Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk
dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal
yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk
hidup, karena seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian
keturunannya.
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam
pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa
remaja informasi masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak
mencari informasi dari orang lain atau sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru
sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi
mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan
dorongan seksual mereka sendiri (Handbook of adolescent psychology, 1980). Tentu saja
hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki
pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja
kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali
remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus
menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian seks dan seksualitas ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi system reproduksi ?
3. Apa itu konteks seksualitas ?
4. Bagaimana perkembangan seksualitas ?
5. Bagaimana pola fungsi seksual ?
6. Apa saja aspek psikologis dalam seksualitas ?

2
7. Bagaimana proses keperawatan dalam konsep sexuality ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian seks dan seksualitas.
2. Mengetahui anatomi fisiologi system reproduksi.
3. Memahami konteks seksualitas.
4. Mengetahui perkembangan seksualitas.
5. Mengetahui pola fungsi seksual.
6. Mengetahui aspek psikologis dalam seksualitas.
7. Bisa membuat proses keperawatan dalam konsep sexuality.

D. MANFAAT
Manfaat makalah ini bagi pembaca selain untuk menambah wawasan juga untuk
memahami konsep sexuality.











3
BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN SEKS DAN SEKSUALITAS
Sejak manusia dilahirkan hingga menjadi manusia dewasa, manusia memiliki
dorongan yang dinamakan libido. Libido merupakan dorongan seksual yang sudah ada
pada manusia sejak lahir. Libido pada anak berbeda dengan libido pada orang tua.
Kepuasan seks pada anak, pencapaiannya tidak selalu melalui alat kelaminnya, melainkan
melalui daerah-daerah lain yaitu mulut dan anus.
Istilah seks secara etimologis, berasal dari bahasa Latin sexus kemudian diturunkan
menjadi bahasa Perancis Kuno sexe. Istilah ini merupakan teks bahasa Inggris
pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-1500 M. Seks secara leksikal bisa
berkedudukan sebagai kata benda (noun), kata sifat (adjective), maupun kata kerja
transitif (verb of transitive):
Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan pendorong hidup
yang biasanya disebut dengan insting/ naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik
dimiliki laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan
kelanjutan keturunan manusia.
Menurut Ali Akbar, bahwa nafsu syahwat ini telah ada sejak manusia lahir dan dia mulai
menghayati sewaktu dia menemukan kedua bibirnya dengan puting buah dada ibunya,
untuk menyusui karena lapar. Ia menikmati rasa senang yang bukan rasa kenyang. Dan
inilah rasa seks pertama yang dialami manusia.
Seksualitas merupakan suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan
dengan seks. Dalam pengertian ini, ada 2 aspek (segi) dari seksualitas, yaitu seks dalam
arti sempit dan seks dalam arti luas. Seks dalam arti yang sempit berarti kelamin, yang
mana dalam pengertian kelamin ini, antara lain:


4
1. Alat kelamin itu sendiri
2. Anggota tubuh dan ciri badaniyah lainnya yang membedakan antara laki-laki dan
perempuan
3. Kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya
lat-alat kelamin
4. Hubungan kelamin (sengggama, percumbuan).
Segi lain dari seksualitas adalah seks dalam arti yang luas, yaitu segala hal yang terjadi
sebagai akibat (konsekwensi) dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain:
1. Pembedaan tingkah laku; kasar, genit, lembut dan lain-lain.
2. Perbedaan atribut; pakaian, nama.
3. Perbedaan peran dan pekerjaan.
4. Hubungan antara pria dan wanita; tata krama pergaulan, percintaan, pacaran,
perkawinan dan lain-lain.
Ada tiga istilah berkaitan dengan seks yang penggunaannya hampir sama dan bahkan
kadang tumpang tindih, yakni seks, gender dan seksualitas. Ketiga istilah ini memang
memiliki beberapa kesamaan. Kesamaan yang paling menonjol adalah bahwa ketiganya
membicarakan mengenai "jenis kelamin". Perbedaannya adalah; seks lebih ditekankan
pada keadaan anatomis manusia yang kemudian memberi "identitas" kepada yang
bersangkutan. Jika seks adalah jenis kelamin fisik, maka gender adalah "jenis kelamin
sosial" yang identifikasinya bukan karena secara kodrati sudah given (terberikan),
melainkan lebih karena konstruksi sosial. Satpam dan sekretaris adalah dua contoh
ekstrem mengenai gender, jenis kelamin sosial akibat dikonstruksi masyarakat.
Seksualitas lebih luas lagi maknanya mencakup tidak hanya seks, tapi bahkan kadang
juga gender. Jika seks mendefinisikan jenis kelamin fisik hanya pada "jenis" laki-laki dan
perempuan dengan pendekatan anatomis, maka seksualitas berbicara lebih jauh lagi,
yakni adanya bentuk-bentuk lain di luar itu, termasuk masalah norma. Jika seks
berorientasi fisik-anatomis dan gender berorientasi sosial, maka seksualitas adalah
kompleksitas dari dua jenis orientasi sebelumnya, mulai dari fisik, emosi, sikap, bahkan
moral dan norma-norma social.

5

B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI
Organ reproduksi membentuk traktus genetalis yang berkembang setelah traktus
urinarius. Kelamin laki-laki maupun wanita semenjak lahir sudah dapat ditentukan, tetapi
sifat-sifat kelamin belum dapat dikenal (Syaifudin,1997).
1. Anatomi Saluran Reproduksi Laki-laki
TESTIS
Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval,agak gepeng dengan panjang sekitar
4 cm dan diameter sekitar2.5 cm. Testis berada didalam skrotum bersama epididimis
yaitu kantung ekstraabdomen tepat dibawah penis. Dinding pada rongga yang
memisahkan testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk
dari peritoneum intraabdomen yang bermigrasi ke dalam skrotum primitive selama
perkembangan genetalia interna pria, setelah migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat
turunnya testis (prosesus vaginalis) akan menutup.
EPIDIDIMIS
Merupakan suatu struktur berbentuk koma yang menahan batas posterolateral testis.
Epididimis dibentuk oleh saluran yang berlekuk-lekuk secara tidak teratur yang disebut
duktus epididimis. Panjang duktus epididimis sekitar 600 cm. Duktus ini berawal dari
puncak testis (kepala epididimis) dan berjalan berliku-liku, kemudian berakhir pada ekor
epididimis yang kemudian menjadi vas deferens. Epididimis merupakan tempat
terjadinya maturasi akhir sperma.

SCROTUM
Skrotum pada dasarnya merupakan kantung kulit khusus yang melindungi testis dan
epididimis dari cedera fisik dan merupakan pengatur suhu testis. Spermatozoa sangat

6
sensitive terhadap suhu karena testis dan epididimis berada di luar rongga tubuh, suhu di
dalam testis biasanya lebih rendah daripada suhu di dalam abdomen.
VAS DEFERENS
Vas deferens merupakan lanjutan langsung dari epididimis. Panjangnya 45 cm yang
berawal dari ujung bawah epididimis, naik disepanjang aspek posterior testis dalam
bentuk gulungan-gulungan bebas, kemudian meninggalkan bagian belakang testis, duktus
ini melewati korda spermatika menuju abdomen.
VESICULA SEMINALIS
Merupakan sepasang struktur berongga dan berkantung-kantung pada dasar kandung
kemih di depan rectum. Masing-masing vesicular memiliki panjang 5 cm dan menempel
lebih erat pada kandung kemih daripada pada rectum. Pasokan darah ke vas deferens dan
vesikula seminalis berasal dari arteri vesikulkaris inferior. Arteri ini berjalan bersama vas
deferens menuju skrotum beranastomosis dengan arteri testikukar, sedangkan aliran
limfatik berjalan menuju ke nodus iliaka interna dan eksterna. Vesikula seminalis
memproduksi sekitar 50-60 % dari total volume cairan semen. Komponen penting pada
semen yang berasal dari vesukula seminalis adalah fruktosa dan prostaglandin.
KELENJAR PROSTAT
Kelenjar prostat merupakan organ dengan sebagian strukturnya merupakan kelenjar dan
sebagian lagi otot dengan ukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm. Organ ini mengililingi uretra
pria, yang terfiksasi kuat oleh lapisan jaringan ikat di belakang simpisis pubis. Lobus
media prostat secara histologis sebagai zona transisional berbentuk baji, mengelilingi
uretrra dan memisahkannya dengan duktus ejakulatorius. Saat terjadi hipertropi, lobus
media dapat menyumbat aliran urin. Hipertropi lobus media banyak terjadi pada pria usia
lanjut.
PENIS

7
Penis terdiri jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ada dua permukaan yaitu
permukaan posterior penis teraba lunak (dekat uretra) dan permukaan dorsal. Jaringan
erektil penis tersusun dalam tiga kolom longitudinal, yaitu sepasang korpus kavernosum
dan sebuah korpus spongiousum di bagian tengah. Ujung penis disebut glans. Glands
penis ini mengandung jaringan erektil dan berlanjut ke korpus spongiosum. Glans dilapisi
lapisan kulit tipis berlipat, yang dapat ditarik ke proksimal disebut prepusium (kulit luar),
prepusium ini dibuang saat dilkukan pembedahaan (sirkumsisi). Penis berfungsi sebagai
penetrasi. Penetrasi pada wanita memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks
uterus.
2. Anatomi Saluran Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita secara umum dibagi dua, yaitu organ reproduksi wanita yang
terdapat di luar dan di dalam tubuh. Organ reproduksi wanita ada di dalam rongga pelvis.
RONGGA PELVIS
Terletak di bawah,berhubungan dengan rongga abdomen, dibentuk oleh os iski dan os
pubis pada sisi samping dan depan, os sakrum dan os koksigis membentuk batas belakang
dan pinggiran pelvis dibentuk oleh promontorium sakrum di belakang iliopektinal
sebelah sisi samping dan depan dari tulang sakrum (Syaifudin,1997).
PINTU KELUAR PELVIS (PINTU BAWAH)
Dibatasi oleh os koksigis dibelakang simfisis pubis, di depan lengkung os pubis,os iski,
serta ligamentum yang berjalan dari os iski dan os sakrum disetiap sisi, pintu keluar ini
membentuk lantai pelvis (Syaifudin,1997).
ISI PELVIS
Kandung kemih dan dua buah ureter terletak dibelakang simfisis, kolon sigmoid sebelah
kiri fosa iliaka dan rektum terletak di sebelah belakang rongga mengikuti lengkung
sakrum. Kelenjar limfe, serabut saraf fleksus lumbosakralis untuk anggota gerak bawah

8
cabang pembuluh darah a.iliaka interna dan v.iliaka interna berada di dalam pelvis
(Syaifudin,1997).
Genetalia pada wanita terpisah dari urethra, dan mempunyai saluran tersendiri. Alat
reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. ALAT GENITALIA LUAR (VULVA)
Vulva terbagi atas sepertiga bagian bawah vagina,klitoris, dan labia.Hanya mons dan
labia mayora yang dapat terlihat pada genetalia eksterna wanita. Arteri pudenda interna
mengalirkan darah ke vulva. Arteri ini berasal dari arteri iliaka interna bagian posterior,
sedangkan aliran limfatik dari vulva mengalir ke nodus inguinalis.
Alat genetalia luar terdiri dari :
1). Mons veneris/pubis (Tundun)
Bagian yang menonjol berupa tonjolan lemak yang besar terletak di di atas simfisis
pubis. Area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa pubertas (Syaifudin, 1997).
2). Labia Mayora (bibir besar)
Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas. Labia mayora banyak
mengandung urat syaraf (Syaifudin, 1997). Labia mayora merupakan struktur terbesar
genetalia eksterna wanita dan mengelilingi organ lainnya, yang berakhir pada mons
pubis.
3) Labia Minora (bibir kecil)
Berada di sebelah dalam labia mayora. Jadi untuk memeriksa labia minora, harus
membuka labia mayora terlebih dahulu.

4). Klitoris (Kelentit)

9
Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar biji kacang hijau yang dapat mengeras
dan tegang (erectil) yang mengandung urat saraf (Syaifudin, 1997), jadi homolog dengan
penis dan merupakan organ perangsang seksual pada wanita.
5). Vestibulum (serambi)
Merpakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora), muka belakang
dibatasi oleh klitoris dan perineum. Dalam vestibulum terdapat muara-muara dari : liang
senggama (introitus vagina),urethra,kelenjar bartolini, dan kelenjar skene kiri dan kanan
(Syaifudin, 1997).
6). Himen (selaput dara)
Lapisan/membran tipis yang menutupi sebagian besar dari liang senggama, ditengahnya
berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada
bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit. Konsistensinya ada
yang kaku, dan ada yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui
satu jari (Syaifudin,1997). Himen mungkin tetap ada selama pubertas atau saat hubungan
seksual pertama kali.
7). Perineum (kerampang)
Merupakan bagian terendah dari badan berupa sebuah garis yang menyambung kedua
tuberositas iski, daerah depan segitiga kongenital dan bagian belakang segitiga anal, titik
tengahnya disebut badan perineum terdiri dari otot fibrus yang kuat di sebelah depan anus
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya lebih kurang 4cm (Syaifudin, 1997).
C. KONTEKS SEKSUALITAS
Seks dalam konteks sosial masyarakat secara umum, terkadang bermakna sebagai suatu
hal yang tabu, meski tak semua demikian. Ada pula dalam sebagian masyarakat,
cenderug pada perilaku kepura-puraan yang memaksa untuk bersikap ganda terhadap
seksualitas yang dijalankan dalam masyarakat. Di satu pihak, seks harus ditutup-tutupi, di

10
lain pihak, diam-diam seks dibuka secara terang-terangan. Keduanya demi alasan sama,
yakni mempertahankan stabilitas masyarakat.
Semua itu harus kita terima sebagai fakta, bahwa memahami seks dalam konteks sosial,
masyarakat kita sedang menuju kepada pola pikir terbuka, secara seksual, apapun
resikonya.
Untuk melihat pemahaman tentang seks dalam konteks sosial masyarakat, haruslah
dipahami bahwa seks harus kembali kepada kedudukannya yang sebenarnya, yaitu:
sebagai kodrat atau pemberian dari Tuhan yang bersifat sehat dan tidak dikekang tetapi
juga tidak diumbar atau dibebaskan. Seks adalah suatu masalah yang pribadi tetapi pada
perkembangannya, ia dibicarakan secara publik yang pada kelanjutannya seksualitas
ditabukan sebagai bahan pembicaraan publik bukan semata-mata karena ia
membicarakan hal-hal yang sangat pribadi, walaupun demikian pembicaraan seks akan
mengantarkan pada penyadaran orang akan tatanan sosial.
Seks dalam konteks sosial masyarakat abad pertengahan, dipandang sebagai sesuatu yang
suci. Sekspun ditentukan oleh kekuatan atau kekuasaan di luar individu, biasanya oleh
agama dan kekuasaan politik sendiri. Situasi itu berubah dengan datangnya masyarakat
borjuis. Rasio kemudian menginstrumentalisasikan seks, mengatur hubungan bagaimana
seks bisa menjadi efektif, tidak hanya untuk prokreasi tapi juga untuk menyejahterakan
masyarakat sendiri.
Upaya tersebut tidak sepenuhnya berhasil, terutama di Abad ke-18. Seks dalam konteks
sosial masyarakat waktu itu dikembangkan dengan sangat mencolok sebagai suatu sistem
represi yang sangat canggih. Moralitas borjuis yang represif terhadap seks kemudian
berkembang sampai dengan Revolusi Industri, moralitas tersebut sangat kuat dalam
mengontrol individu dan sosial masyarakat. Abad ke- 19 terjadi perubahan drastis.
Seksualitas manusia berusaha membebaskan diri dari sistem represinya.
Sigmund Freud dan Herbert Marcuse memberikan kontribusi dan pengaruh pemaknanaan
seks dalam konteks sosial masyarakat. Betapa pun liberal pandangan Freud, ia tetap pada
pola bahwa realitas dan rasio harus menundukkan spontanitas naluri manusia, artinya
Logos harus tetap mengatasi Eros. Bedanya, ia berpendapat bahwa naluri seksual itu

11
tidak perlu ditekan, tapi diarahkan dan disublimasikan. Bukan represi terhadap libido tapi
manajemen libido, itulah rumus yang diusulkan Freud.
Munculnya prasangka dan kepercayaan akan kejahatan yang inheren dalam nafsu seksual
dan hubungan kelamin membuat laki-laki dan perempuan secara mutlak sama-sama
tertekan secara spirituall. Penderitaan rohani dan kesengsaraan yang timbul meliputi
ketidakserasian antara keinginan alami yang asli dan keengganan
Menanggapi hal tersebut, Murtadha Muthahari memberikan komentar, sebagaimana ia
mengutip dari pendapat Berthrand Russel yang menyatakan secara sekilas tentang Islam,
bahwa: Logika Islam yang revolusioer sangat menarik, karena Islam sama sekali tidak
memberikan indikasi bahwa nafsu seksual adalah jahat dan represif, sebaliknya usaha
Islam dalam hal ini bertujuan mengatur seksualitas manusia dalam suatu cara yang paling
manusiawi bukan sebatas hubungan fisik biologis.
Demistifikasi terhadap rahasia-rahasia dan keintiman dunia akan melahirkan potensi
emansipatoris yang kita butuhkan. Kerancuan posisi antara mendiamkan dan membuka
lebar-lebar memperlihatkan bahwa seks dalam konteks sosial masyarakat terkait dengan
kekuasaan, otoritas, dan stabilitas.

D. PERKEMBANGAN SEKSUALITAS
Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari beberapa tahap
yaitu:
1. Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks
dengan menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan, Dengan bayi baru
dapat tidur setelah disusui ibu, menghisap botol atau tidur sambil menghisap jarinya.
Oleh karena itu perilaku demikian tidak perlu dilarang.
2. Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang air
besar, antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet, sehingga kepuasannya tercapai.
3. Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan alat
kelaminnya.

12
4. Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-olah
terbenam, karena mungkin lebih banyak bermain, mulai masuk sekolah, dan adanya
pekerjaan rumah dari sekolah, Sehingga anak-anak cepat lelah dan lekas tertidur, untuk
siap bangun pagi dan pergi ke sekolah.
5. Tahap genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai
berkembang dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak dan terus berlangsung
sampai mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah, keinginan dipuja dan memuja mulai
muncul, keingian dicumbu dan mencumbu pun mulai tampak. Saat ini masa yang sangat
berbahaya, sehingga memerlukan perhatian orang tua. Pada wanita telah mulai dating
bulan (menstruasi) dan pria mulai mimpi basah sehingga dapat menyebabkan kehamilan
atau hamil bila mereka melakukan hubungan seksual. Karena kematangan jiwa dan
jasmani belum mencapai tingkat dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak
dihendaki, memberikan dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan. (chandranita :2009)
Berkembangnya seksualitas dan pertalian seksual
1. Remaja
Pada awal masa remaja, sebagian besar seksualitas berkaitan dengan penegasan identitas
gender dan harga diri. Pada saat awitan pubertas terjadi perubahan-perubahan di tubuh
yang berlangsung tanpa dapat diduga sementara perubahan-perubahan hormon
menimbulkan dampak pada reaktivitas emosi.

2. Pasangan dan awal perkawinan
Setelah perkawinan dimulai, tantangannya adalah membangun rasa aman dalam pertalian
seksual yang juga mulai kehilangan pengaruh pengalaman barunya. Pada tahap inilah
membangun komunikasi yang baik menjadi sangat penting untuk kelanjutan
perkembangan pertalian seksual. Apabila pasangan tidak mengembangkan cara-cara yang
memungkinkan pasangannya mengetahui apa yang mereka nikmati dan apa yang tidak
menyenangkan maka akan muncul masalah yang seharusnya dapat dihadapi dan
dipecahkan.
3. Awal menjadi orang tua
Kehamilan, dan beberapa bulan setelah kelahiran, menimbulkan kebutuhan lebih lanjut
akan penyesuaian seksual. Wanita besar kemungkinannya mengalami penurunan

13
keinginan seksual dan kapasitas untuk menikmati seks menjelang akhir kehamilnya karena
terjadinya perubahan-perubahan fisik dan mekanis. Periode pascanatal, karena berbagai
alasan merupakan salah satu periode saat munculnya kesulitan-kesulitan seksual yang
apabila pasangan obesitas belum mengembangkan metode-metode yang sesuai untuk
mengatasinya, dapat menimbulkan kesulitan berkepanjangan. Masalah jangka panjang
yang paling sering dalam hali ini adalah hilangnya gairah seksual pihak wanita.
4. Usia paruh baya
Seksualitas pada hubungan yang sudah terjalin lama biasanya menghadapi hambatan yang
berbeda-beda. Pada tahap ini sesuatu yang baru dalam hubungan seksual telah lama
hilang. Bagi banyakorang halini tidak menimbulkan masalah. Mereka telah
mengembangkan bentuk kenyamanan intimasiseksual lain yang tetap menjadi bagian
integral dari hubungan mereka. Tetapi bagi yang lain, kualitas hubungan seksual yang
rutin ini akan memakan korban. Pada keadaan seperti ini stress di tempat kerja misalnya
akan mudah menyebabkan kelelahan dan memadamkan semua antusiasme spontan untuk
melakukan aktivitas seksual. Hubungan intim menjadi jarang dilakukan dan sebagai
konsekuensinya dapat timbul ketegangan dalam hubungan pasangan tersebut.
Pada kelompok yang lebih tua lagi masalah seksual yang kita hadapi terutama adalah
masalah ereksi pada pria dan hilangnya minat seksual pada wanita. Proses penuaan
memang menimbulkan dampak pada seksualitas tetapi tentu tidak selalu negatif. Pasangan
pada usia ini lebih kecil kemungkinannya meminta pertolongan dalam konteks keluarga
berencana atau kesehatan reproduksi.

E. POLA FUNGSI SEKSUAL
Suatu kondisi dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami perubahan
kesehatan seksual. Kesehatan seksual adalah integrasi dari aspek somatik, emosional,
intelektual, dan sosial dari keberadaan seksual yang memperkaya dan meningkatkan rasa
cinta, komunikasi, dan kepribadian

BATASAN KARAKTERISTIK
Mayor ( Harus Terdapat )
~ Perubahan negatif aktual atau diantisipasi dalam fungsi seksual atau identitas seksual

14
Minor ( Mungkin Terdapat )
~ Menyatakan masalah fungsi atau identitas seksual
~ Ketidaksesuaian perlaku seksual verbal dan non verbal
~ Perubahan karakteristik seksual yang primer ataupun sekunder

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
Perubahan pola seksual dapat terjadi sebagai respons terhadap berbagai masalah
kesehatan, situasi, dan konflik yang biasa / sering terjadi adalah sebagai berikut :
0> Patofisiologis
> berhubungan dengan efek biokimia pada energi, libido sekunder terhadap
(endokrin)
~ Diabetes Melitus
~ Penurunan produksi hormon
~ Hipertiroid
(Genitourinarius)
~ Gagal ginjal kronis
( Neuromuskular dan Rangka )
~ Artritis
~ Sklerosis multipel
~ Gangguan suplai saraf ke otak, medula spinalis, saraf sensori atau saraf autonomik
(Kardiorespiratorius)
~ Infark miokard
~ Gangguan pernapasan kronis
~ Gagal jantung kongestif
( kanker )
> Berhubungan dengan takut dihubungkan dengan ( uraikan ) ( penyakit hubungan
seksual = phs )
~ HIV/AIDS
~ Herpes
~ Sifilis
~ Klamidia

15
~ Gonoroe
~ Papiloma virus manusia
> Berhubungan dengan efek alkohol pada penampilan
> Berhubungan dengan penurunan lubrikan vaginal
> Berhubungan dengan takut ejakulasi dini
> Berhubungan dengan fobia mis, hamil, kanker, penyakit menular
0> Tindakan yang Berhubungan
> Berhubuungan dengan efekk dari
~ Obat - obatan
~ Terapi radiasi
> Berhubungan dengan perubahan konsep diri dari perubahan dalam penampilan (trauma,
pembedahan radikal)
0> Situasional
> Berhubungan dengan masalah pasangan ( uraikan )
~ Tidak menginginkan
~ Perpisahan, perceraian
~ Penyiksaan
> Berhubungan dengan tidak ada privasi
> Berhubungan stresor - stresor sekunder tedrhadap
~ Masalah pekerjaan
~ Konflik nilai
~ Cemas dengan kondisi keuangan
~ Konflik hubungan
> Berhubungan dengan kesalahan informasi atau kurangnya pengetahuan
> B.d kelelahan
> B.d Takut penolakan sekunder terhadap kegemukan
> B.d nyeri
> b.d takut gagal dalam hubungan seksual
> b.d takut hamil
> b.d depresi
> b.d ansietas

16
> b.d takut terkena penyakit hubungan seksual
> b.d riwayat pengalaman yang tidak menyenangkan
0> Maturasional
( Remaja )
~ B. d tidak efektifnya model peran
~ b.d pengajaran seksual yang negatif
~ b.d tidak adanya pengajaran seksual
( Orang Dewasa )
~ B.d keputusan menjadi orangtua
~ b.d menopause
~ b.d konflik nilai
~ b.d efek kehamilan pada tingkat energi dan gambaran tubuh

=> Obat - obatan yang mempengaruhi seksualitas
1. Alkohol
efek pada seksualitas
~ Dalam jumlah kecil mungkin akan menurunkan libido dan menurunkan keinginan
seksual
~ Dalam jumlah besar, merusak refleks saraf yang mempengaruhi ereksi dan ejakulasi
~ Penggunaan kronis menyebabkan impoten dan steril pada laki - laki, penurunan
keinginan, dan disfungsi orgasme pada wanita
2. Amil Nitrat
Efek pada seksualitas :
~ Vasodilatasi perifer dianggap menyebabkan intensifikasi orgasme ketika dihirup pada
saat orgasme
~ mungkin menyebabkan hilangnya ereksi, hipotensi
3. Antidepresan
Efek pada seksualitas :
~ Memblok saraf perifer baian dalam terhadap organ seks
~ Presentasi yang bermakna dari impotensi dan disfungsi ejakulasi
4. Antihistamin

17
Efek pada seksualitas :
~ Menghambat saraf parasimpatis pada organ seks
~ Efek sedatif mungkin menurunkan keinginan untuk berhubungan
~ Menurunkan pelumasan vagina
5. Antihipertensi
Efek pada seksualitas
~ Menurunkan libido baik pada pria maupun wanita
~ Beberapa obat antihipertensi menyebabkan impoten dan masalah dalam ejakulasi
sampai 50% laki - laki
6. Antispasmodik
Efek pada seksualitas :
~ Menghambat persarafan parasimpatis pada organ seks
~ Mungkin menyebabkan impoten
7. Kokain
Efek pada seksualitas
~ Penggunaan dalam jangka waktu pendek dilaporkan meningkatkan pengalaman seksual
~ Penggunaan yang lama menyebabkan hilangnya keinginan dan disfungsi seksual bagi
pria maupun wanita
8. Hormon
Efek pada seksualitas
~ Estrogen menekan fungsi seksualitas pada pria
~ Testosteron mungkin meningkatkan libido bagi pria dan wanita.

F. ASPEK PSIKOLOGIS DALAM SEKSUALITAS
Hasrat seksual atau yang umum juga disebut dengan libido bukanlah istilah asing bagi
kebanyakan orang. Libido adalah istilah yang biasa digunakan oleh pendiri psikoanalis,
Sigmund Freud, untuk menamakan hasrat atau dorongan seksual. Ia mengatakan bahwa
dorongan ini dikarakteristikkan dengan bertumbuhnya secara bertahap sampai puncak
intensitas, diikuti dengan penurunan tiba-tiba dari rangsangan (Alexander, 1949).


18
Tidak terdapat definisi yang dapat diterima secara universal mengenai hasrat seksual
(sexual desire) . Seringkali definisi hasrat seksual dibingungkan dengan aspek lain dari
seksualitas manusia. Pada kenyataannya, hasrat seksual dapat diasosiasikan dengan
perilaku seksual (sexual behavior) tapi pada dasarnya hasrat seksual terpisah dengan
perilaku seksual (DeLamater dan Morgan Sill, 2005).

Para teoritisi dan peneliti menggunakan dua kerangka dalam memandang hasrat seksual.
Pertama, asumsi yang paling sering dipergunakan mengenai hasrat seksual adalah
dorongan alami (innate motivational force) seperti, insting, kebutuhan, tujuan, harapan,
atau keinginan. Kedua, menekankan pada aspek relasional dari hasrat seksual. Dalam hal
ini konseptualisasi hasrat sebagai salah satu faktor dalam konteks yang lebih luas
(DeLamater dan Morgan Sill, 2005).

Pada permulaan tahun 1886, Von Krafft-Ebing (dalam, DeLamater dan Morgan Sill,
2005) mendefinisikan hasrat seksual sebagai kekuatan hukum fisiologis- physiological
law yang muncul bersama aktifitas otak (cerebral) (mengunakan imajinasi) dan sensasi-
sensasi fisikal yang menyenangkan serta berasosiasi dengan aktifitas cerebral.
Sependapat dengan Krafft-Ebing, Freud (dalam, DeLamater dan Morgan Sill, 2005)
menerima pendapat hasrat seksual sebagai fakta biologis, alami, dorongan motivasional
(motivational force).
Kaplan (dalam, DeLamater dan Morgan Sill, 2005) juga sependapat dengan definisi
hasrat seksual diatas. Menurut Kaplan, hasrat seksual adalah keinginan yang besar
(appetite) atau dorongan yang memotivasi kita untuk berperilaku seksual. Ditambahkan
oleh Kaplan, seperti dorongan lainnya, seperti lapar, hasrat seksual diatur oleh
pencegahan terhadap rasa sakit dan mencari kepuasan dan hasrat seksual diproduksi oleh
pengaktifan sistem neural yang spesifik di otak.

Peneliti lain memilih mendefinisikan hasrat seksual bukan sebagai dorongan biologis
tetapi sebagai kognitif atau pengalaman emosional, seperti kerinduan (longing), dan
harapan (wishing). (Everaerd, Schriner-Engel, Schiavi, White, & Ghizzani, dalam
DeLamater dan Morgan Sill, 2005). Menurut Heider (dalam, DeLamater dan Morgan

19
Sill, 2005), Hasrat adalah susunan motivasional yang muncul dari dalam (arises from
within) dan di hadirkan kembali oleh harapan atau keinginan seseorang. Oleh karenanya,
hasrat sangat subjektif, kondisi psikologis yang tidak membutuhkan refleksi dalam
potensi tindakan maupun tindakan yang aktual.
Senada bahwa hasrat seksual sebagai pengalaman emosional, juga dikemukakan oleh
Everaerd (dalam Graham, 2002) yang mengatakan hasrat seksual merupakan munculnya
motivasi seksual dan proses ini secara umum tidak disadarai dan tanpa diinginkan oleh
seseorang.
Harat seksual juga sering didefinisikan sebagai susunan motivasional yang dapat lebih
luas dipahami sebagai ketertarikan terhadap objek seksual (semisal manusia) atau
aktivitas, atau sebagai harapan, kebutuhan atau dorongan untuk mencari objek seksual
atau upaya untuk melakukan aktivitas seksual (Regan dan Berscheid, dalam Regan dan
Atkins, 2006).
Hasrat seksual juga diasumsikan terpisah dari fisiologis seksual atau peningkatan seksual
organ genital seseorang (susunan dari pengaktifan refleks yang melibatkan organ seksual
dan sistem saraf); Johnson, & Kolodny dalam Regan dan Atkins, 2006), peningkatan
seksualitas subjektif (kesadaran subjektif mengenai peningkatan seksual fisiologis
seksual atau peningkatan seksual organ genital; Green & Mosher, dalam Regan dan
Atkins, 2006), aktivitas seksual (respon perilaku yang nampak; semisal mencium, petting,
persetubuhan), dan perasaan seksual yang diasosiasikan dengan respon yang nampak;
semisal, kepuasan, keintiman.
EngenderHealth.com, (2005) juga mendefinisikan hasrat seksual sebagai kondisi awal
kenikmatan seksual (sexual excitement) dan aktivitas seksual, hasrat seksual terjadi di
pikiran bukan dalam tubuh dan bahkan dapat terjadi kenikmatan seksual tanpa didahului
stimulasi secara fisik atau mental.
Terlepas dari perbedaan kedua kerangka pemikiran dari para teoritisi dan peneliti
mengenai hasrat seksual diatas, namun dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa; pertama, hasrat seksual merupakan kekuatan hukum fisiologis- physiological
law yakni dorongan yang muncul dikarenakan aktifitas neural dan berkorelasi dengan
pengalaman emosional serta kognitif yang bertujuan untuk pencegahan terhadap
ketegangan dan mencari kepuasan. Kedua, hasrat seksual merupakan dorongan

20
motivasional yang dimulai dengan munculnya motivasi seksual yang sangat subjektif,
dan merupakan kondisi psikologis yang tidak membutuhkan refleksi dalam potensi
tindakan maupun tindakan yang aktual dan proses ini secara umum tidak disadari serta
tanpa diinginkan oleh seseorang.

G. PROSES KEPERAWATAN DALAM KONSEP SEXUALITY
Pengkajian

Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan
aspek psikoseksual :
1. Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa klien
sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual
2. Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien
3. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan terburu-
buru
4. Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi
mengenai pengetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas
5. Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan terbuka untuk
dibicarakan pada waktu yang akan datang
6. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai
untuk mulai membahas masalah seksual\
7. Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah ap yang
dibahs, bigitu pula masalah apa yang dihindari klien
8. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang belum jelas
9. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai kjlien sebagai makhluk
seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual.
Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk mengekspresikan
masalah seksualnya, antara lain :

21
1. Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan sekasual
2. Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan
seksual
3. Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan
tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
4. Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalensi
terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh, penganiayaan
fisik (seksual), depresi.

Batasan Karakteristik :
Tidak adanya hasrat untuk aktivitas seksual
Perasaan jijik, ansietas, panik sebagai respons terhadap kontak genital
Tidak adanya pelumasan atau sensasi subjektif dari rangsangan seksual selama aktivitas
seksual
Kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis selama aktivitas seksual
Ketidakmampuan untuk mencapai orgasme atau ejakulasi
Ejakulasi prematur
Nyeri genital selama koitus
Kontriksi vagina yang mencegah penetrasi penis
Tujuan Jangka Pendek :
Pasien akan mengidentifikasi stresor yang berperan dalam penurunan fungsi seksual
dalam 1 minggu
Pasien akan mendiskusikan patofisiologi proses penyakitnya yang menimbulkan
disfungsi seksual dalam 1 minggu

22
Untuk pasien dengan disfungsi permanen karenan proses penyakit : pasien akan
mengatakan keinginan untuk mencari bantuan profesional dari seorang terapis seks
supaya belajar alternatif cara untuk mencapai kepuasan seksual dengan pasangannya
dalam dimensi waktu ditetapkan sesuai individu
Tujuan Jangka Panjang :
Pasien akan mendapatkan kembali aktivitas seksual pada tingkat yang memuaskan untuk
dirinya dan pasangannya (dimensi waktu ditentukan oleh situasi individu)
Intervensi :
Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan seksual
Kaji persepsi pasien terhadap masalah
Bantu pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan dengan awitan masalah dan
diskusikan apa yang terjadi dalam situasi kehidupannya pada waktu itu
Kaji alam perasaan dan tingkat energi pasien
Tinjau aturan pengobatan, observasi efek samping
Anjurkan pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin menambah
disfungsi seksual
Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan fungsi
yang mungkin menyusahkan dirinya
b. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan pilihan sksual yang berbeda, penyesuaian diri
terhadap seksual terlambat.

Batasan Karakteristik :
Laporan adanya kesukaran, pembatasan atau perubahan dalam perilaku atau aktivitas
seksual
Laporan bahwa getaran seksual hanya dapat dicapai melalui praktik yang berbeda
Hasrat untuk mengalami hubungan seksual yang memuaskan dengan individu lain tanpa
butuh getaran melalui praktik yang berbeda

23
Tujuan Jangka Pendek :
Pasien akan mengatakan aspek-aspek seksualitas yang ingin diubah
Pasien dan pasangannya akan saling berkomunikasi tentang cara-cara dimana masing-
masing meyakini hubungan seksual mereka dapat diperbaiki
Tujuan Jangka Panjang :
Pasien akan memperlihatkan kepuasan dengan pola seksualitasnya sendiri
Pasien dan pasangannya akan memperlihatkan kepuasan dengan hubungan seksualnya
Intervensi :
Ambil riwayat seksual, perhatikan ekspresi area ketidakpuasan pasien terhadap pola
seksual
Kaji area-area stress dalam kehidupan pasien dan periksa hubungan dengan pasangan
seksualnya
Catat faktor-faktor budaya, sosial, etnik dan religius yang mungkin menambah konflik
yang berkenaan dengan praktik seksual yang berbeda
Terima dan jangan menghakimi
Bantu therapy dengan perencanaan modifikasi perilaku untuk membantu pasien yang
berhasrat untuk menurunkan perilaku-perilaku seksual yang berbeda
Jika perubahan pola seksualitas berhubungan dengan penyakit atau pengobatan medis,
berikan informasi untuk pasien dan pasangannya berkenaan dengan hubungan antara
penyakit dan perubahan seksual.
Hasil Pasien Yang Diharapkan / Kriteria Pulang
1. Pasien mampu menghubungkan faktor-faktor fisik atau psikososial yang mengganggu
fungsi seksual
2. Pasien mampu berkomunikasi dengan pasangannya tentang hubungan seksual mereka
tanpa merasa tidak nyaman

24
3. Pasien dan pasangannya mengatakan keinginan dan hasrat untuk mencari bantuan dari
terapi seks yang professional
4. Pasien mengatakan kembali bahwa aktivitas seksualnya ada pada tahap yang memuaskan
dirinya dan pasangannya
5. Pasien dan pasangannya mengatakan modifilkasi dalam aktivitas seksual dalam berespon
pada keterbatasan karena penyakit atau tindakan medis.
















25
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan di atas adala Secara
terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan pendorong hidup yang
biasanya disebut dengan insting/ naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki
laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan kelanjutan
keturunan manusia.
Seksualitas merupakan suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan
dengan seks. Dalam pengertian ini, ada 2 aspek (segi) dari seksualitas, yaitu seks dalam
arti sempit dan seks dalam arti luas.


B. SARAN
Sebaiknya kita sebagai calon perawat yang dipandang mengerti masalah
kesehatan memberikan contoh yang baik. Dengan pengetahuan seks dan genetalia yang
kita miliki kita bisa memberikan penyuluhan mengenai pengaruh seks bebas di kalangan
pemuda.











26
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin.H. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG
Tambayong. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Potter, Perry.2006., Fundamental Keperawatan, vol. 2, edisi 4. Penerbit buku kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai