Anda di halaman 1dari 4

NAMA : M.

RIZKI AL-ARIF KELAS : VII-3 PELAJARAN : PKN

PROFIL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Provinsi DI Yogyakarta secara geografis terletak pada 110o.00 - 110o.50 Bujur Timur dan 7o.33 - 8o.12 Lintang Selatan. Dengan batas wilayahnya : -Sebelah Barat berbatasan dengan Wates, Kabupaten Kulonprogo -Sebelah Timur dengan Kabupaten Wonosari, Gunungkidul -Sebelah Utara dengan Kabupaten Sleman -Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bantul. Wilayah Provinsi . DI Yogyakarta terbagi menjadi wilayah daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 3.185,80 km2. Berdasarkan informasi dari Badan Pertanahan Nasional, dari 3.185,80 km luas D.I. Yogyakarta, 33,05 % merupakan jenis tanah Lithosol, 27,09 % Regosol, 12,38 % Lathosol, 10,97 % Grumusol, 10,84 % Mediterm, 3,19 % Alluvial, dan 2,48 % adalah tanah jenis Rensina. Sebagian besar wilayah DIY terletak pada ketinggian antara 100 m 499 m dari permukaan laut tercatat sebesar 65,65 %, ketinggian kurang dari 100 m sebesar 28,84 % ketinggian 500 m 999 m sebesar 5,04 % dan ketinggian diatas 1.000 m sebesar 0,47 %. Wilayah Provinsi DI Yogyakarta yang beribukota di Kota Yogyakarta terbagi dalam empat kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul, Sleman dan Kota Yogyakarta. Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah dengan luas terbesar yaitu 1.485,36 Km, sementara Kota Yogyakarta merupakan wilayah dengan luas terkecil yaitu 32,50 Km. Yogyakarta mempunyai penduduk 3.487.325 jiwa (laki-laki 48,64 % dan wanita 51,36%) pada Tahun 2011. Menurut daerah, persentase penduduk kota mencapai 66,36% dan penduduk desa mencapai 33,64% . Pertumbuhan penduduk pada Tahun 2011 sebesar 0,86% relatif lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman memiliki angka pertumbuhan diatas angka provinsi, masing-masing sebesar 1,07%, 1.30%. Dengan luas wilayah 3.185,80 km, kepadatan penduduk di Provinsi DIY tercatat 1.095 jiwa per km. Kepadatan tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta yakni 12.017 jiwa per km dengan luas wilayah hanya sekitar 1% dari luas Provinsi DIY. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul yang memiliki wilayah terluas mencapai 46,63% memiliki kepadatan penduduk terendah yang dihuni rata-rata 456 jiwa per km. Pada Tahun 2011 suhu udara rata-rata di DIY menunjukkan 25,97o C lebih rendah dibandingkan Tahun 2010 yang tercatat 27,30o C, dengan suhu minimum 17,5o C dan maksimum 39,8o C. Kelembaban Udara di Provinsi DI Yogyakarta berkisar antara 41,5% sampai Dengan 96%, dengan curah hujan antara 0,0 mm sampai dengan 404,5 mm dan tekanan udara antara 990,4 mb - 1.000,1 mb.

Struktur ekonomi Provinsi DI Yogyakarta pada tahun 2011 didominasi sektor Perdagangan (20,79%), Jasa (17,04%) dan Pertanian (17,19%) dan industri pengolahan (13,28%). Pada sektor pertanian kontribusi sub sektor pertanian Jagung menjadi yang terbesar, diikuti oleh ubi kayu. Sektor perdagangan kontribusi sub sektor perdagangan besar dan eceran mempunyai andil terbesar, diikuti oleh restoran dan hotel. Provinsi ini memiliki beberapa komoditi unggulan, Sektor pertanian komoditi unggulannya adalah jagung, kedelai, ubi kayu dan ubi jalar. Sektor Perkebunan komoditi unggulannyanya Kakao, Tebu, Kopi, Kelapa, Cengkeh, Jambu Mete, Kapuk, Lada, Nilam, Teh dan Tembakau. Sektor perikanan komoditi unggulannya Perikanan Tangkap, Budidaya Laut, Budidaya Keramba, Budidaya Kolam, Budidaya Tambak, Budidaya Sawah. Sektor peternakan komoditi yang diunggulkan adalah sapi, babi, kambing, kuda, domba dan kerbau. Sedangkan sektor jasa komoditi unggulannya adalah Wisata Alam dan Wisata Budaya. Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, di provinsi ini tersedia satu bandar udara, yaitu Bandara Adi Sutjipto. Di Provinsi ini juga terdapat dua jalan, Yaitu jalan Negara dan jalan Provinsi. Panjang Jalan Negara adalah 187,04 km, sedangkan panjang jalan Provinsi adalah 708,42 km. Untuk industri tersedia enam kawasan industri, yaitu Kawasan Industri Pabrik Pupuk Organik Kab. Bantul, Pengelolaan Hasil Kelautan Desa Karangwuni, Kec. Wates, Kulonprogo, Pengembangan Kawasan Industri Kab. Sleman, Kawasan Industri Piyungan (Desa Srimulyo dan Sitimulyo, Kec. Piyungan Kab. Bantul), Pengembangan Pasar Seni dan Kerajinan Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Pengolahan Cabe Merah Glagah Desa Karangwuni Kec. Sentolo, Kulonprogo yang didukung juga oleh fasilitas listrik dan telekomunikasi.

Lambang Daerah Istimewa Yogyakarta atau sering disebut golong-gilig adalah lambang berbentuk bulat (golong) dan silinder (gilig) yang terdiri dari lukisan bintang, padi dan kapas, tugu bersayap, lingkaran merah yang mengelilingi lingkaran putih, dan ompak bertatakan teratai. Gambar bintang pada lambang ini memiliki makna Ketuhanan Yang Maha Esa. Padi dan kapas sebagai simbol kesejahteraan. Tugu bersayap sebagai simbol perikemanusiaan, sayap bagian dalam berjumlah 9 tertuju pada Hamengkubuwono IX dan bagian luar berjumlah 8 tertuju pada Paku Alam VII memiliki makna kepemimpinan. Lingkaran merah putih untuk simbol kebangsaan. Umpak dengan lapik tatakan bunga teratai sebagai simbol kerakyatan.

Rumah Adat Rumah adat Daerah Istimewa Yogyakarta dinamakan Bangsal Kencono Kraton Yogyakarta merupakan sebuah bangunan Pendopo. Halamannya sangat luas, ditumbuhi tanaman dan dilengkapi beberapa sangkar burung. Di depan Bangsal Kencono terdapat dua patung dari Gupolo, sang raksasa yang memegang gada (sejenis alat pemukul).

Bangsal Kencono Pakaian Adat Pria Yogyakarta memakai pakaian adat berupa tutup kepala (destar), baju jas dengan leher tertutup (jas tutup) dan keris yang terselip di pinggang bagian belakang. Ia juga mengenakan kain batik yang bercorak sama dengan sang wanita. Sedangkan wanitanya memakai kebaya dan kain batik. Perhiasannya berupa anting-anting, kalung, dan cincin.

Tari-tarian Daerah Istimewa Yogyakarta Tari Serimpi Sangupati, sebuah tarian keraton pada masa lalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut dan menawan hati. Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang ditarikan oleh 9 putri dengan irama yang lemah gemulai dan lembut. Tari Beksan Nirbaya, diilhami bentuk kesenian "Edan-edanan" salah satu bagian dari upacara keraton Yogya yang berfungsi sebagai "penolak bala". Bentuk ini diangkat menjadi seni pertunjukan, yang mendapat stilirasi , tanpa meninggalkan esensi dan karakter geraknya yang unik. Tari Merak, suatu tari yang mengisahkan keindahan dan kebebasan alam bebas yang dialami burung merak.

Tari Beksan Lawung Ageng, suatu tari yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, sebagai sarana untuk memupuk semangat para jiwa prajurit.

Tari Serimpi Sangupati Senjata Tradisional Di Yogyakarta pun kerus merupakan senjata tradisional yang paling terkenal. Keriskeris itu diberi pula gelar-gelar kehormatan seperti "Kanjeng Kyai Kpek" dan sebagainya. Selain keris terdapat pula tombak sebagai benda pusaka. Benda-benda itu sangat dihormati dan diberi gelar kehormatan. Antara lain "Kajeng Kyai Ageng Plered", Kanjeng Kyai Ageng Baru", "Kanjeng Kyai Gadapan" dan "Kanjeng Ageng Megatruh". "Kyai Plered" mempunyai sejarah tersendiri, karena Untung Suropati berhasil menewaskan opsir Belanda Kapten Tack dengan menggunakan "Kyai Plered" Oleh karena itu, tombak ini dianggap keramat. Ada pula tombak dan keris yang disebut Tosan Aji. Tosan artinya besi dan Aji artinya dihormati karena bertuah. Benda-benda ini biasanya dirawat baik-baik dan disimpan pada tempat-tempat khusus. Pada saat-saat tertentu benda-benda itu dibersihkan dan dimandikan.

Keris Yogyakarta Suku: Jawa Bahasa Daerah: Jawa Lagu Daerah: Pitik Tukung

Anda mungkin juga menyukai