Anda di halaman 1dari 24

SELF ASSESTMENT, KEPATUHAN

WP DAN TAX EVASION


Oleh :
Citra Kharisma Utami
Aditya Permana 151402024
Hesyandi 151402024
Dian Anita
Ferry Hardianto 16120217


Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
official assesment system, self assessment system, dan
withholding system. Official assessment system adalah
suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang. Self assessment system adalah suatu
sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
Withholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk
memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang
oleh wajib pajak.

Sistem Self Assessment adalah suatu sistem yang memberikan
kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri jumlah
pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku. Selain itu Wajib pajak diwajibkan pula melaporkan secara
teratur jumlah pajak yang terutang dan telah dibayar sebagaimana
ditentukan dalam peraturan perpajakan. Pembayaran pajak selama
tahun berjalan pada dasarnya merupakan angsuran pajak untuk
meringankan beban wajib pajak pada akhir tahun pajak. Hakikat Self
Assessment System adalah penetapan sendiri besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib pajak. Pada sistem ini, masyarakat Wajib pajak
diberikan kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar untunk
melaksanakan kewajibannya, yaitu menghitung, memperhitungkan,
membayar serta melaporkan.

Sedangkan wajib pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum Perpajakan, wajib pajak adalah orang pribadi
atau badan, meliputi pembayar pajak, pemungut pajak dan pemungut
pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Sebagaimana telah diketahui banyak wajib pajak terdaftar yang tidak
memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu ada beberapa istilah
seperti Wajib pajak Efektif dan wajib pajak Non Efektif. Adapun pengertian
wajib pajak Efektif adalah wajib pajak yang memenuhi kewajiban
perpajakannya, berupa memenuhi kewajiban menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa dan atau Tahunan sebagaimana mestinya.
Sedangkan wajib pajak Non Efektif adalah Wajib pajak yang tidak
memenuhi kewajiban perpajakannya. Berdasarkan Surat Edaran SE-
01/PJ.9/20 tentang Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan disebutkan
bahwa Jumlah wajib pajak efektif adalah selisih antara jumlah Wajib pajak
terdaftar dengan jumlah wajib pajak non efektif
Kewajiban wajib pajak:
Mendaftarkan diri dan meminta Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) apabila belum mempunyai NPWP.
Mengambil sendiri blangko Surat Pemberitahuan (SPT)
dan blangko perpajakan lainnya di tempat-tempat yang
ditentukan oleh DJP.
Mengisi dengan lengkap, jelas dan benar dan
menandatangani sendiri SPT dan kemudian
mengembalikan SPT itu kepada kantor inspeksi pajak
dilengkapi dengan lampiran-lampiran.
Melakukan pelunasan dan melakukan pembayaran
pajak yang ditentukan oleh Undang-Undang.

Menghitung sendiri, menetapkan besarnya
jumlah dan membayar pajak dalam tahun
yang sedang berjalan, sesuai dengan pajak
dari tahun terakhir atau sesuai dengan SKP
yang dikeluarkan oleh DJP.
Menghitung dan menetapkan sendiri pajak
yang terutang menurut cara yang ditentukan.
Menyelenggarakan pembukuan atau
pencatatan-pencatatan.

Dalam hal terjadi pemeriksaan pajak, wajib pajak wajib:
Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib pajak
atau objek yang terutang pajak.
Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
Memberikan keterangan yang diperlukan.


Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen
serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh suatu kewajiban
untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan
oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

Hak-hak wajib pajak :
Menerima tanda bukti pemasukan SPT.
Mengajukan permohonan dan penundaan penyampaian SPT.
Melakukan pembetulan sendiri SPT yang telah dimasukkan ke
KPP.
Mengajukan permohonan penundaan dan pengangsuran
pembayaran pajak sesuai dengan kemampuannya.
Mengajukan permohonan perhitungan atau pengembalian
kelebihan pembayaran pajak serta berhak memperoleh
kepastian terbitnya surat keputusan kelebihan pembayaran
pajak, surat keputusan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak.
Mendapatkan kepastian batas ketetapan pajak yang terutang
dan penerbitan Surat Pemberitaan.

Mengajukan permohonan pembetulan salah tulis atau salah
hitung atau kekeliruan yang terdapat dalam Surat Ketetapan
Pajak (SKP) dalam penerapan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Mengajukan surat keberatan dan mohon kepastian terbitnya
surat keputusan atas surat keberatannya.
Mengajukan permohonan banding atas surat keputusan
keberatan yang diterbitkan oleh DJP.
Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan
pengenaan sanksi perpajakan serta pembetulan ketetapan pajak
yang salah atau keliru.
Memberikan kuasa khusus kepada orang yang dipercaya
untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Kepatuhan dalam Membayar Pajak
Ismawan (2001:82) mengemukakan prinsip
administrasi pajak yang diterima secara luas
menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai
adalah kepatuhan sukarela. Kepatuhan
sukarela merupakan tulang punggung
sistem self assessment di mana wajib pajak
bertanggung jawab menetapkan sendiri
kewajiban pajaknya dan kemudian secara
akurat dan tepat waktu membayar dan
melaporkan pajak tersebut.

Kepatuhan perpajakan yang dikemukakan oleh Norman
D. Nowak sebagai suatu iklim kepatuhan dan
kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan
tercermin dalam situasi (Devano, 2006:110) sebagai
berikut :
Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami
semua
ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
Menghitung jumlah pajak yang rutang dengan benar.
Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya
Kepatuhan sebagai fondasi self assessment dapat
dicapai apabila elemen- elemen kunci telah diterapkan
secara efektif. Elemen- elemen kunci (Ismawan,
2001:83) tersebut adalah sebagai berikut :
Program pelayanan yang baik kepada wajib pajak.
Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib
pajak.
Program pemantauan kepatuhan dan verifikasi yang
efektif.
Pemantapan law enforcement secara tegas dan adil.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 544/KMK.04/2000, wajib pajak
dimasukkan dalam kategori wajib pajak patuh
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
Tepat waktu dalam menyampaikan surat
pemberitahuan untuk semua jenis pajak dalam
dua tahun terakhir.
Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua
jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak.


Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir.
Dalam dua tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 UU KUP dan dalam hal
terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada
pemeriksaan yang terakhir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang
paling banyak 5%.
Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir
diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak
mempengaruhi laba rugi fiskal. Laporan auditnya harus disusun
dalam bentuk panjang (long form report) yang menyajikan
rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal. Dalam hal wajib pajak
yang laporan keuangannya tidak diadit oleh akuntan publik
dipersyaratkan untuk memenuhi ketentuan pada huruf a, b, c, dan d
di atas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk
membayar pajak antara lain :
Faktor yang cukup menonjol adalah kepemimpinan, kualitas
pelayanan, dan motivasi. Pemimpin harus mampu menciptakan
kemudahan untuk merangsang kesadaran yang dipimpin, dalam hal
ini adalah kesadaran masyarakat untuk membayar Pajak Bumi dan
Bangunan. Pelayanan masyarakat merupakan salah satu tugas lurah
desa, memberi pelayanan yang berkualitas telah menjadi obsesi
yang selalu ingin dicapai. Motivasi adalah dorongan agar orang mau
melakukan sesuatu dengan ikhlas dengan sebaik-baiknya. Dan
kepemimpinan yang baik, pelayanan yang berkualitas dan motivasi
yang baik akan dapat mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk
membayar pajak.

Faktor ekonomi/tingkat pendapatan. Faktor
ekonomi merupakan hal yang sangat
fundamental dalam hal melaksanakan kewajiban.
Masyarakat yang miskin akan menemukan
kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan
mereka akan memenuhi kebutuhan hidup
terlebih dahulu sebelum membayar pajak.
Karenanya tingkat pendapatan seseorang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut
memiliki kesadaran dan kepatuhan akan
ketentuan hukum dan kewajibannya.

Faktor yang dapat menurunkan tingkat kesadaran dan kepedulian sukarela
wajib pajak. Antara lain:
Prasangka negatif kepada aparat perpajakan harus digantikan dengan
prasangka positif. Sebab, prasangka negatif ini akan menyebabkan para
wajib pajak bersikap defensif dan tertutup. Mereka akan cenderung
menahan informasi dan tidak co operatif. Mereka akan berusaha
memperkecil nilai pajak yang dikenakan pada mereka dengan memberikan
informasi sesedikit mungkin. Perlu usaha keras dari lembaga perpajakan
dan media massa untuk membantu menghilangkan prasangka negatif
tersebut.
Hambatan atau kurangnya intensitas kerjasama dengan Instansi lain (pihak
ketiga) guna mendapatkan data mengenai potensi Wajib Pajak baru,
terutama dengan instansi daerah atau bukan instansi vertikal.
Bagi Calon Wajib Pajak, Sistem Self Assessment dianggap menguntungkan,
sehingga sebagian besar mereka enggan untuk mendaftarkan dirinya
bahkan menghindar dari kewajiban ber-NPWP. Data-data tentang dirinya
selalu diupayakan untuk ditutupi sehingga tidak tersentuh oleh DJP.

Masih sedikitnya informasi yang semestinya disebarkan
dan dapat diterima masyarakat mengenai peranan
pajak sebagai sumber penerimaan negara dan segi-segi
positif lainnya.
Adanya anggapan masyarakat bahwa timbal balik
(kontra prestasi) pajak tidak bisa dinikmati secara
langsung, bahkan wujud pembangunan sarana prasana
belum merata, meluas, apalagi menyentuh pelosok
tanah air.
Adanya anggapan masyarakat bahwa tidak ada
keterbukaan pemerintah terhadap penggunaan uang
pajak

Tax Evasion
Tax Evasion merupakan tindakan yang ilegal yang memperkecil
ataupun meloloskan diri untuk tidak membayar pajak sesuai dengan
besarnya pajak yang harus dibayarkan.
Tax Evasion menurut Moh. Zain dalam bukunya Manajemen
Perpajakan adalah sebagai berikut :
Dapat pula didefinisikan sebagai suatu tindakan atau sejumlah
tidakan yang merupakan pelanggaran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan seperti :
Tidak dapat memenuhi pengisian SPT tepat waktunya
Tidak dapat memenuhi pelaporan penghasilan dan pengurangannya
secara lengkap dan benar
Tidak dapat memenuhi pembayaran pajak tepat pada waktunya
Tidak dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan

Tidak dapat memenuhi kewajiban menyetorkan pajak
penghasilan para karyawan yang dipotong dan pajak
lain yang telah dipungut
Tidak dapat memenuhi kewajiban membayar taksiran
utang pajak
Tidak dapat memenuhi permintaan fiskus akan
informasi pihak ketiga
Pembayaran dengan cek kosong bagi Negara yang
dapat melakukan pembayaran pajaknya dengan cek
Melakukan penyuapan terhadap aparat perpajakan dan
atau tindakan intimidasi lainnya.

Menurut Wallschutzky dalam Nurmantu (2004) sebab-sebab WP
melakukan tax evasion adalah:
(1) WP berpersepsi tentang: (a) Tarif pajak terlalu tinggi; (b) Sistem
keadilan dan kejujuran dalam perpajakan yang kurang; (c)
Bagaimana kebijakan pemerintah dalam membelanjakan uang dari
pembayaran pajak oleh Wajib Pajak;
(2) Kecenderungan individu yang kurang memahami aturan dan
hukum yang berlaku;
(3) Perilaku individu yang dipengaruhi oleh kelompok sehingga
mempengaruhi individu tersebut melakukan tax evasion;
(4) Tax audit, pelaporan informasi dan potongan dalam pajak;
(5) Administrasi pajak yang kurang dimengerti oleh tax payer;
(6) Kemungkinan ketahuan dan penegakan
hukum yang kurang dari pemerintah; dan
(7) Servis dari Wajib Pajak yang kurang
dinikmati.

KESIMPULAN
Tax evasion dilakukan oleh karena kurangnya
kepercayaan Wajib Pajak terhadap fiskus meskipun
mereka mengetahui manfaat yang dapat diperoleh
dengan menyisihkan sebagian penghasilan mereka
untuknegara sehingga dapat memberikan pengaruh
positif pada penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak. Penerimaan pajak yang optimal dapat dilakukan
dengan memberikan pemahaman secara memadai dan
kontinu dari fiskus disamping juga memerlukan
kesadaran dari aparat perpajakan untuk memberikan
sistem keadilan dan kejujuran dalam administrasi dan
pelayanan pajak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai