Anda di halaman 1dari 14

DUKUN-DUKUNAN

BAGIAN I
DI SEBUAH DESA
SEPASANG SUAMI ISTRI YANG SEDANG ADU MULUT, SUAMI
YANG PEMALAS, PEKERJAANNYA HANYA MEMANCING DI
SUNGAI, NAMUN HASILNYA TAK SEBERAPA, SI ISTRI YANG
PEMARAH KARENA SI SUAMI TAK PERNAH MENGHASILKAN
UANG UNTUK KEBUTUHAN SEHARI HARI.
001. ISTRI : Astagfirullah. Pak.. pak,sekali kali, kerja yang bener, yang
menghasilkan duit. Biar bisa untuk beli beras, untuk makan,
untuk hidup sehari hari
002.SUAMI : Kerja apa bu, jaman sekarang itu, cari kerja sulit,, lha yang
sarjana saja nganggur, apa lagi saya yang sama sekali belum
pernah duduk di bangku sekolahan
003. ISTRI : Dasar bapak saja yang malas, pekerjaan itu buanyak pak, asalkan
kita gigih, kita rajin, cari kayu bakar kek, berkebun kecil-
kecilan di kali kek, Bantu-bantu kuli kek, jadi PRT kek, Jadi
TKI kek, jadi apa saja kek.
004.SUAMI : Kak kek, kak kek, memangnya aku ini kekek mu apa? Kamu
yahh, jadi istri kok senangnya ngganggu kesenangan suami,
cobalah dirimu itu jadi istri yang baik dan benar. Jadi istri
yang setia setiap saat. Melayani suamidengan bergairah...
(tarik nafas)
005. ISTRI : Kalau yang bapak ini jadi suami yang bener bener suami, ya pasti
aku mau melayani, lha bapak, suami hanya suami imitasi, ya
sori sori saja kaalu aku tak sudi melayani.
006. SUAMI : eee.. eee.. ee.. !!, Kurang ajar, berani beraninya bilang suami
imitasi.
007. ISTRI : Lha kalu bukan suami imitasi, suami palsu, lantas aku harus
menyebut suami apa?
008. SUAMI : Ya sudah semestinya, kamu itu menyebut suamiku yang tampan,
suamiku yang cakep, suamiku yang bagus. Atau beib kee
009. ISTRI : tampan.. cakep.. bagus?? prettt..
010. SUAMI : Hus
011. ISTRI : Lha bagus apanya, cakep apanya, tampan apanya? Bapak ini kalau
jadi suami betul betul sudah pasti saya urus, malasnya minta
ampun. Pagi-pagi saat orang-orang giat bekerja, bapak enak
saja masih santai begini, apa itu namanya suami ? saat
istrinya bekerja membanting tulang, kerja mati-matian jadi
tukang cuci, kalau masih ada waktu cari kayu bakar untuk di
jual, sesekali jadi tukang bersih-bersih rumah, kadang-
kadang kepala untuk kaki, kaki untuk tangan, tangan untuk
kepala. Bapak kok masik asyik asyik saja duduk santai
santai. Apa itu bukan suami imitasi. insaf pak, sadar
pak, ingat pak. Sebel aku, Rasanya pingin aku telan
kamu pak.
012. SUAMI : Nah itulah kamu. Ini.. ini yang harus aku jelaskan sejelas-
jelasnya kepada kamu istriku yang cantik. Orang bisa asyik
asyik, santai santai, itu adalah anugerah terindah bagi umat
manusia, jarang lho ada orang yang bisa seperti itu, hanya
satu berbanding seratus ribu. Jadi itu bukan aib, bukan
perbuatan cela. Jangan di hina.
013. ISTRI : aduuuh pak.. bapak ! kalau kita sudah banyak duit, kalau kita
sudah kaya seperti bapak-bapak pemimpin kita yang punya
kekayaan seratus milyard, punya mobil mewah, punya
warisan tujuh turunan. Kita santai-santai bolah boleh saja,
kita asyik asyikan bisa-bisa saja. Lha ini, uang sepeserpun
gak punya, pekerjaan gak ada. Besok makan apa juga gak
pasti, e.. kok masih sempat-sempatnya santai. Itu namanya
kebangeten.
014. SUAMI : Ya kalau memang besok belum ada yang dimakan, ya puasa
dulu. Itu kan ajaran agama.
015. ISTRI : Puasa kok tiap hari. Puasa bagi orang yang mampu itu memang
ajaran agama, tetapi bagi kita kaum duafa ? puasa itu karena
keadaan pak, karena memang tidak ada yang di makan.
016. SUAMI : Wah itu berarti kita ini orang orang ampuh sayangku, sudah
duafa, puasa lagi. Itu kan bisa untuk contoh baik orang-orang
rakus yang suka makan jatah kita
017. ISTRI : Ash. Sudah sudah nggak usah membantah, sekarang bapak
harus kerja, kerja apa kek
018. SUAMI : waaw, kok semakin hari kamu semakin berkuasa bu, sudah
berani ngatur ngatur suamimu, berani perintah perintah,
kamu sudah berbau militerisme terhadap suamimu sendiri.
019. ISTRI : Habisnya bapak tidak mau kerja. Gak mau cari uang. Kita butuh
beras pak. Kita butuh perabot rumah pak, kita butuh sabun,
odol, butuh kasur , dll. Rumah tangga kok hanya punya satu
kasur tanpa ranjang, hanya punya dua gelas, satu piring,
hingga kalau mau makan harus gantian.
020. SUAMI : Memang yang lain kemana ?
021. ISTRI : Pakai nanya kemana ? sudah di jual untuk beli beras. Memangnya
nasi yang di makan bapak setiap hari itu dari mana? Ya dari
perabotan kita itu pak. Ayo sekarang kerja. Jangan hanya
diam saja, kerja yang bener.
022. SUAMI : Ogah ! Aku nggak mau kerja keras,! Dan lagi aku lagi menunggu
uang turun dari langit.
023. ISTRI : O.. dasar suami tak tau diri. (GEMAS INGIN MEREMAS-
REMAS WAJAH SUAMINYA) Heh andai aku berani
andai aku mampu.
024. SUAMI : (JADI MARAH) Apa bu, mau ngelawan suami, berani sama
suami.. saya Pemimpin rumah tangga ini!
025. ISTRI : ( tarik nafas berdiam diri)
026. SUAMI : (SAMBIL PERGI) aku keluar dulu bu,, cari inspirasi.
027. ISTRI : Suami macam apa itu? Disuruh kerja cari nafkah kok gak mau,
usaha dikit gak mau. Nasib Orang miskin Nasib nasib.
ohh penguasa berikanlah aku uang.. Aku sudah gak kuat
lagi.
DITENGAH KESEDIHAN ISTRI. DATANG SEORANG YANG
SEDANG MENCARI DUKUN AMPUH.
028. PARJI PRT : (mengetuk pintu).. spada..
029. ISTRI : iya,, tunggu sebentar...
030. PARJI PRT : Permisi
031. ISTRI : Mari mari masuk.(heran)
034. PARJI PRT : begini bu??
037. ISTRI : pangil saja Bu asdi Ranjang...
040. PARJI PRT : Buas di Ranjang ???
041. ISTRI : Yaa. Asdi nama suami saya, memang dahulu pekerjaannya tukang
memperbaiki ranjang, orang orang sering menyebut Asdi
Ranjang, jadi orang orang pun suka menyebut saya Bu Asdi
Ranjang.
042. PARJI PRT : Jadi begini Buas Di ranjang. Saya kemari, sesungguhnya
akan bertanya. Konon katanya, di desa ini ada seorang dukun
ampuh yang bisa menyembuhkan apa saja, Dari penyakit
sampai penyakit, segala macam penyakit dada, hati,
mata,tangan, leher, perut, kepala, pundak, lutut, kaki, kepala,
pundak, lutut kaki, lutut, kaki. Konon katanya sih namanya
eyang super.
043. ISTRI : (MASIH RAGU RAGU MENJAWAB) Eyang super, dukun
ampuh, ahli segala macam penyakit, penyakit kepala,
pundak, lutut, kaki, kepala, pundak, lutut, kaki, lutut, kaki.
(OTAK LICIKNYA TIBA TIBA MUNCUL) Oh ada
sudah dekat bapak sudah dekat, bapak sudah berada
didekatnya..
044. PARJI PRT : Oh jadi Ibu sendiri ? (TIBA TIBA MENYEMBAH
NYEMBAH BAPAK DAN MENANGIS) Oh bu tolonglah
majikan saya bu, beliau sakit parah, hanya kepada ibu dia
dapat di sembuhkan, sudah ratusan dokter, dukun, tabib,
mencoba menyembuhkan tetapi gagal total. Majikan saya
tidak sembuh sedikitpun, tolonglah lah saya bu, tolonglah
majikan saya bu, tolonglah keluarga majikan saya bu
045. ISTRI : Bukan.. bukan saya saya bukan eyang progo. Anda salah.
046. PARJI PRT : Oh ya maaf, maaf bu,, Lantas dukunnya yang mana ya bu ??
047. ISTRI : Jangan kuatir. bapak tidak usah nyari, karena dia dukun ampuh,
dia yang akan menyari anda...
048. PARJI PRT : (BERDECAK KAGUM) Ck.. Ck Ck.
049. ISTRI : Sampeyan cukup berdiri di situ, beliau dukun sakti ini akan datang
dengan sendiri.
050. PARJI PRT : (BERDECAK KAGUM) Ck.. Ck Ck.
051. ISTRI : Tanpa Sampeyan ceritakan penyakitnya, beliau akan tahu dengan
sendirinya.
052. PARJI PRT : (BERDECAK KAGUM) Ck.. Ck Ck.
053. ISTRI : Pokoknya beliau ini Ck.. Ck Ck.
054. PARJI PRT : (BERDECAK KAGUM) Ck.. Ck Ck.
055. ISTRI : Tetapi, untuk bertemu dengan beliau ini, ada syaratnya
056. PARJI PRT : Apapun syaratnya akan saya penuhi, bu. Apapun, pokoknya
terserah apa syaratnya...
057. ISTRI : Syaratnya, beliau ini harus dipukuli terlebih dahulu
058. PARJI PRT : Lho Kok ?
059. ISTRI : Inilah unik dan anehnya dukun antik eyang progo sang super star.
Beliau ini tidak mau mengaku dukun kalau tidak di pukuli
terlebih dahulu, tidak mau memeriksa kalau tidak di pukuli
dahulu, tidak mau mengeluarkan kepandaiannya kalau tidak
di pukuli dahulu. Jadi jangan di sembah-sembah seperti saya
tadi, dia malah tidak mengaku.
060. PARJI PRT : Gitu ya??
061. ISTRI : Ya begitu lah. Aneh kan? (TAHU KALAU SUAMINYA AKAN
DATANG) Nah nah nada nadanya eyang super sudah
mencium bau anda yang akan minta pertolongan. Sampeyan
berdiri saja di situ. Tutup mata, hitung sampai sepuluh,
Beliau Pasti Datang (PERGI MENINGGALKAN PARJI
PRT) Ingat, jangan lupa di pukuli dahulu.
PARJI PRT MEMUTUP MATA DAN MENGHITUNG SAMPAI
SEPULUH. SUAMI MENGHAMPIRI PARJI.
062. SUAMI : Weh.. ? Ini orang aneh atau orang kesasar? Wong sudah tua
begini masih main petak umpet? Tetapi kok mainnya di sini
ya, apa sudah tidak ada tempat lain? Apa orang ini orang
yang sedang belajar menghitung dan kesasar di sini? Aneh?
Ada ada saja.
063. PARJI PRT : (TEPAT HITUNGAN KE SEPULUH) Ya pak Dukun Eyang
Super !
064. SUAMI : Hus !!!!! (heran)
065. PARJI PRT : Nah ! Panjenengan pasti Eyang Super, dukun ampuh sang
super star.
066. SUAMI : Dukun apa ? Ampuh gimana ?? Ngimpi ?? dasar orang gila!!
067. PARJI PRT : Anda pasti dukun, orang pinter ?
068. SUAMI : Bukan, tidak, Bukan Dukun, Tidak Pinter.
069. PARJI PRT : Pasti Dukun, Sudah pasti pinter.
070. SUAMI : Bukan, sungguh.
071. PARJI PRT : pasti kamu dukun super..
072. SUAMI : Bukan ah.
073. PARJI PRT : Dukun aja.
074. SUAMI : Bukan ! kurangajar kamu! Orang ini kesurupan apa?
075. PARJI PRT : Dukun !
076. SUAMI : Bukan !
077. PARJI PRT : Duk
078. SUAMI : Buk
079. PARJI PRT : Benar juga kata ibu itu, memang harus dipukuli dahulu.
(MENGAMBIL KAYU DAN MEMUKULI ORANG ITU)
Kamu pasti dukun, pasti orang sakti, ampuh, pinter.
dll.Dll
080. SUAMI : (KARENA TERUS DI PUKULI, AKHIRNYA MENYERAH)
Ya dukun dukun juga boleh
081. PARJI PRT : Nah begitu, kalau ngaku dari tadi, saya kan tidak harus
memukuli bapak. Jadi begini bapak dukun
082. SUAMI : Tetapi saya bukan dukun
083. PARJI PRT : Masih menyangkal (KEMBALI MEMUKULI) Ngaku tidak
?
084. SUAMI : Ya ngaku ngaku Dukun ! (BICARA SENDIRI) Yah
daripada dipukuli, jadi dukun ya tak apalah, iseng-iseng
berhadiah. (KEPADA PARJI PRT) Jadi apa keluhannya.
KEMUDIAN PARJI PRT MENERANGKAN PANJANG LEBAR
(DENGAN BAHASA ISYARAT). PARJI MENINGGALKAN SUAMI
SENDIRI, SETELAH MEMPERSIAPKAN SEGALA SESUATU, SUAMI
MENYUSUL PARJI PRT. KE KOTA.
BAGIAN II
DI RUMAH KELUARGA BAPAK MARTABAT. PUTRA, ANAK SATU
SATUNYA PAK MARTABAT SEDANG DIKEJAR-KEJAR SEOARANG
DOKTER UNTUK DI SUNTIK.
085. DOKTER : Ayo sini nak, jangan takut, sebentar lagi kamu pasti sembuh.
Ayo sini sebentar saja, ayo, kamu jangan menurunkan
kredibilitasku sebagai dokter, kamu jangan merendahkan
kwalitas namaku sebagai dokter sakti. Ayolah nak, ayo.
086. PUTRA : (TAKUT) Kredabeg gup lgu gigu kali hila tara ystgerdfe
bdgdtrfvb nhytrs.!
087. DOKTER : Ini ramuan terbaruku, inti sari susu kedelai yang di kombinasi
ASI yang di sedot dari ibu-ibu pilihan berkwalitas super
yang berusia 40 tahun.
088. PUTRA : Kredabeg gigu kali hila tara ystgerdfe bdgdtrfvb nhytrs.!
089. DOKTER : Sudah pasti obat ini, jaminan sembuh.
090. PUTRA : Kredabeg! gup lgu ! gigu kali ! hila ! tara ! ystgerdfe bdgdtrfvb
nhytrs.!!!!!
091. DOKTER : Ayolah, demi kredi peti, demi spon bob, demi aquarius, demi
apolo, demi kian.
092. PUTRA : (SEMAKIN KETAKUTAN) Kredabeg gup lgu gigu kali hila
tara ystgerdfe bdgdtrfvb nhytrs.
MUNCUL BU MARTABAT.
093. BU MARTABAT : Oh, jadi begitu ya cara mengobatinya, pakai maksa
maksa, anarkis ya, pakai kekerasan ya, orang sudah tahu
ketakutan, malah di takut takuti ya, sudah tahu putriku lari
kesana kesini kesitu masih di kejar saja. Sudah jelas jelas
takut di suntik, mau di coblos saja. Dokter macam apa kamu
ini, mal praktek ya, illegal ya, palsu ya, apus-apusan ya,
dasar dasar. Dasar. Benci aku, pokoknya akan aku
tuntut, ke meja hijau, karena sudah mengancam dan
menakut-nakuti anak. Itu juga bisa masuk pasal tindakan
tidak menyenangkan, kalau caranya begitu anakku tidak
semakin sembuh tapi malah tambah parah sakitnya. Dasar
dasar.. dasar.. huh !
094. PAK MARTABAT : (DATANG MENYUSUL) bu sabar bu, yang sabar,
kok malah marah-marah dengan pak dokter, ini demi anak
kita bu, segala cara patut kita coba.
095. DOKTER : Ya maafkan saya bu, Bukan maksud saya bu, untuk menyakiti
anak ibu, ini dalam rangka penyembuhan secara medis.
096. BU MARTABAT : Penyembuhan apa, penyembuhan kok menakut nakuti,
penyembuhan kok bikin girap girap , penyembuhan cara
mana itu?
097. PAK MARTABAT : Jangan menuduh yang bukan bukan, siapa tahu itu
cara yang paling canggih, paling baru
098. BU MARTABAT : Whe lha dalah ada gajah makan jadah ! bapak kok
membela si dokter ini ? Seneng ya sama dokternya? Tertarik
ya? Nikah aja sana !
099. PAK MARTABAT : (heran) nikah?? Bukan begitu bu, bukannya tidak
membela bu
100. DOKTER : Saya sungguh sungguh demi pengobatan bu, sesuai yang saya
pelajari di universitas kedokteran sekolah saya bu. Dan
menurut penelitian para ahli, cara ini memang cara yang
paling manjur untuk penyakit anak ibu.
101. BU MARTABAT : Penelitian apa? Alasan saja kamu. Mana bisa
menyembuhkan orang, kalau yang akan di sembuhkan malah
jiwanya tidak stabil, malah paranoid berlebihan, malah pobia
sepobia pobianya.
102. PUTRA : (PROTES KEPADA IBUNYA) putra tidak mau ibu kalau ada
main suntik suntikan?? (pucat, gemetar ketakutan)
103. BU MARTABAT : Nah iya kan? Putraku malah semakin sakit? Semakin
menderita? Sudah.. sudah pulang sana ke universitasmu,
belajar lagi, biar tidak menjadi sarjana premature, sarjana
invalid.(MENGUSIR DOKTER) ayo pulang sana, dan tidak
akan ku bayar kamu, ayo lekas pulang, mumpung aku belum
berubah pikiran untuk menuntutmu.
DOKTERPUN PERGI.
104. PAK MARTABAT : Sabarlah bu, jangan mencit mencit begitu
omangannya, nggak usah lancip lancip begitu nerocosnya,
nanti darah tingginya naik lagi. Jadi orang itu harus sobar,
orang sabar itu disayang Gusti Allah.
105. BU MARTABAT : Sabar yang bagaimana lagi pak, saya ini sedang panik,
sedang sok, anak kita ini sedang sakit serius, kok disuruh
sabar, nggak bisa, kita harus terus berusaha keras sekeras
kerasnya agar anak kita ini sembuh. Bapak malah nyuruh
sabar, nanti kalau anak kita tidak sembuh bagaimana, jadi
gagu seumur umur pigimana, jadi cacat. Apa bapak tega.
106. PAK MARTABAT : Tetapi ya jangan grusa grusu seperti itu bu. Semprot
sana semprit sini, nerocos sana nericis sini, kaya preman
pasar saja. Semua dokter, suster, bidan, dukun, tabib,
singshe, dan segala macam juru sembuh yang kesini, semua
telah kena hujatan amarahmu. Dan dokter tadi sudah orang
ke seratus tiga puluh tiga, yang kena hujan amarahmu yang
teramat sangat cerewet banget itu.
107. BU MARTABAT : Habisnya mereka itu inilh itulh blablabla inilh
itulh.. tetapi tak ada yang becus, malah bikin anak kita jadi
ketakutan. Nyari dokter kok nyari yang mata duitan, belum
apa apa sudah bayar di muka, baru tanya nama udah bayar
duluan, padahal belum diperiksa, belum diobati, dokter apa
itu, dan lihat hasilnya tidak sembuh juga. Kalau semua
dokter begitu aku kan jadi mumet, mlungkret
(MENUMPAHKAN KEMARAHANNYA
DENGAN TERIAK) heh !!!!
108. PAK MARTABAT : Bu ?
109. PUTRA : (MENCOBA IKUT BERPENDAPAT TETAPI MASIH GAGU)
Kredabeg! gup lgu ! gigu kali ! hila ! tara ! ystgerdfe
bdgdtrfvb nhytrs.!!!!!
110. BU MARTABAT : Ga ga, gi gi, ga ga, gu gu, Ya kamu itu yang bikin
ibumu ini jadi stress berat. Sesak napas, mengi, mengkis
mengkis.(NAPASNYA SESAK)
111. PUTRA : (MENANGIS MERASA DISALAHKAN) Kredabeg! gup lgu !
gigu kali ! hila ! tara ! ystgerdfe bdgdtrfvb.
SEMENTARA ITU, BU MARTABAT SEMAKIN SESAK NAPAS, DAN
HAMPIR PINGSAN.
112. PAK MARTABAT : Waduh ibumu kumat lagi nak.
113. BU MARTABAT : (SEPERTI NGOMNYANG) Barakadah, wasawyah,
karakadah, Barakadah, wasawyah, karakadah, Barakadah,
wasawyah, karakadah, air.. air (TERIAK MEMANGGIL
PARJI) Parji Air !
114. PARJI PRT : (YANG TIBA TIBA DATANG DARI LUAR) I am
coming.Saya datang ndoro putra, saya
sudah coming ndoro kakung.
115. BU MARTABAT : Air.. ambilkan aku air aku sesak napas air
116. PARJI PRT : Kali ini pasti ndoro putra tidak perlu air untuk
menghilangkan sakit sesak napas. Karena saya telah
menemukan dukun ampuh sang super star, seperti mimpi
ndoro putra.
117. BU MARTABAT : (TIBA TIBA SEMBUH) Eyang super ?
118. PARJI PRT : iya iya, Eyang super..
119. PAK MARTABAT : Oh.. pasti dukun ini sangat ampuh, baru akan
mendengar namanya saja, istriku langsung sembuh dari
penyakit asma.
120. PUTRA : (IKUT GEMBIRA, MASIH BISU) Kredabeg! gup lgu ! gigu
kali ! hila ! tara ! ystgerdfe bdgdtrfvb nhytrs.!!!!!
121. PARJI PRT : Dukun ini memang ampuh, tanpa aya cari datang sendiri.
122. PAK MARTABAT : Bisa menyembuhkan aneka penyakit ?
123. PARJI PRT : Segalanya ndoro kakung, segala penyakit bias ditumpas
dengan tuntas.. tas tas tas..
124. BU MARTABAT : Sekarang mana orang itu, aku kok sudah ingin ketemu.
125. SUAMI : (TIBA TIBA MUNCUL SUDAH DENGAN PAKAIAN DAN
PERALATAN ALA DUKUN) Aloooha ! Perkenalkan nama
saya sesungguhnya Adi, Adi Karta Raja Nagara. Tetapi di
dunia ilmu supranatural orang sering menyebu dengan
EYANG SUPER. Juru sembuh paling ter masyur, canggih,
dan pasti 100 % oke deh punya.
126. PAK MARTABAT : Oh silahkan, silahkan masuk. Memang
dari gaya2nya, dari aura2nya, bapak ini memang sudah
tampak seperti dukun ampuh
127. SUAMI : Super star.je.
128. PAK MARTABAT : Memang tidak di ragukan kalau penampilan bapak ini
memang penampilan juru sembuh professional.
129. SUAMI : (MEMEGANG TANGAN PAK MARTABAT) oh jadi ini yang
sakit. Kalau dilihat dari gejalanya, terdiri dari gangguan di
sebelah kiri, Wah ini pasti migran. (MEMEGANG SISI
YANG LAIN) Tapi tunggu, tunggu, Di sini kok juga
mengalami kelainan. Wah ini lebih parah dari apa yang saya
duga, Ini komplikasi Migran dan fertigo, atau bahasa
ilmiahnya di sebut Vertigren. Atau dalam bahasa latin di
sebut oregano Vertigano complicano.
130. BU MARTABAT : Ck.. ck.. ck.. Ampuh bener Fasih sekali bahasa
latinnya.
131. PAK MARTABAT : Tapi maaf pak super star, bukannya migran dan
Vertigo itu, penyakit kepala ?
132. SUAMI : Oh ini pengembangan ilmu pengetahuan pak, yang pada
akhirnya dapat mengikuti perkembangan penyakit, memang
dahulu migran dan vertigo itu penyakit kepala, tetapi setelah
mengalami sublimasi saraf otak secara kimiawi, langsung
terjadi interaksi positif antara ion-ion retina mata, yang
langsung di sebar luaskan oleh bakteri anaoda dan katoda
dalam kepala, yang kemudian di alirkan ke tangan.
Begitulah.
133. BU MARTABAT : Gila Bener, pinter banget !
134. PAK MARTABAT : Oh Begitu ya ?
135. SUAMI : Ya begitu itu, kejadian ilmiahnya.
136. PAK MARTABAT : Tetapi yang sakit bukan saya.
137. SUAMI : Aduh, salah tho ? tiwas sudah aku brojolkan segala ilmuku je.
138. BU MARTABAT : Yang sakit ini (MENUNJUK PUTRA ANAKNYA)
anak saya.
139. SUAMI : Oh yang sakit ini tho, kebetulan sekali.
140. BU MARTABAT : Kok kebetulan ?
141. SUAMI : Kebetulan, saya memang suka mengobati cowok cowok tampan.
(KEPADA PUTRA) Siapa namamu nak?
142. PUTRA : (MASIH BISU) pukjhyftrg bgcftr mnjghy.
143. SUAMI : Oh, pasti anak ibu mengalami gangguan mulut.
144. PUTRA : (MASIH BISU) pukjhyftrg bgcftr mnjghy.
145. SUAMI : Oh aku yakin sekali kalau nak ibu ini bisu.
146. PUTRA : (MASIH BISU) pukjhyftrg bgcftr mnjghy.
147. SUAMI : Saya paham, paham, saya paham bahasanya. (KEPADA
PUTRA) Blekuthuk blekutuk blekuthuk blekuthuk.
148. PUTRA : (MASIH BISU) pukjhyftrg bgcftr mnjghy.
149. SUAMI : Blekutak blekutik blekithuk ?
150. PUTRA : (MASIH BISU) pukjhyftrg bgcftr mnjghy.
151. SUAMI : Yah, aku sudah tahu jalan keluarnya. Sekarang silahkan semua
saja yang tidak berkepentingan, untuk meninggalkan area
ini. Baru setelah aku panggil, silahken datang.


TANPA BERTANYA LAGI, IBU DAN BAPAK MARTABAT SERTA
PARJI PRT MENINGGALKAN PUTRA UNTUK DIOBATI.
DAN SETELAH SEPI, DUKUN PALSU ITU MENANGIS MERATAP
MEMOHON SANG PUTRA UNTUK SEMBUH, KARENA DIA
SESUNGGUHNYA TIDAK BISA MENGOBATI.
152. SUAMI : Tolonglah saya nona, plis banget, saya sebenarnya bukan dukun,
saya bukan super star, saya hanya bohong bohongan, sebab
kalau saya tidak mengaku dukun, saya bakal dipukuli,
tolonglah saya tuan, tolong, saya sesungguhnya tidak 100%
oke deh punya, saya sebenarnya minus 100% payah lah
boleh. Tolong tuan.
153. PUTRA : (MELIHAT TINGKAH DUKUN PALSU ITU MERATAP
SAMBIL MENANGIS, DAN SESEKALI KENTUT,
PUTRI JADI TERTAWA GELI) Ih bau, bapak kentut ya?
154. SUAMI : Saya kalau ketakutan berlebihan, memang suka kentut, bau
lagi.
155. PUTRA : (MASIH TERTAWA GELI) Sudah pak, sudah, jangan
menghiba-hiba lagi, saya lihat bapak menangis sambil
kentut, bikin perut saya kram karena tertawa.
156. SUAMI : (SADAR, TERHERAN MELIHAT PUTRI BISA BICARA
NORMAL) oh jadi. Jadi
157. PUTRA : (KEMBALI PURA PURA BISU) Btrfaredeij nrhyui
mbngjtyuygr.
158. SUAMI : Oh saya tahu.. saya paham.. tuan pura-pura ya tuan bohong-
bohongan ya sudah jangan acting di depan gurunya acting.
159. PUTRA : Iya je. Saya pura-pura, maaf kalau sudah merepotkan semua
orang, termasuk bapak..
160. SUAMI : Memangnya ada apa tuan, kok pakai acara bisu-bisuan segala ?
162. PUTRA : Habisnya saya akan di jodohkan, di jodohkan dengan mba Wojo.
Padahal saya masih ingin melanjutkan sekolah sampai
perguruan tinggi.
163. SUAMI : Oh begitu ya ?
164. PUTRA : Nah untuk mengulur-ulur waktu perjodohan, sambil cari akal
yang lain, ya saya pura-pura saja bisu.
165. SUAMI : O.. o.. o.. o dijodohkan ? Jadi tuan pura-pura bisu untuk
menghindari perjodohan, dan ingin sekolah lagi.
166. PUTRA : Ya begitulah pak, meskipun jaman sekarang biaya sekolah itu
muahalnya minta ampun, tetapi saya tetep ingin sekolah.
167. SUAMI : Baik, baik itu mau neruskan sekolah, tidak seperti saya, tidak
pernah sekolah sama sekali. Begini saja Kita kong kalikong
saja.
168. PUTRA : Kong kalikong bagaimana ?
169. SUAMI : Saya punya akal, kita perumit keadaan biar semakin genting.
Tetapi tuan setuju tidak kalau kita kong kalikong.
170. PUTRA : Asalkan aku tidak jadi di jodohkan dan aku bisa sekolah lagi,
aku setuju.
171. SUAMI : Oke, siip ! Kita bikin begini saja. (BERBISIK KEPADA
PUTRA TENTANG RENCANANYA).
172. PUTRA : Setuju.
173. SUAMI : Setelah hitungan ke tiga, kita mulai. Konsentrasi, (LANGSUNG
MENYEBUT) tiga.
174. PUTRA : (MENJERIT HISTERIS)
175. SUAMI : Nyonya, Tuan
IBU/BAPAK MARTABAT, PARJI PRT BURU BURU MASUK.
176. PAK MARTABAT : Ada apa pak ?
177. BU MARTABAT : Waduh.. waduh kok lagi lagi begini, lagi lagi begitu.
Tobat.. tobat
178. PARJI PRT : Ndoro.. ndoro tuan ndoro tuan putra. Kenapa, kenapa, ada
apa?
179. SUAMI : Wah gawat ini.. semakin gawat, ini bener-bener emerjensi.
Ambilkan air putih.
PARJI PRT MENGAMBIL AIR PUTIH.
180. PARJI PRT : Ini airnya pak dukun.
DUKUN GADUNGAN SEGERA MENABURKAN SERBUK KE AIR
DAN DIBERI JAMPI-JAMPI.
181. SUAMI : Minumlah ini nak, minum. (AJAIB, PUTRI SEMBUH DAN
BISA BICARA).
182. PUTRA : Ajaib !! Aku bias bicara. Ho.. ho aku bis bicara
183. BU MARTABAT : Sukur.. Gusti Allah Pangeran, terima kasih, anakku
bisa bicara lagi. Ayo sekarang segera kita panggil kerabat
kita, kita adakan sukuran dan kita langsung rapatkan tentang
perjodohan anak kita dengan Mba Turah Wojo.
184. PUTRA : Perjodohan ? (KEMBALI BISU) bgstreemnfh kjuy kiki
kuk hmjouljm.
185. BU MARTABAT : Lho Pak ? Kok kembali jadi gagu?
186. SUAMI : Nah inilah akar permasalahannya. Karena tekanan mental yang
teramat sangat, fungsi-fungsi organ otak kepala yang ke
mulut jadi terganggu. Terjadilah bisu.
187. BU MARTABAT : Lantas bagaimana cara menyembuhkan secara total
pak?
188. SUAMI : Tenangkan pikirannya, jernihkan hatinya, muluskan cita-citanya.
Akan aku coba sembuhkan lagi, dan ini untuk terakhir
kalinya, sebab setelah itu akan fatal, dan bisa... wassalam.
(KEMBALI MEMBERI RAMUAN).
189. PUTRA : (SEMBUH) ah.. lega
190. BU MARTABAT : Nak
191. SUAMI : Tunggu sebentar bu, Sebelum melontarkan pertanyaan-
pertanyaan, mohon kata-katanya di atur terlebih dahulu, dari
pada anaknya nanti invalid. Jangan lupa, Tenangkan
pikirannya, jernihkan hatinya, muluskan cita-citanya. Jangan
paksakan kehendak.
192. BU MARTABAT : Baik , baik, aku hanya akan menanyakan
keinginannya, (KEPADA PUTRA) bagaimana nak? Sudah
enakan? Sudah sembuh?
193. PUTRA : Sekolah.. sekolah.
194. BU MARTABAT : Iya sekolah.
195. PUTRA : Putri ingin sekolah dulu yang tinggi, tinggi sekali.
196. BU MARTABAT : Ya kalau memang itu kemauanmu.
197. SUAMI : Nah itulah ibu yang baik dan benar, memberi keluasan berpikir
bagi anaknya, anak itu amanah. Tidak memaksakan
kehendak. Anak kita sesungguhnya bukan anak kita, dia
adalah anak jaman yang terus mengalir sesuai jamannya.
Kita hanya membimbingnya, tidak mencetaknya.
198. ISTRI : (MENYUSUL SUAMI) Pak.. Pak.. aku kangen sama
bapak.(datang langsung memeluk)
199.PARJI PRT : Lho Jadi Bapak ini,, suaminya ibu ini
200. BU/PAK MARTABAT : Berarti..
201. SUAMI : Begitulah, yang penting masalahnya selesai tho?
Selesai

Anda mungkin juga menyukai