliki faktor resiko, perawat meminimalkan atau
menghilangkan faktor yang meningkatkan perubahan suhu. Pengkajian suhu di batas
normalmengarah pada diagnosa keperawatan.
Pada contohnya hipertermia, faktor yang berhubungan dengan aktivitas yang berat akan
menghasilkan intervensi yang sangat berdeda daripada faktor yang berhubungan dengan
ketidakmampuan atau berkeringat.
Proses Diagnostik Keperawatan terhadap Termoregulasi
NO DIAGNOSA
1 Hipertermi
2 Ketidakefektifan Termoregulasi
3 Hipotermi


c. Perencanaan
Klien yang beresiko mengalami perubahan suhu membutuhkan rencana perawatan
individu yang ditunjukkan dengan mempertahankan normotermia dan mengurangi faktor
resiko. Hasil yang diharapkan ditetapkan untuk menentukan kemajuan ke arah kembalinya suhu
tubuh ke batas normal. Rencana perawatan bagi klien dengan perubahan suhu yang aktual
berfokus pada pemulihan normotermia, meminimalkan komplikasi dan meningkatkan
kenyamanan. (lihat rencana keperawatan)

Rencana asuhan keperawatan untuk hipertermia
Diagnosa keperawatan : hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi
Definisi : hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh individu meningkat di atas batasan suhu
normalnya.












No Dx tujuan Hasil yg
diharapkan
intervensi rasional
1






2





3


Klien akan kembali
ke
batasan suhu
tubuh
normal 36,5-
37,5C

Klien akan kembali
ke
batasan suhu
tubuh
normal 36,5-
37,5C


Klien akan kembali
ke
batasan suhu
tubuh
normal 36,5-
37,5C

Suhu tubuh turun
paling sedikit 1C
setelah terapi




Klien mampu
beristirahat
dengan tenang






Pertahankan
suhu ruangan
pada 21C
kecuali jika
klien menggigil



Kurangi
penutup
ekternal pada
tubuh klien .
jaga supaya
pakaian dan
alas tempat
tidur tetap
kering
Suhu ruangan
sekitar dapat
meningkatkan suhu
tubuh. Namun
menggigil harus
dihindari karena
meningkatkan suhu
tubuh (Guyton,
1991).

Pakaian yang basah
atau terlalu basah
mencegah
pengeluaran panas
melalui radiasi,
konveksi dan
konduksi.

d. Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi
pada tahap perencanaan.
Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.








e. Evaluasi
Semua intervensi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan respon aktual klien terhadap
hasil yang diharapkan dari rencana perawatan.hal ini menunjukkan apakah tujuan keperawatan
telah terpenuhi atau apakah dibutuhkan revisi terhadap rencana.
Evaluasi interensi terhadap hipertermia
tujuan Tindakan evaluasi Hasil yang diharapkan
Suhu tubuh klien akan
kembali ke batas
normal




Klien mendapatkan rasa
nyaman dan istirahat
pada 21/2
Pantau suhu tubuh setelah
intervensi




Tanyakan apa yang dirasakan
klien

Observasi adanya kegelisahan,
kelemahan.
Suhu tubuh paling sedikit
1C setelah terapi
Suhu tubuh tetap berada
antara 36C dan 38C
selama paling sedikit
24 jam pada 20/2
Klien menyatakan
kepuasan terhadap
istirahat dan tidur
meningkat
Klien dapat istirahat dan
tidur dengan tenang.

Anda mungkin juga menyukai