Anda di halaman 1dari 17

Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai sistem dan pranata, mempunyai kontinuitas dalam
kesinambungan harapan dan kenyataan dan diformulasikan setepat mungkin
sehingga tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam pembukaan UUD
1945 dan diregulasikan lebih dalam lagi dalam bentuk UU SISDIKNAS.
Pengimplementasian inilah yang seyogyanya mengantarkan bangsa dalam
peradaban yang makmur sejahtera dan berkeadilan.
Salah satu bagian sistem pendidikan yang sering dikesampingkan adalah
pelaksanaan evaluasi. Evaluasi pendidikan harus menjadi perhatian karena
memiliki peran reflektif, memberikan tanda dan petanda kecacatan sistem atau
kemacetan sistem. Ketika evaluasi mulai terabaikan, niscaya tujuan
pendidikan akan hanya jadi igauan semata.
Berbicara evaluasi pendidikan, ada beberapa hal yang sangat terkait yaitu
proses pengukuran dan proses penilaian. Pengukuran dan penilaian dalam
evaluasi tak bisa terpisahkan. Pengukuran mengantarkan pada penilaian dan
penilaian akan mengantarkan pada evaluasi secara umum.
Pengukuran bukan berarti berdiri sendiri begitu saja, tapi ada bagian yang
sangat penting mendahuluinya. Hal tersebut sering kita dengar sebagai
instrumen atau alat ukur atau alat tes. Instrumen atau tes ini yang akan
memberikan gambaran sejauh mana tingkat hasil pengukuran. Dan sebelum
melakukan pengukuran atau dalam hal ini instrumen belum diapa-apakan,
terlebih dulu tingkat validatas dan reabilitas intrumen harus diketahui.
Validitas atau derajat kesahihan sangat penting untuk didalami. Hal ini
didasarkan apakah suatu instrumen atau alat ukur sesuai dengan apa yang mau
diukur. Banyak individu atau kelompok serampangan melakukan tes, padahal
belum tentu tes itu tepat dengan apa yang dikehendaki. Dengan dasar ini, kami
mencoba mengkaji sejauhmana validatas dalam evaluasi pendidikan itu.

1
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami memberikan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan validitas test?
2. Bagaimanakah kategorisasi dalam validitas test?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi validitas test?
4. Bagaimanakah cara mengetahui validitas test?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan bertujuan untuk.
1. Mengetahui yang dimaksud dengan validitas test?
2. Mengetahui kategorisasi dalam validitas test?
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi validitas test?
4. Mengetahui cara mengetahui validitas test?

2
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Validitas Test


Validitas berasal dari kata valid yaitu secara etimologi diartikan
sebagai tepat, benar, sahih, dan absah. Dengan kata lain, sebuah tes telah
memilii validitas, apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau
absah telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya diungkap
atau diukur lewat tes tersebut.
Di dalam buku Encyclopedia of Educationan Evaluation yang ditulis
oleh Scarvia B. Anderson, dkk disebutkan: A test is valid if it measures what
it porpuse to measure. Atau jika diartikan, sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia
valid disebut dengan istilah shahih. 1
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan
fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validtas yang tinggi apabila
alat tersebut menjalankan fungi ukur secara tepat atau memberikan
hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan
besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan
sesungguhnya dari apa yang diukur.2
Validitas adalah kadar ketelitian tes untuk dapat memenuhi fungsinya
dalam menggambarkan keadaan aspek yang diukur dengan tepat/teliti. 3
Suryabrata menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya menunjuk
kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya
sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-

1 Suharsimi Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi kedua (Jakarta, Bumi
Aksara,2012), 80.
2 Azwar Saifuddin, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya,( Liberty:Yogyakarta, 1988), 173
3
Henry Dinus Hutabarat, Evaluasi Proses dan Pembelajaran Fisika (Padangsidimpuan : UGN
press, 2010 ), 17

3
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh
suatu tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang
sesungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang
bersangkutan.4
Sudjana menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat
penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang
seharusnya dinilai.5
Validitas instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan
dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur atau derajat ketepatan
atau tingkat kesahihan. Validitas instrumen mempunyai beberapa makna
penting, diantaranya sebagai berikut.
1. Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau
instrumen evaluasi untuk grup individual dan bukan instrumen itu sendiri.
2. Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang bisa
mencakup kategori rendah, sedang, dan tinggi.
3. Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu
diperhatikan bahwa instrumen valid untuk satu tujuan saja. Tes valid untuk
bidang studi matematika, tidak cocok untuk digunakan di biologi.
Suatu tes yang valid untuk tujuan tertentu atau pengambilan keputusan
tertentu, mungkin tidak valid untuk tujuan atau pengambilan keputusan lain.
Jadi validitas suatu tes, harus selalu dikaitkan dengan tujuan atau pengambilan
keputusan tertentu. Tes masuk di SMA misalnya harus selalu dikaitkan
dengan seberapa jauh tes masuk tersebut dapat mencerminkan prestasi atau
hasil belajar para calon peserta didik baru setelah belajar nanti.

B. Macam Macam Validitas Test


Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari
pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity)
dan yang kedua disebut validitas empiris (empirical validity). Namun secara

4
Sumadi Suryabrata, Pengembangan Alat Ukur Psikologis, ( Yogyakarta, Andi, 2000 ), 41.
5 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar ( Bandung, Rosdakarya, 2004 ), 12.

4
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

metodologis, validitas dapat dibedakan dalam empat (4) macam, yaitu


validitas isi, konstruk, konkuren, dan prediksi. Tetapi, pada dasarnya keempat
macam vadilitas ini merupakan bagian dari validitas logis dan empiris.
1. Validitas Logis
Istilah validitas logis mengandung kata logis berasal dari kata
logika, yang artinya penalaran. Dengan demikian maka validitas logis
untuk sebuah instrumen evaluasi menunjukkan pada kondisi bagi sebuah
instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.
Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen sudah
dirancang dengan baik, mengikuti teori, dan ketentuan yang ada. Validitas
logis utamanya didasarkan pada pertimbangan dari para pakar atau ahli
(expert judgment).
a. Validitas Isi (Content Validity)
Yang dimaksud validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes
evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk
mendapatkan validitas isi memerlukan dua aspek penting, yaitu valid
isi dan valid teknik sampling. Valid isi mencakup hal-hal yang
berkaitan dengan apakah itemitem evaluasi menggambarkan
pengukuran dalam cakupan yang ingun diukur. Sedangkan validitas
teknik sampling berkaitan dengan bagaimanakah baiknya suatu sampel
item tes merepresentasekan total cakupan isi.
Validitas isi artinya kejituan daripada suatu tes ditinjau dari isi tes
tersebut. Untuk menilai apakah suatu tes memiliki validitas isi atau
tidak dapat kita lakukan dengan jalan membandingkan materi tes
tersebut dengan analisis rasional yang kita lakukan terhadap bahan-
bahan yang seharusnya digunakan dalam menyusun tes tersebut.
Kadang-kadang tes validitas isi juga disebut face validity (validitas
wajah).walaupun hal tersebut masih meragukan, karena validitas wajah
hanya menggambarkan derajat dimana sebuah interpretasi tes tampak
mengukur, tetapi tidak menggambarkan secara psikometrik apa yang

5
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

ingin diusahakan dapat diukur. Proses ini sering digunakan sebagai


awal menyaring dalam tes pilihan.
Validitas isi mempunyai peranan penting dan umumnya ditentukan
melalui pertimbangan para ahli. Tidak ada formula matematis untuk
menghitung dan tidak ada cara untuk menunjukkan secara pasti. Para
ahli menginterpretasi tes atau melakukan perbandingan antara apa
yang harus dimasukkan dengan apa yang ingin diukur yang telah
direfleksikan menjadi tujuan tes. 6
b. Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Secara terminologis suatu test belajar dapat dinyatakan sebagai test
yang telah memiliki validitas konstruk, apabila test hasil belajar
tersebut- ditinjau dari segi susunan, kerangka atau rekaannya telah
dapat secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam toeri
psikologis.7
Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes
mengukur sebuah konstruk sementara atau hypotetical construct.
Secara defenitif, konstruk merupakan suatu sifat yang tidak dapat
diobservasi, tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya memalui salah
satu atau dua indera kita. Validitas susunan artinya kejituan daripada
suatu tes ditinjau dari susunan tes tersebut
Kesahihan konstruk diperoleh dari hasil analisis faktor, yaitu
jumlah factor yang diukur suatu tes. Bukti kesahihan kontruk diperoleh
dari hasil penggunaan tes secara empiris. Pada dasarnya kontruk yang
diukur adalah satu atau dengan kata lain dimensi alat ukur adalah satu.
Apabila yang dinilai adalah kemampuan matematika, maka yang
dinilai adalah kemampuan matematika saja, bukan atau tidak ada unsur
tulisan atau bahasa yang dinilai.
2. Validitas Empiris ( empirical validity )

6 Sukardi,Prof.,H.M.,MS.,Ph.D., Evaluasi Pendidikan ( Jakarta, Bumi Aksara, 2009 ), 33


7
Anas Sujiono,Prof.,Drs., Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada,
2011), 166

6
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

Istilah validitas empiris memuat kata empiris yang artinya


pengalaman. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris
apabila telah diuji dari pengalaman, bukan sekedar penalaran semata.
Validitas empiris membandingkan instrumen dengan kriterium atau aturan
tertentu. Kriterium yang digunakan sebagai pembanding kondisi instrumen
yang dimaksud ada dua, yaitu: yang sudah tersedia dan yang belum ada
tetapi akan terjadi diwaktu yang akan datang.
a. Validitas Bandingan / ada sekarang (Concurrent Validity)
Seperti disebutkan di atas, validitas empiris mempunya kriterium
yang ada dan inilah yang dimaksud dengan validitas konkuren
(validitas ada sekarang atau validitas bandingan). Validitas kokuren
adalah derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor
lain yang telah dibuat. Validitas konkuren ditentukan dengan
membangun analisis hubungan atau perbedaan.
Cara yang digunakan untuk menilai validitas bandingan ialah
dengan jalan mengkolerasikan hasil-hasil yang dicapai dalam tes
tersebut dengan hasil-hasil yang dicapai dalam tes yang sejenis yang
telah diketahui mempunyai validitas yang tinggi (misalnya tes
standar). Tinggi rendahnya koefisien kolerasi yang diperoleh
menunjukkan tinggi rendahnya validitas tes yang akan kita nilai
kualitasnya.Hasil yang dicapai atau koefesien validitas yang muncul
menunjukkan derajat hubungan validitas tes yang baru. Jika
koefesiennya tinggi, maka tes yang baru memiliki validitas konkuren
yang baik, begitupun sebaliknya.
b. Validitas Prediksi / Ramalan (Predictive Validity)
Validitas prediksi atau validitas ramalan artinya ketepatan
(kejituan) daripada suatu alat pengukur ditinjau dari kemampuan tes
tesebut untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian.
Misalnya suatu tes hasil belajar dapat dikatakan mempunyai validitas
ramalan yang tinggi, apabila hasil yang dicapai oleh siswa dalam tes
tersebut betul-betul dapat meramalkan sukses tidaknya siswa tersebut

7
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

dalam pelajaran-pelajaran yang akan datang. Cara yang digunakan


untuk menilai tinggi rendahnya validitas ramalan ini ialah dengan jalan
mencari kolerasi antara nilai-nilai yang dicapainya kemudian.
Apabila koefisien korelasi yang diperoleh cukup tinggi, maka berarti
validitas ramalan tes tersebut cukup tinggi. Sebaliknya pula apabila
koefisien kolerasi yang diperoleh rendah, maka berarti pula validitas
tes tersebut rendah.
Validitas prediksi suatu tes pada umumnya ditentukan dengan
membangun hubungan antara skor tes dan beberapa ukuran
keberhasilan dalam situasi tertentu yang digunakan untuk memprediksi
keberhasilan, yang selanjutnya disebut prediktor. Sedangkan tingkah
laku yang hendak diprediksi disebut kriterion.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Validitas Test


Sebagaimana pendapat R.L. Thorndike dan H.P. Hagen (1977)
bahwa validity is always in relation to a specific decision or use. (validitas
selalu dalam kaitannya dengan keputusan tertentu atau penggunaan)
Sementara itu, Gronlund (1985) mengemukan ada tiga faktor yang
mempengaruhi validitas hasil tes, yaitu faktor instrumen evaluasi, faktor
administrasi evaluasi dan penskoran, dan faktor dari jawaban peserta didik.8
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid, yaitu
faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari objek
tes (misalnya siswa) yang bersangkutan.9
1. Faktor yang berasal dari dalam tes
a. Arahan tes yang disusun dengan makna yang tidak jelas sehingga
mengurangi validitas tes.
b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi terlalu
sulit.
c. Item-item soal dikonstruksi dengan jelek.

8 ZainalArifin, M.Pd. Drs., Evaluasi Pembelajaran, Edisi Revisi ( Jakarta, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012), 314.
9 Sukardi, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 38.

8
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

d. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan maternya.


e. Waktu alokasinya tidak tepat
f. Jumlah item tes tidak representatif dari materinya
g. Jawaban masing-masing item bisa diprediksi oleh objek tes
2. Faktor yang berasal dari luar tes
a. Waktu pengerjaan tidak cukup bagi objek tes.
b. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
c. Adanya pihak tertentu yang masuk dan menjawab item tes yang
diberikan
3. Faktor yang berasal dari objek tes
Ini bisa disebabkan karena psikologis objek tes atau disebabkan
kondisi lingkungan yang tidak nyaman sehingga konsentrasi objek tes
terganggu.
D. Cara Mengetahui Validitas Test
Tehnik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi
product moment yang dikemukakan oleh Pearson.
Rumus korelasi product moment ada dua macam yaitu:10
1. Korelasi product moment dengan simpangan.
sy
rsy =
J( s2 )( y2 )

Dimana:
rsy = koefesien korelasi antara variable X dan variabel Y, dua variable
yang dikorelasikan (x = X-X dan y = Y-Y )
xy = jumlah perkalian x dan y
x2 = jumlah kuadrat x
y2 = jumlah kuadrat y

10 Suharsimi Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan, (2012), 85 - 87

9
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

2. Korelasi product moment dengan angka kasar

N XF ( X)( F)
rxy =
J{N X2 - ( X)2 } {N X2 - ( X)2 }

Dimana:
rsy = koefesien korelasi antara variable X dan variabel Y, dua variable
yang dikorelasikan
Contoh :
10 orang peserta didik kelas XI SMA mendapat nilai dalam mata pelajaran Bahasa
Arab (mulok) dan PAI seperti berikut :

Tabel 1
Nilai 10 Orang Peserta Didik Kelas 11 SMA Dalam Mata Pelajaran Agama Islam
dan mulok Bahasa Arab
No. Nama PAI B. Arab
1 Hasan 5 6
2 Murayis 7 8
3 Jailani 8 7
4 Anis 5 5
5 Sutrisno 6 7
6 Syakir 7 7
7 Suaidi 4 5
8 Zayyadi 5 7
9 Habibah 8 8
10 Said 6 6

10
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

Langkah-langkah penyelesaian :
Kita menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, maka
datanya akan menjadi sebagai berikut ;
Tabel 2
Tehnik korelasi product moment angka kasar
No X Y x2 y2 XY
01 5 6 25 36 30
02 7 8 44 64 56
03 8 7 64 44 56
04 5 5 25 25 25
05 6 7 36 44 42
06 7 7 44 44 49
07 4 5 16 25 20
08 5 7 25 44 35
09 8 8 64 64 64
10 6 6 36 36 36
61 66 389 446 413

N XF ( X)( F)
rxy =
J{N X2 - ( X)2 } {N X2 - ( X)2 }

(10) (413)(61)(66)
rxy =
{(10)(389)-(61) 2 } {(10) (446)- (66)2 }

41304026
rxy =
(389037 21) (4460435 6)

104
rxy =
(169) (104)

104
rxy =
17 5 7 6

= 0.784

Dalam statistika, koefisien korelasi dinotasikan dengan r. Besarnya


koefisien korelasi tidak akan lebih kecil atau sama dengan -1.00 atau

11
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

tidak akan lebih besar atau sama dengan + 1.00. Hal ini dapat dinyatakan
dengan :
-1.00 r + 1.00
r = + 1.00, artinya korelasi sempurna positif
r = - 1.00, artinya korelasi sempurna negatif
Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat menggunakan kriteria sebagai
berikut:
0,81 1,00 = sangat tinggi
0,61 0,80 = tinggi
0,41 0,60 = cukup
0,21 0,40 = rendah
0,00 0,20 = sangat rendah.11

Validitas item
Pengertian umum untuk validitas item adalah sebuah item
dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor
total. Untuk menghitungnya bisa menggunakan rumus product moment
dengan angka kasar seperti di atas. Selain itu, bisa juga menggunakan
rumus lain yaitu koefesien korelasi biserial.
MpMt p
pbi = St
Jq

Dimana:
pbi = koefesien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang
dicari vaiditasnya
Mt = rerata skor total
St = standar Deviasi
p = proporsi siswa yang menjawab benar
anyaknya cicwa yang benar
(p = )
jumSah ceSuruh cicwa

11 Ibid, 86

12
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

q = proporsi siswa yang menjawab salah


(q = 1- p )
Tes Terstandar sebagai Kriterium
Tes standar adalah tes yang telah dicoba berkali-kali sehingga
dapat dijamin kebaikannya. Cara menentukan validitas soal yang
menggunakan tes terstandar sebagai kriterium dilakukan dengan
mengalikan koefesien validitas yang diperoleh dengan koefesien validitas
tes terstandar tersebut atau dengan kata lain hasil perhitungan dengan
rumus korelasi product moment dengan angka kasar dikali koefesien
validitas tes terstandar.
Validitas Faktor
Selain validitas soal secara keseluruhan dan validitas item soal,
masih ada lagi yang perlu diketahui, yaitu faktor-faktor atau bagian
keseluruhan materi. Setiap keseluruhan materi pelajaran terdiri dari pokok-
pokok bahasan atau mungkin sekelompok pokok bahasan yang merupakan
satu kesatuan.
Perhitungan validitas dan uji-t menggunakan software MS Excel dapat
dilakukan dengan cara yang mudah.
Adapun langkah-langkahnya dapat kita lakukan sebagai berikut :
1. Input data hasil angket instrumen dalam worksheet (lembar kerja)
2. Pada kolom paling kanan, jumlahkan skor setiap responden dengan
menggunakan fungsi yang ada diexcel, menggunakan syntax/perintah
[=sum(range cell)].
3. Range cell diisi dengan rentang sel mulai dari item soal pertama
sampai dengan item soal terakhir instrumen angket.
4. Pada baris paling bawah, untuk setiap kolom item butir soal kita
hitung nilai korelasi pearson dengan fungsi excel yang
memiliki syntax [=pearson(array cell1; array cell2)].
5. Array cell1 berisikan rentang sel item soal yang akan dihitung dan
array cell2 berisikan rentang sel jumlah skor sebagaimana yang telah
dihitung sebelumnya.

13
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

6. Pada baris setelah korelasi pearson, cari nilai t-hitung dengan


mendefinisikan sebuah fungsi di excel hasil interpretasi terhadap rumus
t, syntax-nya dapat dituliskan sebagai [=SQRT(n-2)*rxy/SQRT(1-rxy^2)].
7. nilai n diisi dengan jumlah responden instrumen angket dan nilai rxy diisi
dengan nilai korelasi yang telah dihitung pada baris sebelumnya.
8. Nilai t-tabel dapat kita hitung menggunakan fungsi excel dengan
menuliskan syntax[=tinv(probability;degree of freedom)].
9. Probability diisi dengan taraf signifikansi yang kita inginkan, misalnya
jika kita menggunakan alpha=0,05 dengan dua arah, dan degree of
freedom diisi dengan derajat kebebasan yang nilainya = n-2.
10. Penentuan signifikansi validitas dapat menggunakan perintah yang kita
tulis pada baris dibawah perhitungan t-hitung yaitu [=IF(p>q;"valid";"tdk
valid")].
11. p berisikan nilai t-hitung dan q nilai t-tabel.
12. Sebagai pelengkap jika kita ingin menghitung berapa jumlah item yang
valid, kita gunakan rumus dengan perintah [=COUNTIF(range
cell3;"valid")].
13. Range cell3 diisi dengan rentang cell yang berisikan hasil penentuan
signifikansi validitas yang dihitung pada baris sebelumnya.12

12 http://statistikian.blogspot.com/2012/08/uji-validitas-instrumen-dengan-excel.html.

14
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

Contoh perhitungan menggunakan Excel ini dapat juga anda pelajari secara
langsung dengan melihat file excel di bawah ini.

15
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

BAB III
PENUTUP

1. Validitas instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan


dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur atau derajat ketepatan
atau tingkat kesahihan.
2. Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari pengalaman.
Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan yang
kedua disebut validitas empiris (empirical validity). Namun secara
metodologis, validitas dapat dibedakan dalam empat (4) macam, yaitu
validitas isi, konstruk, konkuren, dan prediksi.
3. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid.
Beberapa faktor tersebut secara garis besar, yaitu faktor internal dari tes,
faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari objek tes (misalnya siswa)
yang bersangkutan.
4. Teknik yang digunakan dalam mengukur validitas alat ukur adalah teknik
korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi
product moment ada dua macam, yaitu:
a. Korelasi product moment dengan simpangan
b. Korelasi product moment dengan angka kasar

16
Mohammad Imam Syamroni Latif Pascasarjana STAIN Pamekasan

DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto, 2012. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi kedua Jakarta,
Bumi Aksara
Azwar Saifuddin. 1988. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya,
Liberty:Yogyakarta.
Henry Dinus Hutabarat, 2010. Evaluasi Proses dan Pembelajaran Fisika,
Padangsidimpuan : UGN press
Sumadi Suryabrata, 2000, Pengembangan Alat Ukur Psikologis,Yogyakarta,
Andi.
Nana Sudjana, 2004, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Bandung,
Rosdakarya.
Anas Sujiono,Prof.,Drs., 2011 Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persada.
Zainal Arifin, M.Pd. Drs., 2012, Evaluasi Pembelajaran, Edisi Revisi ( Jakarta,
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Dimyati dan Mudjiono, 1994, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : P3MTK-Ditjen
Dikti-Depdikbud.

17

Anda mungkin juga menyukai