Anda di halaman 1dari 14

Tugas MK.

Metode Penelitian Antropologi


1. Perbedaan prinsip antara penelitian kuanititatif dan kualitatif
2. Cara berpikir induktif dan deduktif
3. Pengertian ilmu yang bebas nilai, dan ilmu yang terikat nilai
4. Perbedaan cara berpikir parsial dan holistik
5. Pendekatan scientific Approach pendekatan ilmiah!
". Perkembangan filsafat atau paradima penelitian
#. $onsep %aliditas,&ealibilitas dan 'b(ektif dalam penelitian
Penjelasan:
1. PRINSIP PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
)e(ak abad lalu, orang mempertentangkan dua pendekatan penelitian ini. *asing+ masing
pihak mengklaim bah,a pendekatannyalah yang paling ilmiah. Padahal, dasar perbedaan
keduanya itu terletak pada perbedaan paradigm-perspektif. umum terhadap realita. Para pengikut
pendekatan kuantitatif menyebut paradigma mereka sebagai paradigma ilmiah scientific
paradigm!, sedangkan kelompok pendukung pendekatan kualitatif menyebut paradigma mereka
sebagai inkuiri alamiah naturalistic in/uiry!. )ecara ringkas perbedaan pokok antara kedua
paradigma ini dapat dilihat pada matriks berikut.
A)P0$ $1A2343A345 $1A643A345
1. Perspektif 3eori Positi7isme 5enomenologis
2. Pendekatan 08perimental, sur7ey 2aturalistik, etnografi
3. 3u(uan %erifikasi Penemuan
4. )ikap . &eduksionis 0kpansionis
5. &ancangan-9esign Preordained-fi8ed 0lectic-0mergent
". &ealitas 3unggal *a(emuk
#. :aya 4nter7ensi )eleksi
;. $ondisi 3erkontrol <ebas
=. &uang lingkup *olekuler *olar
1>. Perlakuan )tabil <erubah
11. ?ub. Peneliti+)ub(ek 9ualisme-4ndependen <erinteraksi-)aling *empengaruhi
12. *etode 4nter+)ub(ect Agreement Confirmable
9ari matriks ini terlihat paling kurang 12 perbedaan pokok yang melandasi kedua
pendekatan peneiitian ilmiah ini. )ecara ringkas, ke 12 aspek itu akan di(elaskan berikut ini.
Pertama, perspektif teori. Penelitian kuantitatif berakar pada positi7isme dengan pengan(ur
utamanya Auguste Comte dan 0mile 9urkbeim pada abad ke+l=. Para pengikutnya berupaya
mencari penyebab suatu fenomena dan hubungannya dengan fenomena lain tanpa
memperhatikan kondisi sub(ektif sub(ek penelitian. Penelitian kualitatif berakar pada
fenomenologis dengan pengan(ur *a8 @eber dan 4r,in 9eutcher. Pandangan ini berusaha
memahami perilaku manusia dari kerangka pikir dan tindak+laku orang+orang itu sendiri.
$edua, pendekatan. Penelitian kuantitatif mengharuskan peneliti untuk mengidentifikasi
dan mengontrol 7ariabel, memilih sampel, memberikan perlakuan, dan menganalisis hasil
perlakuan. )edangkan dalam penelitian kualitatif, peneliti melakukan obser7asi partisipan
sehingga dapat memahami fenomena tertentu.
$etiga, tu(uan. Penelitian kuantitatif bertu(uan untuk memberikan 7erifikasi dalam
pengertian mengu(i-mengetes teori dengan perantaraan hipotesa dan menggunakan teknik
stastistik. Penelitian kualitatif berupaya menemukan ciri+ciri-sifat fenomena dan
mengelompokkannya. 9engan demikian diharapkan akan ditemui .grounded theory.. Aadi,
tu(uannya adalah penemuan teori.
$eempat, sikap. Peneliti kuantitatif memasuki lapangan dengan sikap reduksionalis. 4ni
berarti baik 7ariabel, sarnpel, hipotesis, maupun data yang dikumpulkan hanyalah yang benar+
benar rele7an dengan rancangan penelitian. )ebaliknya, peneliti kualitatif mengumpulkan data
secara ekspansionalistis agar lebih memudahkannya memahami fenomena yang kompleks secara
utuh.
$elima, rancangan-design. Penelitian kuantitatif didesain secara pasti atau ditentukan
terlebih dahulu preoriented! tanpa dapat diubah pada saat penelitian berlangsung fired!.
)ebaliknya, desain penelitian kualitatif bersifat lentur eclectis!. 9esain dapat berubah sesuai
kenyataan di lapangan sehingga (uga bersifat emergent.
$eenam, hakekat realitas. Peneliti kuantitatif memandang realita sebagai fenomena yang
bersifat tunggal dan fragmental sehingga dapat dipilah+pilah men(adi 7ariabel+7ariabel. Peneliti
kualitatif sebaliknya melihat realita sebagai fenomena yang (amak dan selalu berubah karena
pengaruh ,aktu, situasi, dan kondisi. 9engan demikian, suatu realita hanya dapat dipela(ari
secara menyeluruh holistic! dan tak terbagi.
$etu(uh, gaya. :aya peneliti kuantitatif adalah inter7ensi dengan (alan memanipulasi
situasi dan kondisi sesuai dengan desain yang telah dibuat. Peneliti kualitatif akan menggunakan
gaya seleksi sehingga dapat memilah ge(ala+ge(alaB yang sangat rele7an sa(a yang dika(i.
$edelapan, kondisi. Peneliti kuantitatif selalu berupaya mengontrol kondisi lapangan,
sedangkan peneliti kualitatif tidak mengontrol apapun dan membiarkan ge(ala itu muncul secara
,a(ar dalam konteks alami.
$esembilan, ruang lingkup. Penelitian kuantitatif memusatkan perhatiannya pada
7ariabel yang terbatas (umlahnya sesuai dengan rancangan. Pemusatan pada hal+hal terbatas ini
menyebabkan ruang lingkupnya cenderung molekuler. Penelitian kualitatif mengakomodasikan
semua fenomena yang rele7an, sehingga akan selalu berkembang molar!.
$esepuluh, perlakuan-treatment. $onsep treatment atau perlakuan sangat penting pada
penelitian kuantitatif, khususnya pada eksperimen. 3reatment haruslah bersifat stabil dan tak
berubah. $onsep ini tidak dikenal dalam penelitian kualitatif karena (ustru perubahanlah yang
dianggap sebagai esensi dari kehidupan alamiah.
$esebelas, hubungan peneliti+subyek penelitian. 9alam penelitian kuantitatif, peneliti
dan subyek penelitian bersifat independen dan dualistis. )ebaliknya, dalam penelitian kualitatif,
peneliti selalu berupaya berinteraksi dengan subyek penelitiannya.
$eduabelas, metode. <aik penelitian kuantitatif maupun kualitatif menghendaki
obyektifitas. 9alam penelitian kuantitatif, obyektifitas dicapai le,at inter+ob(ecti7e agreement,
yakni apakah dua atau lebih pengamat yang berkompeten sepakat tentang hal itu. )ebaliknya,
dalarn penelitian kualitatif obyektiyitas dicapai le,at conCrmability, yakni apakah ada
kesesuaian antara berbagai sumber informasi.
2. ARA !ERPIKIR INDUKTIF DAN DEDUKTIF
". Penalaran Indu#ti$
Pengertian Penalaran Indu#ti$
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta D fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut
4nduksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme. )ecara impirisme, ilmu memisahkan antara
semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. )ebelum teru(i secara empiris, semua
pen(elasan yang dia(ukan hanyalah bersifat sentara. Penalaran induktif ini berpangkal pada
empiris untuk menyusun suatu pen(elasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.
onto% penalaran indu#ti$ :
?arimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. <abi berdaun telinga
berkembang biak dengan melahirkan. 4kan paus berdaun telinga berkembang biak dengan
melahirkan.
$esimpulan E semua he,an yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
&. Penalaran Dedu#ti$
Latar !ela#ang
Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, 3hales, Pythagoras, dan para filsuf
Funani lainnya dari Periode $lasik ">>+3>> )*.!. Aristoteles, misalnya, menceritakan
bagaimana 3hales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bah,a musim panen
Gaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. $arena itu ia membeli semua alat
penggiling Gaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen Gaitun yang melimpah itu
benar+benar ter(adi. Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah
mungkin akan memba,a kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat (uga akan
menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.
Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara
keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti+bukti
umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khususB sementara dengan induksi, dinamika
logisnya (ustru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini
sebagai model yang menun(ukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku
secara umum.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip+prinsip umum untuk mencapai kesimpulan+
kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif mengu(i informasi yang spesifik, yang
mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan
umu. 9engan memikirakan fenomena bagaimana apel (atuh dan bagaimana planet+planet
bergerak4saac 2e,ton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke+1=, Adams dan 6e %errier
menerapkan teori 2e,ton prinsip umum! untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan
orbit 2eptunus kesimpulan+kesimpulan khusus! tentang gangguan perturbasi! dalam orbit
1ranus yang diamati data spesifik!.
Pengertian Penalaran Dedu#ti$
Penalaran 9eduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip
atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta+fakta yang bersifat umum. Proses
penalaran ini disebut 9eduksi. $esimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Fakni
dimulai dari hal+hal umum, menuku kepada hal+hal yang khusus atau hal+hal yang lebih rendah
proses pembentukan kesimpulan deduktif terebut dapat dimulai dai suatu dalil atau hukum
menu(u kepada hal+hal yang kongkrit.
Ma'a( ) Ma'a( Penalaran Dedu#ti$
*acam+macam penalaran deduktif diantaranya E
a. Silogis(e
)ilogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. )ilogisme disusun
dari dua proposi pernyataan! dan sebuah konklusi kesimpulan!. 9engan fakta lain bah,a
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
onto% Silogis(e:
)emua manusia akan mati.
Amin adalah manusia.
Aadi, Amin akan mati konklusi - kesimpulan!
*. Enti(en
0ntimen adalah penalaran deduksi secara langsung. 9an dapat dikatakan pula silogisme
premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama+sama diketahui.
onto% Enti(en :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari.
Pada malam hari tidak ada matahari.
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.
3. ILMU +AN, !E!AS NILAI DAN +AN, TERIKAT NILAI
4lmu terbagi men(adi dua pandangan yaitu ilmu bebas nilai 7alue free! dan ilmu terikat nilai-
ilmu tak bebas nilai 7alue bound!. <erikut pen(elasannyaE
a. Paradig(a Il(u !e*as Nilai
4lmu bebas nilai dalam bahasa 4nggris sering disebut dengan value free, yang menyatakan
bah,a ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. 4lmu secara otonom tidak memiliki
keterkaitan sama sekali dengan nilai. <ebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan
penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. 4lmu menolak campur
tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri. Aosep )itumorang
menyatakan bah,a sekurang+kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator bah,a ilmu itu bebas
nilai, yaituE
a. 4lmu harus bebas dari pengendalian+pengendalian nilai. *aksudnya adalah bah,a ilmu harus
bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan social.
b. 9iperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu ter(amin. $ebebasan di sisni
menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat
kema(uan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat uni7ersal.
9alam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat dibenarkan,
karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkdang hal tersebut dapat
merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini adalah teknologi air condition, yang ternyata
berpengaruh pada pemansan global dan lubang oGon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan
alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu dengan tanpa
memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar. )etidaknya, ada problem
nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai menganggap nilai ekologis tersebut
menghambat perkembangan ilmu. 9alam ilmu bebas nilai tu(uan dari ilimu itu untuk ilmu.
*. Paradig(a Il(u Tida# !e*as Nilai
4lmu yang tidak bebas nilai value bond! memandang bah,a ilmu itu selalu terikat
dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Perkembangan
nilai tidak lepas dari dari nilai+nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai+nilai yang lainnya.
*enurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen Habermas berpendapat
bah,a ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu selau ada
kepentingan+kepentingan. 9ia (uga membedakan ilmu men(adi 3 macam, sesuai kepentingan+
kepentingan masing+masingB
1. Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu+ilmu alam yang beker(a secara empiris+analitis. 4lmu
ini menyelidiki ge(ala+ge(ala alam secara empiris dan menya(ikan hasil penyelidikan untuk
kepentingan+kepentingan manusia. 9ari ilmu ini pula disusun teori+teori yang ilmiah agar dapat
diturunkan pengetahuan+pengetahuan terapan yang besifat teknis. Pengetahuan teknis ini
menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia untuk mengelola dunia atau alamnya.
2. Pengetahuan yang kedua, berla,anan dengan pengetahuana yang pertama, karena tidak
menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai
sesamanya, memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah
hubungan sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang dike(ar oleh pengetahuana ini
adalah pemahaman makna.
3. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Faitu membongkar penindasan dan mende,asakan
manusia pada otonomi dirinya sendiri. )adar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang
mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dike(ar adalah pembebasan atau
emansipasi manusia.
4lmu yang tidak bebas nilai ini memandang bah,a ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan
harus di kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. 4lmu (elas tidak mungkin bisa terlepas
dari nilai+nilai kepentingan+kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan
dan sebagainya.
-. ARA !ERPIKIR PARSIAL DAN ./LISTIK
a. !erpi#ir .olisti#
9idalam memahami suatu ob(ek, diperlukan pemahaman secara utuh dan menyeluruh
terhadap ob(ek tersebut atau disebut (uga berpikir secara holistik. Ciri berpikir filsafat ini berlaku
umum terhadap berbagai fenomena kehidupan manusia di dunia untuk me,u(udkan
keseimbangan hidup manusia. 9engan demikian konsep berpikir holistik dapat diuraikan sebagai
berikut E
1. <erpikir secara utuh, tidak terlepas+lepas dalam kapsul egoisme kebenaran! sekoral yang
sempit. Cara berpikir filsafat seperti ini perlu dikembangkan mengingat hakikat
pemikiran itu sendiri adalah dalam rangka manusia dan kemanusiaan yang luas dan kaya
beraneka ragam! dengan tuntutan atau klaim kebenarannya masing+masing, yang
menggambarkan sebuah eksistensi yang utuh. <aginya, pikiran adalah bagian dari
fenomena manusia sebab hanya manusia lah yang dapat berpikir, dan dengan demikian ia
dapat diminta pertanggung(a,aban terhadap pikiran maupun perbuatan+perbuatan yang
diakibatkan oleh pikiran itu sendiri. Pikiran merupakan kesatuan yang utuh dengan aneka
kenyataan kemanusiaan alam fisik dan roh! yang kompleks serta beranekaragam.
Pikiran, sesungguhnya tidak dapat berpikir dari dalam pikiran itu sendiri, sebab bukan
pikiran itulah yang berpikir, tetapi (ustru manusia lah yang berpikir dengan pikirannya.
Aadi, tanpa manusia maka pikiran tidak memiliki arti apa pun. *anusia, karenanya, bukan
hanya berpikir dengan akal atau rasio yang sempit, tetapi (uga dengan keta(aman batin,
moral, dan keyakinan sebagai kesatuan yang utuh.
2. )uatu pola pikir dengan cara melihat keseluruhan sistem seakan+akan kita berada diatas
helicopter dan melihat semua komponen sistem itu berinteraksi satu dan lainnya diba,ah.
Artinya kita selalu berpikir lebih luas dan memahami bah,a suatu bagian itu berkoneksi
dengan bagian lainnya. )ehingga ketika ada ge(ala ketidak beresan, yang diperlukan
adalah melihat dan bertanya sampai kita menemukan akarnya. 4nilah yang penting
dimiliki oleh indi7idu yang ingin lebih ma(u.
3. *odel berpikir yang menggunakan model di7ergen dan kon7ergen secara bertahap.
$emampuan menggunakan kedua model berpikir tersebut, ditambah kemampuan
HmelihatI hubungan antara ide+ide atau informasi+informasi yang sebelumnya tidak
terhubung merupakan dasar bagi berpikir cerdas.
Se'ara sing#at, holistic thinking adalah akti7itas berpikir yang merupakan gabungan antara
dimensi+dimensi spiritual moral, etika, tu(uan hidup!, psikososial moti7asi, empati!, rasional
tingkat pertama dan tingkat kedua, lihat pen(elasan di ba,ah!, dan fisikal eksekusi,
implementasi, menerima feedbacks!. $ecerdasan pada dimensi+dimensi tersebut dilabeli dengan
istilah )J spiritual!, 0J emosional!, 4J rasional!, dan PJ fisikal!. Contoh sederhana adalah
ketika sesorang sakit kepala. 'rang dengan pikiran sempit langsung mengatakan bah,a
solusinya adalah <odre8. 2amun seorang yang lebih ma(u dia akan melihat sakit kepala sebagai
ge(ala sa(a, dia akan merunut permasalahan sampai menemukan apa sih penyebab asalnya.
9engan demikian ketika akarnya sudah diatasi, maka semuanya akan sehat kembali.
*. !erpi#ir Parsial
)ebuah pendekatan dalam penelitian yang hanya memfokuskan pada suatu 7ariable
tertentu. Asumsi tentnag ge(ala dalam penelitian kuantitatif adalah bah,a ge(ala dari suatu ob(ek
tersebut adalah sifatnya parsial. 9engan demikian, penelitian kuantitatif dapat menentukan
7ariable+7ariabel yang akan diteliti.
0. PENDEKATAN SIENTIFI APPR/A. 1PENDEKATAN ILMIA.2
Penelitian dengan Metode Il(ia%
Penelitian dengan metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan deduktif dan
pendekatan induktif. Penentuan hipotesa merupakan proses deduktif, mengumpulkan data adalah
proses induktif sedangkan menentukan data yang diambil dan diteliti merupakan proses deduktif.
Penelitian dengan metode ilmiah dikembangkan untuk ilmu alam dan ilmu fisika, dan tidak
secara khusus dikembangkan untuk ilmu sosial seperti contohnya ilmu akuntansi, Penelitian
dengan metode ilmiah memiliki keterbatasan saat digunakan dalam riset akuntansi, hal ini
dikarenakan pengaruh dari lingkungan manusia dan ekonomi membuat tidak mungkin
menggunakan 7ariabel konstan. Pengetahuan mengenai metode ilmiah dapat menyediakan
pandangan yang berguna mengenai bagaimana riset harus dilakukan. Penelitian dengan metode
ilmiah mendapat sedikit perhatian sa(a dalam riset akuntansi. Prosedur yang telah ditemukan dan
digunakan men(adi diterima umum generally accepted! ,alaupun tidak mele,ati pengu(ian
hipotesa.
*enurut )ud(ana 1=;2!, berpikir ilmiah untuk menghasilkan metode ilmiah harus menempuh
tahapan sebagai berikutE
K *erumuskan masalah, yakni menga(ukan pertanyaan untuk dicarikan (a,abannya.
Pertanyaan itu bersifat problematis, yaitu mengandung banyak kemungkinan (a,abanB
K *enga(ukan hipotesis, yakni (a,aban sementara atau dugaan (a,aban dari pertanyaan
yang telah dia(ukan di atas. 9ugaan (a,aban hendaknya mengacu dari ka(ian teoritis
melalui penalaran deduktifB
K *elakukan 7erifikasi data, yakni E melakukan pengumpulan data secara empiris,
mengolah data tersebut, dan menganalisis untuk mengu(i kebenaran hipotesis. Apabila
proses pengu(ian dilakukan berulang+ulang dan kebenaran selalu ditun(ukkan melalui
fakta-data empiris, maka hipotesis tersebut telah men(adi tesisB
K *enarik kesimpulan, yaitu menentukan (a,aban definitif dari setiap masalah yang
dia(ukan secara empiris untuk setiap hipotesis.
*enurut )chroeder et.al. 2>>1! metode ilmiah dimulai dari identifikasi dan perumusan masalah.
)etelah masalah ditetapkan dan dibatasi, diambil suatu hipotesa untuk dilakukan pengu(ian.
<erdasarkan hipotesa yang ditetapkan, data dikumpulkan dan diolah, lalu dilakukan pengu(ian
terhadap hipotesa yang telah ditetapkan, dan dari hasil pengu(ian dapat ditarik kesimpulan
sementara. 1rutan langkah yang terdapat dalam penelitian dengan metode ilmiah tidak selalu
sekuensial. Pada suatu langkah tertentu dapat dimungkinkan kembali ke langkah sebelumnya
apabila dirasakan perlu atau harus. Contohnya saat melakukan analisa data ada kemungkinan
untuk mengubah hipotesa atau mengambil ulang data.
3. Per#e(*angan $ilsa$at atau paradi(a penelitian
Filsa$at il(u sebagai bagian integral dari filsafat secara keseluruhan perkembangannya tidak
bisa dilepaskan dari se(arah perkembangan filsafat itu sendiri secara keseluruhan. *enurut
6incoln Cuba, sebagai yang dikutip oleh Ali Abdul AGim, bah,a kita mengenal tiga babakan
perkembangan paradigma dalam filsafat ilmu di <arat yaitu era prapositi7isme, era positi7isme
dan era pasca modernisme. 0ra prapositi7isme adalah era paling pan(ang dalam se(arah filsafat
ilmu yang mencapai rentang ,aktu lebih dari dua ribu tahun.
9alam uraian ini, penulis cenderung mengklasifikasi perkembangan filsafat ilmu berdasarkan
ciri khas yang me,arnai pada tiap fase perkembangan. 9ari se(arah pan(ang filsafat, khususnya
filsafat ilmu, penulis membagi tahapan perkembangannya ke dalam empat fase sebagai berikutE
1.5ilsafat 4lmu Gaman kuno, yang dimulai se(ak munculnya filsafat sampai dengan munculnya
&enaisance
2.5ilsafat 4lmu se(ak munculnya &ennaisance sampai memasuki era positi7ism
3.5ilsafat 4lmu Gaman *odern, se(ak era Positi7isme sampai akhir abad kesembilan belas
4.5ilsafat 4lmu era kontemporer yang merupakan perkembangan mutakhir 5ilsafat 4lmu se(ak
a,al abad keduapuluh sampai sekarang.
Perkembangan 5ilsafat ilmu pada keempat fase tersebut akan penulis uraikan dengan
mengedepankan aspek+aspek yang me,arnai perkembangan filsafat ilmu di masanya sekaligus
yang men(adi babak baru dan ciri khas fase tersebut yang membedakannya dari fase+fase
sebelum dan atau sesudahnya. 9i samping itu penulis (uga akan mengungkap tentang peran
filosof muslim dalam perkembangan filsafat ilmu ini, ,alaupun bukan dalam suatu fase
tersendiri.
A. Filsa$at Il(u 4a(an Kuno
5ilsafat yang dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan telah dikenal manusia pada masa
Funani $uno. 9i *iletos suatu tempat perantauan Funani yang men(adi tempat asal mula
munculnya filsafat, ditandai dengan munculnya pemikir+pemikir bacaE filosof! besar seperti
3hales, Ana8imandros dan Ana8imenes. Pemikiran filsafat yang memiliki ciri+ciri dan metode
tersendiri ini berkembang terus pada masa selan(utnya.
Pada Gaman Funani $uno filsafat dan ilmu merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan.
$eduanya termasuk dalam pengertian episteme yang sepadan dengan kata philosophia.
Pemikiran tentang episteme ini oleh Aristoteles diartikan sebagai an organiGed body of rational
kon,ledge ,ith its proper ob(ect. Aadi filsafat dan ilmu tergolong sebagai pengetahuan yang
rasional. 9alam pemikiran Aritoteles selan(utnya pengetahuan rasional itu dapat dibedakan
men(adi tiga bagian yang disebutnya dengan praktike pengetahuan praktis!, poietike
pengetahuan produktif!, dan theoretike pengetahuan teoritis!.
Pemikiran dan pandangan Aritoteles seperti tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita
bah,a nampaknya ilmu pengetahuan pada masa itu harus didasarkan pada pengertian dan
akibatnya hanya dapat dilaksanakan bagi aspek+aspek realitas yang ter(angkau pikiran. 6alu
masuk akal sa(a kalau orang berpendapat bah,a kegiatan ilmiah tidak lain daripada menyusun
dan mengaitkan pengertian+pengertian itu secara logis, yang akhirnya menimbulkan kesana
bah,a setiap ilmu pengetahuan mengikuti metode yang hampir sama yaitu mencari pengertian
tentang prima principia, lalu mengadakan deduksi+deduksi logis.
Pemikirannya hal tersebut oleh generasi+generasi selan(utnya memandang bah,a Aristoteleslah
sebagai peletak dasar filsafat ilmu.
)elama ribuan tahun sampai dengan akhir abad pertengahan filsafat logika Aristoteles diterima di
0ropa sebagai otoritas yang besar. Para pemikir ,aktu itu mengaggap bah,a pemikiran deduktif
logika formal atau sillogistik! dan ,ahyu sebagai sumber pengetahuan.

Aristoteles adalah peletak dasar Ldoktrin sillogismeM yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pemimiran di 0ropa sampai dengan munculnya 0ra &enaisance. )illogisme
adalah argumentasi dan cara penalaran yang terdiri dari tiga buah pernya+taan, yaitu sebagai
premis mayor, premis minor dan konklusi.
!. Filsa$at Il(u Era Renaisan'e
*emasuki masa &ennaisance, otoritas Aritoteles tersisihkan oleh metode dan pandangan baru
terhadap alam yang biasa disebut Copernican &e7olution yang dipelopori oleh sekelompok
sanitis antara lain Copernicus 14#3+1543!, :alileo :alilei 15"4+1542! dan 4ssac 2e,ton 1"42+
1#2#! yang mengadakan pengamatan ilmiah serta metode+metode eksperimen atas dasar yang
kukuh.
)elan(utnya pada Abad N%44, pembicaraan tentang filsafat ilmu, yang ditandi dengan munculnya
&oger <acon 15"1+1"2"!. <acon lahir di ambang masuknya Gaman modern yang ditandai
dengan kema(uan ilmu pengetahuan.
<acon menanggapi Aristoteles bah,a ilmu sempurna tidak boleh mencari untung namun harus
bersifat kontemplatif. *enurutnya 4lmu harus mencari untung artinya dipakai untuk memperkuat
kemampuan manusia di bumi, dan bah,a dalam rangka itulah ilmu+ilmu berkembang dan
men(adi nyata dalam kehidupan manusia. Pengetahuan manusia hanya berarti (ika nampak dalam
kekuasaan mansiaB human kno,ledge adalah human po,er.
Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar pada metode eksperimental dana
matematis memasuki abad N%4 mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai seluruh
abad pertengahan akhirnya ditinggalkan secara defenitif. &oger <acon adalah peletak dasar
filosofis untuk perkembangan ilmu pengetahuan. <acon mengarang 2o7um 'rganon dengan
maksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru. $aryanya
tersebut sangat mempengaruhi filsafat di 4nggris pada masa sesudahnya. 2o7um 'rganon atau
2e, 4nstrumen berisi suatu pengukuihan penerimaan teori empiris tentang penyelidikan dan
tidak perlu bertumpu sepenuhnya kepada logika deduktifnya Aritoteles sebab dia pandang
absurd.
$ehadiran <acon memberi corak baru bagi perkembangan 5ilsafat 4lmu, khususnya tentang
metode ilmiah. ?al ini sebagai yang dikemukakan oleh A. <. )hah dalam )cientific *ethod,
bah,aE HPengertian yang paling baik tentang metode ilmiah dapat dilukiskan yang paling baik
menurut induksi <aconI.
?art mengaggap <acon sebagai filosof pertama yang bah,a ilmu pengetahuan dan filsafat dapat
mengubah dunia dan dengan sangat efektif mengan(urkan penyelidikan ilmiah. <eliaulah peletak
dasar+dasar metode induksi modern dan men(adi pelopor usaha untuk mensistimatisir secara
logis prosedur ilmiah. )eluruh asas filsafatnya bersifat praktis yaitu men(adikan untuk manusia
menguasai kekuasaan alam melalui penemauan ilmiah *enurut <acon, (i,a manusia yang
berakal mempunyai kemamapuan triganda, yaitu ingatan memoria!, daya khayal imaginatio!
dan akal ratio!. $etiga aspek tersebut merupakan dasar segala pengetahuan. 4ngatan
menyangkut apa yang sudah diperiksa dan diselidiki historia!, daya khayal menyangkut
keindahan dan akal menyangkut filsafat philosophia! sebagai hasil ker(a akal.
. Filsa$at Il(u Era Positi5is(e
*emasuki abad N4N perkembangan 5ilsafat 4lmu memasuki 0ra Positi7isme. Positi7isme adalah
aliran filsafat yang ditandai dengan e7aluasi yang sangat terhadap ilmu dan metode ilmiah.
Aliran filsafat ini bera,al pada abad N4N. Pada abad NN tokoh+tokoh positi7isme membentuk
kelompok yang terkenal dengan 6ingkaran @ina, di antaranya :usta7 <ergman, &udolf Carnap,
Philip 5rank ?ans ?ahn, 'tto 2eurath dan *oritG )chlick.
Pada penghu(ung abad N4N se(ak tahun 1;=5!, pada 1ni7ersitas @ina Austria telah dia(arkan
mata kuliah 5ilsafat 4lmu Pengetahuan 4nduktif. ?al ini memberikan indikasi bah,a
perkembangan filsafat ilmu telah memasuki babak yang cukup menentukan dan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dalam abad selan(utnya.
*emasuki abad NN perkembangan filsafat ilmu memasuki era baru. )e(ak tahun 1=2> panggung
filsafat ilmu pengetahuan didominasi oleh aliran positi7isme 6ogis atau yang disebut
2eopositi7isme dan 0mpirisme 6ogis. Aliran ini muncul dan dikembangkan oleh 6ingkaran
@ina @inna Circle, 4nggris, @iener $reis, Aerman!. Aliran ini merupakan bentuk ekstrim dari
0mpirisme. Aliran ini dalam se(arah pemikiran dikenal dengan Positi7isme 6ogic yang memiliki
pengaruh mendasar bagi perkem+bangan ilmu. *unculnya aliran ini akibat pengaruh dari tiga
arah. Pertama, 0mperisme dan Positi7isme. $edua, metodologi ilmu empiris yang dikembangkan
oleh ilmu,an se(ak abad N4N, dan $etiga, perkembangan logika simbolik dan analisa logis.
)ecara umum aliran ini berpendapat bah,a hanya ada satu sumber pengetahuan yaitu
pengalaman indra,i. )elain itu mereka (uga mengakui adanya dalil+dalil logika dan matematika
yang dihasilkan le,at pengalaman yang memuat serentetan tutologi +sub(ek dan predikat yang
berguna untuk mengolah data pengalaman indra,i men(adi keseluruhan yang meliputi segala
data itu.
6ingkaran @ina sangat memperhatikan dua masalah, yaitu analisa pengetahuan dan pendasaran
teoritis matematika, ilmu pengetahuan alam, sosiologi dan psikologi. *enurut mereka ,ilayah
filsafat sama dengan ,ilayah ilmu pengetahuan lainnya. 3ugas filsafat ialah men(alankan analisa
logis terhadap pengetahuan ilmiah. 5ilsafat tidak diharapkan untuk memecahkan masalah, tetapi
untuk menganalisa masalah dan men(elaskannya. Aadi mereka menekankan analisa logis terhadap
bahasa. 3rend analisa terhadap bahasa oleh ?arry ?amersma dianggap me,arnai perkembangan
filsafat pada abad NN, di mana filsafat cenderung bersifat 6ogosentrisme.
D. Filsa$at Il(u Konte(porer
Perkembangan 5ilsafat 4lmu di Gaman ditandai dengan munculnya filosof+filosof yang
memberikan ,arna baru terhadap perkembangan 5ilsafat 4lmu sampai sekarang.
*uncul $arl &aymund Popper 1=>2+1=5=! yang kehadirannya menadai babak baru sekaligus
merupakan masa transisi menu(u suatu Gaman yang kemudian di sebut Gaman 5ilsafat 4lmu
Pengetahuan <aru. ?al ini disebabkan Pertama, melalui teori falsifikasi+nya, Popper men(adi
orang pertama yang mendobrak dan meruntuhkan dominasi aliran positi7isme logis dari
6ingkaran @ina. $edua, melalui pendapatnya tentang berguru pada se(arah ilmu+ilmu, Popper
mengintroduksikan suatu Gaman filsafat ilmu yang baru yang dirintis oleh 3homas )amuel $uhn.
Para tokoh filsafat ilmu baru, antara lain 3homas ). $uhn, Paul 5eyerabend, 2.&. ?anson,
&obert Palter dan )tephen 3oulmin dan 4mre 6akatos memiliki perhatian yang sama untuk
mendobrak perhatian besar terhadap se(arah ilmu serta peranan se(arah ilmu dalam upaya
mendapatkan serta mengkonstruksikan ,a(ah ilmu pengetahuan dan kegiatan ilmiah yang
sesungguhnya ter(adi. :e(ala ini disebut (uga sebagai pemberontakan terhadap Positi7isme.
3homas ). $uhn populer dengan relatifisme+nya yang nampak dari gagasan+gagasannya yang
banyak direkam dalam paradigma filsafatnya yang terkenal dengan 3he )tructure of )cientific
&e7olutions )truktur &e7olusi 4lmu Pengetahuan!.
$uhn melihat bah,a relati7itas tidak hanya ter(adi pada <enda yang benda seperti yang
ditemukan 0instein, tetapi (uga terhadap historitas filsafat 4lmu sehingga ia sampai pada suatu
kesimpulan bah,a teori ilmu pengetahuan itu terus secara tak terhingga mengalami re7olusi.
4lmu tidak berkembang secara komulatif dan e7olusioner melainkan secara re7olusioner.
)alah seorang pendukung aliran filsafat ilmu <aru ialah Paul 5eyerabend 6ahir di @ina,
Austria, 1=24! sering dinilai sebagai filosof yang paling kontro7ersial, paling berani dan paling
ekstrim. Penilaian ini didasarkan pada pemikiran keilmuannya yang sangat menantang dan
pro7okatif. <erbagai kritik dilontarkan kepadanya yang mengundang banyak diskusi dan
perdebatan pada era 1=#>+an.
7. Konsep 6aliditas7 Reali*ilitas dan /*je#ti$ dala( penelitian
Penyusunan kerangka penelitian berangkat dari problematika penelitian, sebab dari permasalahan
akan memunculkan tu(uan penelitian, hipotesa penelitian, meskipun ada penelitian yang
berangkat tidak dari hipotesa. 1ntuk men(a,ab problematika, mencapai tu(uan penelitian, dan
mengu(i hipotesa diperlukan data penelitian.'leh karena itu problematika penelitian yang
dimunculkan hendaknya di(a,ab data penelitian.
Data 8ang diperole% (e(perti(*ang#an 5aliditas7 reali*ilitas7 dan o*8e#ti5itas. )udah
barang tentu dari berbagai (enis penelitian kreteria tidak sama, seperti yang dikatakan )ugiyono
2>>#B 3"5! bah,a, H pada penelitian kuantitatif untuk memperoleh data yang 7alid, reliable dan
obyektif perlu u(i instrumen yang 7alid, reliable, dan obyektif pada sampel yang mendekati
(umlah populasi dan pengumpulan serta analisis data dilakukan dengan cara yang
benar.I)edangkan untuk penelitian kualitatif bukan u(i instrument melainkan u(i data yang
dikumpulkannya. 'leh sebab itu untuk lebih (elasnya kita uraikan lebih lan(ut sebagai berikutE
Pengertian
a. %aliditas
Ada beberapa definisi tentang 7aliditas diantaranya menurut 5raenkel 1==3B 13=! dikatakan
bah,a, H %aliditas menun(ukkan kesamaan, pengertian maupun penggunaan masing+masing
peneliti yang berbeda dalam mengumpulkan data.I )edangkan batasan 7aliditas menurut
)ugiyono 2>>#B 3"3! dikatakan bah,a,I%aliditas merupakan dera(at ketepatan antara data yang
ter(adi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.I Aadi dari kedua
pendapat itu (elas batasan 7aliditas adalah berkenaan dengan dera(at ketepatan, antara data obyek
sebenarnya dengan data penelitian.
1. &eliabilitas
*enurut 5raenkel 1==3B 14"! dikatakan,I &eliabilitas adalah konsistensi skor, dan stabilitas data
dari instrument penelitian.I )edangkan menurut )ugiyono 2>>#B 3"4! dikatakan,I reliabilitas
berkenaan dengan dera(at konsistensi dan stabilitas data atau temuan.I
1. 'byekti7itas
*enurut )ugiyono2>>#E 3"4! dikatakan,I'byekti7itas menun(ukkan dera(at kesepakatan antar
banyak orang terhadap suatu data.I *aksud dari pengertian ini didasarkan pada prosentase
kebenaran data disampaikan oleh orang banyak.
6aliditas Dan Relia*ilitas Dala( Penelitian Kualitati$
Ada perbedaan yang mendasar mengenai 7aliditas dan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif. 9alam penelitian kuantitatif untuk mendapatkan data yang 7alid dan
reliabel yang diu(i 7aliditas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannnya. )edangkan
dalam penelitian kualitatif yang diu(i adalah datanya. 9alam penelitian kualitatif, temuan atau
data dapat dinyatakan 7alid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan
apa yang sesungguhnya ter(adi pada obyek yang diteliti.
%aliditas dalam penelitian kualitatif menun(ukkan se(auhmana tingkat interpretasi dan konsep+
konsep yang diperoleh memiliki makna yang sesuai antara peneliti dan partisipan. 9engan kata
lain, partisipan dan peneliti memiliki kesesuaian dalam mendeskripsikan suatu peristi,a
terutama dalam memaknai peristi,a tersebut.
Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif pun berbeda. 9alam penelitian
kualitatif sutau relaitas itu bersifat ma(emuk-ganda, dinamis-selalu berubah, sehingga tidak ada
yang konsisten, dan berulang seperti semula. )ituasi senantiasa berubah demikian (uga perilaku
manusia yang terlibat didalamnya.
Pelaporan penelitian kualitatif pun bersifat indi7idu, atau berbeda antara peneliti satu dengan
peneliti lainnya. <ahkan untuk obyek yang sama, apabila ada 5 peneliti dengan latar belakang
yang berbeda, akan diperoleh 5 laporan penelitian yang berbeda pula. Peneliti yang berlatar
belakang pendidikan tentu akan menemukan dan melaporkan hasil penelitian yang berbeda
dengan peneliti yang berlatarbelakang sosiologi.
'leh karena itu penelitian kualitatif sering dikatakan bersifat subyektif dan reflektif. 9alam
penelitian kualitatif tidak digunakan instrumen yang standar tetapi peneliti bertindak sebagai
instrumen. 9ata dikumpulkan secara 7erbal diperkaya dan diperdalam dengan hasil pengamatan,
mendengar, persepsi, pemaknaan-penghayatan peneliti. 2amun demikian peneliti meskipun
melibatkan segi subyektifitas , dia harus disiplin dan (u(ur terhadap dirinya sebab penelitian
kualitatif harus memiliki ob(ektifitas pula. 'b(ektifitas disini berarti data yang ditemukan
dianalisis secara cermat dan teliti, disusun, dikategorikan secara sistematik, dan ditafsirkan
berdasarkan pengalaman, kerangka berpikir, persepsi peneliti tanpa prasangka dan
kecenderungan+kecenderungan tertentu.
)edangkan penelitian kualitatif dikatakan bersifat reflektf karena penelitian kualitatif merupakan
pengka(ian yang cermat dan hati+hati terhadap seluruh proses penelitian.
*enurut Prof. 9r. 2ana )yaodih )., 7aliditas penelitian kualitatif dapat dicapai melalui
kombinasi sepuluh strategi peningkatan 7aliditas, yaituE
a. Pengu(pulan data 8ang relati$ la(a.
*emungkinkan terkumpulnya data secara lengkap dan ditemukannnya data yang berangsur
sesuai dengan kenyataan.
*. Strategi (ulti (etode.
$ombinasi teknik pengumpulan data, antara lain, ,a,ancara, obser7asi, studi dokumenter .
1. '. !a%asa partisipan #ata de(i #ata.
Pengumpulan data maupun analisis data dilakukan kata demi kata sehingga mendapatkan
rumusan yang rinci.
d. De#riptor in$erensi 8ang renda%.
Pencatatan yang lengkap dan detil baik untuk sumber situasi maupun orang men(adikan catatan
dimengerti dan tidak menimbulkan apersepsi yang berbeda.
e. Peneliti *e*erapa orang.
9ata deskriptif yang dikumpulkan dan disetu(ui oleh tim peneliti.
$. Pen'atat data (e#ani#.
9ata direkam baik mengggunakan media audio, 7ideo, maupun foto sehingga ada pembuktian
sesuai kenyataan.
g. Partisipan se*agai peneliti.
*enggunakan catatan+catatan yang dimiliki partisipan untuk melengkapi.
%. Penge'e#an anggota.
Pengecekan data ulang oleh anggota peneliti yang lain.
i. Re5ie9 ole% partisipan.
*eminta pada partisipan untuk mere7ie, data, dan melakukan sistesis semua hasil ,a,ancara
dan obser7asi.
j. Kasus:#asus negati$.
*encari, mencatat, menganalisa, melaporkan data dari kasus+kasus negatif atau yang berbada
dengan pola yang ada.

Anda mungkin juga menyukai