Anda di halaman 1dari 11

Let Me Fix You (Biarkan Aku Membenarkanmu)

Pemain: No. 1. Nama Cecilia Indrawan Peran sebagai Natasha Keterangan Seorang adik kandung dari Ray, yang melaporkan kasus ayahnya ke Ray. 2. Christian Laurentius Ray Seorang laki-laki pemeran utama yang mengalami masalah dengan penglihatannya karena suatu insiden. 3. Eunike Natali Suster Jenna Seorang suster yang bekerja di rumah sakit yang sama dengan Dokter Doni, biasanya tampil dalam mengurusi Ray. 4. Fanuel Fang Dokter Doni Seorang dokter yang merupakan kenalan ibu dari Stella dan menawarkan Stella untuk menjadi sukarelawan di rumah sakitnya. 5. Harme Yonathan Rio Adik dari Stella yang mempunyai sifat ceplas ceplos dan ternyata mempunyai hubungan khusus dengan Riana. 6. 7. Jessica Rachelle Betsy Ibu dari Stella Riana Seorang ibu yang selalu memotivasi anaknya Anak penderita kanker darah yang ditemui Stella di rumah sakit. 8. Sandra Halim Stella Seorang gadis pemeran utama yang mempunyai luka bakar di wajahnya. 9. Stephen Renaldi Ayah dari Ray Seorang bapak yang mempunyai sifat keras dan menghalalkan keinginannya. 10. Yang-yang Pak Alex (polisi) Seorang polisi yang diminta bantuan untuk mencari Ray dan juga datang untuk menangkap ayah Ray 11. Yovita Arden Dian Teman baik dari Stella yang selalu ada untuk Stella. segala cara untuk mencapai

Naskah: <Scene 1 > <Rekaman suara> Stella : Segala ciptaan Tuhan memanglah indah, disini aku berdiri memandang sekelilingku yang indah itu, tapi tidak dengan keadannku. Ketika aku berumur 6 tahun, api besar menghantam rumahku, aku yang dirumah sendirian dan tidak bisa apa-apa akhirnya menjadi korban, aku memang tidak mati karena api yang berkorbar itu, tapi... mukaku.. muka ini tertempelkan bekas hangus kobaran api yang membuat semua orang mengejekku akan hal ini, kecuali keluarga dan sahabat terdekatku. Jarang ada yang mau berteman denganku, kebanyakkan dari mereka malu jalan denganku karena mukaku yang buruk rupa. Mungkin sampai tua nanti, aku tidak akan menemukan laki-laki yang mencintaiku. <Berlatar di rumah sakit> Dian : Wah, Stell, untung banget ya kaki kamu keseleonya gak parah, aku udah ketakutan aja kaki kamu kenapa-kenapa. Stella : Aduh, jangan khawatir, Di, kaki aku kan pernah lebih parah daripada ini (sambil agak mengangkat kakinya sedikit memperlihatkan balutan kakinya ke Dian) Suster Jenna Dian : Mba, bisa diurus dulu administrasi rumah sakitnya. Yuk, saya antar. : Oh oke (membalas Suster Jenna). Stella, kamu disini dulu aja ya sampai aku balik, kaki kamu kan belum boleh banyak jalan. (menasihati Stella) (Setelah Dian pergi, Stella bicara dalam hati sambil mengarah ke jendela) Stella : Hmm... matahari tampak bersinar indah hari ini.

(Tiba-tiba ada seorang lelaki menabrak Stella hingga terjatuh, lelaki itu bukannya menolong Stella malah tetap berjalan tanpa mempedulikan Stella) (Di sudut lain ada dokter yang langsung menolong Stella) Dokter Doni Dian Dokter Doni : Hey, nona, apakah kau baik-baik saja? : (tiba-tiba datang) Stella!! kamu baik-baik saja? : (berlari menghampiri lelaki itu) Hey, kamu gak seharusnya terus berjalan! Apakah kamu gak punya etika apa yang harus kamu katakan kalau kamu melukai orang lain? Ray Dokter Doni : Apa?? Haruskah saya bilang maaf? : Haduh, kamu tidak seharusnya begitu, lebih baik kamu balik ke kamarmu daripada kamu bertingkah seperti ini lagi.

(berteriak memanggil Suster Jenna) Sus, bawa dia kembali ke kamarnya! Suster Jenna Dian Stella Dian : Baik, dok! (segera membawa Ray) : (tiba-tiba berteriak) Oh My God, itu dia, itu benar-benar dia!!! : Dia? Dia siapa ? Jangan bilang kamu kenal siapa pria itu. : Iyalah Stell! Dia Ray, cowok yang paling eksis di sekolah aku dulu! Semua cewek aja klepek-klepek sama dia! Stella Dian : Di, stop deh puji dia, mending kamu bantuin aku berdiri sekarang. : Oh, maaf. (langsung membantu Stella berdiri)

<Scene 2 Berlatar di ruang makan> Narator Ibu Stella : Sesampainya di rumah, Stella masih saja kepikiran soal peristiwa di rumah sakit. : (melihat Stella yang tergesa-gesa makan) Stell, makannya pelan-pelan dong nanti keselek loh. Stella Rio Dian : Sorry, ma. Aku lagi kesel aja hari ini. : (ikutan nimbrung) Kesel? Kesel kenapa? : Gini ceritanya, mantan kakak kelasku tadi nabrak dia tiba-tiba, terus bukannya minta maaf malah numpang lewat aja. Rio Stella : Apa? Jangan-jangan dia takut ngeliat kamu, Kak! (sembari bercanda) : Aduh, Rio, mana mungkin takut liat aku? Karena mukaku? Gak mungkin kan seseorang yang gak dikenal buru-buru numpang lewat gitu aja karena mukaku jelek. Ibu Stella Dian Stella : Oh sayang, jangan ngomong kamu jelek, kamu gak jelek! : Stella, Stella, aku yakin kok Ray tabrak kamu gak sengaja. : Sengaja gak sengaja, gak mau taulah. Dia aja pake ngomong Haruskah aku minta maaf?(mengikuti cara Ray berbicara). Rio : (tiba-tiba memotong) Udah deh cewe-cewe gantian ngomongnya, sekarang giliran aku yang gantian cerita. Tadi yah, pas di rumah Natasha,hmm.. Natasha teman aku, tahu kan? (melanjutkan bicara) nggak sengaja aku dengar percakapan ayahnya di telpon. Ayahnya bilang dia sudah korupsi gila-gilaan di kantornya buat kuliahin Natasha ke luar negeri. Terus aku rekam aja deh kasih Natasha dengar. Stella : Apa? Rio, kamu sudah gila ya? Ngapaian sih kamu kasih tahu Natasha? Kasihan tahu ! Kamu nggak ada bedanya sama cowok yang tadi aku ketemu di rumah sakit, sama-sama rese! Dian : HEY ! Cowok di rumah sakit itu gak rese! Jangan panggil dia cowok rese !

Rio Ibu Stella

: Tau ah nih! Pake ngatain aku rese juga lagi. Itu namanya jujur tau! : Hey!!! Sudah-sudah berhenti ributnya, lebih baik kita ke topik lain. Hmm.. Stella, Dokter Doni tadi siang kasih tau mama kalau rumah sakitnya lagi butuh sukarelawan, gimana kalo kamu daftar aja? Daripada kamu diam-diam aja dirumah kan lebih baik kamu membantu orang lain kan? Jaman sekarang banyak banget anak muda yang lebih pilih nganggur dirumahnya, nggak peduli sama lingkungan sekitarnya, mama gak mau kamu kayak gitu. 5 hari lagi kan kaki kamu pasti sudah sembuh.

Stella Ibu Stella

: Apa mama bercanda? : Nggak, itu ide yang bagus buat kamu, percaya deh.

<Scene 3 > Narator : Karena minder akan wajahnya, Stella tidak suka tempat umum dan keramaian. Ia berpikir ada benarnya juga menuruti keinginan mamanya. Satu-satunya tempat yang masih bisa membuat Stella nyaman selain rumahnya, yah.. rumah sakit. Disana orang-orang memiliki masalahnya sendiri dan tidak akan terlalu memperhatikan dirinya. <Berlatar di kamar, Dian dan Stella sedang telepon satu sama lain> Dian : Apa ? Kamu turutin omongan mama kamu buat jadi sukarelawan? Nggak salah tuh? Stella : Yah gimana lagi. Kamu tahu mamaku kan? Segala sesuatu yang menurut dia benar nggak akan bisa ditentang. Dian Stella Dian : Oh, yasudahlah. Omong-omong, Stel, kamu masih inget Ray kan? : Pastilah. Mana mungkin aku lupa sama cowok yang gak punya tata krama itu. : Stella, ternyata setelah aku cari tahu dari teman-temanku, dia itu baru aja kecelakaan dan dia sekarang buta. Pantas saja dia nabrak kamu, orang dia gak liat ada kamu. Eh bentar, baru inget (memukul dahinya) aku harus nemenin mama aku dulu ya ke pasar, da! Stella : Hah? Oh oke, dah. (menutup telepon)

<Scene 4 Berlatar di rumah Natasha> Narator Ayah Ray : Sementara itu dirumahnya Natasha, teman Rio... : Inget ya, Natasha, mulai dari hari ini papa ingetin kamu, awas kamu kalo cobacoba ngomongin masalah papa korupsi atau apapun, bisa-bisa kamu ngelakuin hal

yang ngecelakaian diri kamu sendiri kayak kakak kamu. Apa yang papa lakuin ini juga semata-mata buat kamu dan kakakmu tahu! Natasha Ayah Ray : Pa, tapi apa gak sebaiknya kita kunjungin kakak di rumah sakit, Pa? : Nggak bisa, tiap hari papa sibuk! Sudah papa mau ke kantor dulu! (Ayah Ray mengambil tas kantornya dan pergi) (Natasha segera mengeluarkan telepon genggam dari kantongnya) Natasha : (menelepon Rio) Rio, bisa bantu aku gak? Bantuin cari kakakku. Aku gak tahu dia dirawat di rumah sakit mana setelah kecelakaan itu. Rio Natasha : Gimana caranya Nat? Kamu tau kan rumah sakit di Jakarta kan banyak. : Yauda deh gini aja kalau kamu sempat, kalau ke rumah sakit yang mana saja tolong tanyain yah, ada gak pasien yang namanya Ray Gunawan. Sudah dulu ya. Dah! Rio Natasha : Oke-oke deh. Aku usahakan. : Mau telepon kak Ray tapi nomornya gak aktif. Oh mungkin telepon polisi aja kali ya. (menelepon Polisi) Halo, Kalpores Jakarta, beberapa hari yang lalu ada yang kecelakaan di tol Cipularang dengan plat mobil B7976 JK atas nama Ray Gunawan. Pak Alex Natasha Pak Alex : Oh, iya benar. : Pak, kalau boleh tahu dia dirawat di rumah sakit mana ya? : Oh, setahu saya, dia kemarin memang dirawat di rumah sakit Pertamina, tapi atas permintaan pak Ray yang ingin dipindahkan, jadi dia pindah dari Pertamina. Natasha Pak Alex Natasha : Pindah ke mana ya, Pak? : Wah, kalau soal itu saya kurang tahu deh. : Yasudah deh, Pak. Kalau ada kabar tentang Ray Gunawan tolong hubungi nomor saya ya, Pak, 0811808832. Terimakah, Pak.

<Scene 5> Narator : Keesokan harinya, tibalah saatnya bagi Stella untuk mulai bekerja di rumah sakit. Apa yang dia lakukan? Hmm.. Dia mengunjungi pasien satu per satu dan menyemangati pasien agar cepat sembuh. Itulah tugasnya sebagai sukarelawan. Ibu Stella Dokter Doni : Dokter Doni, ini putri saya Stella, dia mau jadi sukarelawan di sini. : Wah, makasi loh, Stella, kamu mau terima tawaran jadi sukarelawan disini. Ngomong-ngomong kalo gak salah ingat kamu orang yang waktu itu jatuh ya? Stella : (sambil tertawa) Iya dok, dokter inget aja. (tiba-tiba teringat) Ngomong-ngomong, dok, pasien yang waktu itu tabrak saya masih ada di sini?

Dokter Doni

: Ada, kenapa? Kamu mau ngunjungin dia? Dia ada di ruang 201, kamu kesana aja langsung. Ini juga lagi jam makan siang, jadi gak akan ganggu dia.

Stella Ibu Stella

: Oh,oke. : Stell, mama pulang dulu ya, kamu baik-baik disini, jangan kecewain dokter Doni.

<Scene 6 Stella masuk ke ruangan Ray> Stella Ray Stella Ray : Loh, kok gelap disini? : Siapa itu? : (berkata dalam hati) Aduh aku harus ngomong apa ke dia? Aku takut. : Siapa disana? Apa maumu? Aku buta tapi aku gak tuli, aku bisa dengar ada orang disini. Stella Ray Stella Ray : Halo, apakah kamu butuh bantuan? : Kamu siapa? Suster? : Bukan, aku sukarelawan di sini... : Kalau gitu pergi, aku gak butuh bantuanmu.

(tiba-tiba suster masuk) Suster Jenna : Hallo, selamat siang, ih kok gelap sekali, saya nyalakan lampunya ya, ini makan siang kamu ya (sambil menaruh mampan berisi makanan), nanti saya akan balik lagi kalau kamu udah selesai makan. (Suster Jenna keluar ruangan) Stella Ray : Hmm.. mungkin kamu mau aku bantu makan? (mengambil piring Ray) : Gak!! (memukul piring di tangan Stella hingga tumpah)

<Suster Jenna segera kembali masuk> Suster Jenna Stella : Astaga! Ada apa ini? : Hmm (sambil menggaruk-garuk kepala), aku tidak sengaja menyengol piring pasien ini dan... (tiba-tiba dipotong Ray) Ray Suster Jenna Ray Stella Ray Stella : Tidak!! Aku yang menjatuhkannya! : Oh oke, aku akan segera membersihkannya. (Suster Jenna keluar ruangan) : Kamu gak perlu BERBOHONG! : Maafkan aku, aku hanya... (tiba-tiba dipotong Ray lagi) : Urusanku bukan urusanmu! Lagipula! Aku benci pembohong. : Maaf, baiklah aku lebih baik keluar. (segera pergi meninggalkan ruangan Ray)

<Scene 7 Stella duduk di bangku rumah sakit sambil merenung> Riana : Kak, muka kakak kenapa?

Stella Riana Stella Riana Stella Riana Stella

: Hah? Muka kakak? Oh ini bekas luka bakar ketika aku kecil. : Bukan itu yang aku maksud, Kak. Maksudku kenapa ekspresi muka kakak begitu? : Oh, aku sedang memikirkan sesuatu. : Siapa? Pacarmu? : Bukan, aku tidak punya pacar. : Kakakku selalu menunjukkan ekspresi seperti itu ketika memikirkan pacarnya. : Aku serius tidak punya pacar, tapi memang yang sedang kupirkan adalah seorang pria.

Riana Stella

: Apa? Apakah kau suka padanya? Apa aku bisa membantumu? : Hah? Tidak-tidak, tidak perlu.

(tiba-tiba suster datang) Suster Jenna Riana Stella Riana : Hey, Riana, apakah kamu sudah siap untuk menjalani terapimu? : Iya siap, sampai juga lagi kak! Oh iya namaku Riana! : Oh, nama kakak Stella. : Okay. Sampai jumpa lagi kak Stella. Kak, jangan lupa nanti ke kamarku ya di 204, bacakan aku dongeng ya nanti! (sambil melambaikan tangan dan pergi). Stella : Mungkin lebih baik, nanti aku kembali ke kamar Ray dan meminta maaf kembali.

<Scene 8 Stella kembali ke kamar Ray> Stella Ray Stella : (mengintip di puntu Ray) : (Ray sedang berteriak) Ini mimpi kan? Ini becanda kan ?!?!?! : (melangkah masuk dan berhenti sejenak sambil berkata dalam hati) Aku harus mengatakan ini. (Mulai membuka suara) Maafkan aku telah pura-pura menjadi orang yang bersalah agar kau tidak disalahkan. Ray : Hah? Tidak apa-apa, tadi aku memang sedang emosi. Omong-omong, bisakah kau bantuku? Stella Ray Stella : Ya, tentu. : Selama kamu menjadi sukarelawan disini, apa ada yang mencariku? : Tidak ada, hmm.. maaf mungkin belum ada. Apa kau mau aku hubungi keluargamu? Ray : Hah? Tidak, tidak perlu. (melanjutkan berkata dalam hati) Baik sekali sih perempuan ini, mau berbohong demi membelaku, mau bantu hubungin keluargaku padahal aku sudah jahat sama dia. Kurasa aku telah jatuh cinta padanya.

Stella

: Kok tiba-tiba kamu bengong? (melanjutkan berkata dalam hati sambil) Walaupun kamu bilang tidak mau menghubungi keluargamu, aku pasti akan cari mereka dengan caraku sendiri.

Stella

: Hmm maaf, aku lupa ada janji, aku harus segera pergi ke kamar 204, aku ada janji untuk membacakan cerita. Sampai jumpa lagi

<Scene 9> Narator : Sementara di rumah Natasha, ayah Ray malah kegirangan karena sesuatu, kenapa ya? Ayah Ray : YEAH! Kamu berhasil Natasha! Kamu berhasil masuk universitas Cambridge! Sesuai dengan harapan ayah. (memandang wajah Natasha yang sedih). Hey! Kamu gak seharusnya menampilkan muka sedih! Apakah kamu tidak senang? Natasha Ayah Ray : Aku tidak tahu ayah, apakah aku harus bersenang dengan ini? : Yah haruslah ! Tanpa kamu tidak harus tes, dengan uang segala-galanya bisa terjadi kan? Natasha : Apa? Gara-gara uang korupsi? Uang korupsi yang sudah bikin aku kasih tahu kakak sehingga dia mau melapor ke polisi? Yang gara-gara pas kakak pergi, aku coba menghentikan kakak agar tidak melapor lewat telepon terus kakak jadi kecelakaan gara-gara angkat telepon aku????!! Ayah Ray Natasha : Jangan pernah nyalahin diri kamu atas sesuatu yang bukan salah kamu? : (berkata dalam hati) Apa? Bukan salahku? Aku yang salah, seharusnya aku tidak memberitahu kakak. (melanjutkan) Pa, kalau boleh jujur aku lebih baik kuliah di universitas dalam negeri daripada kuliah ke luar yang bikin papa butuh uang banyak dan korupsi. (pergi meninggalkan ayahnya) <Ayah Ray segera menepuk kepalanya> Ayah Ray : Harus apa aku ini? (menelepon seseorang) Pak, bisa datang kesini di Jalan Haji Salam nomor 22? Saya ingin melaporkan kejadian. Terima kasih, Pak <Tiba-tiba Pak Alex (polisi) datang, Natasha yang membukakan pintu> Natasha Pak Alex Natasha : Silahkan masuk, Pak. Maaf, pak. Ada keperluan apa ya? : Ada yang suruh saya datang kesini, katanya ingin melaporkan kejadian. : (berkata dalam hati) Jangan-jangan ini ulah papa.(melanjutkan) Kayaknya bapak salah alamat deh. Masalahnya di rumah dari pagi cuma ada saya doang. Pak Alex : Oh begitu, yah. Memang suka ada orang iseng yang telepon, kalau gitu saya pamit dulu ya.

<Setelah Pak Alex pergi> Natasha : (berteriak) Pa! Papa?. (Ayah Ray masuk) Pa, tadi polisi datang, papa ngapain suruh polisi ke sini sih, Pa? Ayah Ray Natasha : Papa sudah hilaf dan sadar, Nat. Lebih baik ayah menyerahkan diri. : Kalau papa hilaf, lebih baik papa balikkin uang itu ke perusahaan papa. Papa, aku gak mau papa sampai dipenjara, pa. Papa harus ngerti itu! Mama sudah gak ada, tapi karena dia di surga, aku gak mau sampai papa gak ada nemenin aku, gara-gara papa dipenjara. (meninggalkan ruangan)

<Scene 10 Berlatar di kamar Riana> Narator : Keesokan harinya, Stella mulai berusaha untuk mencari keluarga Ray dengan caranya sendiri. Riana : (sambil bingung melihat Kak Stella melihat buku telepon kuning yang tebal) Kak, kakak lagi ngapain sih sama buku itu? Stella : Kakak lagi mencari nama orang yang nama belakangnya Gunawan, ayahnya pasien di sebelah, kamu tahu kan kak Ray Gunawan? Emang banyak banget sih yang nama belakangnya Gunawan, ya tapi ga boleh nyerah harus ditelponin satu-satu yang nama belakangnya Gunawan di Jakarta. Narator Rio Stella : Tiba-tiba, tanpa diketahui sebelumnya, Rio, adik Stella datang menjenguk Riana. : (membuka pintu kamar Riana dan masuk) Hah? Lho kok ada kak Stella disini? : (kaget dan bingung) Justru harusnya kakak yang tanya kamu, kamu ngapain ke sini? Riana : Hah ? Jadi kamu adiknya Kak Stella? Kak, Rio itu pacarku, kalian sama-sama baik ya, pantas saja kakak adik. Oh ya Rio, kamu gak bantuin kakak kamu tuh cariin nomor telepon ayahnya Kak Ray Gunawan? Rio : Apa? Bentar-bentar. Ray Gunawan? Kok kayaknya pernah denger ya? Janganjangan dia kakaknya teman aku, Natasha Gunawan yang dia dicari. (langsung menelepon Natasha). Nat, kayaknya kamu dirawat di University Hospital deh. Kamu bisa tolong kesini kan? Alamatnya di Pademangan 45, cepetan yah. Dah!

<Scene 11 Rio dan Stella sedang menunggu lobby rumah sakit> Natasha Stella : Rio, dimana kak Ray dirawat? : Dia ada di ruang 201, ayo ikut kakak.

Suster Jena

: Maaf, jam besuk sudah habis, tidak diizinkan untuk mengunjungi pasien jam segini.

Stella Narator Natasha Ray Natasha

: Suster Jena, tolong ada urusan penting (segera menerobos masuk) : Akhirnya, sampailah mereka semua di kamar Ray. : KAKAK! Kak, akhirnya aku bisa ketemu kakak! : Ya ampun, kok kamu bisa ada disini sih? : Iya kak, ini semua berkat bantuan temenku, Rio, juga kakak yang satu ini (sambil menujuk Stella). Oh ya kak Ray, ada sesuatu yang harus aku omongin ke kakak soal Papa, papa kemaren mau laporin dirinya ke polisi tapi aku cegat, aku tahu kak papa sudah menyesal soal perisitiwa kemarin. Semuanya itu dia lakuin cuma gara-gara mau kuliahin aku ke luar negeri, jadi seharusnya orang yang kakak salahin itu aku.

Ray

: Sudah lah kamu jangan ngomong gitu. Kakak ngerti, anak apaan ini masa mau laporin ayah sendiri ke polisi. Ngomong-ngomong, Makasi yah, Stell. Stell, kayaknya ada sesuatu juga yang harus aku ngomongin ke kamu.

Stella Ray

:Hah? Ngomong apa? :Aku jatuh cinta sama kamu, kamu cewek pertama yang bisa bikin aku luluh hatinya. Kamu mau kan jadi pacar aku?

Rio, Natasha

: WAH, cieee

<Tiba-tiba dokter Doni masuk> Dokter Doni kamu. Natasha Dokter Doni Ray Stella : Wah, kakak operasi hari ini juga! Aku datang disaat yang tepat. : Ayok, kita ke ruang operasi sekarang. : Stella,aku tunggu jawaban dari kamu ya setelah operasi. : (berkata dalam hati) Entah aku harus senang atau nggak dengan keadaan ini, tapi disaat Ray sudah dapat melihat kembali, dia ngak akan pernah mencintaiku lagi, karena mukaku yang jelek. Stella : (segera menelepon Dian) Di, kamu bisa ke sini sekitar jam 2? Ray selesai operas i jam segitu? Dian : Hah? Beneran ? yaudah deh aku sekarang saja ke rumah sakit, lagi gak ada kerjaan kok. :Ray, kamu sudah siap operasi kan hari ini? Donor kornea mata sudah siap buat

<Scene 12 Semua sudah menunggu di kamar Ray termasuk ayah Ray dan Dian. Ayah Ray , Natasha, dan Rio diam dipojokan , sementara Stella dan Dian berbicara satu sama lain>

Stella Dian Stella

: Di, tadi Ray nembak aku. : Hah? Serius kamu? Terus kamu bilang apa? : Sebenarnya aku juga suka sama dia, tapi aku belum jawab, abis ini aku tahu,dia akan sadar dan gak akan suka lagi sama aku, mana ada sih cowok yang liat cewek gak dari penampilannya.

Dian

: Jangan pesimis gitu kenapa sih, Stell, liat aja nanti.

<Dokter Doni, Suster Jena, Ray masuk kembali dengan mata Ray yang dibalut> Ray : Hmm,, aku gak sabar liat muka kamu, Stell.. Muka kamu pasti secantik hati kamu kan? <Stella hanya diam saja> Ray : Ihh kok diam saja sih, Stel. Kalau gitu tanya Natasha saja deh. Nat, Kak Stella cantik kan? Natasha : Iya kak, kakak benar dia secantik hatinya, bahkan dia lebih cantik jauh daripada aku. Dokter Doni Suster Jenna : Yasudah, kita buka sekarang saja ya. Sus, tolong dibuka balutannya. : Baik, dok. (sambil melanjutkan untuk membuka tutupan mata Ray)

<Stella merasa deg-degan> Dokter Doni Ray Stella Ray : Gimana, Ray? Penglihatanmu sudah normal? : Iya, sudah. (melanjutkan) Stella, mana Stella? : (maju menghampiri Ray yang posisinya ada di belakang) Ya, ini aku. : (sambil menunduk dan mengadah lagi) Tuh kan, tepat dugaanku kamu cantik seperti hati kamu. Stella : Apa? Cantik dari mana? Cacat berbintik kali orang aku ada bekas luka gini di mukaku. Ray : Stell, itu semua gak masalah. Biarkan aku membenarkan dirimu yah, yang namanya cinta yang tulus itu gak pernah liat dari muka, tapi liat dari hati. Hatimu, Stell. Jadi gimana? Kamu mau kan terima aku? <Stella tersenyum-senyum> Dian, Natasha, Rio Stella Ray Ayah Ray Ray : SUDAH TERIMA SAJA!!!!.

: Iya,aku terima. : (melihat lebih jauh) Pa, ada papa disini? : Ray, maafin papa ya, maafin papa. Papa benar-benar minta maaf. : Pa, gak usah khawatir, Natasha sudah cerita semuanya, sekarang aku mengerti kenapa Papa melakukan hal itu. (Ray memeluk ayahnya). -SELESAI-

Anda mungkin juga menyukai