Anda di halaman 1dari 51

HUKUM TATA NEGARA

(CONSTITUTIONAL LAW)
Manunggal K. Wardaya
Department of Constitutional Law
SOEDIRMAN UNIVERSITY
PURWOKERTO
kuliahmanunggal.wordpress.com
manunggal.wardaya@gmail.com
Last update: April 2009
Rekomendasi Bacaan
a. Ananda B Kusuma, Keabsahan UUD 1945 Pasca Amandemen,
Jurnal Konstitusi, Vol. 4 No.1, Maret 2007
b. Moh Mahfud MD, Menilai Kembali dan Menjajaki Kemungkinan
Amandemen Lanjutan UUD 1945, Jurnal Konstitusi, Vol.5 No.1,
Juni 2008
c. ----------------------, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca
Amandemen Konstitusi, LP3ES, 2007. Baca terutama pada
Hal.17-36
d. Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia,
KonPress, Jakarta, 2006. Baca terutama hal. 1-58
e. Nimatul Huda, UUD 1945 dan Gagasan Amandemen Ulang,
Rajawali Press, 2008. Baca terutama Bab I hal.1-35 Sekretariat
Jenderal MPR RI, Panduan Pemasyarakatan Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 2006
f. Yayasan Pembela Tanah Air, Sejarah Lahirnya Pancasila,
Jakarta, 1994

KONSTITUSI DAN
KONSTITUSIONALISME
HUKUM TATA NEGARA
(Constitutional Law)
James J. Robbins :
The Body of Legal Rules and Principles which define the nature
and limits of governmental power as well as the rights and
duties of individuals in relation to the state and its governing
organs. These rules and principles are usually formulated in a
written constitution and are interpreted and extended by courts
of final jurisdiction exercising their power of judicial review

Perhatikan kalimat : are usually formulated in a written
Mengandung arti bahwa ada kalanya berbagai peraturan (Rules)
dan prinsip-prinsip (Principles) Hukum Tata Negara tak tertulis
dalam suatu naskah Konstitusi
Sumber-sumber Hukum Tata Negara
(Sources of Constitutional Law)
a) Nilai-nilai Konstitusi yang tak tertulis
b) Undang-undang dasar, Pembukaan dan Pasal-pasalnya
c) Peraturan Perundangan Tertulis
d) Jurisprudensi Peradilan
e) Constitutional Conventions (Kebiasaan Ketatanegaraan)
f) Doktrin Ilmu Hukum yang telah menjadi Ius Comminis Opinio
Doctorum
g) Hukum Internasional yang telah diratifikasi menjadi Hukum
Nasional
Ke-7 Sumber hukum di atas penerapannya tergantung pada keyakinan
hakim. Dapat dipakai secara kumulatif atau alternatif, urutannya
tidak mutlak, dan tidak menunjukkan hirarki. Untuk menentukan
manakah yang paling utama, tergantung kasus yang dihadapi &
penilaian hakim.
KONSTITUSI
(Constitution)
Edward Smith
The Fundamental Law, or the fundamental principle
underlying the organization of a state which determines
the power and duties of the principal governmental
authorities and guarantees certain rights of the people
against infringement.
Perhatikan:
Fundamental Law, Fundamental Principle
Determines The Power and Duties of The Principal Governmental
Authorities
Guarantees Rights of The People
Smith menjelaskan Fundamental Law/Principle sebagai
berikut:
It may be simply an uncollected body of legislative acts,
judicial decisions, and political precedents and customs
extending over a long period, like the BRITISH
CONSTITUTION, or a number of separate organic laws,
like the constitution of the THIRD FRENCH REPUBLIC;
or a formal written document drafted and promulgated at
a definite date by an authority of higher competence than
that which make ordinary laws, like AMERICAN
CONSTITUTIONS.

KONSTITUSI
(Constitution)

Soetandyo Wignjosoebroto
(emiritus Profesor, UNAIR)
Sejumlah ketentuan hukum yang disusun secara sistematik
untuk menata dan mengatur pada pokok-pokoknya
struktur dan fungsi lembaga pemerintahan, termasuk hal
ikhwal kewenangan dan batas kewenangan lembaga-
lembaga negara itu.
.
Konstitusi & Undang-undang Dasar (UUD):
Samakah?
Banyak yang menyamakan begitu saja, misal UUD
Amerika Serikat sering disebut Konstitusi Amerika
Serikat.
Pengalaman Indonesia pada 1949; menggunakan istilah
Konstitusi RIS dan bukannya UUD RIS
Konstitusi lebih luas dari UUD. Konstitusi adalah hukum
dasar. UUD adalah hukum dasar yang tertulis.
Herman Heller: UUD adalah Konstitusi yang tertulis



Konstitusi
Jimly Asshiddiqie
(Gurubesar HTN, UI)
Hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa
hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-undang
Dasar, dan dapat pula tidak tertulis.
Konstitusi jelas tidak identik dengan UUD. Kerajaan Inggris
adalah negara yang tidak mempunyai naskah konstitusi
dalam arti yang tertulis dan terkodifikasi.


Sosiologis
Filosofis
Historis
Politis
KONSTITUSI
Memahami Sebuah Konstitusi
Tidak Terdapat
Ketentuan
Mengenai HAM?
Perekonomian
disusun atas
dasar Usaha
Bersama dan
dimanfaatkan
untuk
sebesar2
kemakmuran
rakyat?
Presiden
Mempunyai
Kekuasaan
membentuk
Undang-undang?
Majelis Permusyawaratan
Rakyat adalah Lembaga
Tertinggi?
UUD 1945
Dll,
etc,
lsp
DPR Memiliki
Kekuasaan
Membentuk
Undang-undang
Presiden
Menjabat 5
Tahun, Dapat
dipilih kembali
untuk 1 kali
periode?
Terdapat
Klausul
Hak Asasi
Manusia?
Komisi
Yudisial?
Mahkamah
Konstitusi?
UUD 1945 (Amandemen)
Dll,
etc,
lsp
Konstitusionalisme
(Constitutionalism)
The doctrine that the power to govern should be limited by
definite and enforceable principles of political
organization and procedural regularity embodied in the
fundamental law, so that basic constitutional rights of
individuals and groups will not be infringed
Konstitusionalisme adalah doktrin (ajaran/paham) bahwa
kekuasaan untuk memerintah harus dibatasi.sehingga
hak-hak konstitusional dasar individu-individu dan
kelompok-kelompok tidak akan terlanggar

2 Esensi Ide Konstitusionalisme
Ajaran (doktrin) mengenai kebebasan sebagai Hak Asasi Manusia
Hak yang kodrati, tak tetap tak bisa diambil alih kapanpun dan kekuasaan
manapun dalam kehidupan bernegara, serta harus dijaga dan
dipertahankan eksistensinya agar tetap utuh dan tak cacat karena
terjadinya pelanggaran atasnya.
Ajaran (doktrin) Rule of Law atau the supremacy state of law:
setiap wujud kekuasaan harus mempunyai dasar pembenarannya menurut
hukum perundang-undangan, dan pada gilirannya hukum perundang-
undangan tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah dikaidahkan
oleh konstitusi.
Kekuasaan yang seperti itu disebut HAK manakala berada di tangan pribadi
manusia warganegara, dan disebut KEWENANGAN manakala berada di
tangan manusia warganegara yang telah dipilih dan dipercaya untuk
diangkat dalam jabatan publik
Rule of Law
An Anglo-American doctrine that the law is supreme and
that the rights of person under law are protected from
interference by officers of the government
Suatu ajaran bahwa hukum adalah supreme/teratas dan
bahwa hak-hak orang di bawah naungan hukum
dilindungi dari gangguan oleh para pejabat pemerintah
Rule of Law, bukan Rule of Men, apalagi Rule By Law
UNDANG UNDANG DASAR
DALAM SEJARAH
KETATANEGARAAN
INDONESIA
UNDANG UNDANG DASAR 1945
Naskahnya dipersiapkan oleh Dokuritu Zyunbi Tyosa Kai
(baca: Dokuritsu Jiunbi Cosakai, diterjemahkan sebagai
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan,
disingkat BPUPK) yang dibentuk pada 29 April 1945
oleh pemerintah Jepang sebagai pelaksanaan janji
Kemerdekaan, dilantik pada 28 Mei 1945
BPUPK : 62 Anggota, diketuai KRT Radjiman
Wedyodiningrat & wakilnya Hibangase Yosio
Persidangan dibagi dlm 2 periode: 29 Mei 1 Juni 1945
& 10 Juli-17 Juli 1945
dalam kedua sidang, pembicaraan fokus pada
pembentukan sebuah NEGARA MERDEKA

Sidang Dokuritsu Junbi Cosakai
PERIODE
SIDANG
TANGGAL POKOK BAHASAN

KETERANGAN
I 29 Mei-1 Juni
1945
Dasar Negara

Prof Mr. Soepomo, Mr.
Muhammad Yamin & Ir.
Soekarno mengajukan
pendapatnya tentang Dasar
Negara.1 Juni Soekarno
mengajukan Pancasila
Antara
Pertama dan
Kedua
22 Juni 1945 Dihasilkan Piagam Jakarta
pada 22 Juni 1945

II 10-17 Juli 1945 Antara lain ttg bentuk
negara, wilayah
negara, rancangan
UUD

Disepakati wilayah negara
adalah ex Hindia Belanda
UUD 1945 & Paham Negara
Integralistik
Mr. Soepomo dalam pidato di Sidang BPUPKI 31 Mei 1945
menyatakan bahwa cita negara yang sesuai dengan
Indonesia adalah negara integralistik.
Negara integralistik menurut Mr. Soepomo lebih tepat
daripada negara individual liberalistis atau negara yang
didasarkan pada kelas sebagaimana diperlihatkan
negara komunis
Mr. Soepomo yang seorang ahli hukum adat, telah lama
meyakini bahwa kesatuan antara pemimpin dan rakyat
adalah karakter bangsa Indonesia, sebagaimana juga
dijumpai di Jerman dan Jepang.
Pendapat Soepomo didukung Ir. Soekarno & anggota-
anggota BPUPK beretnis Jawa
Hatta & Yamin di sisi lain menginginkan bahwa Negara
Indonesia yang akan terbentuk tetap mengedepankan
hak-hak individu, sehingga UUD harus memuat jaminan
hak asasi manusia

Pro & Contra Negara Integralistik Soepomo
Pro: konsep negara integralistik adalah pandangan
asli bangsa Indonesia
Contra: konsep negara integralistik Menjadikan
UUD 1945 cenderung melahirkan kekuasaan
otoriter
Pandangan lain: Konsep Integralistik harus
diletakkan dalam konteks ruang dan waktu saat
itu dimana bangsa Indonesia menolak segala
sesuatu yang bernuansa kolonial/barat termasuk
demokrasi liberal.
Pada persidangan kedua, dibentuk Panitia Hukum
Dasar, beranggotakan 19 orang, diketuai Ir. Soekarno
Panitia ini membentuk Panitia Kecil diketuai o/
Prof.Soepomo
13 Juli 1945, panitia kecil menyelesaikan tugas &
BPUPK menyetujui hasil kerjanya sebagai RUUD pada
16 Agustus 1945
18 Agustus 1945 disahkan sebagai UUD oleh PPKI
UUD 1945 : Konstitusi Tertulis Sementara
o Pidato Ketua PPKI Soekarno 18 Agustus 1945: UUD 1945 adalah
Revolutie Grondwet, nanti kita akan memiliki UUD yang lebih baik
o Ratulangi: UUD 1945 perlu disempurnakan
o Aturan Tambahan Pasal II:
Dalam enam bulan setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat ini
terbentuk, Majelis bersidang untuk menetapkan Undang-undang
Dasar
UUD 1945, UUD darurat, OKI tidak selalu
dijadikan rujukan
2 September 1945 dibentuk kabinet pertama
dibawah tanggungjawab Presiden Soekarno. Ini
berkesesuaian dengan UUD 1945 yang
menganut sistem Presidensial. tapi
14 November 1945 Pemerintah mengeluarkan
Maklumat berisi perubahan sistem kabinet dari
Presidensiil ke sistem Parlementer
KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
SERIKAT (RIS) 1949
Latar Belakang:

Perang Dunia II berakhir: Jepang menjadi negara kalah
perang.
Kerajaan Belanda hendak kembali menjajah dengan taktik
mendirikan negara kecil di Sumatera, Negara
Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa
Timur dsb serta melancarkan Agresi Militer I (1947)
dan Agresi II (1948)
23 Agustus -12 November 1949 diadakan Konferensi Meja
Bundar di The Hague (Den Haag)
Hasil Konferensi:
1. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat
2. Penyerahan Kedaulatan kepada RIS yang berisi 3 hal,
yaitu (a) piagam penyerahan kedaulatan dari Kerajaan
Belanda kepada Pemerintah RIS; (b) status uni; dan
(c) persetujuan perpindahan
3. Mendirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat
dengan Kerajaan Belanda

Lebih detail mengenai hal ini bacalah Asshiddiqie, Konstitusi &
Konstitusionalisme.. hal.44-46

Undang-undang Dasar Sementara 1950
Negara RIS tidak bertahan lama. Negara Republik
Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara
Sumatera Timur menggabungkan diri menjadi satu
wilayah Republik Indonesia.
19 Mei 1950 Pemerintah RIS dan Pemerintah RI sepakat
membentuk kembali NKRI
Dibentuk Panitia untuk merancang UUD
UUDS resmi berlaku 17 Agustus 1950
Pasal 134 UUDS : Konstituante bersama Pemerintah
menyusun suatu UUD RI yang akan menggantikan
UUDS 1950
Pemilihan Umum 1955: Memilih
Konstituante
Desember 1955 Pemilu memilih konstituante untuk
membentuk UUD
1956-1959 Konstituante bersidang dengan maksud
membuat UUD yang tetap
Dalam kurun waktu 3 tahun (1956-1959) Konstituante
berhasil merumuskan sejumlah pasal, tapi mengalami
kebuntuan dalam Dasar Negara


Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Presiden Soekarno menyimpulkan Majelis Konstituante
gagal, ia mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 :
membubarkan Konstituante dan memberlakukan
kembali UUD 1945
Dikukuhkan secara aklamasi pada 22 Juli 1959 oleh
DPR
Dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 150
Tahun 1959
UUD 1945 Setelah Dekrit
Mengalami sakralisasi: tidak boleh dirubah, walau UUD
1945 adalah sementara sifatnya
Tap MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum
mempersulit perubahan UUD 1945
Kekuasaan mengalami stagnasi. Tidak berubah selama 32
tahun
Kolusi Korupsi Nepotisme sebagai akibat UUD 1945 yang
sentralistik dan sangat executive heavy
Pelanggaran berbagai hak asasi manusia: hak hidup, hak
untuk bebas dari penyiksaan, hak persamaan dimuka
hukum, hak berserikat berkumpul, mengeluarkan
pendapat, pembatasan pers, sensor
Latar Belakang Perubahan UUD 1945
Agenda Reformasi (Pembaharuan) a.l:
1. Amandemen UUD 1945
2. Penghapusan Doktrin Dwi Fungsi ABRI
3. Penegakan Supremasi Hukum, Penghormatan HAM,
serta pemberantasan KKN
4. Desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan
daerah
5. Mewujudkan Kebebasan Pers
6. Mewujudkan kehidupan demokrasi
Amandemen UUD 1945 Sebagai agenda
utama Reformasi: Mengapa?
UUD 1945 belum cukup memuat landasan bagi
kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat dan
penghormatan HAM.
Presiden memiliki kekuasaan legislatif (membentuk Undang-
undang)
UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang multitafsir dan
membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang
otoriter, sentralistik, tertutup, dan KKN
Pasal Mengenai Masa Jabatan Presiden (Pasal 7), Mengenai
Keharusan Bahwa Presiden Adalah Orang Indonesia Asli
(Pasal 6 ayat (1)) dll
Amandemen UUD 1945 Sebagai agenda
utama Reformasi: Mengapa?
Tidak adanya saling mengawasi dan saling
mengimbangi (Checks and balances)
antarlembaga negara dan kekuasaan terpusat
pada Presiden
Tujuan Perubahan UUD 1945
Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan
negara dalam mencapai tujuan nasional dalam
Pembukaan UUD 1945 dan memperkokoh NKRI
berdasar Pancasila
Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
pelaksanaan kedaulatan rakyat serta memperluas
partisipasi rakyat
Menyempurnakan aturan dasar mengenai perlindungan
hak asasi manusia
Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan
negara secara demokratis dan modern, antara lain
melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas
Dasar Yuridis Perubahan UUD 1945
Pasal 37 UUD 1945
Naskah yang menjadi objek perubahan: Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden pada
tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi
pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan
Rakyat sebagaimana tercantum dalam Lembaga Negara
Nomor 75 Tahun 1959
Awal Perubahan UUD 1945
Sidang Istimewa MPR RI 1998: diterbitkan Tiga
Ketetapan MPR
Tiga ketetapan tersebut tidak secara langsung
merubah UUD 1945 tapi telah menyentuh
muatan UUD 1945
Setelah ada tiga ketetapan tersebut kehendak
dan keinginan untuk melakukan perubahan UUD
1945 makin mengkristal di kalangan
masyarakat, pemerintah, dan kekuatan sosial
politik, termasuk partai politik
Tiga Ketetapan MPR Pada Sidang Istimewa
MPR 1998
1. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum
2. Ketetapan MPR Nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan
Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Ketentuan
Pasal 1 ketetapan MPR tersebut berbunyi Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia memegang jabatan selama masa
lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan
yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan
3. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia. Ketetapan ini dapat dilihat sebagai penyempurnaan
ketentuan mengenai HAM yang terdapat dalam UUD 1945,
seperti Pasal 27; Pasal 28; Pasal 29 ayat (2)
Kesepakatan dasar Perubahan UUD 1945
1) Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,
2) Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia,
3) Mempertegas Sistem Pemerintahan Presidensial
4) Penjelasan UUD 1945 yg memuat hal-hal normatif,
akan dimasukkan dalam pasal-pasal,
5) Melakukan perubahan dengan cara adendum
Pembukaan UUD 1945: Memuat dasar filosofis & normatif yang
mendasari seluruh pasal dalam UUD 1945 Pembukaan
mengandung staatsidee berdirinya NKRI, tujuan (haluan) negara
yang harus dipertahankan
Kesepakatan untuk mempertahankan NKRI didasari pertimbangan
bahwa negara kesatuan adalah bentuk yang ditetapkan sejak awal
berdirinya negara Indonesia dan dipandang paling tepat untuk
mewadahi ide persatuan bangsa yang majemuk ditinjau dari
berbagai latar belakang
Kesepakatan mempertegas Sistem Presidensial bertujuan untuk
memperkukuh sistem pemerintahan yang stabil dan demokratis
yang dianut oleh Negara Republik Indonesia dan pada tahun 1945
telah dipilih oleh para pendiri negara

Peniadaan Penjelasan dimaksudkan untuk menghindarkan kesulitan
dalam menentukan status Penjelasan dari sisi sumber hukum dan
tata urutan perundang-undangan. Selain itu Penjelasan BUKAN
produk BPUPK atau PPKI karena kedua lembaga itu menyusun
rancangan Pembukaan dan Batang Tubuh (Pasal-pasal) UUD 1945
tanpa Penjelasan
Perubahan secara Adendum artinya perubahan dilakukan dengan
TETAP mempertahankan naskah asli sebagaimana terdapat dalam
Lembaran negara Nomor 75 Tahun 1959 hasil Dekrit Presiden 5 Juli
1959 dan naskah perubahan-perubahan UUD 1945 diletakkan
MELEKAT pada naskah asli
Perubahan UUD 1945
PERUBAHAN MATERI PERUBAHAN KETERANGA
N
Pertama (disahkan dalam
Sidang Umum MPR-RI 19
Oktober 1999)
Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9 ayat (1) dan ayat
(2), Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 14 ayat
(1) dan ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan
ayat (3), Pasal 20 ayat (1) sampai dengan ayat (4),
dan Pasal 21
Keseluruhan
berisi 16 ayat= 16
butir ketentuan
dasar
Kedua (disahkan dalam
Sidang Tahunan MPR-RI
tanggal 18 Agustus 2000)
Mencakup 27 Pasal yang tersebar dalam 7 bab,
yaitu Bab VI tentang Pemerintahan Daerah, Bab
VII tentang Dewan Perwakilan Rakyat, Bab IXA
Tentang Wilayah Negara, Bab X Tentang Warga
Negara dan Penduduk, Bab XA Tentang Hak Asasi
Manusia, Bab XII tentang Pertahanan dan
Keamanan Negara, Bab XV tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan
27 Pasal tersebut
isinya mencakup
59 butir
ketentuan yang
mengalami
perubahan atau
bertambah
dengan rumusan
ketentuan baru
samasekali
PERUBAHAN MATERI PERUBAHAN KETERANGAN
Ketiga (disahkan 9
November 2001)
Bab I tentang Bentuk Negara dan Kedaulatan, Bab
II Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Bab III
tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara, Bab V
tentang Kementrian Negara, Bab VIIA tentang
Dewan Perwakilan Daerah, Bab VIIB tentang
Pemilihan Umum, dan Bab VIIIA tentang Badan
Pemeriksa Keuangan
Paling luas cakupannya
terdiri dari 7 Bab, 23
Pasal, dan 68 butir
ketentuan/ayat. Secara
kuantitatif lebih besar
perubahan, secara
kualitatif perubahan
sangat mendasar
Keempat (disahkan
10 Agustus 2002)
dalam Sidang
Tahunan MPR-RI
Antara lain ditetapkan bahwa UUD NRI 1945
sebagaimana telah dirubah dengan Perubahan I, II,
III,IV adalah UUD NRI 1945 yang ditetapkan 18
Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan
Dekrit 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara
aklamasi pada 22 Juli 1959
Mencakup 19 Pasal
termasuk satu Pasal
yang dihapus
Naskah UUD 1945 dari masa ke masa
PERIODE MUATAN
1945-1959 Naskah Asli UUD 1945 tanpa Penjelasan. Yang ada adalah
Penjelasan Tentang UUD 1945
1959-1999 Naskah Asli UUD 1945 dengan Penjelasan Pasal per Pasal.
1999-2000 Naskah Asli UUD 1945 versi 1959-1999 + Perubahan I (1999)
2000-2001 Naskah Asli UUD 1945 versi 1959 -1999+ Perubahan I (1999) dan
Perubahan II (2000)
2001-2002 Naskah Asli UUD 1945 versi 1959-1999 + Perubahan I (1999) ,
Perubahan II (2000) dan Perubahan III (2001)
2002- Sekarang Naskah Asli UUD 1945 versi 1959-1999 + Perubahan I (1999) ,
Perubahan II (2000), Perubahan III (2001), dan Perubahan IV (2002)

Jenis Perubahan
Perubahan UUD 1945 dilakukan dalam rangka
menyempurnakan dan bukan mengganti UUD 1945
Oleh karenanya jenis perubahan UUD yang dilakukan
MPR adalah mengubah, membuat rumusan baru sama
sekali, menghapus atau menghilangkan, memindahkan
tempat pasal atau ayat sekaligus mengubah penomoran
pasal atau ayat.
Mengubah Rumusan
Contoh; Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 yang semula berbunyi
Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang
ditetapkan dengan undang-undang
Setelah diubah menjadi
Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang
dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan
undang-undang
Membuat Rumusan Baru Sama Sekali
Contoh; Pasal 6A ayat (1) UUD 1945
Pasal 6A
(1) Presiden dan Wakil Presiden Dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat
Menghapuskan/Menghilangkan rumusan
yang ada
Contoh, Ketentuan Bab IV Dewan Pertimbangan Agung
BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG
Pasal 16
(1) Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan dengan
Undang-undang
(2) Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan
Presiden dan berhak memajukan usul kepada Pemerintah

Setelah diubah menjadi
BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG
Dihapus
Memindahkan rumusan Pasal ke dalam rumusan
ayat atau sebaliknya sekaligus mengubah
penomoran pasal atau ayat
Contoh Pemindahan Rumusan Pasal ke dalam Rumusan Ayat: Pasal
34 UUD 1945
Pasal 34
Fakir Miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara
Setelah diubah menjadi
Pasal 34
(1) Fakir Miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara

Tiga Arus Tentang Perubahan UUD 1945
I. Kelompok /Arus yang ingin kembali ke UUD 1945
Kelompok Sapta Margais/Purnawirawan TNI dengan alasan
Kesetiaan kepada Pancasila dan UUD 1945
II. Kelompok /Arus yang ingin mempertahankan UUD 1945 hasil
Perubahan
Parpol dominan di MPR/DPR dengan alasan: Perubahan
sudah cukup menampung aspirasi dan kompromi
III. Kelompok /Arus yang ingin Perubahan Lanjutan/Perubahan ke-
Lima
Akademisi, Peneliti, LSM, dengan alasan Perubahan UUD
1945 masih belum sempurna
Kembali (lagi) Ke UUD 1945?
Perubahan UUD 1945 (199-2002) bukan pengkhianatan terhadap
Pancasila dan UUD 1945. Perubahan bahkan amanat Aturan
Tambahan II UUD 1945
Perubahan tidak menyentuh Pembukaan UUD 1945 yang berisi
Dasar Negara Panca Sila
Perubahan telah dibahas dalam jangka waktu lebih lama, 12 kali
lipat waktu sidang BPUPK

Anda mungkin juga menyukai